Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

Halaman
Judul
Daftar
Isi

Transistor Sebagai Saklar

.........................................................................................................
...........................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
1.2 Tujuan dan
Manfaat

.......................................................................................
......................

.................................................................................
.....................

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Transistor
2.2 Pengertian Transistor
Sebagai Saklar
2.3 Contoh Penerapan
Transistor
Sebagai Saklar

........................................................................
...................
........................................................................
...................
..................................................................
................

4
4
9

BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan

...........................................................................................
........................

13

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Sejarah transistor pada awalnya di temukan oleh William Shockley dan


John Barden pada tahun 1948. Transistor awal mulanya di pakai dalam praktek
pada tahun 1958. Pada saat ini ada dua jenis tipe transistor, yaitu transistor tipe
P N P dan transistor jenis N P N. Dalam rangkaian digital, transistor di
gunakan sebagai saklar untuk kecepatan tinggi. Beberapa transistor juga dapat
di rangkaian sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate, memory
dan komponen lainnya.
Kebanyakan ahli sejarah mengira bahwa dunia elektronika dimulai ketika
Thomas Alpha Edison menemukan bahwa filamen panas memancarkan elektron
(1883). Untuk merealisasi nilai komersial dari penemuan Edison, Fleming
mengembangkan dioda hampa (1906). Sampai 1950, tabung hampa
mendominasi elektronik, mereka digunakan dalam penyearah, pnguat, osilator,
modulator dan lain-lainnya.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan berkurangnya penggunaan
tabung hampa dimasa sekarang ini. Hal ini dapat dilihat perbedaannya yang
sangat mencolok jika dibandingkan dengan transistor begitu pula dengan
kelebihan dan kekurangannya.
Perbedaan tabung hampa dan transistor adalah sebagai berikut :
1. Pada Tabung Hampa
a. Mempunyai fisik besar dan kurang praktis
b. Mempunyai 3 kaki yang terdiri dari anoda, katoda dan kasa kemudi
c. Banyak terbuat dari kaca sehingga rangkaian di dalamnya tampak
dengan nyata
d. Tidak tahan terhadap goncangan
e. Memerlukan tegangan atau energi yang cukup besar
2. Pada Transistor
a. Bentuk fisik kecil dan praktis
b. Mempunyai 3 kaki yang terdiri dari basis, kolektor dan emitor
c. Rangkaian dalam transistor tidak kelihatan dari luar karena terbungkus
plat atau mika
d. Tahan terhadap goncangan
2

e. Hanya membutuhkan tegangan atau energi listrik yang minimum,


hanya kira-kira beberapa volt saja
Sejak ditemukannya transistor maka terjadilah revolusi di dalam dunia
elektronika, karena transistor memiliki keuntungan yang lebih dibanding tabung
hampa. Namun pada dasarnya, antara tabung hampa dengan transistor hampir
sama dengan tabung elektroda atau tabung elektron. Persamaan ialah pada
kakinya sebagai berikut :
Katoda = Emitor
Anoda = Kolektor
Kasa Kemudi = Basis
Transistor daya memiliki karakteristik kontrol untuk menyala dan mati.
Transistor digunakan sebagai elemen saklar, dioperasikan dalam wilayah
saturasi, menghasilkan dalam drop tegangan kondisi on yang rendah. Kecepatan
pensaklaran transistor modem lebih tinggi daripada thyristor secara normal
digunakan dalam aplikasi daya rendah sampai menengah.
Pada umumnya transistor berfungsi sebagai suatu switching (kontak onoff). Adapun kerja transistor yang berfungsi sebagai switching ini, selalu berada
pada daerah jenuh (saturasi) dan daerah cut off.

1.2

Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memberikan informasi


mengenai karakteristik dan penerapan transistor sebagai saklar. Sedangkan
manfaatnya adalah agar mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan
karakteristik dari transistor sebagai saklar.

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Transistor

Pengertian transistor adalah komponen elektronika terbuat dari alat


semikonduktor yang banyak dipakai sebagai penguat, pemotong (switching),
stabilisasi tegangan, modulasi, sinyal dan masiih banyak lagi fungsi lainnya.
Pengertian transistor pada alat semikonduktor mempunyai 3 elektroda (triode),
yaitu dasar (basis), pengumpul (kolektor), dan pemancar (emitor).
Transistor juga memiliki banyak kegunaan, salah satunya adalah
berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus inputnya(BJT) atau
tegangan inputnya (FET) memungkinkan mengalirkan arus listrik yang sangat
akurat dari sirkuit sumber listriknya. Tegangan yang memiliki satu terminal
contohnya adalah emitor yang dapat dipakai unuk mengatur arus dan tegangan
yang lebih besar daripada input basis.
Dalam sebuah rangkaian analog, komponen transistor dapat digunakan
dalam penguat (amplifier). Komponen yang terdapat dalam rangkaian analog
antara lain pengeras suara, sumber listrik stabil dan penguat sinyal radio. Jadi
pengertian transistor dapat dibilang sebagai pemindahan atau peralihan bahan
setengah penghantar menjadi penghantar pada suhu tertentu.
Pengertian transistor merupakan komponen yang sangat penting dan
diperlukan untuk sebuah rangkaian elektronika. Tegangan yang terdapat pada
transistor merupakan yegangan satu terminal, misalnya emitor yang dapat
dipakai untuk mengatur arus dan tegangan inputnya, memungkinkan pengaliran
listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya.
Cara kerja transistor hampir mirip dengan cara kerja resistor, yang juga
memiliki tipe tipe dasar yang modern. Pada saat ini ada 2 tipe dasartransistor
modern, yaitu tipe Bipolar Junction Transistor (BJT) dan tipe Field Effect Transistor
(FET) yang memiliki cara kerja berbeda-beda tergantung dari kedua jenis
tersebut.
4

2.2

Pengertian Transistor Sebagai Saklar

Transistor sebagai saklar adalah penggunaan transistor pada salah satu


kondisi yaitu saturasi dan cut off. Pengertiannya adalah jika ada sebuah
transistor berada dalam keadaan saturasi maka transistor tersebut akan seperti
saklar tertutup antara colektor dan emitor, sedangkan apabila transistor dalam
keadaan cut off transistor tersebut akan berlaku seperti saklar terbuka.
Pengertian cut off adalah kondisi transistor dimana arus basis sama
dengan nol, arus output pada colector sama dengan nol, sedangkan tegangan
pada colektor maksimal atau sama dengan tegangan supply. Saturasi adalah
kondisi dimana transistor dalam keadaan arus basis adalah maksimal, arus
colektor adalah maksimal dan tegangan yang dihasilkan colector-emitor adalah
minimal.
Apabila
terdapat
rangkaian
transistor
sebagai
saklar
banyak
menggunakan jenis transistor NPN, maka ketika basis diberi tegangan tertentu,
transistorakan berada dalam kondisi ON, sedangkan besar tegangan pada basis
tergantung dari spesifikasi transistor itu sendiri. Dengan cara mengatur bias
sebuahtransistor menjadi jenuh, maka seolah akan didapat hubungan singkat
antara kaki colector dan emitor.
Terminal basis akan dengan cepat mengontrol arus yang mengalir dari
colektor menuju emitor. Arus yang dihasilkan dari tegangan input akan
menyebabkan transistor saturasi menjadi saklar tertutup, akibat dari kejadian ini
arus akan mengalir dari colektor ke emitor , pada saat kondisi tegangan colektor
emitor mendekati 0 volt.
Sebaliknya jika tegangan transistor sebagai saklar tidak diberikan arus
tegangan, maka transistor akan berada dalam kondisicut off dan terminal
colector emitor terputus seolah olah saklar menjadi terbuka. Akibat dari
pemutusan ini arus tidak akan mengalir dari colektor menuju emitor. Dalam
kondisi ini tegangan yang dihasilkan akan maksimal.
Kalau misalkan transistor dipakai hanya pada dua titik yaitu titik putusdan
titik saturasi, amak transistor akan dipakai sebagai saklar. Daya yang diserap
oleh 2 titik ini sangat kecil, tetapi dalam keadaan aktif daya yang diserap
transistor akan lebih besar. Sebab pemakaian yang mana menggunakan arus
lebih besar harus diupayakan agar daerah yang dilewati aktif, sehingga
transistor tidak menjadi terlalu panas.

Salah satu fungsi dari rangkaian transistor emitor bersama adalah sebagai
saklar seperti pada gambar 2.1, yang bekerja pada dua daerah kerja yaitu
daerah jenuh (saturasi) daerah mati (cut of), grafik terlihat pada gambar 2.2.

Jika VB=0, maka IB=0 dan IC=0, pada kondisi ini transistor pada kondisi tidak
menghantarkan arusIC atau dengan kata lain kondisi saklar terbuka (OFF).
Analogi transistor ketika OFF seperti pada gambar 2.3 berikut.

Daerah yang diarsir biru adalah daerah cut-of. Pada saat cut-of kondisi
transistor adalah arus output pada kolektor mendekati dengan nol, tegangan
pada kolektor maksimum atau sama dengan tengangan sumber dan arus basis
mendekati nol.
Pada saat saturasi kondisi transistor adalah arus basis maksimal
(IB=max)sehingga menghasilkan arus kolektor maksimum (I C=max) dan
tegangan kolektor emitor minimum (VCE=0).

Pada saat kondisi saturasi, sambungan Basis Emittor mendapat bias maju yang
membuat IB mengalir cukup besar yang menyebabkan I C saturasi seperti pada
persamaan 2.1, sehingga :

Jika nilai VCE pada saat saturasi sangat kecil (0,2 sampai dengan 0,3 V) sehingga
VCE dapat diabaikan, maka arus ICdapat dihitung dengan melihat persamaan 2.2:

Adapun IBminimum yang diperlukan untuk membuat saturasi pada persamaan


2.3 berikut:

Secara signifikan harus lebih besar dari I B(min) untuk membuat transistor dalam
keadaan saturasi. Dari rangkaian gambar untuk menghitung nilai I B diperoleh
persamaan 2.4 sebagai berikut :

pada kondisi saturasi (jenuh) IB dapat dinaikkan, tetapi tidak dapat menaikkan
IC. Pada kondisi ini, diperoleh persamaan 2.5 dan 2.6 sebagai berikut:

Keterangan :

Sebagai contoh, kita memiiliki lampu yang akan kita kendalikan (ON/OFF) dengan
sebuah saklar. Maka rangkaian sederhananya seperti yang terlihat pada gambar
di bawah (a).
Sebagai ilustrasi, mari kita ganti saklar tersebut dengan sebuah transistor
agar terlihat bagaimana transistor dapat mengontrol aliran elektron melalui
lampu. Harap diingat bahwa arus yang mengalir melalui transistor harus berada
diantara kolektor dan emitor, karena arus itu lah yang mengalir kelampu dan
yang akan kita kontrol, kita harus memposisikan kolektor dan emitor dimana dua
kontak saklar sebelumnya berada. Kita juga harus memastikan bahwaarus lampu
akan bergerak melawan arah anak panah emitor untuk memastikan bahwa bias
penyimpangan transistornya benar seperti yang terlihat pada gambar (b).

Transistor PNP juga dapat digunakan sebagai saklar, pernerapannya seperti yang
terlihat pada gambar di atas (c).
Penggunaan tipe transistor antara NPN dan PNP tidak dipermasalahkan, yang
penting adalah pembiasan arah arusnya benar (elektron mengalir melawan arah
anak panah transistor).

Kembali ke transistor NPN dalam contoh rangkaian, kita dihadapkan


dengan kebutuhan untuk menambahkan komponen sehingga kita dapat memiliki
arus basis. Jika basis tidak memiliki input, maka arus basis akan selalu nol dan
transistor tidak akan aktif, lampu pada rangkaian pun tidak akan menyala. Harus
diingat bahwa untuk transistor NPN, arus basis harus terdiri dari elektronelektron yang mengalir dari emitor ke basis (berlawanan arah dengan simbol
anak panahnya, seperti arus lampu). Mungkin hal yang paling sederhana yang
harus dilakukan adalah memasang saklar antara kaki basis dan kaki kolektor
seperti yang terlihat pada gambar di bawah (a).

Jika saklar dalam keadaan terbuka seperti gambar di atas (a), kaki basis
transistor dibiarkan menggantung atau tidak terhubung pada apapun dan tidak
akan ada arus yang melaluinya. Dalam keadaan ini, transistor dikatakan
terpotong (cut off). Jika saklar ditutup seperti yang terlihat pada gambar di atas
(b), elektron akan dapat mengalir dari emitor ke basis, melalui saklar dan naik ke
sisi kiri lampu. Dalam keadaan ini, arus rangkaian menjadi maksimum dan
transistor berada di titik jenuhnya.
Mungkin anda berpikir bahwa rangkaian di atas terlihat sia-sia,
menggunakan transistor untuk mengendalikan lampu yang pada akhirnya anda
masih membutuhkan saklar, benar kan??? Jika kita masih menggunakan saklar
untuk mengontrol lampu lalu apa gunanya transistor mengendalikan arus?
Kenapa tidak kembali saja ke rangkaian originalnya dan menggunakan saklar
langsung untuk mengendalikan arus lampu?
Dua hal yang dapat disimpulkan dari rangkaian ilustrasi di atas adalah sebagai
berikut:
1. Transistor hanya memerlukan arus basis yang relatif rendah agar ON dan
transistor dapat mengangkat arus beban (lampu) yang relatif lebih besar.
Ini bisa menjadi keuntungan karena kita bisa menyalakan lampu yang
arusnya besar menggunakan transistor yang kebutuhan arusnya kecil.
2. Dengan transistor kita dapat mengaplikasikan rangkaian kontrol lampu
dengan cara yang berbeda dari kontrol lampu yang hanya menggunakan
saklar. Pertimbangkan gambar di bawah. Sepasang sel surya (solar cell)
menyediakan 1 volt untuk mengatasi 0,7 VBE transistor agar arus basis
mengalir yang kemudian mengontrol lampu.

2.3

Contoh Penerapan Transistor Sebagai Saklar

Penerapan transistor sebagai saklar banyak dijumpai pada rangkaian


elektronika saat ini. Salah satunya yang cukup populer adalah penerapan
transistor sebagai saklar pada sistem otomatis lampu taman.

Rangkaian diatas merupakan rangkaian sensor cahaya yang sederhana dan


sering ditemui.
Rangkaian sensor diatas menggunakan LDR sebagai alat perasa perubahan
intensitas cahaya. LDR (Light Dependent Resistor) adalah komponen elektronika
yang pada dasarnya mempunyai sifat yang sama dengan resistor, hanya saja
nilai resistansi dari LDR berubah-ubah sesuai dengan tingkat intensitas cahaya
yang diterimanya. Rangkaian diatas bisa digunakan untuk pengaktifan lampu
taman. Pada saat hari mulai malam maka lampu tersebut akan menyala
otomatis layaknya lampu taman. Pengaturan kepekaan dari sensor digunakan
potensio VR1 100 K. Adapun komponen yang diperlukan sbb :
1. LDR
2. Q1 : Transistor BC107 atau BC 547
3. VR1 : Potensio 100 Kohm
4. RL1 : Relay 9 Volt
5. R1 : 1K
6. R2 : 47 Kohm
10

7. BL1 : Lampu taman


Prinsip kerja dari rangkaian sensor cahaya diatas sebenarya sangat
sederhana. Pembagian tegangan antara VR1 dan LDR merupakan inti dari
rangkaian sensor cahaya diatas. Kenaikan tegangan pada VR1 akan mengurangi
tegangan yang jatuh pada LDR, begitupun sebaliknya kenaikan tegangan pada
LDR akan mengurangi tegangan jatuh pada VR1. Pembagian tegangan sesuai
dengan rumus pembagi tegangan yang berlaku pada rangkaian seri, tegangan
supply 9 volt sama dengan jumlah tegangan pada R1, VR1 dan LDR. VR1
digunakan untuk memposisikan tegangan pada LDR supaya berada pada titik
kritis dan tidak sampai membuat transistor Q1 menjadi aktif. Sehingga pada saat
kedaan cahaya semakin gelap tegangan pada LDR akan membuat transistor Q1
menjadi aktif. Hal ini dikarenakan nilai resistansi LDR akan naik apabila intensitas
cahaya semakin gelap. Jika kita ingin membuat rangkaian sensor yang aktif
pada saat cahaya semakin terang maka kita tinggal menukar posisi antara LDR
dengan potensio VR1. Untuk prinsip kerjanya pada dasarnya sama dengan
rangkaian sensor cahaya aktif gelap diatas. Kesemua rangkaian memanfaatkan
hukum pembagi tegangan atau pengaturan arus ke basis transistor yang
digunakan sebagai saklar.
Sebagai catatan bahwa sensor cahaya yang menggunakan LDR sebagai
komponen peng-indra atau perasa mempunyai respon yang relatif lambat.
Sehingga jika ingin membangun rangkaian yang mempunyai respon yang cepat
seperti untuk penghitungan pada rangkaian counter maka LDR tidak cocok untuk
digunakan. Jika mengharapkan sensitifitas yang lebih tinggi bisa memanfaatkan
sensor infra merah atau komponen sensor yang lain. Cahaya infra merah bisa
didapatkan dengan membuat rangkaian pemancar infra merah yang terdiri dari
led infra merah yang berfungsi sebagai pengahasil cahaya infra merahnya.

11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Transistor adalah komponen aktif yang menggunakan aliran electron
sebagai prinsip kerjanya didalam bahan. Sebuah transistor memiliki tiga daerah
doped yaitu daerah emitter, daerah basis dan daerah disebut kolektor. Transistor
ada dua jenis yaitu NPN dan PNP. Transistor memiliki dua sambungan: satu
antara emitter dan basis, dan yang lain antara kolektor dan basis. Karena itu,
sebuah transistor seperti dua buah dioda yang saling bertolak belakang yaitu
dioda emitter-basis, atau disingkat dengan emitter dioda dan dioda kolektorbasis, atau disingkat dengan dioda kolektor.
Bagian emitter-basis dari transistor merupakan dioda, maka apabila dioda
emitter-basis dibias maju maka kita mengharapkan akan melihat grafik arus
terhadap tegangan dioda biasa. Saat tegangan dioda emitter-basis lebih kecil
dari potensial barriernya, maka arus basis (I B) akan kecil. Ketika tegangan dioda
melebihi potensial barriernya, arus basis (IB) akan naik secara cepat.

12

Anda mungkin juga menyukai