Anda di halaman 1dari 17

PERTEMUAN II

BESARAN DAN SATUAN


1.1. Pendahuluan
Fisika merupakan suatu ilmu pengetahuan dasar yang mempelajari
gejala-gejala alam dan interaksinya yang terjadi di alam semesta ini. Hal-hal
yang dibicarakan di dalam fisika, selalu didasarkan pada pengamatan
eksperimental dan pengukuran yang bersifat kuantitatif. Dengan
menggunakan hukum-hukum yang ada di dalam fisika yang jumlahnya tidak
terlalu banyak, akan dapat diperoleh teori-teori yang akan memprediksi hasil
eksperimen dimasa datang. Jika ada perbedaan antara teori dengan hasil
eksperimen, maka teori baru dan eksperimen baru akan muncul untuk dapat
diperoleh kesesuaian.
Pada paragraf di atas, telah disebutkan istilah pengukuran. Mengukur
berarti membandingkan sesuatu yang diukur dengan besaran standar yang
telah didefinisikan sebelumnya. Misalnya panjang suatu batang besi adalah
5 meter, artinya bahwa panjang batang besi tersebut 5 kali besar standar
panjang yang telah didefinisikan. Oleh karena itu, para ilmuwan menetapkan
besaran-besaran standar. Dengan adanya kemajuan Ilmu pengetahuan dan
teknologi, besaran-besaran standar juga berubah. Pada paragraf berikut ini
akan kita bicarakan apa yang dimaksud dengan besaran standar.
1.2. Standar Untuk Besaran Panjang, Massa, dan Waktu
Hukum-hukum fisika dapat dinyatakan dalam besaran-besaran dasar.
Besaran-besaran dasar tersebut mempunyai definisi yang jelas. Besaranbesaran dasar tersebut disebut besaran Pokok. Di dalam mekanika, ada tiga
besaran Pokok, yaitu Panjang (L), Massa (M), dan Waktu (T). Oleh karena
itu semua besaran-besaran di dalam mekanika dapat dinyatakan dengan
besaran-besaran dasar tersebut. Misalnya besaran kecepatan yang
mempunyai satuan meter/sekon, dapat dinyatakan oleh besaran dasar
panjang (meter) dan besaran waktu (sekon). Besaran-besaran di dalam fisika
pada umumnya merupakan kombinasi dari beberapa besaran yang lebih
mendasar. Misalnya, besaran kecepatan merupakan kombinasi dari besaran
panjang dan besaran waktu.
Yang dimaksud dengan besaran standar atau besaran pokok adalah besaran
yang didefinisikan dan kemudian dijadikan sebagai acuan pengukuran.
1.2.1. Standar satuan panjang
Sebelum tahun 1960, standar satuan panjang didefinisikan sebagai
panjang antara dua goresan pada suatu batang terbuat dari Platina-Iridium
yang disimpan pada suatu ruangan yang terkontrol kondisinya (lihat gambar
1b). standar ini sudah ditinggalkan karena beberapa alasan, antara lain
karena ketelitian dari standar ini sudah tidak lagi memenuhi tuntutan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi yang menurut ketelitian makin tinggi.

Setelah standar panjang di atas ditinggalkan pada tahun 1960,


didefinisikan kembali standar panjang baru yaitu: Satu meter didefinisikan
sebagai 1 650 763,73 kali panjang gelombang cahaya oranye merah yang
dipancarkan oleh lampu Krypton-86.
Pada tahun 1983, standar panjang ini didefinisikan kembali, yaitu:
Satu meter didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh cahaya di dalam
vakum selama waktu 1/299 792 458 detik. Standar ini yang berlaku hingga
kini. Dari definisi yang terakhir ini, maka dapat kita tetapkan bahwa
kecepatan cahaya di dalam vakum adalah 299 792 458 meter per sekon.
1.2.2. Standar satuan massa
Standar untuk satuan massa sistem Internasional adalah kilogram
(kg). Massa sebesar 1 kilogram didefinisikan sebagai masa sebuah benda
berbentuk silinder yang terbuat dari platina-iridium. Gambar 1 (a)
memperlihatkan kilogram standar yang tersimpan dan tertutup oleh tabung
gelas. Masa standar ini berbentuk silinder dengan diameter 3,9 cm dan tinggi
3,9 cm. Kilogram standar ini disimpan di Lembaga Berat dan Ukuran
Internasional, di Sevres, Prancis dan ditetapkan pada tahun 1887.
Duplikasi dari kilogram standar ini disimpan di National Institute of
Standars and Technology (NIST) di Gaithersburg, Md. Bila kita mempunyai
benda bermassa 5 kg, berarti benda tersebut mempunyai massa 5 kali
massa standar di atas.
Untuk dapat memperoleh gambaran massa dari berbagai benda yang ada di
alam semesta ini, lihat tabel 1.
Tabel 1. Massa dari beberapa benda dan makhluk hidup di alam semesta ini
Benda
Alam semesta
Galaksi Milky Way
Matahari
Bumi
Bulan
Manusia
Bakteri
Atom hidrogen
Elektron

Massa (kg)
1 x 1052
7 x 1041
2 x 1030
6 x 1024
7 x 1022
7 x 101
1 x 10-15
1,67 x 10-27
9,11 x 10-31

1.2.3. Standar satuan waktu


Sebelum tahun 1960, waktu standar dinyatakan dalam hari matahari
rata-rata pada tahun1900. Sehingga satu detik didefinisikan sebagai (1/60)
(1/60) (1/24) hari matahari.
Pada tahun 1960 satu detik didefinisikan kembali, hal ini dilakukan
untuk dapat memperoleh ketelitian yang tinggi, yaitu dengan menggunakan

Jam atom. Standar ini didasarkan pada prinsip transisi atom (proses
berpindahnya atom dari suatu tingkat energi ke tingkat energi yang lebih
rendah). Dalam alat ini, frekuensi transisi atom dapat diukur dengan ketelitian
sangat tinggi yaitu 10-12. Frekuensi ini tidak bergantung pada lingkungan di
mana jam atom ini berada. Oleh karena itu satu detik didefinisikan
sebagai waktu yang diperlukan oleh atom Cesium untuk bergetar
sebanyak 9 192 631 770 kali. Dengan menggunakan jam atom ini, waktu
hanya berubah 1 detik setiap 300 000 tahun.

1.3. Besaran dan Dimensi


1.3.1 Besaran Pokok dan Besaraan Turunan
Di dalam makanika, kita kenal sistem MKS (meter, kilogram, dan
sekon). Selain sistem MKS ada juga sistem besaran yang lain. Tetapi pada
tahun 1960, suatu komite internasional telah menetapkan sejumlah besaran
yang merupakan suatu besaran dasar atau besaran pokok. Sistem
tersebut dikenal sebagai System International. Untuk selanjutnya, di dalam
buku ini akan selalu digunakan Sistem International. Adapun besaranbesaran dasar yang ditetapkan di dalam Sistem International tersebut
besaran dasar (Pokok) yang dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1: Besaran pokok, satuan, dan dimensinya menurut
Sistem Internasional (SI)
No

Besaran Pokok

Satuan

1
2
3
4
5
6
7

panjang
massa
waktu
kuat arus listrik
suhu
Intensitas cahaya
Jumlah zat

meter
kilogram
sekon
ampere
kelvin
mol
kandela (lilin)

Singkatan
m
kg
s
A
K
mol
Cd

Dimensi
L
M
T
I

N
J

Selain besaran pokok di atas masih ada besaran lain, yaitu besaran
pelengkap
No

Besaran Pokok

Satuan

8
9

Sudut datar
Sudut ruang

Radian
Steradian

Singkatan

Dimensi

rad
Sr

Setelah besaran-besaran pokok ditetapkan, maka besaran-besaran dalam


fisika dapat mempunyai yang merupakan kombinasi dari besaran-besaran
pokok tersebut maupun dengan besaran pelengkap. Besaran yang
satuannya dapat diturunkan dari besaran pokok disebut besaran turunan.
Jadi secara garis besar, besaran di dalam fisika dapat dibagi menjadi
Besaran Pokok,
Besaran Turunan, dan Besaran Tambahan.
Contoh dari besaran turunan adalah: kecepatan, percepatan, gaya, usaha,
daya, volume, massa jenis dan lain-lain.
1.3.2 Dimensi
Kata dimensi di dalam fisika mempunyai arti yang berbeda dengan
kata dimensi dalam kehidupan sehari-hari. Dimensi merupakan sifat fisis dari
suatu besaran dan tidak bergantung pada besar pengukuran. Misalnya:
besaran massa, apakah massa tersebut 5 kg, 10 kg, atau 20 kg, besaran
massa tersebut tetap mempunyai dimensi M (lihat tabel 1). Pada umumnya
besaran-besaran di dalam fisika mempunyai dimensi. Dimensi besaran
turunan dapat diperoleh dengan menggunakan kombinasi dari besaran
pokok. Dengan kata lain, dimensi dari suatu besaran turunan merupakan
cara dari besaran tersebut tersusun dari besaran pokok, misalnya: Volume
suatu balok, dapat dicari dengan mengalikan panjang (p), lebar (l), dan tinggi
(t) dari balok tersebut. Panjang, lebar maupun tinggi mempunyai dimensi
panjang, yaitu L. Oleh karena itu, dimensi dari volume menjadi L 3.
Dimensi suatu besaran dinyatakan dengan lambang huruf dan diberi
tanda kurung persegi. Misalnya, dimensi dari besaran gaya F dapat ditulis
sebagai [ F ]. Dengan mengetahui dimensi dan satuan dari besaran-besaran
pokok, maka dengan menggunakan analisis dimensional, kita dapat
menentukan dimensi dan satuan dari besaran turunan.
Kegunaan dimensi dan analisis dimensional
Di bawah ini, akan diberikan contoh-contoh kegunaan dimensi dan analisis
dimensional.
1. Menentukan dimensi dan satuan dari suatu besaran
Tentukan dimensi dan satuan dari besaran-besaran ini menurut
Sistem Internasional.

a.
b.
c.
d.
e.

Volume (V)
Kecepatan (v)
Percepatan (a)
Gaya (F)
Momentum (p)

Jawab
Besaran-besaran di atas merupakan besaran turunan, oleh karenanya
dimensi dan satuannya dapat diturunkan dari besaran pokok menurut
Sistem Internasional (tabel .)
a. Volume = panjang x lebar x tinggi
Dimensi dari volume dituliskan sebagai [ V ]
[ V ] = [ panjang ] x [ lebar ] x [ tinggi ]
[ V ] = L . L . L = L3
Oleh karena itu gaya dapat diperoleh dengan mengubah lambanglambang dimensi besaran pokok di atas dengan satuan dari besaranbesaran pokok.
Jadi, satuan dari volume (V) = m . m . m = m3
b. Kecepatan

Jarak
= -------Waktu

Kecepatan

[ Jarak ]
= ----------[ Waktu ]

[v]

L
= ----- = L t-1
T

Dengan cara yang sama pada jawaban (a) di atas, maka dari
kecepatan v = ms-1
kecepatan
c. Percepatan = -------------Waktu
LT-1
[ a ] = ------ = L T-2
T
Satuan dari percepatan = m s-2
d. Gaya
= massa x percepatan
[F]
= [ massa ] x [ percepatan ]
[F]
= M . L T-2
Jadi satuan dari F adalah kg m s-2 atau kg m s-2

e. Momentum (p) merupakan perkalian antara massa (m) dan kecepatan


(v) [ p ] = [ m ] [ v ] = M . L T-1
Jadi satuan dari p adalah kg m s-1 atau kg . m/s
2. Menentukan apakah dua besaran mempunyai kesetaraan atau kesamaan
Buktikan bahwa besaran energi (E = mv2) mempunyai dimensi sama
dengan usaha W = F s, dengan m, v, F, dan s berturut-turut massa,
kecepatan (laju), gaya, dan perpindahan.
Jawab
Energi (E) mempunyai dimensi massa dikali dengan kuadrat dimensi
kecepatan. Pada contoh 1, sudah kita ketahui bahwa dimensi massa
adalah M dan dimensi laju L T-1. Oleh karena itu dimensi dari Energi [E]
adalah
[ E ] = M L2 T-2
Dimensi kerja [ W ] = [ F ] [ s ]
Gaya mempunyai dimensi massa M dikali dimensi percepatan, LT-2 dan
perpindahan mempunyai dimensi panjang L. Oleh karena itu, dimensi dari
usaha (W) adalah:
[ W ] = [ F ] [ s ] = MLT-2 L = ML2 T-2
Terbukti bahwa, dimensi Energi (E) sama dengan dimensi usaha (W).
3. Menentukan apakah suatu persamaan benar, secara dimensional
Hubungan antara kecepatan, perpindahan serta percepatan dari suatu
benda yang melakukan gerak lurus berubah beraturan adalah
v2 =
2
vo + 2 a s, dengan v dan vo adalah kecepatan, a adalah percepatan serta s
perpindahan. Buktikan bahwa secara dimensional, persamaan tersebut
benar.
Dimensi ruas kiri adalah
[v] 2 = (LT-1) = L2 T-2
Ruas kanan terdiri atas dua suku yaitu vo2 dan 2 a s, masing-masing
mempunyai dimensi
[vo] 2 = (LT-1) = L2 T-2
[ 2 a s ] = [a] [s] = LT2 L = L2 T-2
Kedua suku pada ruas kanan mempunyai dimensi yang sama. Oleh karena
itu kedua suku secara fisik dapat dijumlahkan.
Dari analisis dimensional tersebut, terbukti bahwa persamaan tersebut
benar secara dimensional.
4. Menentukan satuan dari suatu konstanta

Bila ada sebuah bola kecil yang dijatuhkan ke dalam suatu cairan, maka
bola tersebut akhirnya akan bergerak di dalam cairan tersebut dengan
kecepatan yang konstan. Besar gaya gesek (F) pada bola tersebut
sebanding dengan lajunya (v) dan sebanding dengan jari-jari bola (r).
Secara matematis dapat dituliskan dengan
F = K rv
dan K merupakan konstanta pembanding. Tentukan dimensi dan satuan
dari K.
Jawab:
Bila rumus tersebut secara fisik benar, maka dimensi dari ruas kiri sama
dengan dimensi ruas kanan. Pada rumus di atas, kita telah mengetahui
dimensi, maupun satuan dari F, r, dan v dengan demikian kita dapat
dengan mudah mengetahui dimensi maupun satuan untuk K.
K = F (r v) -1
= MLT-2 L-1 (LT-1) -1
= MLT-2 L-1 L-1 T
= ML-1 T-1
Jadi satuan dari K = kg m-1 s-1
5. Menentukan rumus cepat rambat bunyi di udara
Jika cepat rambat bunyi di suatu medium v hanya bergantung pada tekanan
udara p dan kerapatan massa medium . Tentukan rumus dari cepat rambat
bunyi tersebut.
Jawab:
Jika v hanya bergantung pada p dan maka rumus cepat rambat bunyi
dapat ditulis sebagai:
v ~ p
Tanda ~ merupakan tanda sebanding. Tanda tersebut harus diganti dengan
tanda =, oleh karena itu ruas kanan harus dikalikan dengan suatu konstanta
K. rumus tersebut menjadi
v = K p
Untuk memudahkan, dimisalkan konstanta K tidak mempunyai dimensi dan
tidak mempunyai satuan. Persamaan di atas benar secara dimensional jika
ruas kiri dan kanan mempunyai dimensi yang sama. Konstanta dan
dapat dicari dengan menyamakan dimensi ruas kiri dan kanan.

[v] = [K p ] = [K] [p] []


Ruas kiri:
[v] = LT-1
Ruas kanan:
[K]
[p]
[]

= - (tidak mempunyai dimensi)


= (ML-1 T-2) = M L- T-2
= (ML-3) = M L-3

Dimensi ruas kanan:


[K] [p] []

= M+ L- + 3 T-2

Dimensi ruas kiri disamakan dengan ruas kanan dan menyamakan


pangkatnya, akan kita peroleh
[v]
= [K] [p] []
LT-1 = M+ L- + 3 T-2
M0LT-1 = M+ L- + 3 T-2

(ingat bahwa M0 = 1)

0 =+
1 = - + 3
-1 = -2

Dan

Dari ketiga persamaan di atas diperoleh = ; = -, sehingga rumus


kecepatan menjadi
v=Kp

1/2

-1/2

p
= K --

Rumus cepat rambat bunyi ini akan dipelajari di kelas III nanti.
Metode Rayleigh

-2
R (resistance) = Gaya (F) = [MLT ],
-3
-1
-1 -1
-2
= [ML ] ; l = L ; v = [LT ] ; =[ML T ] ; g = [LT ]
sehingga
a b c d e
R = K.( .l .v . .g )

b
-2
-3 a
-1 c
-1 -1 d
-2 e
[MLT ] = 1. [(ML ) .( L) .( LT ) .( ML T ) .( LT ) ]
Harga pangkat/eksponen dari dimensi L adalah
-3a b c -d e
L= L .L .L .L .L
1 = -3a + b + c - d + e
----------------------------------(1) Harga pangkat/eksponen dari
dimensi M adalah
a d
M= M .M .
1 =a+d
---------------------------------------------------(2) Harga
pangkat/eksponen dari dimensi T adalah
-2
-c -d -2e
T = T .T .T
- 2 = - c -d - 2e --------------------------------------------(3)
Persamaan (1) (2) dan (3) dicari besaran a,b,c dengan tiga persamaan
tersebut dihasilkan sebagai berikut;

Untuk
persamaan
Untuk
persamaan
Untuk
diatas
sehingga
persamaan

(2) a=1d
( 3 ) c = -d 2e + 2
( 1 ) b = 1 + 3a c +d e dimana harga (a) dan (c) sudah
menjadi
b = 1 + 3(1-d) (- d - 2e + 2) +d - e
didapat

b=2 -d+e
a b c d e
Sehingga persamaan ini R = K.( .l .v . .g ) mempunyai pangkat a, b,
c, d, e akan menjadi

R = K.( (1-d).l(2 d + e).v( -d -2e + 2).d.ge)


Gabungkan yang mempunyai pangkat yang sejenis seperti
R = K [( 1.l2. v2) (-d. l-d. v-d. d).( le.v -2e.ge)]
Metode Buckingham (Cara phi teori)
Cara ini dapat digunakan untuk bentuk konstanta variabel tak berdimensi.
Jika m buah penomena varibel yang mempengaruhi dapat diekspresikan dalam

suku satuan dasar, kemudian

dimasukkan kedalam grup m variabel

untuk

membuktikan (m n)
konstanta tak berdimensi. Oleh Buchingkam konstanta ini disebut sebagai 1, 2, dan
3
i. membandingkan jumlah variabel dengan jumlah satuan dasar dan
mendapatkan konstanta tidak berdimensi, phi teori adalah (jumlah konstanta
tak berdimensi) = (jumlah variabel) (jumlah satuan dasar).

ii.

Menyeleksi

variabel

pengulangan.

Jumlah

variabel

pengulangan

akan seimbang dengan jumlah satuan dasar variabel pengulangan


dengan satu atau lebih satuan dasar dan tak harus dikurangi dengan
parameter tak berdimensi.
iii. Variabel

pengulangan

selanjutnya

diseleksi.

Pilihan

yang

benar

akan mendapatkan bentuk geometrik seperti L dan d dalam fluida (, )


untuk aliran adalah v, sehingga pilihan ini akan baik bila diambil sebagai
l,d,v, aliran fluida.
iv.Variabel pengulangan setiap harga index dalam group dengan bentuk
variabel pengulangan konstanta tak berdimensi.

Latihan:
1. Tentukan dimensi dan satuan dari besaran-besaran di bawah ini:
a. Luas
b. Kecepatan sudut (besar sudut yang ditempuh persatuan waktu)
c. Energi potensial (merupakan perkalian antara massa, tinggi, dan
percepatan gravitasi)
d. Usaha W (merupakan perkalian antara gaya dan perpindahan)
e. Momentum (merupakan perkalian antara massa dan kecepatan)
(Jawab: a. L2; b. T-1; c. M L2 T-2; d. M L2 T-2; e. M L T-1)
2. Misalkan perpindahan suatu benda dapat dinyatakan dengan x = k t 3,
dengan x adalah perpindahan, t waktu yang ditempuh serta k konstanta
pembanding. Tentukan dimensi dan satuan k.
(Jawab: LT-3; m s-3)
3. Bulan yang bermassa m dan bumi bermassa M akan tarik menarik dengan
gaya sebesar F. Besar gaya tersebut berbanding terbalik dengan kuadrat
jaraknya (1/r2) dan dapat dirumuskan dengan

Mm
F = B -----r2
G konstanta, tentukan dimensi G.
(Jawab: M-1 L3 T-2)
4. Sebuah bandul yang bermassa m dan diayunkan, akan mempunyai
periode osilasi T. Dengan menganggap periode tersebut hanya
bergantung pada massa bandul (m), panjang tali (l) dan percepatan
gravitasi, maka persamaannya menjadi
T = K m l g
K merupakan konstanta yang tidak mempunyai dimensi. Dengan analisa
dimensional, tentukan rumus tersebut.
l
1/2 -1/2
(Jawab: T= K l g = K ----)
g
1.4 Ketelitian Pengukuran Dinyatakan Oleh Banyaknya Angka Penting
1.41. Pengukuran
Di dalam Fisika, pengukuran memegang peranan yang sangat penting.
Misalnya: pengukuran panjang suatu benda yang berbentuk balok, dapat
dilakukan dengan menggunakan penggaris atau mistar. Caranya adalah
dengan meletakkan ujung dari salah satu balok pada angka nol dan
membaca pada mistar, letak ujung balok yang satunya. Bila kita perhatikan
dengan teliti, skala dari mistar tersebut, akan nampak bahwa jarak dua skala
berturutan dari mistar tersebut sebesar 1 mm. Berarti ketelitian pengukuran
dengan mistar tersebut sebesar 1 mm. Dengan kata lain, bila kita mengukur
panjang suatu benda dan ternyata salah satu ujung dari benda tersebut
berada antara dua skala, maka kita tidak dapat secara pasti mengukur berapa
besar kelebihan tersebut.
Gambar
Gambar: Mistar yang digunakan untuk mengukur panjang suatu batang. Hasil
pengukuran panjang balok di atas adalah 25 mm.
Untuk mengukur benda-benda yang tidak terlalu besar, seperti
diameter pensil, diameter dalam sebuah botol dll, dapat kita gunakan jangka
sorong (lihat gambar). Jangka sorong ini mempunyai ketelitian 0,1 mm.
Gambar

Gambar: Jangka sorong


a. Mengukur diameter pensil
b. Mengukur diameter dalam lubang
c. Mengukur ke dalaman lubang
Adapun bagian-bagian yang perlu diperhatikan pada jangka sorong adalah:
a. Bagian yang tetap dan berskala panjang (rahang tetap).
Jarak antara dua skala berturutan 1 mm
b. Bagian yang dapat digeser-geser (rahang sorong)
Skala pendek pada jangka sorong dinamakan nonius yang panjangnya 9 mm
dan dibagi atas 10 bagian yang sama.

Contoh pembaca pada pengukuran dengan menggunakan jangka sorong


Gambar

Gambar: Pembaca pada jangka sorong


1.

Angka nol pada skala nonius berada pada antara angka 6,7 cm dan
6,8 cm
2.
Garis nonius yang berimpit dengan skala utama adalah garis ke 6
3.
Jadi, bacaan jangka sorong adalah 6,7 cm + 0,06 cm = 6,76 cm
Untuk pengukuran tebal atau panjang dari benda yang cukup kecil dan
memerlukan ketelitian 0,01 mm, dapat dipergunakan alat yang disebut
Mikrometer (lihat gambar .).
Alat ini mempunyai bagian-bagian sebagai berikut:
1.
: Rahang tetap
2.
: Rahang geser
3.
: Kunci
4.
: Skala putar
5.
: Pemutar (teromol)
Skala pada teromol dibagi menjadi 50 bagian sama besar. Jadi setiap bagian
pada skala ini akan menggeser rahang geser sejauh 0,5/50 x 1 mm = 0,001
mm.
Bila kita mengukur tebal suatu benda maka teromol diputar sehingga rahang
tetap terbuka dan benda yang akan diukur dimasukkan. Kemudian teromol
diputar lagi sampai benda tersebut terjepit pada rahang tetap. Pada
pengukuran diperoleh:
Pada skala tetap
= 5 mm

Pada skala putar


= 20 x 0,01 mm = 0,20 mm
Jadi hasil pengukuran adalah 5,20 mm
Kesalahan
1.

Kesalahan paralak, yaitu kesalahan yang diakibatkan kesalahan mata


melihat pada skala. Bila kita melihat skala pada suatu mistar dengan mata
tegak lurus atau miring, hasilnya akan berbeda.
2.
Kesalahan mutlak pengukuran, yaitu kesalahan terbesar yang
mungkin terjadi pada pengukuran. Besar kesalahan mutlak ini sama
dengan ketelitian alat ukurnya. Sedangkan persen kesalahan mutlak ini
sama dengan kesalahan mutlak dibagi hasil pengukuran dikali 100 persen.
Misalnya panjang pensil bila diukur dengan mistar, jangka sorong dan
mikrometer diperoleh harga sebagai berikut.

Tabel 2. Berbagai jenis alat ukur serta ketelitiannya


Alat Ukur

Ketelitian

Mistar
Jangka sorong
Mikrometer
sekrup

0,1 cm
0,01 cm
0,001 cm

Panjang yang
diukur
2,4
2,45
2,456

Persen kesalahan
0,1/2,4 x 100% = 4%
0,01/2,45 x 100% = 0,4%
0,001/2,456 x 100% = 0,04%

Dari tabel di atas nampak bahwa pengukuran dengan mistar kurang teliti
dibandingkan dengan jangka sorong maupun mikrometer sekrup.
1.4.2. Angka penting
Hasil pengukuran dengan menggunakan mistar, jangka sorong
maupun mikrometer di atas, juga merupakan angka penting pengukuran.
Hasil pengukuran pada contoh di atas misalnya pengukuran oleh mistar 25
mm mempunyai dua angka penting, oleh jangka sorong 6,76 cm mempunyai
3 angka penting dan oleh mikrometer 5,20 mm mempunyai 3 angka penting.
Jadi angka penting didefinisikan sebagai angka yang diperoleh dari hasil
pengukuran.
Agak penting menyatakan ketelitian hasil pengukuran, oleh karena itu
dalam melaporkan hasil pengukuran haruslah benar dan jujur. Misalnya hasil
pengukuran jangka sorong 6,76 mm tidak boleh ditulis 6,760 mm. Jika ditulis
6,760 berarti hasil pengukuran mempunyai 4 angka penting. Pada hal
sesungguhnya, hasil pengukuran hanya mempunyai 3 angka penting.
Agar tidak terjadi salah pengertian, perhatikan aturan penulisan di bawah ini.

1.
2.
3.

4.
5.

Semua angka bukan nol adalah angka penting


Contoh: 156,589 mempunyai 6 angka penting
Angka nol yang terletak antara angka-angka bukan nol adalah
angka angka penting
Contoh: 1,0008 mempunyai 5 angka penting
Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol termasuk angka
penting kecuali ada penjelasan tambahan
Contoh: 4000, dapat mempunyai 1,2,3 atau 4 angka penting, bergantung
pada penjelasan dari yang melakukan pengukuran. Untuk tidak
membingungkan maka ada baiknya angka tersebut dituliskan ke dalam
bentuk yang lebih spesifik misalnya 4 x 10 3 (satu angka penting),
4,0 x 103 (dua angka penting), atau 4,00 x 10 3 (tiga angka penting), atau
4,000 x 103 (empat angka penting)
Angka nol dibelakang koma adalah angka penting
Contoh: 1,000 mempunyai 4 angka penting
Angka nol yang terletak disebelah kiri angka bukan nol bukan angka
penting
Contoh: 0,0004 mempunyai 1 angka penting; 0,004000 mempunyai 4
angka penting

Bilangan penting dan bilangan Eksak


Pada hasil pengukuran dengan menggunakan jangka sorong 6,76 mm,
bilangan ini termasuk bilangan penting. Dengan demikian bilangan penting
adalah bilangan yang kita peroleh dari hasil pengukuran yang terdiri dari
angka-angka penting yang sudah pasti dan satu angka yang ditaksir atau
yang diragukan.
Bilangan eksak adalah bilangan yang pasti, yang tidak diragukan lagi.
Misalnya bila kita menghitung jumlah siswa di dalam suatu kelas adalah 50
orang. Jumlah siswa ini termasuk bilangan eksak yang sudah pasti.
Aturan-aturan berhitung
1. Pembulatan
Untuk angka yang lebih dari lima dibulatkan ke atas dan bila kurang dari
lima dibulatkan ke bawah. Bila angka yang mau dibulatkan sama dengan
5, maka harus diperhatikan angka sebelumnya. Jika angka sebelumnya
ganjil maka dibulatkan ke atas dan dibulatkan ke bawah bila angka
sebelumnya genap.
Misalnya: 145,5748, bila dibulatkan
= 145,575 (dibulatkan menjadi 3 desimal dibelakang koma)
= 145,58 (dibulatkan menjadi 2 desimal dibelakang koma, angka lima
dibulatkan ke atas karena angka sebelumnya 7 angka ganjil)
= 145,6 (dibulatkan menjadi 1 desimal dibelakang koma)
2. Pada pembagian maupun perkalian, maka banyaknya angka penting dari
hasil perkalian atau pembagian tersebut, sama dengan banyaknya angka
penting dari bilangan yang mempunyai angka penting paling sedikit.

Contoh: 75,45 (empat angka penting) x 3,42 (mempunyai 3 angka penting)


= 258,039 = 258 (mempunyai 3 angka penting)
3. Hasil pengurangan atau penambahan dari bilangan-bilangan yang
mempunyai angka penting, harus ditulis berdasarkan banyak angka
dibelakang koma yang paling sedikit.
Contoh: 120,1 (1 angka dibelakang koma) + 2,00 (2 angka dibelakang
koma) + 0,356 (tiga angka dibelakang koma) = 122,456 = 122,5 (satu
angka dibelakang koma)
4. Hasil pembagian atau perkalian antara bilangan penting dengan
bilangan eksak akan memiliki angka penting sesuai dengan angka
penting yang dimiliki bilangan penting itu.
Contoh: Tebal sebuah batu bata 8,89 cm (tiga angka penting). Bila ada 15
batu disusun, maka tingginya menjadi.
15 x 8,89 = 133,35 = 133 (tiga angka penting)

5. Hasil memangkatkan suatu bilangan penting, akan memiliki banyak


angka penting yang sama dengan bilangan penting yang
dipangkatkan.
Contoh: (2,3)3 = 12,167 = 12 (bilangan yang dipangkatkan mempunyai 2
angka penting, oleh karena itu hasil perpangkatan tersebut harus
mempunyai angka penting sebanyak 2)
6. Hasil menarik akar dari suatu bilangan penting harus memiliki
banyak angka penting yang sama dengan bilangan yang diakarkan.
Contoh: 250 = 15,81 = 15,8 (karena yang diakarka mempunyai tiga
angka penting, maka hasil akarnya juga harus mempunyai tiga angka
penting).
76 = 8,717 = 8,7(karena yang diakarkan mempunyai dua angka penting,
maka hasilnyapun harus dibulatkan dan mempunyai dua angka penting)
Latihan
Hitung dan nyatakan dengan angka penting dari soal-soal di bawah ini:
a. 126,89 + 12,456
c. 5,452 x 12,3
b. 156,258 12,54
d. 6,26 cm + 6,1090 + 12,25

TEST BAB I
I.

Soal-soal

A. Besaran, satuan, dimensi, dan Pengukuran.


1. Tentukan dimensi dan satuan dari besaran-besaran di bawah ini
a. Impuls (I), (impuls I merupakan perkalian antara gaya F dan
waktu t)
b. Debit air yang mengalir melalui suatu pipa Q. (Q merupakan
volume (V) persatuan waktu (t)).
c. Momen gaya () (momen gaya merupakan perkalian antara
gaya F dan lengan (1))
(Jawab: a. MLT-1: b. L3 T-1 : c. ML2 T-2)
2. Seekor nyamuk dapat berdiri di atas permukaan ar dan tidak
tenggelam. Hal ini akibat adanya tegangan permukaan () pada
permukaan air. Besaran tegangan permukaan tersebut
mempunyai satuan N/m. tentukan dimensi dari ()
(Jawab: ML2)
3. Sebuah bandul sederhana dapat berayun dengan perioda
T = 2 (I/g)1/2 dengan l adalah panjang bandul (m) dan T adalah
perioda (detik). Tentukan satuan dan dimensi dari g.
4. Gaya tarik menarik antara dua muatan yang tidak sejenis dapat
dirumuskan sebagai
F = K q . Q/r2
Dimana F gaya (newton), q dan Q muatan (coulomb) dan r jarak
antara kedua muatan (m). tentukan satuan dan dimensi dari K
5. Sebuah benda beratnya diudara sebesar 600 Newton. Jika
dimasukkan ke dalam air, benda tersebut mengalami gaya tekan
ke atas sebesar 200 Newton. Berapakah berat benda, jika berada
di dalam air dan kemana arah vektor berat tersebut?
B. Angka penting
1. Tulislah angka-angka di bawah ini dalam notasi ilmiah. Tentukan
bilangan penting dan orde pada tiap-tiap bilangan tersebut
a. 600 000 000
b. 0,000 000 000 345
c. 0,345 20 kg
2. Seorang anak mengukur salah sisi sebuah segitiga sama sisi
dengan menggunakan jangka sorong dan diperoleh 30,46 cm.
Dengan memperhatikan angka penting, hitunglah keliling dan luas
dari segitiga tersebut!

3. Dengan memperhatikan banyaknya angka penting pada tiap


bilangan, hitunglah
a. (25 cm)3
b. 3,14 x (3,25 cm)2

Anda mungkin juga menyukai