Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FISIKA

Disusun Oleh :

Nama / Nim : Suci Fazriyah Nurrahmi / 1900020025

Gel. / Kel. : sesi 1 / Kel. 6

Hari / Tgl Praktikum : Rabu, 24 Juni 2020

Judul Praktikum : Menentukan Koefisien Muai Panjang dari


Suatu Logam

Asisten Pembimbing : Elisa Anggraeni

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

2020
Menentukan Koefisien Muai Panjang dari Suatu Logam

I. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan koefisein muai panjang dari suatu logam.
II. DASAR TEORI
Pemuaian merupakan atom penyusun akibat adanya peningkatan
temperature. Semakin tinggi temperature suatu benda, maka semakin cepat
gerakan antar atomnya. Gerakan atom ini menyebar ke segala arah karena
adanya gerakan atom inilah yang menyebabkan benda memuai kesegala
arah. Koefisien muai panjang suatu zat adalah angka yang menunjukkan
pertambahan panjang suatu zat apabila temperaturnya dinaikan satu celcius.
Maka besar koefisien muai panjang suatu zat apabila dipanaskan, maka
semakin besar pertambahan panjangnya. Demikian pula sebaliknya,
semakin kecil koefisien muai panjang suatu zat, maka makin kecil pula
pertambahan panjangnya. (Sari, 2002)
Kenaikkan suhu mengakibatkan benda tersebut mendapatkan tambahan
energy berupa kalor yang menyebabkan molekul-molekul pada benda
tersebut bergerak lebih cepat. Setiap zat mempunyai kemampuan muai yang
berbeda beda. Gas misalnya mempunyai kemampuan muai lebih besar
disbanding zat padat dan cair. Sedangkan zat cair kemampuan muai lebih
besar dibandingkan zat padat. Pemuaian dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
1. Pemuaian zat padat
2. Pemuaian zat cair
3. Pemuaian zat gas.
Setiap zat padat mempunyai besaran yang disebut koefisien muai panjang,
contohnya yang dapat kita lihat pada penerapan konsep muai panjang
adalah pemasangan rel kereta api yang sengaja dibuat renggang. Hal ini
karena rel kereta api terbuat dari besi, pada siang hari rel kereta api tersebut
akan terkena sinar matahari langsung yang berarti besi tersebut menerima
kalor dan akan melakukan pemuian panjang. Apabila pada pemasangan rel
kereta api tidak dibuat renggang maka pada saat siang hari rel akan memuai
dan menyebabkan tabrakan antara rel dan rel kereta api akan
membengkokka yang akan membahayakan kereta api. (Wulandari, 2015)
Nilai koefisien muai panjang besi dan tembaga menurut standar
internasional adalah sebesar 1,2 x 10-5/C dan 1,7 x 10-5/C. Jika temperatur
dinaikan maka benda padat tersebut akan memuai. Dapat diamati dari
sebuah batang logam yang memiliki panjang [L] dan pada suhu atau
temperatur [T] tertentu. Jika temperature atau suhunya berubah maka
perubahan panjang akan sebanding dengan perubahan suhu dan panjang
mula-mula. Pernyataan ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
∆𝐿 = ∝ . 𝐿0 . ∆𝑇
𝐿 = 𝐿0 (1 + ∝. ∆𝑇)
Keterangan : ∆𝐿 : perubahan panjang
∝ : koefisien muai panjang
𝐿0 : panjang mula-mula
L : panjang akhir
∆𝑇 : selisih suhu (T2 – T1). (Trippler, 1998)
Pada suhu t’ panjangnya :
Lt’ = L0 (1 + ∝ ′)
Kemuadian dari persamaan diatas menghasilkan :
𝐿𝑡 ′ −𝐿𝑡
∝=𝐿
0 (𝑡 ′ −𝑡)
𝐿𝑡 ′ −𝐿𝑡
=𝐿
𝑡 (𝑡 ′ −𝑡)
Untuk mencari L0 gunakan rumus seperti berikut ini :
𝐿
𝐿0 =
(1+ ∝ . ∆𝑇)
Untuk mencari ∆𝑇 bila T2 tidak diketahui :
∆𝑇 = T2 – T1
𝐿−𝐿0
T2 = ∆𝑇 𝐿 + T1
0 . ∝
(Dimas, 2011)
III. ALAT
1. Alat muai logam
2. Tuas skala
3. Selubung pemanas batang
4. Pita pengukur
5. Termometer
6. Bejana uap
7. Tiga batang logam.

Gambar 1. Alat dan Bahan

Keterangan :
1. Pita pengukur dan tuas skala
2. Bejana uap
3. Baskom
4. Termometer
5. Pendingin atau kompresor
6. 3 Batang logam
7. Selubung pemanas
8. Kompor.
IV. CARA KERJA
Memasukkan batang logam ke dalam selubung pemanas.

Memasangkan tuas skala pada ujung logam dengan posisi seperti


gambar, mencatat posisi ujung atas tuas skala pada penggaris.

Menghubungkan tabung pemanas dengan bejana uap.

Mendidihkan air dan mengalirkan uap ke tabung pemanas.

Mengamati suhu termometer pada selubung pemanas dan perubahan


posisi tuas skala pada penggaris.

Mencatat posisi ujung tuas skala pada penggaris, pada saat temometer 1
konstan.

Mencatat posisi ujung tuas skala pada penggaris, pada saat temometer 2
konstan.

Mencatat posisi ujung tuas skala pada penggaris, pada saat temometer 3
konstan.
Mencatat posisi ujung tuas skala pada penggaris, pada saat temometer 4
konstan.

Mendinginkan selubung dengan mengalirkan air.

Mengulangi percobaan dengan jenis logam yang berbeda, setiap logam


3x percobaan.
V. DATA PERCOBAAN
1. Jenis logam : Tembaga
Suhu awal : T1 = 44 C
T2 = 30 C
T3 = 31 C
T4 = 29 C
Posisi tuas : L1 = 11 cm
L2 = 122,5 cm
Panjang logam awal : 200 cm
No T1 T2 T3 T4 Posisi Tuas
(℃) (℃) (℃) (℃) (cm)

1. 109 97 93 96 1,5

2. 107 98 94 95 1,2

3. 104 97 96 96 1,4

2. Jenis logam : Alumunium


Suhu awal : T1 = 44 C
T2 = 30 C
T3 = 31 C
T4 = 29 C
Posisi tuas : L1 = 11 cm
L2 = 122,5 cm
Pangjang logam awal : 210 cm
No T1 T2 T3 T4 Posisi Tuas
(℃) (℃) (℃) (℃) (cm)

1. 105 96 94 96 1,2

2. 108 98 94 95 1,3

3. 103 97 96 94 1,1
3. Jenis logam : Besi
Suhu awal : T1 = 44 C
T2 = 30 C
T3 = 31 C
T4 = 29 C
Posisi tuas : L1 = 11 cm
L2 = 122,5 cm
Pangjang logam awal : 195 cm
No T1 T2 T3 T4 Posisi Tuas
(℃) (℃) (℃) (℃) (cm)

1. 105 97 92 94 1,7

2. 102 98 95 95 1,6

3. 106 97 94 94 1,9
VI. PERHITUNGAN
1. Tembaga
- Panjang mula-mula pada suhu t (Lt) = 200 cm
𝐻1 +𝐻2 +𝐻3 +𝐻4
- Suhu mula-mula (t) = 4
44+30+31+29
= 4
= 33,5 ℃
𝐿 122,5
- m = 𝐿2 = = 11,1364 cm
1 11
• Percobaan 1
1,5
∆𝐿 = 11,1364 = 0,1347 cm
Lt’ = Panjang logam awal + ∆𝐿
= 200 cm + 0,1347
= 200,1347 cm
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑢ℎ𝑢 109+97+93+96
T’ = = = 98,75 ℃
𝑛 4
∆𝐿 0,1347 0,1347
∝ = 𝐿𝑡 (𝑡 ′ −𝑡) = 200(98,75−33,5) = 200(65,25) = 1,0321 x 10-5 ℃-1
• Percobaan 2
1,2
∆𝐿 = 11,1364 = 0,1078 cm
Lt’ = Panjang logam awal + ∆𝐿
= 200 cm + 0,1078
= 200,1078 cm
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑢ℎ𝑢 107+98+94+95
T’ = = = 98,5 ℃
𝑛 4
∆𝐿 0,1078 0,1078
∝ = 𝐿𝑡 (𝑡 ′ −𝑡) = 200(98,5−33,5) = 200(65) = 8,2923 x 10-6 ℃-1
• Percobaan 3
1,4
∆𝐿 = 11,1364 = 0,1257 cm
Lt’ = Panjang logam awal + ∆𝐿
= 200 cm + 0,1257
= 200,1257 cm
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑢ℎ𝑢 104+97+96+96
T’ = = = 98,25 ℃
𝑛 4
∆𝐿 0,1257 0,1257
∝ = 𝐿𝑡 (𝑡 ′ −𝑡) = 200(98,25−33,5) = 200(64,75) = 9,7065 x 10-5 ℃-1
2. Alumunium
- Panjang mula-mula pada suhu t (Lt) = 210 cm
𝐻1 +𝐻2 +𝐻3 +𝐻4
- Suhu mula-mula (t) = 4
44+30+31+29
= 4
= 33,5 ℃
𝐿2 122,5
- m=𝐿 = = 11,1364 cm
1 11
• Percobaan 1
1,2
∆𝐿 = 11,1364 = 0,1078 cm
Lt’ = Panjang logam awal + ∆𝐿
= 210 cm + 0,1078
= 210,1078 cm
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑢ℎ𝑢 105+96+94+96
T’ = = = 97,75 ℃
𝑛 4
∆𝐿 0,1078 0,1078
∝ = 𝐿𝑡 (𝑡 ′ −𝑡) = 210(97,75−33,5) = 210(64,25) = 9,9896 x 10-6 ℃-1
• Percobaan 2
1,3
∆𝐿 = 11,1364 = 0,1167 cm
Lt’ = Panjang logam awal + ∆𝐿
= 210 cm + 0,1167
= 210,1167 cm
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑢ℎ𝑢 108+98+94+95
T’ = = = 98,75 ℃
𝑛 4
∆𝐿 0,1167 0,1167
∝ = 𝐿𝑡 (𝑡 ′ −𝑡) = 210(98,75−33,5) = 210(65,25) = 8,5166 x 10-6 ℃-1
• Percobaan 3
1,1
∆𝐿 = 11,1364 = 0,0988 cm
Lt’ = Panjang logam awal + ∆𝐿
= 210 cm + 0,0988
= 209,9012 cm
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑢ℎ𝑢 103+97+96+94
T’ = 𝑛
= 4
= 97,5 ℃
∆𝐿 0,0988 0,0988
∝ = 𝐿𝑡 (𝑡 ′ −𝑡) = 210(97,5−33,5) = 210(64) = 7,3511 x 10-6 ℃-1
3. Besi
- Panjang mula-mula pada suhu t (Lt) = 195 cm
𝐻1 +𝐻2 +𝐻3 +𝐻4
- Suhu mula-mula (t) = 4
44+30+31+29
= 4
= 33,5 ℃
𝐿2 122,5
- m = 𝐿 = 11 = 11,1364 cm
1
• Percobaan 1
1,7
∆𝐿 = 11,1364 = 0,1527 cm
Lt’ = Panjang logam awal + ∆𝐿
= 195 cm + 0,1527
= 195,1527 cm
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑢ℎ𝑢 105+97+92+94
T’ = = = 97 ℃
𝑛 4
∆𝐿 0,1527 0,1527
∝ = 𝐿𝑡 (𝑡 ′ −𝑡) = 195(97−33,5) = 195(63,5) = 1,2331 x 10-5 ℃-1
• Percobaan 2
1,6
∆𝐿 = 11,1364 = 0,1437 cm
Lt’ = Panjang logam awal + ∆𝐿
= 195 cm + 0,1437
= 195,1437 cm
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑢ℎ𝑢 102+98+95+95
T’ = = = 97,5 ℃
𝑛 4
∆𝐿 0,1437 0,1437
∝ = 𝐿𝑡 (𝑡 ′ −𝑡) = 195(97,5−33,5) = 195(64) = 1,1514 . 10-5 ℃-1
• Percobaan 3
1,9
∆𝐿 = 11,1364 = 0,1706 cm
Lt’ = Panjang logam awal + ∆𝐿
= 195 cm + 0,1706
= 195,1706 cm
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑢ℎ𝑢 106+97+94+94
T’ = = = 97,75 ℃
𝑛 4
∆𝐿 0,1706 0,1706
∝ = 𝐿𝑡 (𝑡 ′ −𝑡) = 195(97,75−33,5) = 195(64,25) = 1,3616 . 10-5 ℃-1
Rata-rata
⅀∝ 1,0321𝑥10−5 +8,2923𝑥10−6 +9,7065𝑥10−5
∝ Tembaga = =
𝑛 3
= 6,3436 . 10-5 ℃-1

⅀∝ 9,9896𝑥10−6 +8,5166𝑥10−6 +7,3511𝑥10−6


∝ Alumunium = =
𝑛 3
-6 -1
= 8,6191 . 10 ℃

⅀∝ 1,2331𝑥10−5 +1,1514𝑥10−5 +1,3616𝑥10−5


∝ Besi = =
𝑛 3
= 1,2487 . 10-6 ℃-1
VII. PEMBAHASAN
Percobaan ini memiliki tujuan yaitu untuk menentukan koefisien muai
panjang dari suatu logam. Koefisien muai panjang suatu zat adalah angka
yang menunjukkan pertambahan panjang suatu zat apabila temperaturnya
dinaikan satu celcius.
Pemuaian merupakan atom penyusun akibat adanya peningkatan
temperature. Semakin tinggi temperature suatu benda, maka semakin cepat
gerakan antar atomnya. Gerakan atom ini menyebar ke segala arah karena
adanya gerakan atom inilah yang menyebabkan benda memuai kesegala
arah. Kenaikkan suhu mengakibatkan benda tersebut mendapatkan
tambahan energy berupa kalor yang menyebabkan molekul-molekul pada
benda tersebut bergerak lebih cepat. Setiap zat mempunyai kemampuan
muai yang berbeda beda. Gas misalnya mempunyai kemampuan muai lebih
besar disbanding zat padat dan cair. Sedangkan zat cair kemampuan muai
lebih besar dibandingkan zat padat. Pemuaian dibagi menjadi 3 jenis
yaitu :
4. Pemuaian zat padat
5. Pemuaian zat cair
6. Pemuaian zat gas.
Percobaan ini dilakukan sebanyak 3 kali dengan menggunakan bahan
logam yang berbeda yaitu tembaga, alumunium, dan besi. Setiap percobaan
dilakukan dengan berbeda, pada percobaan ini mendapatkan hasil
perhitungan yang telah dilakukan yaitu logam tembaga mendapatkan hasil
rata-rata ∝ = 6,3436 . 10-5 ℃-1 ; logam alumunium mendapatkan hasil rata-
rata ∝ = 8,6191 . 10-6 ℃-1 ; logam besi mendapatkan hasil rata-rata ∝ =
1,2487 . 10-6 ℃-1.
Hasil ini didapat dari perbedaan suhu dan perubahan panjang.
Pembahan panjang (∆𝐿) pada zat padat berbanding lurus dengan
pemanbahan suhu, semakin besar suhu maka perubahan panjang yang
terjadi semakin besar. Akan tetapi, hubungan suhu dengan koefisien muai
panjang berbanding terbalik kiha suhu yang dihasilkan besar maka nilai
koefisien muai panjang semakin kecil.
VIII. KESIMPULAN
1. Koefisien muai panjang suatu zat adalah angka yang menunjukkan
pertambahan panjang suatu zat apabila temperaturnya dinaikan satu
celcius.
2. Hasil koefisien muai panjang rata-rata logam tembaga ∝ = 6,3436 . 10-
5
℃-1.
3. Hasil koefisien muai panjang rata-rata logam alumunium rata-rata ∝ =
8,6191 . 10-6 ℃-1
4. Hasil koefisien muai panjang rata-rata logam besi ∝ = 1,2487 . 10-6
℃-1.
5. Bertambahnya ukuran panjang karena menerima panas.
6. Semakin suhu maka akan semakin besar panjangnya, dan koefisiennya
semakin kecil.
IX. DAFTAR PUSTAKA
Sari, R. W. 2002. Penentuan Koefisien Muai Panjang Logam dengan
Metode Interferometri Holografi Penyinaran Ganda. Universitas
Airlangga.
Wulandari, P. S., dan Radiyono, Y. 2015. Penggunaan Metode Difraksi
Celah Tunggal pada Penentuan Koefisien Pemuaian Panjang
Alumunium. Universitas Sebelas Maret.
Trippler, A Paul. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid I. Jakarta :
Erlangga.
Dimas, Darmawan. 2011. Pelajaran IPA : Pemuaian – Hari Hari Main
Fisika. Kepulauan Riau.

Anda mungkin juga menyukai