Karakteristik Sensor
1. Fungsi transfer, masukan skala-penuh (FS) dan keluaran skala-penuh (FSO),
titik nol dan offset, serta sensitivitas
2. Akurasi dan presisi, kalibrasi dan simpangannya, histerisis, linieritas, saturasi,
repeatability, dead band, dan resolusi
3. Impedansi keluaran, dan nilai eksitasi (tegangan atau arus) maksimum
4. Karakteristik dinamik, faktor lingkungan, reliability, karakteristik terapan, dan
uncerainty (ketidakpastian)
Diharapkan agar Mahasiswa dapat :
•Menjelaskan pengertian fungsi transfer, pengertian masukan skala-penuh dan keluaran skala penuh,
pengertian titik nol dan offset, serta menentukan nilai offset serta sensitivitas sensor berdasarkan
fungsi transfer
•Menjelaskan perbedaan akurasi dan presisi, pengertian kalibrasi dan simpangan kalibrasi,
pengertian histerisis, linieritas, saturasi, repeatability, dead band, dan resolusi
•Menjelaskan perlunya mengetahui impedansi keluaran sensor dan nilai eksitasi maksimum yang
diberikan padanya
•Menjelaskan perbedaan dinamik error dan static error, antara sensor orde-nol, orde-pertama, dan
orde-kedua, pengertian waktu-pemanasan (warm-up time), waktu respon (meliputi dead time, rise
time, dan setting time), respon frekuensi, respon kelajuan, frekuensi potong (cutoff frequency),
pergeseran fasa (phase shift), respon osilasi, dan faktor redaman (damping factor), kondisi
lingkungan yang mempengaruhi sensor, pengertian relliability, pengaruh karakteristik terapan
(seperti desain, berat, dan dimensi), serta ketidakpastian
Karakteristik Sensor
No. Karakteristik
Karakteristik sensor: Statik Dinamik
- Karakteristik statik 1 Akurasi Fungsi transfer
- Karakteristik dinamik 2 Presisi Tanggapan frekuensi
3 Resolusi Tanggapan impuls
Karakteristik Statik =
4 Sensitivitas Tanggapan perubahan masukan
Sifat-sifat sensor setelah
5 Linieritas
semua efek peralihan
(transient effects) mencapai 6 Kesalahan kalibrasi
NTC THERMISTORS
(http://www.epcos.com)
Lebar-rentang
• Lebar-rentang (span), disebut juga skala penuh masukan (input full scale, disingkat
FS), adalah rentang pada sumbu-x dari nol hingga nilai maksimum yang aman
digunakan.
• Lebar-rentang sering dinyatakan sebagai daerah antara titik 0% dan titik 100%.
• Lebar-rentang = selisih aljabar antara batas atas dan batas bawah rentang.
• Contoh:
Dalam rentang dua temperatur, -25oC hingga 100oC.
-25oC batas rentang bawah
100oC batas rentang atas
Lebar-rentang = 100oC – (-25oC) = 125oC
Keluaran Skala Penuh
• Contoh:
Sensor tekanan (a pressure gauge) tak dapat di-nol-
kan pada tekanan atmosfer. Artinya, titik nol-nya
tidaklah nol.
Offset
Offset (gelinciran) = nilai
keluaran yang sudah terlebih
dahulu ada ketika nilai
masukannya masih nol
(belum ada).
• Fungsi transfer (fungsi alih) = fungsi yang memperlihatkan hubungan antara sinyal
keluaran sensor (berupa sinyal elektris) dan sinyal masukannya (stimulus/besaran
fisis).
dy ( x0 )
b
dx
• Sensor yang tak-linier dapat dipandang linier dalam suatu
rentang tertentu yang terbatas. Di luar rentang tersebut,
fungsi transfer yang tak-linier itu dapat dimodelkan oleh
beberapa garis lurus. Cara ini disebut aproksimasi piece-wise.
Linieritas
• Linieritas (linearity) atau kelinieran = kedekatan kurva kalibrasi terhadap
suatu garis lurus tertentu.
• Ketaklinieran = deviasi maksimum (L) suatu fungsi transfer riel dari garis
lurus hampiran (approximation straight line).
P2
1 dB 10 log
P1
• Desibel = 20 kali log gaya (atau arus, atau tegangan):
s2
1 dB 20 log
s1
Sensitivitas
• Sensitivitas sensor
= masukan minimum parameter fisis yang akan mengakibatkan perubahan
keluaran yang dapat terdeteksi, atau …
= perubahan tegangan keluaran sebagai akibat perubahan nilai parameter
masukannya, atau…
= kemiringan (the slope) kurva karakteristik keluaran sensor (Dy/Dx).
• Contoh:
Sensor tekanan darah bisa memiliki tingkat sensitivitas sebesar 10
mV/mmHg, yang berarti akan ada tegangan keluaran 10 mV untuk tiap volt
potensial eksitasi dan tiap mmHg tekanan yang diberikan.
Kurva Sensitivitas
Rentang dinamik
= rentang total keluaran sensor
= Keluaran skala penuh (Full Scale Output, FSO)
Terkait dengan sensitivitas, ada dua jenis kesalahan (errors) yang termasuk karakteristik
suatu sensor, yaitu: saturasi dan “dead-bands”.
• Hampir semua sensor memiliki batas-
batas pengoperasian. Meskipun sensor
tersebut dianggap linier, namun
Saturasi
linieritasnya terbatas. Sensor bersifat
responsif (menghasilkan sinyal
keluaran yang sebanding dengan nilai
masukannya) hanya sampai pada
batas-batas tertentu. Bila stimulus
(nilai masukan) terus ditingkatkan,
sensor tidak lagi menghasilkan
keluaran yang diharapkan. Dengan kata
lain, sensitivitasnya menurun atau
bahkan tidak sensitif sama sekali (b =
0).
Perhatikan:
Saturasi terjadi setelah ujung rentang linier, sedangkan dead-bands biasanya
terjadi sebelum pangkal rentang linier fungsi transfer sensor.
Akurasi
• Akurasi (accuracy), keakuratan, ketepatan
= ukuran seberapa dekat nilai keluaran sensor terhadap nilai sebenarnya (the true
value).
NB: Nilai sebenarnya = nilai sesungguhnya = nilai seharusnya = nilai idealnya.
• Keakuratan sensor (ataupun alat ukur) dinyatakan oleh nilai ketakakuratannya. Jadi,
akurasi di sini berarti ketakakuratan (inaccuracy), yaitu selisih maksimum antara nilai
keluaran sensor dari nilai masukan ideal/sesungguhnya (actual input).
Selisih = deviasi = kesalahan (error).
Kesalahan Mutlak
Kesalahan Relatif
Nilai Sesungguhnya
Jadi, dalam bentuk persen kesalahan, akurasi dirumuskan sebagai
Oleh sebab itu, dalam rentang 10-mm itu, ketakakuratan atau kesalahan
mutlak sensor ini adalah 0,5 mm, dan kesalahan relatifnya adalah (0,5
mm/10 mm) x 100% = 5%.
Tingkat Keakuratan
• Tingkat keakuratan (accuracy rating) meliputi efek gabungan dari variasi
bagian-per-bagian (part-to-part variations), histeresis, dead band, kesalahan-
kesalahan kalibrasi dan repeatability.
• Contoh:
Sebuah sensor piezoresistif mempunyai skala penuh masukan 100 kPa dan
keluaran skala penuh 10 Ω. Ketakakuratannya dapat ditentukan sebagai
±0,5%, atau ±500 Pa, atau ±0,05 Ω.
Reproducibility Ketepatan
Diuji dengan cara Diuji dengan menggunakan
pengukuran berulang metode yang berbeda
Presisi yang rendah (poor Akurasi yang rendah berasal
precision) berasal dari dari kesalahan prosedural
cara/teknik pengukuran yang atau kerusakan alat.
kurang baik.
Presisi & Akurasi
• Presisi tidak mempengaruhi akurasi.
Alat ukur B lebih akurat daripada A karena nilai rata-rata titik didih air
yang diukur dengan alat ukur B (yaitu: 100,2oC) lebih dekat dengan
nilai sesungguhnya (100oC).
Repeatability Repeatability = Selisih antara dua
pembacaan keluaran (output
readings) dalam suatu pengukuran
berulang untuk suatu nilai masukan
yang sama yang didekati dari arah
yang sama dan dengan kondisi kerja
yang serupa.
Syarat :
1. Proses pengukurannya
sama
2. Pengamatnya sama
3. Instrumen (alat ukurnya)
sama, dan digunakan pada
kondisi yang serupa.
4. Lokasi pengukurannya sama
John G. Webster: Measurement, Instrumentation, and Sensors, ©
1999 by CRC Press LLC. 5. Pengulangan pengukuran
dilakukan dalam selang
waktu yang singkat.
HYSTERESIS Hysteresis = Selisih antara dua
pembacaan keluaran (output
readings) dalam suatu
pengukuran berulang untuk
suatu nilai masukan yang sama
yang didekati dari arah yang
berlawanan.
Penyebabnya:
Keterlambatan aksi elemen
pengindera (Kasus pada sensor
mekanik).
Keterlambatan penjajaran
momen-momen magnet dalam
dalam merespon medan
magnetik eksternal (Kasus pada
sensor magnetik).
• Terkadang, resolusi juga dinyatakan sebagai persen skala penuh (FS) alias
rentang masukan. Contoh: untuk sensor sudut (the angular sensor) yang
memiliki skala penuh 270o, maka resolusi sebesar 0.5o dapat dinyatakan
sebagai
Resolusi = (0.5o/ 270o) x 100% = 0,185%
• Jika suatu sensor tidak dapat merespon seketika, maka nilai stimulus yang
ditunjukkan (yang keluar dari sensor itu) boleh jadi sedikit berbeda dengan
nilai stimulus yang sesungguhnya. Dikatakan bahwa sensor itu merespon
dengan suatu kesalahan dinamik (dynamic error).
• Apabila sebuah sensor merupakan bagian dari suatu system kontol yang juga
memiliki karakteristik dinamik sendiri, maka kombinasi kedua karakteristik
dinamik itu dapat menyebabkan osilasi.
Menentukan Karakteristik Dinamik
jt
x(t ) sin t e
• Analisis Laplace juga dapat digunakan untuk menganalisis perilaku
eksponensial.
t ( j ) t
x(t ) e sin t e
Transformasi Laplace (review)
• Transformasi Laplace suatu sinyal yang berubah terhadap waktu, y(t),
ditunjukkan oleh
L[y(t)] = Y(s)
• Variabel s merupakan suatu bilangan kompleks: s = + j
- Komponen real mendefinisikan perilaku eksponensial yang real
- Komponen imajiner mendefinisikan frekuensi perilaku yang bergetar
(oscillatory behavior).
• Hubungan dasarnya:
• Hubungan
penting lainnya:
wildian@fmipa.unand.co.id
Transformasi Laplace (review)
• Penerapan transformasi Laplace ke model sensor menghasilkan
Posisi kutub-kutub fungsi transfer G(s), yaitu nol-nol penyebutnya, pada bidang-
s menentukan perilaku dinamik sensor tersebut seperti
- komponen-komponen osilasi (oscillating components)
- Peluruhan eksponensial (exponential decays)
- Ketakstabilan (instability)
Lokasi Kutub dan Perilaku Dinamik
Sensor-sensor Orde-Nol
• Sinyal masukan dan keluarannya dihubungkan dengan persamaan:
• Sensor orde-1 memiliki satu elemen yang menyimpan energi dan satu
lainnya melepaskan energi tsb.
• Bentuk responnya:
wildian@fmipa.unand.co.id
Respon Sensor Orde-1
wildian@fmipa.unand.co.id
Contoh Sensor Orde-1
Sensor Orde-2
Step Response Orde-2
Respon Orde-2 (Lanjutan…)
Contoh Sensor Orde-2
Waktu-pemanasan
• Waktu-pemanasan (warm-up time) = waktu yang diperlukan
sejak penerapan daya (atau sinyal eksitasi) ke sensor hingga
saat sensor itu dapat beroperasi dalam ketelitian tertentunya.