Disusun Oleh :
1
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................................ 3
1. PENDAHULUAN ............................................................................................................ 4
2. BEND LOSS & ATTENUATION ................................................................................... 5
2.1. Faktor Rugi Bendingan (Bend Loss Factor)............................................................... 6
2.2. Sensitifitas Panjang gelombang pada Bending .......................................................... 7
2.3. Radius Kritis ............................................................................................................... 8
3. PERCOBAAN .................................................................................................................. 8
3.1. Loss Event .................................................................................................................. 8
3.2. Menentukan Bending Loss ......................................................................................... 9
3.3. Monitoring ................................................................................................................ 11
4. DISKUSI ......................................................................................................................... 13
5. KESIMPULAN ............................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 15
2
ABSTRAK
3
1. PENDAHULUAN
Atenuasi serat optik semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Bending loss/rugi-rugi
pembengkokan adalah salah satu yang berkontribusi terhadap kurangnya kinerja serat [1]
dan meningkatnya atenuasi daya secara keseluruhan dari serat optik tertentu [2].
Bending/pembengkokan dari serat optik dapat banyak ditemukan pada titik terminasi dan
titik penggabungan. Untuk serat kabel jarak jauh, terdapat banyak lokasi penggabungan.
Seperti ditunjukkan pada Gambar 1, terdapat bending/pembengkokan pada serat optik
didalam join closure.
Desain standar dari join closure akan memungkinkan bending dengan adius yang cukup
besar sehingga tidak ada rugi-rugi pembengkokan (bed loss) yang akan terjadi. Sayangnya,
terdapat loss yang tinggi terdeteksi dengan menggunakan Optical Time-Domain
Reflectometer (OTDR) pada beberapa lokasi dari titik-titik pertemuan untuk jarak yang jauh
pada single mode fiber. Seperti ditunjukkan pada Gambar 2, Loss tinggi terdeteksi dengan
panjang gelombang sebesar 1550 nm.
4
Bend loss point
Rugi-rugi pembengkokan / Bend loss adalah jenis kerugian / loss yang disebabkan oleh
pembengkokan dari serat optik. Nilai loss tergantung pada Mode Field Diameter (MFD),
panjang gelombang dan radius pembengkokan. Atenuasi akan terpengaruh oleh loss
pembengkokan (bend loss) [3] sehingga studi tentang rugi-rugi pembengkokan menjadi
penting. Selain itu, jenis loss atau kerugian ini bisa diperbaiki dengan melepaskan bending
[6].
5
2.1. Faktor Rugi Bendingan (Bend Loss Factor)
Faktor terpenting yang menentukan kerentanan serat terhadap bending yang menimbulkan
kerugian/loss adalah Mode Field Diameter (MFD) [10] [6]. MFD mewakili area di mana
cahaya melewati dan mencakup core atau inti dan bagian dari pembungkus (cladding).
Diameter bidang mode yang lebih kecil menunjukkan bahwa cahaya lebih terbatas pada
pusat fiber / serat, Oleh karena itu kurang rentan terhadap kebocoran saat serat dilingkarkan
/ looped [6]. Gambar 3 menunjukkan hubungan tenaga cahaya dan MFD dimana diameter
dari inti dan panjang gelombang merupakan parameter penting dalam menentukan
sensitivitas dari rugi-rugi pembengkokan (bend loss).
Jumlah total mode yang didukung oleh serat multimode yang melengkung terkait dengan
profil indeks, panjang gelombang propagasi, dan jari-jari kelengkungan seperti yang
ditunjukkan pada Persamaan 1
Dimana N adalah jumlah jumlah mode fiber optik, didefinisikan profile index,
adalah selisihindex core-cladding, n2 is the cladding index, k = 2/ and R adalah radius
curvature bending.
Single mode fibre memiliki diameter bidang mode yang lebih besar pada 1550 nm dari
pada 1310 nm dan pada 1625 nm dari pada 1550 nm. Bidang mode yang lebih besar, sensitif
6
terhadap offset lateral selama penyambungan, namun lebih sensitif terhadap rugi-rugi (loss)
yang terjadi karena pembengkokan selama proses pemasangan (instalasi) atau dalam proses
pemasangan kabel.
OTDR adalah alat yang ideal untuk mendeteksi dan menemukan lokasi lengkungan pada
serat link [6]. Seiring lengkungan sensitif terhadap panjang gelombang yang lebih panjang
namun tidak untuk panjang gelombang yang lebih pendek, sebagian besar operator
menggunakan dua panjang gelombang dari OTDR untuk menguji link serat/fiber. Panjang
7
gelombang yang biasa digunakan untuk mendeteksi rugi-rugi pembelokan/lengkungan
adalah 1310 nm dan 1550 nm. Kedua panjang gelombang ini akan digunakan dalam
makalah ini sebagai tujuan. Untuk analisis masa depan, loss pembengkokan (bending loss)
harus diambil antara 1310 nm dan 1625 nm, atau antara 1550 nm dan 1625 nm, yang
merupakan panjang gelombang yang relevan untuk pengujian DWDM.
Bila kelengkungan mencapai radius kelengkungan kritis Rc, biasanya, kerugian akibat
kelengkungan dapat diabaikan, dan Rc dapat didefinisikan oleh [7] dan [8] sebagai
persamaan 2.
Dimana Rc adalah radius kritikal dari lengkungan, n2 adalah index bias dari pembungkus
(clad) dan NA adalah numerical aperture/sudut kritis kabel fiber optik and adalah panjang
gelombang.
3. PERCOBAAN
Percobaan telah dilakukan pada OPGW eksisting yang terpasang pada menara transmisi
tegangan tinggi. Panjang kabel serat adalah 54.554km dan memiliki 24 titik penyambungan.
Ruang lingkup percobaan ini adalah untuk memantau terjadinya rugi-rugi lengkungan
sepanjang jalur link serat dan untuk melihat trennya. Tes telah dilakukan tiga kali dalam
durasi 10 bulan dengan menganalisa rugi-rugi yang dideteksi oleh OTDR.
8
Percobaan I.
Tabel I. Kerugian terdeteksi oleh panjang gelombang 1310 nm dan 1550 nm untuk contoh
1 dalam percobaan I
Panjang
Gelombang
1310 nm 1550 nm
Jarak Loss (dB) Loss (dB)
Jarak (m)
(m) A B
11039.38 0.171 11167.81 0.194
14424.66 0.307 14470.89 0.161
20398.97 0.892
23214.04 1.227
30082.20 0.355 30071.92 0.703
42272.27 0.094 42087.33 0.104
47897.27 0.356
54631.86 End 54647.27 End
Seperti yang telah dibahas di [6], jika perbedaan kurang dari 0.2dB, kejadian tersebut
dianggap sebagai kerugian penyambungan (splice) atau kerugian lainnya daripada rugi-rugi
pembengkokan. Dari data tersebut, bend loss/rugi pembengkokan dapat dideteksi dan
dibedakan dari kerugian/loss lainnya.
The Optical Time Domain Reflectometer (OTDR) menggunakan efek hamburan Rayleigh
dan refleksi Fresnel untuk mengukur karakteristik serat optik [11] [12] [13]. Dengan
mengirimkan pulsa cahaya ke serat dan mengukur waktu tempuh dan kekuatan pantulannya
dari titik-titik di dalam serat, ia menghasilkan karakteristik jalur, atau profil, dari panjang
vs. tingkat sinyal yang dikembalikan pada layar tampilan.
9
Ketika panjang gelombang 1550 nm diperkenalkan dan ditambahkan ke panjang
gelombang transmisi 1310 nm, efek bending/lekukan dianalisis. Bending / lekukan serat
optik akan memberikan rugi-rugi/loss power/daya optik yang mempengaruhi panjang
gelombang lebih panjang dari pada panjang gelombang yang lebih pendek [14] dan [15]
seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 5.
Namun, rugi-rugi/loss yang dideteksi oleh panjang gelombang 1550 nm pada serat optik
OPGW yang sudah terpasang/terinstalasi pada menara transmisi tegangan tinggi belum tentu
karena adanya lekukan/bending serat optik. Untuk mendeteksi rugi-rugi
lekukan/pembengkokan, nilai rugi-rugi/loss untuk panjang gelombang 1310 nm dan 1550
nm pada masing-masing lokasi dibandingkan. Seperti yang diteliti oleh [6], rugi-rugi/loss
lekukan yang akan menyebabkan rugi-rugi/loss yang tertangkap pada 1550 nm akan lebih
tinggi dari pada rugi-rugi/loss yang ditangkap oleh 1310 nm paling sedikit 0,2 dB.
1310 nm
X dB
1550 nm
Y dB
Dimana y adalah loss yang ditangkap oleh panjang gelombang 1550 nm dan x loss yang
ditangkap oleh panjang gelombang 1310 nm. Seperti yang telah dibahas pada [6], rugi-
rugi/loss yang disebabkan oleh rugi-rugi penyambungan (splice loss) atau rugi-rugi lainnya
dideteksi oleh panjang gelombang apapun dengan selisih kurang dari 0.2dB, kerugian ekstra
dianggap disebabkan oleh pembengkokan. Dalam penelitian ini, margin loss akan
10
digunakan sebagai parameter sejak tidak ada data rugi-rugi penyambungan / splice loss yang
telah disediakan.
3.3. Monitoring
Dari percobaan yang dilakukan, ada enam lokasi rugi-rugi pembengkokan/bending loss
yang ditemukan. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, lokasi ditemukan dengan
membandingkan nilai rugi-rugi/loss antara 1310 nm dan 1550 nm dan rugi-rugi
pembengkokan/bend loss akan ditentukan jika selisih antara nilai kerugian pada jarak yang
sama lebih dari 0,2dB. Nilai kerugian yang berbeda antara 1310 nm dan 1550 nm sebagai
hasil Percobaan I disajikan seperti pada Tabel II.
Lokasi
Sample
1 2 3 4 5 6
1 0.722 0.748 0.293
2 1.095 1.091 0.315
3 1.338 0.538 0.796
4 1.761 0.248
5 2.331 1.247 0.850 0.850 0.850
Ada empat lokasi rugi-rugi lengkungan / bend loss yang ditemukan di Percobaan I. Tidak
ada rugi-rugi lengkungan (bend loss) yang terdeteksi pada lokasi 5 dan 6. Eksperimen kedua
kemudian berlangsung 6 bulan kemudian menunjukkan perbedaan nilai rugi-rugi/loss dan
rugi-rugi lengkungan/bend loss baru ditemukan di lokasi yang berbeda. Hasilnya
ditunjukkan seperti pada Tabel III.
11
TABLE III. Bend loss determination from Experiment II
Lokasi
Sample
1 2 3 4 5 6
1 1.420 0.657
2 1.688 0.681 1.708 1.708
0.28
3 0.825 1.286 9
4 1.018 0.309 0.353
5 1.327 0.406 0.283 0.277
Locations
Sample
1 2 3 4 5 6
1 1.584 0.630 1.729 0.266 0.266 0.266
2 0.842 1.177 0.348 0.306
Tidak ada lagi rugi-rugi pembengkokan/bend loss yang terdeteksi di lokasi 4 dan 6
sedangkan rugi-rugi pembengkokan/bend loss baru terdeteksi di lokasi 5 pada sampel inti
serat lainnya. Variasi hasil yang diperoleh dari Percobaan I sampai Percobaan III
menunjukkan bahwa rugi-rugi pembengkokan/bend loss bervariasi dalam nilai.
12
4. DISKUSI
13
Hasil dari percobaan yang disajikan dalam makalah ini memiliki kontribusi yang
signifikan terutama terhadap industri telekomunikasi. Makalah ini telah menunjukkan
bahwa variansi bend loss/rugi-rugi pembengkokan terjadi pada serat optik yang ada. Karena
kerugian/loss yang terjadi akibat pembengkokan/bending terus meningkat dan terjadi, studi
lebih lanjut mengenai faktor aktual yang menyebabkan terjadinya lentur terjadi harus
dilakukan. Dari penelitian mendalam yang berada dalam periode yang lebih singkat antara
masing-masing percobaan, pola loss/rugi-rugi dapat diamati. Selain itu, dengan melakukan
investigasi yang tepat, pembengkokan/bending berulang bisa dihindari sehingga nilai setiap
serat gelap menjadi lebih andal.
5. KESIMPULAN
Metode pendeteksian rugi pembengkokan (bend loss) dengan membandingkan nilai loss
panjang gelombang antara 1310 nm dan 1550 nm berhasil dilakukan. Percobaan yang
dilakukan dalam 10 bulan telah menunjukkan bahwa nilai dari rugi-rugi pembangkokan
(bend loss) bervariasi dari waktu ke waktu. Hasil ini telah membuktikan bahwa rugi-rugi
pembengkokan mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor, bukan radius pembengkokan.
Temuan ini sangat penting sehingga setiap studi yang berkaitan dengan rugi-rugi
pembengkokan (bend loss) akan mempertimbangkan faktor lain seperti suhu lingkungan.
Ini karena, dalam situasi sebenarnya dari kabel serat yang ada, kabel terkena cuaca atau
kondisi iklim.
14
DAFTAR PUSTAKA
[1] Yu Zhi, X., and Wang Hong, X., 2012. Analysis of Theory and Experiment on Bend
Loss Research by OTDR, Wuhan : Electronic College of Engineering.
[2] Jenny, R., 2000. Fundamentals of Fiber Optics: An Introduction for Beginners, Volpi
Manufacturing USA Co., Inc., pp. 1-22.
[3] Hakim, S. A., 2010. Attenuation and Dispersion in Optical Communication, Dhaka :
Bangladesh Communications Company Limited.
[4] Abramczyk, H., 2008. Dispersion Phenomena in Optical Fibers, Poland : Technical
University of Lodz.
[5] Potter, B. G., 2010. Module 3 - Attenuation in Optical Fibers, Material Science and
Engineering Dept, University of Arizona, pp. 1-16.
[6] JDSU, 2007. White Paper: Macrobend Detection Using an OTDR, JDS Uniphase
Corporation, pp. 1-4
[7] Zendehnam, A., Mirzaei, M., Farashiani, A., and Horabadi Farahani, L., 2010.
Investigation of bending loss in a single-mode optical fibre, Pramana Journal of
Physics., 74(4), pp. 591-603.
[8] Dutton, H. R. J., 1998. Understanding optical communications, IBM Corporation,
International Technical Support Organization, 1, pp.
[9] Lietaert, G., 2009. White Paper: Fiber Water Peak Characterization, JDS Uniphase
Corporation, pp. 1-8.
[10] Corning, 2001. OTDR Gainers - What Are They?, Application Note, Corning
Incorporated ,USA
[11] Vita, P. D., and Rossi, U., 1988. The backscattering technique: Its field op
applicability in fiber diagnostics and attenuation measurement, Opt. Quantum Electron.,
12, pp. 17-22.
[12] Collin, R. E., 1981. Rayleigh Scattering and Power Conservation, IEEE
Transactions on Attennas and Propagation, AP-29(5), pp. 795-798.
[13] Fermann, M. E., Poole, S. B., Payne, D. N., and Martinez, F., 1988. Comparative
Measurement of Rayleigh Scattering in Single-Mode optical Fibers Based on an OTDR
Technique, Published in Journal of Lightwave Technology, Vol 6, Issue 4, pp. 545
551.
[14] Robertson, B., 2005. Optical Loss Testing Concepts Application Note, Kingfisher
15
International
[15] Ryer, A. D., 1998. Light Measurement Handbook, International Light Inc,
Newburyport, MA, 2, pp. 9-12.
16