Anda di halaman 1dari 16

Pertemuan 2

Konsep dasar Fisika untuk farmasi


1. Model, Teori dan Hukum
Ketika ilmuwan mencoba memahami serangkaian fenomena tertentu, mereka sering menggunakan
model. Model, dari sudut pandang ilmiah, merupakan semacam analogi atau bayangan mengenai fenomena
yang bersangkutan dipandang dari hal yang sudah akrab dengan kita. Satu contoh adalah model gelombang
dari cahaya. Kita tidak dapat melihat gelombang cahaya sebagaimana kita melihat gelombang air. Akan
tetapi ada gunanya membayangkan seakan-akan cahaya terbuat dari gelombang-gelombang, karena
eksperimen menunjukkan bahwa cahaya dalam banyak hal berperilaku seperti gelombang air.
Tujuan pembuatan model adalah untuk memberi kita gambaran pendekatan-sesuatu yang bisa
dipakai sebagai acuan ketika kita tidak bisa melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi. Model sering
memberi kita pemahaman yang lebih dalam : analogi terhadap sistem yang telah diketahui (misalnya,
gelombang air pada contoh di atas) dapat memberi ilham untuk melakukan eksperimen-eksperimen baru
dan bisa memberikan gagasan mengenai fenomena lain yang masih berhubungan dan mungkin terjadi.
Anda mungkin bertanya-tanya apa perbedaan antara sebuah teori dan sebuah model. Kadang-kadang istilah
tersebut dipertukarkan. Bagaimanapun, biasanya, model relative sederhana dan memberikan kesamaan
structural dengan fenomena yang sedang dipelajari, sementara teori lebih luas, lebih rinci dan dapat
memberikan prediksi yang dapat diuji secara kuantitatif, seringkali dengan ketetapan tinggi. Kadang-
kadang, Karena sebuah model dikembangkan dan dimodifikasi dan berhubungan lebih dekat dengan
eksperimen yang mencakup fenomena yang lebih luas, ia dapat disebut sebagai teori. Salah satu contohnya
adalah teori atom, disamping teori gelombang untuk cahaya.
Model bisa sangat membantu, dan bisa menuju ke teori-teori yang penting. Tetapi adalah penting
untuk tidak mengacaukan model, atau teori, dengan sistem yang sesungguhnya atau fenomena itu sendiri.
Para ilmuwan memberi istilah hukum untuk pernyataan-pernyataan tertentu yang singkat tetapi
bersifat umum mengenai perilaku alam (bahwa energi itu kekal, misalnya). Kadang-kadang pernyataan
tersebut berbentuk suatu hubungan atau persamaan antara besaran-besaran (misalnya hukum Newton kedua,
𝐹 = 𝑚𝑎)
Agar disebut sebagai hukum, suatu pernyataan harus dimulai berlaku secara eksperimental
pada ruang lingkup yang luas dari fenomena yang diteliti. Suatu hukum akan menghasilkan
penggabungan dari beberapa penelitian. Untuk pernyataan-pernyataan yang kurang umum, istilah prinsip
sering digunakan (misalnya prinsip Archimedes). Di mana harus ditarik garis besar antara hukum dan
prinsip, tentu saja, tidak jelas, dan tidak selalu ada konsistensi yang lengkap.
Hukum-hukum ilmiah berbada dari hukum-hukum politik. Hukum politik bersifat preskriptif
memberitahu kita bagaimana harus bersikap. Hukum-hukum ilmiah bersifat deskriptif tidak
mengatakan bagaimana alam harus berperilaku, tetapi menjelaskan bagaimana alam berperilaku.

7
Sebagaimana dengan teori, hukum tidak dapat diuji dalam berbagai macam kasusnya yang tak terbatas.
Sehingga kita tidak dapat memastikan bahwa suatu hukum tertentu memang benar. Kita menggunakan
istilah “hukum” jika validitasnya telah teruji pada ruang lingkup kasus yang luas, dan jika keterbatasan dan
lingkup validitasnya dapat dipahami dengan jelas. Pada saat itu pun, ketika informasi baru muncul, hukum-
hukum tertentu mungkin harus disesuaikan atau dibuang.
Para ilmuwan biasanya bekerja seakan-akan hukum-hukum dan teori-teori yang diterima memang
benar. Tetapi mereka tetap berpikiran terbuka seandainya informasi baru merubah validitas hukum atau
teori tertentu.
2. Satuan, Standard dan Sistem SI
Besaran – besaran fisika selalu dinyatakan relative terhadap suatu standar atau satuan tertentu,
dan satuan yang digunakan harus selalu diikutsertakan. Satuan yang diterima secara umum saat ini
adalah System International (SI), dimana satuan standar : panjang, massa dan waktu adalah: meter,
kilogram dan sekon. Diperlihatkan pada table berikut.
Besaran Satuan
Pajang Meter (m)
Massa Kilogram (kg)
Waktu Sekon (s)
Temperatur Kelvin (K)
Arus listrik Ampere (A)
Intensitas Cahaya Candela (cd)

Enam besaran pada tabel diatas disebut besaran pokok,besaran-besaran lain dalam fisika
mempunyai satuan yang dapat diturunkan dari satuan-satuan baku tersebut,besaran-besaran tersebut sering
disebut besaran turunan.
Satuan baku besaran sedapat mungkin didefinisikan dalam besaran – besaran di alam yang tidak
berubah.Satuan baku panjang adalah meter yang mula-mula ditetapkan oleh French Academy of Sciences
pada tahun 1970-an, 1 meter mula-mula di definisikan sebagai 1/10.000.000 dari jarak antara ekuator bumi
sampai salah satu kutubnya,dan sebatang platina dibuat untuk menunjukan panjang ini. Pada tahun 1889,
meter baku didefinisikan secara lebih seksama sebagai jarak antara dua tanda yang dipahatkan secara halus
pada batang platina-iridium. Pada tahun 1960, untuk memberikan keseksamaan dan keterulangan lebih
besar, 1 meter didefinisikan ulang sebagai 1.650.763,73 panjang gelombang jingga yang dipancarkan oleh
gas ⁸⁶Kr (krypton 86). Pada tahun 1983, 1 meter didefinisikan ulang kembali sebagai panjang lintasan yang
ditempuh oleh cahaya dalam hampa selama interval waktu 1/299,792,458 sekon.
Satuan baku massa adalah kilogram (kg) Massa baku itu adalah silinder platina-iradium yang
disimpan pada International Bureau of Weights and Measures, di Serves,dekat Paris, Prancis yang
mempunyai massa tepat 1 kg.

8
Satuan baku waktu adalah sekon (s) atau detik. Selama bertahun-tahun 1 sekon didefinisikan sebagai
1/86400 hari tata surya. Pada saat ini sekon didefinisikan secra lebih seksama dalam radiasi frekuensi
gelombang-mikro yang dipancarkan oleh atom ¹³³Cs (cesium 133) ketika melewati dua keadaan tertentu.
Satu sekon didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan oleh radiasi untuk bergetar 9.192.631.770
kali.Tentu saja, dalam satu menit terdapat 60 sekon dan dalam satu jam terdapat 60 menit atau 3600 sekon.
Dalam satu hari terdapat 24 jam (atau secara lebih tepat 23,56 jam) dan dalam satu tahun terdapat 365,25
hari.
1 Ampere adalah kuat arus tetap yang jika dialirkan melalui dua buah kawat yang sejajar dan sangat
panjang, dengan tebal yang dapat diabaikan dan diletakkan pada jarak pisah 1 meter dalam vakum,
menghasilkan gaya 2 X 10-7newton pada setiap meter kawat.
1 Kelvin adalah 1/273,16 kali suhu termodinamikatitik tripel air (CGPM ke-13, 1967).
1 kandela adalah intensitas cahaya suatu sumber cahaya yang memancarkan radiasi monokromatik
pada frekuensi 540 X 1012hertz dengan intensitas radiasi sebesar 1/683 watt per steradian dalam arah
tersebut (CGPM ke-16, 1979)
Satuan-satuan baku tersebut merupakan bagian dari System International atau SI yang merupakan
versi baru dari sistem metrik meter-kilogram-sekon (mks) yang diperkenalkan di prancis dua abad
lalu.Dalam hal ini satuan baku panjang adalah meter(m),satuan baku massa adalah kilogram(kg),dan satuan
baku waktu adalah sekon(s),yang mula-mula dikenal sebagai sistem mks (meter-kilogram-sekon).Sistem
metrik yang lain adalah sistem cgs (centimeter-gram-sekon) dengan satuan baku panjang,massa, dan waktu
secara berturut-turut adalah centimeter(cm) gram (g) dan sekon (s). Sekarang satuan SI digunakan oleh
semua ilmuwan dan dalam sebagian besar kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian, sistem rekayasa
Inggris (British engineering system ) kadang- kadang masih digunakan yang mempunyai satuan-satuan baku
foot untuk panjang, pound untuk gaya dan second untuk waktu.

Pangkat dari
Awalan sepuluh Singkatan Contoh

atto- 10ˉ¹⁸ A 1 aC = 1 attocoulomb = 10ˉ¹⁸C


femto- 10ˉ¹⁵ F 1 fm = femtometer = 10ˉ¹⁵ m
pico- 10ˉ¹² P 1 pf = 1 picofarad = 10ˉ¹² F
nano- 10ˉ⁹ N 1 ns = 1 nanosecond = 10ˉ⁹ s
micro- 10ˉ⁶ Ų 1 ų A = 1 microampere = 10ˉ⁶ A
milli- 10ˉ³ M 1 mg = 1 miligram = 10ˉ³ gram
centi- 10ˉ² C 1 cm = 1 centimeter = 10ˉ² m
kilo- 10³ K 1 Kv = 1 kilovat = 10³V
mega- 10⁶ M 1 MW = 1 megawatt = 10⁶ W
giga- 10⁹ G 1 GeV = 1gigaelectronovolt = 10⁹cV
tera- 10¹² T 1 Tm = 1 teramater = 10¹²m
peta- 10¹³ P 1 Ps = 1 petasecond = 10¹⁵ s
Exa- 10¹⁸ E 1 EJ = 1 exajoule = 10¹⁸ J
9
Hasil pengukuran besaran terdiri dari bilangan dan satuan, misalnya panjang sebuah meja adalah 120
cm.Seringkali kita memperoleh besaran terukur dalam satuan tertentu, namun kita ingin menyatakan besaran
itu dalam satuan lainya.Untuk keperluan ini kita harus menggunakan faktor konversi.Kemudian kita
menerapkan dua aturan untuk konversi semacam itu:
1. Satuan –satuan diperlakukan dalam suatu persamaan dengan cara yang tepat sama seperti besaran
aljabar, yang bisa dikalikan dan dibagi satu sama lain.
2. Mengalikan atau membagi suatu besaran dengan 1 tidak mempengaruhi nilainya.
Sebagai contoh, kita mengukur bahwa lebar sebuah daun pintu adalah 32,5 inchi dan kita ingin
menyatakannya dalam cm.Dalam hal ini kita harus mengunakan faktor konversi
1 inchi = 2,54 cm
Jadi lebar daun pintu tersebut adalah
(32,5 inchi)x( 2,54 cm/Inchi)=82,6 cm
Contoh :
Nyatakan laju mobil v= 60 km/h dalam m/s
Penyelesaian :
Dalam hal ini satuan km/h artinya km/hour atau km/jam.disini ada dua satuan yang akan dikonmversi
yang dapat kita kerjakan dalam satu langkah.
V= (60km/h)x(1000 m/h) x (1/3600 s/h )=17 m/s

3. Pengukuran
Pengukuran memainkan peranan penting pada fisika, tetapi hasil pengukuran tidak akan pernah
tepat secara sempurna. Adalah penting untuk menentukan ketidakpastian suatu pengukuran, baik dengan
menyatakan langsung dengan ±, dan atau dengan memakai angka signifikan yang tepat.
Fisika maupun disiplin ilmu lain, pengukuran kuantitas merupakan dasar utama guna mencari
korelasi atau interpretasi dan juga untuk membandingkan hasil pengukuran dengan prediksi teoritis.
Pengukuran adalah tindakan yang bertujuan untuk menentukan kuantitas dimensi suatu besaran
pada suatu sistem, dengan cara membandingkan dengan satu satuan dimensi besaran tersebut,
menggunakan alat ukur yang terkalibrasi dengan baik.
Tapi pada kenyataannya nilai perbandingan tidak pernah diperoleh secara pasti. Sehingga nilai
sebenarnya tidak dapat diketahui. Pengukuran berulang-ulang hasilnya selalu berbeda , meskipun
selisihnya sangat kecil. Jadi dalam pengukuran selalu terdapat kesalahan . Usaha yang harus dilakukan
adalah mengusahakan kesalahan itu sekecil-kecilnya.
Untuk menyatakan seseorang sakit atau tidak, perlu dilakukan pengukuran terhadap besaran-
besaran fisis tubuh seperti suhu badan, tekanan darah, frekuensi detak jantung dan sebagainya. Dari hasil
pengukuran, belum dapat memberikan informasi apapun tanpa membandingkan dengan suatu nilai yang

10
ada. Nilai yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan suatu nilai yang dianggap sebagai standar
normal untuk menyatakan keadahan tubuh yang sehat. Nilai standar yang digunakan merupakan hasil
pendekatan secara empiris dari hasil pengukuran terhadap banyak sampel yang kemudian nilai
terbaik/rata-rata nya dianggap sebagai nilai standar normal atau sehat, sehingga sedikit batas
penyimpangan atau variasi baik diatas maupun dibawah dari nilai standar tersebut masih dianggap sehat.
Kesalahan dari proses pengukuran baik disebabkan karena factor alat, metode maupun pelaku
pengukuran, tentu akan mengakibatkan kesalahan informasi yang diperoleh sehingga menimbulkan
kesalahan kesimpulan dan akhirnya kesalahan tindakan yang akan merugikan pasien. Dalam hal ini
penentuan ini dapat terjadi false positif atau false negative.
False positif adalah merupakan suatu error( penyimpangan) yang terjadi di mana penderita
dinyatakan menderita suatu penyakit, padahal sama sekali tidak menderita penyakit tersebut. Sedangkan
false negative merupakan suatu error yang terjadi di mana penderita dinyatakan tidak sakit, pada hal
menderita suatu penyakit. Hal ini tentunya akan sangat merugikan pasien. Untuk memperkecil
kesalahan-kesalahan dalam pengukuran, maka perlu memahami factor-faktor penyebab timbilnya
kesalahan/ralat dan cara memperkecil kesalahan-kesalahan dalam pengukuran.

1. Jenis & Faktor Penyebab Timbulnya Kesalahan dan ralat.


a. Ralat sistematik, ralat kelompok ini bersifat tetap adanya, penyebab :
1. Alat, kalibrasi, harga skala, kondisi alat yang berubah, pengaruh alat terhadap besaran yang
diukur, dan sebagainya.
2. Pengamat, misalnya karena ketidak cermatan pengamat dalam membaca.
3. Kondisi fisis pengamat, misalnya karena kondisi pada saat pengamatan tidak sama dengan
kondisi fisis pada saat peneraan alat.
4. Metode pengamatan, ketidaktepatan dalam pemilihan metode akan berpengaruh terhadap hasil
pengamatan, misalnya sering terjadi kebocoran pada besaran fisis seperti panas, cahaya, dan
sebagainya.
b. Ralat Kebetulan, kesalahan yang terjadi pada pengamatan yang dilakukan secara berulang-ulang
terhadap besaran fisis yang dianggap tetap, Penyebabnya adalah :
1. Salah menaksir, misal kesalahan penaksiran terhadap nilai skala terkecil.
2. Kondisi fisik yang berubah (berfluktuasi); missal karena perubahan temperature atau perubahan
listrik ruang yang tidak stabil.
3. Gangguan, misalnya adanya medan magnet yang kuat, dapat mempengaruhi penunjukkan jarum
penunjuk alat ukur listrik.
4. Definisi; missal karena penampang pipa tidak bulat betul maka penentuan diameternya pun akan
menimbulkan kesalahan.

11
c. Ralat kekeliruan tindakan, bagi pengamat dapat terjadi dalam 2 bentuk :
1. Salah berbuat, misalahnya salah membaca, pengaturan situasi/kondisi.
2. Salah anggapan, misal terjadi pada pembulatan angka perhitungan.
Kesalahan-kesalahan dalam pengukuran dapat diperkecil dengan cara lebih banyak berlatih,
pemilihan metode yang tepat serta menggunakan alat ukur yang terkalibrasi dan memiliki tingkat
ketepatan (akurasi)dan kebenaran (presisi) yang tinggi.

2. Perhitungan Ralat
Kesalahan dalam pengukuran tidak dapat dihindari sehingga nilai sebenarnya tidak akan pernah
dapat ditentukan. Usaha yang dapat dilakukan hanyalah dengan memperkecil kesalahan tersebut
sekecil-kecilnya. Ralat berdasarkan bagaimana data diperoleh, dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Ralat dari hasil pengamatan (pengukuran secara langsung)
1) Untuk satu kali pengukuran, nilai ralatnya adalah 0.5 skala terkecil dari alat ukur yang
digunakan.
2) Untuk pengukuran berulang, nilai terbaik besaran terukur adalah nilai rata-ratanya. Misalnya
suatu besaran × diukur sebanyak n kali dengan nilai terukur: x1,x2,x3,…,xn. Nilai terbaik untuk
besaran tersebut adalah:
∑𝑛
𝑖=1 𝑥𝑖 𝑥1+ 𝑥2+ 𝑥3 +⋯+ 𝑥𝑛
𝑥̅ = = (1.1)
𝑛 𝑛

Selisih atau penyimpangan dan nilai terukur terhadap nilai terbaiknya disebut deviasi,
dilambangkan dengan𝑥 Jadi
𝑥 = 𝑥1 − 𝑥̅ (1.2)
Informasi selisih kumulatif seluruh data harus ditampilkan secara efisien & ringkas dalam
bentuk standar deviasi (ukuran penyimpangan nilai pendekatan terbaik terhadap nilai sebenarnya
yang tetap misterius), yaitu:
∑(𝑥𝑖)2
𝑆𝑥̅ = √ (1.3)
𝑛(𝑛−1)

Nilai hasil pengukuran dituliskan dalam bentuk:


𝑥 = (𝑥̅ ± 𝑠𝑥̅ ) (1.4)
Sedangkan deviasi standart nilai rata-rata relatifnya dapat ditulis:
𝑠𝑥̅
𝑆𝑥̅ = 𝑥 100 % (1.5)
𝑥

dengan keseksamaan atau kecermatan (akurasi) yaitu:


𝑠
100% - ( 𝑥𝑥̅ 𝑥 100 %) (1.6)

12
Contoh: Suatu panjang logam diukur 10 kali dengan hasil sebagai berikut:
N Nilai terukur xi (cm) Deviasi (cm) ; Kuadrat deviasi (𝑥𝑖 )2
𝑥𝑖 = 𝑥1 − 𝑥̅
1 47,51 0,02 0,0004
2 47,49 0,00 0,0000
3 47,48 -0,01 0,0001
4 47,50 0,01 0,0001
5 47,47 -0,02 0,0004
6 47,49 0,00 0,0000
7 47,48 -0,01 0,0001
8 47,46 -0,03 0,0009
9 47,53 0,04 0,0016
10 47,49 0,00 0,0000
N = 10 𝑥̅ =
∑𝑛
𝑖=1 𝑥𝑖
= 474,90 ∑𝑛𝑖=1(𝑖 ) = 0,00 ∑𝑛𝑖=1(𝑥𝑖 )2 = 0,0036
𝑛

∑𝑛
𝑖=1 𝑥𝑖
Jadi nilai terbaiknya, 𝑥̅ = = 474,90 cm
𝑛

∑(𝑥 )2
𝑖 0,0036
Sedangkan deviasi standartnya, 𝑆𝑥̅ = √𝑛(𝑛−1) = √10 (10−1) = 0,007 𝑐𝑚

Kemudian nilai x diinformasikan dalam format:


𝑥 = (𝑥̅ ± 𝑠𝑥̅ ) = (474,9 ± 0,007)𝑐𝑚
b. Ralat dari hasil perhitungan (pengukuran tidak langsung atau ralat hambatan)
Adalah ralat yang timbul sebagai hasil perhitungan, berlaku pada besar-besaran yang tidak
dapat diukur secara langsung. Misal pada penentuan luas suatu meja melalui pengukuran panjang dan
lebar (tak ditentukan pengukuran masing-masing satu kali atau lebih). Pengukuran panjang akan
menghasilkan ketidakpastian yang sebanding dengan kesalahan pengukuran, demikian pula pada
penentuan lebar meja. Ketidakpastian pengukuran panjang dan lebar meja pasti akan memberi
kontribusi pada penentuan luas meja.
Panjang meja 𝑝 = (𝑝̅ + 𝜕𝑝) 𝑚
Lebar meja 𝑙 = (𝑙 ̅ + 𝜕𝑙) 𝑚
Luas meja L = 𝑝̅ + 𝑙 ̅ dan hasilmya dinyatakan
L=( L + 𝜕L ) m2
Ketidakpastian𝜕𝑝 , 𝜕𝑙 serta proses p x l akan berkontribusi dalam penentuan 𝜕L.
𝜕𝐿 2 𝜕𝐿 2
𝜕𝑙 = √( ) (𝜕𝑝)2 + ( ) (𝜕𝑙 )2 (1.7)
𝜕𝑝 𝜕𝑙
𝜕𝐿
Marilah kita interpretasikan secara sederhana arti persamaan(1.7). Lambang 𝜕𝑝
adalah

simbol operasi diferensial (turunan) parsial, yaitu turunan L terhadap salah satu variabelnya, p. Kita
tentu tahu bahwa operasi diferensial tersebut menyatakan bagaimana perubahan pada p akan
mempengaruhi L; anggap saja seperti pengaruh p dalam penentuanL. Jelas bahwa persamaan (1.7)

13
adalah cara menentukan ketidakpastian L dari ketidakpastian masing-masing variable dan dari proses
interaksinya.
3. Accuracy, Precision, Error dan Uncertainty
Penting sekali untuk membedakan beberapa istilah yang sering dijumpai dari hasil
pengukuran.
Accuracy (akurasi – ketepatan), adalah suatu ukuran seberapa dekat hasil pengukuran
dengan nilai sebenarnya. Jadi nilai ini sebanding dengan ketepatan hasil.
Precision (presisi – ketelitian), adalah ukuran seberapa baik hasil pengukuran telah
ditentukan tanpa mengacu pada nilai sebenarnya.
Ketelitian lebih mengarah pada pengertian seperti kekonsistenan hasil. Alat yang menghasilkan data
seperti angka sebelumnya dikatakan alat yang teliti, tidak peduli apakah hasil tersebut tepat atau tidak
dengan nilai sebenarnya.
Error (ralat – kesalahan), adalah perbedaan antara hasil observasi atau pengukuran dengan
nilai sebenarnya.
Uncertainty (ketidakpastian), berkaitan dengan fluktuasi simpangan data xi terhadap nilai
pendekatan terbaik 𝑥̅ , sebagai gambaran kualitas hasil pengukuran atau perhitungan.

Untuk profesional kesehatan saat ini, sistem metrik merupakan sistem yang kini paling lazim digunakan
untuk menyatakan jumlah (kuantitas) dalam farmasi. Untuk kuantitas tertentu, satuan dasar yang digunakan
adalah gram untuk satuan dasar massa; liter untuk satuan dasar volume; dan mol untuk satuan dasar jumlah
obat. Sistem metrik menggunakan desimal, yang diterjemahkan menjadi power of tens. Pada sistem metrik
terdapat awalan (prefiks) yang digunakan untuk menyatakan kuantitas yang lebih besar atau lebih kecil dari
satuan dasar.
1. Pengukuran panjang
Bilamana kita ingin mengukur panjang suatu benda kita harus memilih alat ukur yang sesuai
dengan panjang benda yang diukur dan ketelitian yang diperlukan.
Bagaimana kita memutuskan ketelitian yang diperlukan? Dalam suatu eksperimen dimana
beberapa pengukuran yang berbeda harus dilakukan, kita arahkan agar mencapai ketelitian yang mirip
untuk semua pengukuran.

Panjang yang akandiukur Alat ukur Ketelitian terbaik


Beberapa meter Pengukur panjang tergulung dibuat dari baja 1,0 mm
Kira-kira 1 cm sampai 1 m Mistar atau penggaris 0,5 mm
Kira-kira 1 mm sampai 10 cm Jangka sorong ( vernier calipers ). 0,1 mm
Kira-kira 0,1 mm sampai 2-3 cm Micrometer skrup ( screw micrometer ). 0.01 mm

14
Hal-hal berikut yang perlu diperhatikan dalam mengunakan mistar :
a. Hindari celah antara mistar dan benda yang diukur atau anda akan menerka posisis dua ujung benda
pada skala mistar.
b. Hindari kesalahan ujung .berhati-hati untuk meluruskan ujung benda dengan angka nol pada skala
mistar.
c. Hindari kesalahan paralaks.posisis mata anda secara vertikal diatas mistar.

2. Pengukuran luas
Jika kita akan menghitung luas suatu permukaan, kita dapat menggunakan rumus-rumus yang
yang baku sebagai berikut, contohnya untuk luas permukaan suatu persegi panjang, yang mempunyai
panjang (l) dan lebar (w). A = lw
Luas penampang lingkaran suatu benda yang berdiameter d (atau berjari-jari r) adalah:
A= π.d²/4= πr²
Dengan π= 3,14 = 22/7. Satuan luas dalam SI adalah meter persegi, yang dituliskan dalam
m². kadang-kadang satuan luas dinyatakan dalam centimeter persegi, yang dituliskan dalam bentuk
cm². karena itu, 1m= 100 cm, maka luas 1m²= 100 cm x 100 cm = 10000 cm².
Jadi 1m²=10⁴ cm²
3. Pengukuran volume
Zat padat dan zat cair mempunyai volume konstan tetapi mempunyai berbagai macam bentuk.
Oleh karena itu, pengukuran volume benda-benda itu sukar dilakukan kecuali untuk zat padat
berbentuk teratur seperti balok persegi, kubus, silinder, dan bola.
Volume zat padat,
Beberapa metode dasar untuk mengukur volume zat padat dan zat cair.
Volume yang diukur Alat ukur
Zat padat berbentuk teratur Mistar, jangka sorong, micrometer, Memakai rumus
Zat padat berbentuk tak teratur Gelas ukur
Zat cair ( volume besar ) Gelas ukur
Zat cair ( volume kecil ) Buret, pipet, labu takar

Volume zat padat berbentuk teratur dapat dihitung dengan menggunakan rumus baku.
Volume balok persegi mempunyai panjang (l),lebar (w),dan tinggi (h) adalah :
V= lwh
Volume silinder yang berdiameter d (atau berjari-jari r ) dan tinggi h adalah :
V=(π.d²/4)h = (πr²)h
Volume bola pejal berdiameter d ( atau berjari-jari r ) adalah :
V=4/3π.(d/2)³ = 4/3πr³

15
Volume zat padat berbentuk tak teratur dan berukuran kecil dapat diukur dengan gelas ukur,langkah-
langkah pengukuran adalah sebagai berikut :
1. Isilah sebagian gelas ukur dengan air dan catatlah pembacaan permukaan air mula-mula.
2. Masukan benda yang akan diukur ke dalam gelas ukur sampai seluruhnya berada dalam air dan
catatlah pembacaan permukaan air akhir.
3. Volume benda itu merupakan selisih dua pembacaan permukaan air tersebut.
Satuan volume dalam SI adalah meter kubik,yang dituliskan sebagai m³.Kadang kadang
satuan luas dinyatakan dalam centimeter kubik,yang dituliskan sebagai cm³.Karena 1m = 100
cm,maka volume 1m³=100cmx 100cm x 100cm = 1000000 cm². jadi 1m³=10⁶cm³.
Contoh : Sepotong batang besi berbentuk silinder mempunyai diameter 10 mm dan panjang 25 cm.
Hitunglah volume batang besi.
Penyelesaian : Batang besi tersebut mempunyai diameter d =10mm=0,10 cm dan panjang 25 cm.
Volume batang besi adalah :
V = πd²/4.l=3,14 x0,10 cm²/4 x25 cm =0,20 cm³.

Volume zat cair,


Satuan dasar volume adalah liter (L). Satu liter terdiri dari 10 desiliter, atau 100 sentiliter atau 1000
milliliter. Milliliter setara dengan centimeter kubik(cc) walaupun singkatan yang lebih dipilih adalah ml.
Tabel 1.3 mendaftar satuan-satuan volume yang lazim digunakan dalam farmasi.

Tabel 1.3. Satuan yang digunakan dalam farmasi


Satuan Singkatan Setara dengan
1 Liter L 1000 mililiter
1 Mililiter mL 1000 mikroliter

Untuk mengonversi volume dari liter menjadi mililiter, kita harus mengalikan dengan 1000, sedangkan
untuk mengonversi volume dari mililiter menjadi liter, kita harus membagi dengan 1000 (lihat Gambar
Konversi Antara Satuan-satuan Volume)

Konversi Antara Satuan-satuan Volume

16
Contoh, 1.
Jumlahkan 3L, 1150mL dan 0,75L . Berikan volume total dalam mL
Jawab:
1. Ubah setiap kuantitas menjadi mililiter.
2. Jumlahkan kuantitas yang telah diubah.
2L = (3 ×1000)mL =3000mL
1150mL =1150mL
0,75L = (0,75 ×1000)mL =750mL
Volume total = 4900 mL
Jawaban : 4900 mL

Contoh 2 :
Seorang pasien diberi resep 10 mL campuran untuk digunakan empat kali sehari. Berapa banyak campuran
(dalam liter) yang dibutuhkan oleh pasien selama 30 hari?
Jawab:
1. Hitung berapa banyak campuran yang digunakan oleh pasien setiap hari.
2. Hitung berapa banyak campuran yang dibutuhkan oleh pasien selama 30 hari
3. Konversi angka yang diperoleh dan mL ke L
Setiap hari pasien menggunakan 10mL × 4 = 40mL
Selama 30 hari pasien membutuhkan 40mL × 30 = 1200mL
1200 mL = (1 + 0,2) L = 1,2 L
Jawaban: 1,2 L

Satuan Jumlah Obat


Satuan dasar untuk jumlah obat adalah mol. Satu mol adalah jumlah bahan yang mengandung 6,02
× 1023 satuan formula komponennya (contohnya atom, molekul, atau ion). Jumlah mol suatu obat dapat
langsung dinyatakan sebagai massa karena satu mol suatu berat obat, dalam gram, sama dengan massa
molekul relatif (relative molecular of mass = RMM) obat tersebut. Contohnya, 1 mol kalium kiorida (RMM
=74,5) memiliki berat 74,5 gram. Tabel 1.4 menunjukkan satuan jumlah obat yang lazim digunakan dalam
farmasi.
Tabel 1.4 Satuan Jumlah Obat
Satuan Singkatan Setara dengan
Mol Mol 1000 milimol
Milimol mmol 1000 mikromol

17
Gambar Konversi Antara Satuan-satuan Jumlah Obat menunjukkan konversi antara mol dan milimol, serta
konversi satuansatuan ini ke dalam satuan massa.

Gambar Konversi Antara Satuan-satuan Jumlah Obat


Contoh 3:
Berapa milimol kalium kiorida (asumsikan RMM = 75 ) yang terdapat dalam 150gr obat?
Jawab:
1. Hitung jumlah mol obat.
2. Ubah hasil yang diperoleh ke dalam milimol.
75 gr adalah berat 1 mol kalium klorida
1gr adalah berat 1: 75 mol kalium klorida
150 gram adalah berat 150 : 75 mol kalium klorida = 2 mol
2 mol = (2 × 1000) milimol = (2 × 1000) milimol = 2000 milimol
Jawaban : 2000 milimol

4. Pengukuran massa dan berat


Satuan massa yang paling lazim digunakan didaftar pada Tabel 1.5
Tabel 1.5 Satuan Massa
Satuan Singkatan Setara dengan
1 kilogram Kg 1000 gram
1 gram G 1000 miligram
1 miligram mg 1000 rogram
1 mikrogram µg atau mcg

Massa yang lebih besar atau lebih kecil dari jumlah-jumlah tersebut jarang digunakan dalam farmasi. Untuk
mengubah dari satuan yang lebih kecil ke satuan yang lebih besar (contohnya miligram ke gram,gram ke
kilogram), kita perlu membagi dengan 1000. Sebaliknya, untuk mengubah dari satuan yang lebih besar ke
satuan yang lebih kecil (contohnya kilogram ke gram, gram ke miligram), kita harus mengalikan dengan
1000 (lihat Gambar Konversi antara Satuan-satuan Massa)

Konversi antara Satuan-satuan Massa


18
Contoh 4:
Jumlahkan 0,0025 kg , 1750 mgr , 2,5 gr , dan 750.000 mcgr (berikan jawaban Anda dalam gram).
Jawab:
1. Ubah setiap kuantitas menjadi gram.
2. Jumlahkan kuantitas yang telah diubah.
0,00250 kg = (0,00250 ×1000)gr = 2,50 gr
1750 mgr =( 1750:1000)gr =1,75gr
2,50 gr = 2,50 gr
750000 mgr = (750000:1000000) gr = 0,75gr
Massa total = 2,50 gr + 1,75 gr + 2,50 gr + 0,75 gr = 7,50gr
Jawaban: 7,50gr
Banyaknya materi dalam suatu benda mempengaruhi sifat-sifat tertentu benda itu dimana pun benda
itu berada. Dua sifat semacam itu adalah massa inersia (seringkali hanya disebut dengan massa) dan massa
jenis benda yang bersangkutan.
Massa benda merupakan ukuran materi di dalam benda itu dan tergantung pada jumlah dan ukuran
atom-atom yang terkandung di dalamnya. Sedangkan inersia benda merupakan “keengganan” benda itu,
atau kecenderungan massa untuk melawan perubahan geraknya.Inersia membuat suatu benda sukar untuk
mulai atau berhenti bergerak,sukar untuk mengubah arah geraknya atau sukar untuk mempercepat geraknya.
Oleh karena itu massa benda kadang- kadang didefinisikan sebagai ukuran inersia suatu benda yang diam.
Gaya tarik bumi terhadap suatu benda disebut berat benda itu.Gaya tarik atau berat ini disebabkan
oleh apa yang disebut’gravitas’.Berat suatu benda berbeda bebeda dari suatu tempat ke tempat lain pada
permukaan bumi; bahkan berat benda di bulan kira- kira 1/6 kali nilai beratnya di bumi. Pada tempat tertentu
berat benda sebanding dengan massanya.Dengan menggunakan konstanta hubungan kesebandingan ini kita
dapat mencari dengan mudah massa benda dengan berat pembanding.Pada permukaan bumi kita
mendapatkan bahwa berat benda yang bernassa 1 kg adalah 9,8 N. Hal ini berarti bahwa gaya tarik gravitasi
bumi pada suatu benda bermassa 1 kg adal;ah 9,8 N pada permukaan bumi.Kita dapat juga menyatakan
bahwa kuat medan gravitasi bumi (diberi lambang g ) pada permukaanbumi adalah 9,8 N/kg.Oleh karena
itu hubungan antara massa dan berat benda dapat dituliskan sebagai w = m.g
Dalam pembicaraan berikut kita mengenal bahwa g adalah percepatan gravitasi bumi yang
mempunyai satuan m/s² dalam SI.

19
5. Pengukuran massa jenis (Kerapatan)
Kerapatan Partikel
Massa jenis zat memberitahukan kepada kita tentang banyaknya materi yang terkandung
dalam volume tertentu zat itu (biasanya 1 cm³ atau 1 m³).Bandingkan gagasan ini dengan massa suatu
benda yang memberitahukan kepada kita tentang banyaknya materi yang terkandung dalam seluruh
benda.Dalam zat dengan massa jenis tinggi materi termanpatkan atau tersususn secara rapat,sedangkan
dalam zat dengan massa jenis rendah materi tersusun secara longggar.Massa jenis suatu zat
didefinisikan sebagai massa zat itu persatuan volume.Jika massa suatu zat adalah m dan volumenya
adalah V, maka massa jenis ρ (huruf Yunani,rho) zat itu adalah
ρ= m/V
Satuan massa jenis dalam SI adalah kg/m³ atau dalam cgs adalah g/cm³.
Contoh : massa jenis air pada 4°C adalah 1,0 x 10³ kg/m³ atau dapat dinyatakan sebagai:
103 𝑔/𝑘𝑔
Massa jenis air = 1,0 x10³ kg/m³= 1,0 x10³ kg/m³ x 3 =1,0 g/cm³
106 𝑐𝑚 ⁄ 3
𝑚

Alat yang digunakan untuk mengukur kerapatan sebenarnya yaitu


- Hidrometer
Alat untuk mengukur massa jenis zat (kerapatan) cair adalah hidrometer. Sebuah hidrometer
mempunyai leher atau tangki panjang dengan pembacaan skala massa jenis dalam g/cm³. Suatu
pentolan besar berisi udara memindahkan zat cair yang memberikan gaya ke atas
sehingga hidrometer itu mengapung. Sejumlah gotri timah melekat pada bagian dasarnya untuk
menjaga agar hidrometertetap tegak. Dalam suatu zat cair dengan massa jenis rendah hidrometer
terbenam ke bawah lebih jauh dalam zat cair itu,memindahkan volume zat cair lebih banyak
sampai berat zat cair yang dipindahkan sama dengan beratnya sendiri. Dalam suatu zat cair dengan
massa jenis tinggi hidrometer mengapung lebih tinggi. Oleh karena itu skala massa jenis terbaca
dari bagian atas tangki ke bawah dengan kenaikan massa jenis zat cair. Pembagian skala dapat
berjarak lebih jauh agar sensitivitasnya lebih besar dengan membuat tangki hidrometer lebih sempit
dan lebih panjang.

Gambar Hidrometer
20
- Densitometer Helium
Densitometer Helium digunakan untuk menentukan kerapatan serbuk yang berpori.
- Piknometer
Piknometer adalah sebuah alat yang dapat digunakan untuk mengukur kerapatan sebenarnya dari
sebuah padatan dan benda cair.

Gambar Piknometer Volume 25 ml


Kerapatan Granul (𝜌𝑔 )
Kerapatan granul didefinisikan sebagai volume granul yang merupakan volume partikel + ruang
dalam partikel Penentuan kerapatan granul dengan menggunakan metode pemindahan cairan (air raksa).
Dalam kerapatan granul dikenal istilah porositas dalam partikel yang dirumuskan sebagai:
𝑉𝑔 − 𝑉𝑝 𝑉𝑝
∈𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙 = = 1−
𝑉𝑔 𝑉𝑔
𝜌𝑔
= 1−
𝜌
Dimana :
𝑉𝑝 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙 − 𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡
𝑉𝑔 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑜𝑟𝑖 − 𝑝𝑜𝑟𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙
𝜌𝑔 = 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙𝑎
𝜌 = 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎

Kerapatan Bulk (𝜌𝑔 )


Kerapatan bulk didefinisikan sebagai massa dari suatu serbuk dibagi dengan volume bulk. Kerapatan bulk
ini tergantung dari Tergantung pada distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan kohesi antar partikel.
Dalam kerapatan bulk dikenal dua macam porositas yaitu
a. Porositas celah / ruang antara
Yaitu volume relatif celah-celah ruang antara dibandingkan dengan volume bulk serbuk, tidak termasuk
pori-pori di dalam partikel. Porositas celah dinyatakan dalam rumus di bawah ini
𝑉𝑏 − 𝑉𝑔 𝑉𝑔
∈𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 = =1−
𝑉𝑏 𝑉𝑏

𝜌𝑏
= 1−
𝜌𝑔
21
b. Porositas total
Porositas total dinyatakan sebagai keselurahan pori dari celah-celah antara partikel dan pori-pori di
dalam partikel. Porositas total dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :
𝑉𝑏 − 𝑉𝑝 𝑉𝑝
∈𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 = =1−
𝑉𝑏 𝑉𝑏

𝜌𝑏
= 1−
𝜌
Dimana :
𝑉𝑏 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑢𝑙𝑘
𝑉𝑝 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡 𝑖𝑡𝑢 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖

Dari ketiga kerapatan di atas maka dapat dibedakan:


Volume:
- Vspesifik sebenarnya (V)
- Vgranul spesifik = V + pori-pori dalam partikel (Vg)
- Vbulk spesifik = V + pori-pori dalam partikel +ruang antar partikel

6. Pengukuran waktu
Alat ukur waktu yang banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah jam atau arloji.
Pada banyak kejadian sehari-hari dan dalam eksperimen fisika kita perlu mengukur interval waktu dari
pada ’waktu’ itu sendiri. Interval waktu adalah panjang waktu antara permulaaan dan akhir suatu
peristiwa. Sebagai contoh, interval waktu jam pelajaran di sekolah, interval waktu yang diperlukan oleh
benda yang bergerak pada bidang miring dalam eksperimen fisika. Dalam hal ini kita tidak dapat
berbicara tentang bagaimana alat ukur waktu bekerja,tetapi lebih memperhatikan beberapa interval
waktu setiap jenis jam yang digunakan, berapa lama interval waktu itu dan bagaimana cara
membacanya.
Alat pencatat interval waktu yang banyak digunakan dalam eksperimen fisika adalah
stopwatch dan stopclock. Stopwatch dan stopclock mekanis biasanya bertingkat dalam 1/5 atau 1/10
sekon. Pengukur waktu centisecond dan stopwatch elektronik dapat mengukur waktu dalam interval
1/100 sekon. Pengukuran waktu millisecond dapat mengukur interval waktu 1/1000 sekon.

22

Anda mungkin juga menyukai