Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Geografi Volume 13 No 2 (216 dari 224)

Jurnal Geografi
Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan
Profesi Kegeografian

POLA PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RESIKO BENCANA


TANAH LONGSOR DI KECAMATAN BANJARWANGU
KABUPATEN BANJARNEGARA JAWA TENGAH

Juhadi1, Wahyu Setyaningsih2, Nia Kurniasari3


Staf Pengajar Jurusan Geografi, FIS, Unnes,1,2Mahasiswa Program Studi S1 Geografi, FIS, Unnes3
Email: juhadigeo@mail.unnes.ac.id
Sejarah Artikel
Diterima: Mei 2016
Disetujui: Juni 2016
Dipublikasikan: Juli 2016
Abstract
Objective of this research to determine the pattern of behavior of the community in disaster risk reduction
landslide in the Banjarmangusub district of Banjarnegara district. The main research method is survey.
Data collection technique used test, questionnaire, observation, documentation, interviews and Focus Group
Discussion (FGD). Quantitative and qualitative approaches are used in the data analysis of this research.
The results showed a pattern of behavior in the research community did not show any significant correlation
with the knowledge and attitudes the community in efforts to reduce the risk of landslides. Attitudes and
knowledge of the community in disaster risk reduction landslides goodenough, but not yet reflected in the
pattern of behavior. The pattern of behavior of local communities in efforts to reduce the risk of landslides
still low.
Keyword: community behavior, disaster risk reduction, landslides

Abstrak
Tujuan penelitianiniuntuk mengetahuipola perilaku masyarakat dalam pengurangan resiko bencana tanah
longsor di Kecamatan Banjarmangu Kabupaten Banjarnegara. Metode penelitian utama adalah survei.
Teknik pengumpulan data menggunakan tes, angket, pengamatan, dokumentasi, wawancara, dan Focus
Group Discussion (FGD). Pendekatan kuantitatif dankualitatif digunakan dalam analisis data penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan pola perilaku masyarakat di wilayah penelitian tidak menunjukkan hubungan
yang signifikan dengan pengetahuan dan sikap masyarakat dalam upaya pengurangan resiko bencana tanah
longsor. Sikap dan pengetahuan masyarakat dalam pengurangan resiko bencana tanah longsor cukup baik,
namun belum tercermin di dalam pola perilakunya. Pola perilaku masyarakat setempat dalam upaya
pengurangan resiko bencana tanah longsor masih rendah.
Kata Kunci: perilaku masyarakat, pengurangan resiko bencana ,tanah longsor

© 2016 Universitas Negeri Semarang


 Alamat Korespondensi :
Gedung C1 Lantai 1FIS UNNES
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail : geografiunnes@gmail.com
Jurnal Geografi Volume 13 No 2 (217 dari 224)

1. PENDAHULUAN korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,


Kecamatan Banjarmangu merupa-kan kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
kawasan perbukitan-pegunungan sangat rentan Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah (PP)
dengan risiko rawan tanah longsor. Beberapa No. 21 tahun 2008, pengurangan resiko
dekade terakhir wilayah Banjarwangu telah bencana adalah serangkaian upaya untuk
terjadi bencana tanah longsor yang banyak mengurangi risiko bencana, baik melalui
memakan kurban jiwa dan harta benda(Zakaria, pembangunan fisik maupun penyadaran dan
2014). peningkatan kemampuan menghadapi
Menurut Peraturan Kepala Badan ancaman bencana.
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Tanah longsor adalah salah satu jenis
nomor 4 tahun 2008 dinyata-kan bahwa gerakan massa tanah atau batuan, ataupun
masyarakat sebagai pelaku awal pencampuran keduanya, menuruni atau keluar
penanggulangan bencana sekaligus korban lereng akibat dari terganggunya kestabilan
bencana harus mampu dalam batasan tertentu tanah atau batuan penyusun lereng tersebut.
menangani bencana, sehingga diharapkan Pemicu dari terjadinya gerakan tanah ini
bencana tidak berkembang keskala yang lebih adalah curah hujan yang tinggi serta
besar. Masyarakat perlu pemahaman tentang kelerengan tebing (BNPB, 2008).
upaya menghadapi risiko bencana longsor yang Tujuan penelitian ini adalah untuk
dapat mengancam keselamatan. Meningkatnya mengetahui pola perilaku masyarakat dalam
potensi bencana tanah longsor karena pengurangan resiko bencana tanah longsor di
peningkatan jumlah penduduk dan aktivitas dari Kecamatan Banjarmangu Kabupaten
masyarakat dalam mengelola lingkungan. Hal Banjarnegara. Pola perilaku masyarakat dalam
ini berarti kesadaran masyarakat terhadap upaya upaya pengurangan resiko bencana tanah
pengurangan resiko bencana tanah longsor longsor dalam penelitian ini dikaji dari aspek
sangat penting. tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku
Menurut Undang-Undang Nomor masyarakat terhadap mitigasi bencana tanah
24tahun 2007 bencana adalah peristiwa atau longsor dan mengetahui hubungan antara
rangkaian peristiwa yang mengancam dan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat terhadap mitigasi bencana tanah
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor longsor di Kecamatan Banjarmangu.
alam dan/atau faktor non alam maupun factor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
© 2016 Universitas Negeri Semarang
 Alamat Korespondensi :
Gedung C1 Lantai 1FIS UNNES
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail : geografiunnes@gmail.com
Jurnal Geografi Volume 13 No 2 (218 dari 224)

2. METODOLOGI Kecamatan Banjarmangu bagian utara


Penelitian dilaksanakan di Kecamataan merupakan daerah pegunungan dan berbukit-
Banjarmangu Kabupaten Banjarnegara Provinsi bukit, sedangkan wilayah bagian selatan
Jawa Tengah. Populsai penelitian adalah merupakan daerah yang relatif datar.
masyarakat yang tinggal di wilayah Kecamatan Ketinggian wilayah Kecamatan serkisar
Banjarmangu dengan unit analisis kepala 300m–800m dari permukaan laut. Kecamatan
keluarga. Teknik sampling yang digunakan Banjarmangu memiliki jenis tanah Alluvial
adalah startified proporsional random Andosol dan Organosol, serta beriklim sedang
sampling. Teknik pengumpulan data dengan suhu rata-rata mencapai 23o-
menggunakan tes, angket, pengamatan, 320Celcius (Kecamatan Banjarmangu Dalam
wawancara, dokumentasi dan focus group Angka 2014). Pemanfaatan lahan Kecamatan
discussion (FGD). Teknik analisis Banjarmangu tahun 2015 sebagaimana Tabel 1
menggunakan analisis frekuensi, statistik berikut.
tabulasi silang (crosstab), analisis SIG, analisis Tabel 01. Penggunaan Lahan Wilayah
deskriptif kualitatif. Penelitian ini Kecamatan Banjarwangu Kabupaten
Banjarnegara 2014
menggunakan teknik keabsahan data dengan
Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persen
teknik triangulasi sumber dan triangulasi teknik Hutan 326,53 6,11
(Moleong, 2007:330). Kebun Campur 2181,37 40,83
Pemukiman 574,28 10,75
Sawah Irigasi 1581,73 29,61
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Sawah Non Irigasi 3,09 0,06
Kecamatan Banjarmangu secara Tegalan 384,57 7,20
Air tawar 75,02 1,40
geografis terletak diantara 109038’10’’ - BT – Belukar/Semak 216,02 4,04
1090 43’30’’ Bujur Timur dan 07017’00’’ LS Total 5342,61 100,00
Sumber: Pengolahan, 2016
dan 0723’50’’ Lintang Selatan. Secara
Dalam Tabel 1 menunjukkan penggunaan
administratif Kecamatan Banjarmangu
lahan terbesar adalah kebun campuran, dan
dibatasi oleh 6 Kecamatan. Sebelah utara
sawah irigasi. Kawasan budidaya mendominasi
berbatasan Kecamatan Karangkobar. Sebelah
wilayah Kecamatan Banjarwangu (Gambar 1).
timur Kecamatan Madukara. Sebelah selatan
Peta pada Gambar 1 menunjukkan
berbatasan Kecamatan Banjarnegara dan
bahwa sebagian besar wilayah telah tertutup
Kecamatan Bawang. Sebelah Barat berbatasan
oleh kawasan budi daya tanaman pertanian.
Kecamatan Wanadadi dan Kecamatan
Punggelan.
© 2016 Universitas Negeri Semarang
 Alamat Korespondensi :
Gedung C1 Lantai 1FIS UNNES
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail : geografiunnes@gmail.com
Jurnal Geografi Volume 13 No 2 (219 dari 224)

tingkat pengetahuan masyarakat terhadap


mitigasi bencana tanah longsor termasuk
kategori cukup di Kecamatan Banjarmangu
(Tabel 1).
Tingkat pengetahuan masyarakat terdapat
sedikit perbedaan di daerah setiap tingkat
kerawanan. Tingkat pengetahuan masyarakat
yang tinggal di daerah rawan dan agak
rawan lebih baik dibandingkan dengan tingkat
pengetahuan masyarakat yang tinggal di daerah
kurang rawan. Hal ini karena masyarakat yang
tinggal di daerah rawan dan agak rawan,
lebih mendapat perhatian khusus dalam
pemberian pendidikan kebencanaan tanah
longsor oleh BPBD Kabupaten Banjarnegara.
Pengetahuan masyarakat terhadap
Gambar 1. Peta Penggunaan Lahan mitigasi bencana tanah longsor juga dapat
Kecamatan Banjarwangu
Kabupaten Banjarnegara dilihat pada hasil peta partisipatif (Gambar 02)
daerah rawan tanah longsor yang dibuat oleh
3.1 Tingkat Pengetahuan Masyarakat masyarakat. Pengetahuan masyarakat
Terhadap Bencana Tanah Longsor dan mengenai lingkungan sekitar cukup baik. Hal
Mitigasi Bencana Tanah Longsor di ini tampak pada kemampuaan dalam
Kecamatan Banjarmangu menuangkan peta mental ke dalam peta
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, partisipatif dapat diselesaikan dengan baik dan
yang didapatkan seseorang melalui proses detail.
penginderaan terhadap suatu kejadian tertentu. Hasil penelitian menunjukkan,
Masyarakat sebagai pelaku awal sebesar 92,7% masyarakat mengetahui
penanggulangan bencana sekaligus korban bahwa curah hujan yang tinggi dan
bencana telah melihat, mengamati, mendengar berlangsung lama dapat memicu terjadinya
dan merasakan secara langsung bagaimana tanah longsor. Namun di sisi lain, sebagian
terjadinya tanah longsor di lingkungannnya. besar masyarakat belum memahami secara
Hasil penelitian menunjukkan bahwa benar gejala-gejala tanah longsor dan
© 2016 Universitas Negeri Semarang
 Alamat Korespondensi :
Gedung C1 Lantai 1FIS UNNES
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail : geografiunnes@gmail.com
Jurnal Geografi Volume 13 No 2 (220 dari 224)

penyebab tanah longsor. Demikian Tabel 02. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terhadap
Mitigasi Bencana Tanah Longsor Di Kec. Banjarmangu
pula masyarakat yang paham bahwa kondisi
Kabupaten Banjarnegara
tanah kurang padat dan tebal berpotensi No. Interval Parameter Kategori f %
1 76% - 100% Baik 41 41,10%
terjadinya tanah longsor hanya dijumpai pada
2 56% - 75% Cukup 48 48%
31,6% responden. Selebihnya sangat tidak 3 55% - 40% Kurang 10 10,1
4 < 40% Tidak Baik 0 0%
memahami gejala atau ciri-ciri suatu tanah
Jumlah 90 100%
yang rentan terhadap bahaya longsor. Sumber: Kurniasari, 2016

Gambar 02. Peta Partisipatif Daerah Rawan Tanah Longsor Desa Paseh, Desa Paseh Kec.
Banjarmangu Kab. Banjarnegara (Foto: Nia, , 04/09/2015)

3.2 Sikap Masyarakat Terhadap Mitigasi termasuk kategori sangat baik.


Bencana Di Kecamatan Banjarmangu Masyarakat meyakini miti-gasi bencana
Sikap merupakan persepsi dan dapat memberikan manfaat untuk
tingkah laku yang terdiri dari komponen mengurangi risiko bencana tanah longsor.
kognitif, afektif, dan konatif. Sikap inilah Masyarakat merasa senang dan ingin ikut
yang mendasari seseorang untuk bereaksi serta dalam melakukan upaya mitigasi
terhadap rangsangan suatu obyek. bencana tanah longsor di Kecamatan
Berdasarkan hasil penelitian, sikap Banjarmangu. Tidak semua aspek upaya
masyarakat di Kecamatan Banjarmangu mitigasi bencana tanah longsor mendapat
terhadap mitigasi bencana tanah longsor dukungan oleh masyarakat terutama yang

© 2016 Universitas Negeri Semarang


 Alamat Korespondensi :
Gedung C1 Lantai 1FIS UNNES
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail : geografiunnes@gmail.com
Jurnal Geografi Volume 13 No 2 (221 dari 224)

berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan memperhatikan aturan yang sesuai dengan


masyarakat. Seperti misalnya penanaman prinsip mitigasi bencana. Wilayah di lereng
pohon-pohon berakar kuat di sekitar lereng, atas mengalami alih fungsi lahan menjadi
karena kepentingan ekonomi masyarakat. lahan perkebunan salak. Masyarakat menilai
Selain itu, masyarakat belum memiliki selain untuk pemenuhan kebutuhan dan juga
sikap baik dan peduli terhadap dampak meyakini tanaman salak dapat mengurangi
mendirikan bangunan rumah maupun fasilitas risiko bencana tanah longsor.
fisik lainnya di sekitar lereng. Perilaku masyarakat tercermin dalam
3.3 Perilaku Masyarakat Terhadap perilaku pemanfaatan lahan.. Berdasarkan Peta
Mitigasi Bencana Tanah Longsor di RTRW Kecamatan Banjarnegara tahun 2011-
Kecamatan Banjarmangu 2031 (Gambar 03) terlihat pemanfaatan
Masyarakat dan lingkungan merupa--kan lahan paling dominan yakni kebun. Peta
sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, keduanya penggunaan lahan Kecamatan Banjarmangu
memiliki hubungan timbal balik yang tahun 2015 menunjukkan bahwa kawasan
sangat erat. Cara manusia berperilaku dapat kebun campur masih merupakan kawasan
mempengaruhi keadaan lingkungan. Hasil terluas dengan luas 2181,37 Ha
penelitian menunjukkan bahwa perilaku (40,83%).
masyarakat di Kecamatan Banjarmangu Hasil analisis tumpang susun dari
terhadap mitigasi bencana tanah longsor Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tahun
termasuk masih rendah. Masyarakat 2011-2031 dengan peta tutupan lahan dan peta
setempat belum sepenuhnya melakukan upaya rawan longsor Kecamatan Banjarmangu
mitigasi bencana tanah longsor di daerah (Gambar 04).
penelitian. Dalam Gambar 4 tampak bahwa
Perilaku masyarakat yang bertempat wilayah Kecamatan Banjarmangu didominasi
tinggal di daerah rawan memiliki perilaku wilayah yang rawan longsor. Peristiwa tanah
yang kurang baik. Dimana masih banyak longsor sering terjadi di wilayah tata lahan
dijumpai masyarakat yang mengelola lahan persawahan, peladangan (tegalan), dan
untuk usaha pertanian musiman pada lereng- adanya genangan air di lereng yang
lereng curam, yang seharusnya perlu dijaga terjal. Lahan persawahan sangat rentan
agar tidak terjadi longsor. Masyarakat terjadinya tanah longsor karena akar tanaman
mencetak lahan persawahan dan mendirikan padi kurang kurang kuat mengikat butir
rumah di sekitar lereng dengan tidak tanah dan membuat tanah menjadi lembek
© 2016 Universitas Negeri Semarang
 Alamat Korespondensi :
Gedung C1 Lantai 1FIS UNNES
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail : geografiunnes@gmail.com
Jurnal Geografi Volume 13 No 2 (222 dari 224)

dan lahan ini jenuh air sehingga mudah longsor (Istiati, 2008). Semakin bertambah
tahun, jumlah peristiwa tanah longsor semakin peruntukannya. Penggunaan lahan di
meningkat. Hal ini dikarenakan salah satu daerah rawan tidak jauh berbeda dengan
faktor penyebab tanah longsor yaitu jenis peta tutupan lahan.
tata lahan yang tidak sesuai dengan

Gambar 04. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banjarnegara


Tahun 2011-2031

3.4 Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, di daerah penelitian. Sebagaimana terlihat dari
dan Perilaku Masyarakat terhadap hasil nilai Asymp. Sig adalah 0,629, nilai
Mitigasi Bencana Tanah Longsor p lebih dari 0,05.
Analisis hubungan ketiga variabel Tabel 5 menunjukkan bahwa, sikap
kasadaran masyarakat terhadap mitigasi masyarakat tidak memiliki hubungan yang
bencana tanah longsor di Kecamatan signifikan dengan perilaku masyarakat
Banjarmangu dengan variabel pengendali terhadap mitigasi bencana tanah longsor.
perilaku. Dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5. Sebagaimana terlihat dari hasil nilai Asymp.
Tabel 4 tampak tingkat pengetahuan Sig adalah 0,601, bahwa nilai p lebih dari
masyarakat tidak memiliki hubungan yang 0,05.
signifikan dengan perilaku masyarakat Berdasarkan teori kesadaran yang
terhadap mitigasi bencana tanah longsor diungkapkan oleh Soekanto bahwa terdapat

© 2016 Universitas Negeri Semarang


 Alamat Korespondensi :
Gedung C1 Lantai 1FIS UNNES
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail : geografiunnes@gmail.com
Jurnal Geografi Volume 13 No 2 (223 dari 224)

suatu hubungan antara pengetahuan, sikap, disebabkan kepentingan ekonomi masyarakat


dan perilaku seseorang terhadap sesuatu yang (pemenuhan kebutuhan masyarakat) dan
pada akhirnya membentuk kesadaran (2007). tidak adanya kebijakan pemerintah yang
Teori kesadaran lainnya diungkapkan oleh mengatur pelaksanaan mitigasi bencana.
Husserl mengemukakan kesadaran Maka yang terjadi, masyarakat hanya
merupakan pikiran sadar (pengetahuan yang melakukan tindakan sesuai keinginan dan
mengatur akal, hidup wujud yang sadar, keyakinan mereka.
bagian dari sikap dan perilaku yang
dilukiskan sebagai gejala dalam alam dan 4. KESIMPULAN
harus dijelaskan berdasarkan prinsip sebab Tingkat pengetahuan mitigasi bencana
musabab. tanah longsor masyarakat Kecamatan
Tindakan sebab musabab yang Banjarmangu terhadap termasuk kategori
mengunggah jiwa untuk membuat pilihan cukup. Demikian pula aspek sikap di
baik-buruk atau indah-jelek (Neolaka: 2008). Kecamatan Banjarmangu masyarakat terhadap
Berdasarkan hasil penelitian tidak terdapat mitigasi bencana tanah longsor termasuk
hubungan positif antara tingkat pengetahuan, kategori sangat baik. Masyarakat bersikap
sikap, dan perilaku. Terbukti bahwa tingkat positif terhadap manfaat pelaksanaan mitigasi
pengetahuan masyarakat terhadap mitigasi bencana tanah longsor. Namun demikian
bencana tanah longsor yang termasuk cukup, dalam aspek perilaku, masyarakat di
sikap masyarakat juga termasuk sangat baik, Kecamatan Banjarmangu termasuk
tidak menjamin dapat terjalin hubungan kategori kurang dalam melakukan mitigasi
perilaku yang sesuai dengan pengetahuan dan bencana tanah longsor.
sikap masyarakat. Hasil analisis hubungan antara
Penilaian kesadaran menurut tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku
Poedjawijatna, menusia dinilai oleh manusia masyarakat terhadap mitigasi bencana
lain melaui tindakan dan menekankan adanya tanah longsor terbukti tidak menunjukkan hasil
faktor kesengajaan dalam memilih tindakan yang signifikan. Dimana tidak terdapat
baik maupun buruk (Neolaka: 2008). hubungan yang signifikan antara tingkat
Kesadaran masyarakat terhadap mitigasi pengetahuan dengan perilaku, dan antara
bencana termasuk kurang, karena perilaku sikap dengan perilaku masyarakat.
masyarakat sebagian besar belum sesuai
upaya mitigasi bencana. Hal tersebut,
© 2016 Universitas Negeri Semarang
 Alamat Korespondensi :
Gedung C1 Lantai 1FIS UNNES
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail : geografiunnes@gmail.com
Jurnal Geografi Volume 13 No 2 (224 dari 224)

5. DAFTAR PUSTAKA
BPS Kabupaten Banjarnegara. 2014.
Kecamatan Banjarmangu dalam Angka
Tahun 2014.
Istiati. 2008. Siaga Menghadapi Bencana
Tanah Longsor. Klaten: SAHABAT
Kurniasari, Nia. 2016. Kajian Tingkat
Kesadaran Masyarakat Terhadap
Mitigasi Bencana Tanah Longsor di
Kabupaten Banjarnegara Tahun 2015.
Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Sosial
UNNES
Liesnoor, Dewi S; Isti Hidayah; Juhadi;
Tjaturahono BS; Ananto Aji; M.Aryono
Adhi; Arif Widiyatmoko; Satya Budi
Nugraha. 2016. Panduan Pengurangan
Resiko Bencana (PRB) Sekolah.
Semarang: Universitas Negeri
Semarang. CV. Swadaya Manunggal.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Neolaka.2008. Kesadaran Lingkungan.
Jakarta:Rineka Cipta
Soekanto, Soerjono. 2007.Kesadaran
Hukum dan Kepatuhan Hukum.
Jakarta:CV Rajawali.
Undang-undang RI No.24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana.
Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008
tentang Mitigasi Bencana.

© 2016 Universitas Negeri Semarang


 Alamat Korespondensi :
Gedung C1 Lantai 1FIS UNNES
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail : geografiunnes@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai