Anda di halaman 1dari 8

PENGUKURAN SUHU

Pengukuran suhu dibagi menjadi dua metode : metode kontak dan non kontak
1. Metode Kontrak
 Kontak Langsung
 Objek ukur : diam, tidak berbahaya, mudah dijangkau
 Hasil ukur teliti
 Dapat mengukur suhu suatu kedalaman

2. Jenis termometer Kontak


 Termometer Gelas
 Termokopel
 Termometer Tahanan Platina (RTD)
 Termistor
 Termometer Digital
 Termometer bimetal

2.1. Termometer Digital


 Temperatur indicator + Sensor
 Sensor : termokopel, termistor, termometer tahanan platina (RTD)
 Rentang ukur : tergantung sensor yang digunakan

2.2. Termometer Bimetal


 2 jenis output
 4 ~ 20 mA
 Setara dengan termokopel type K
 Sensor : bimetal
 Rentang ukur : -20 ~ 290 oC

3. Metode Non-Kontak
 Kontak termal melalui radiasi panas yang dipancarkan obejek ukur
 Objek ukur : bergerak, berbahaya, susah dijangkau
 Hasil ukur kurang teliti
 Hanya dapat mengukur suhu permukaan

4. Termometer Non-Kontak
 Pirometer optik
 Termometer radiasi

Satuan dan Konversinya

= C : R : (F – 32) : (K – 273) = 5 : 4 : 9 : 5

1. t °C = T °K – 273 atau T °K = t °C + 273


2. t °C = 5/4 °R atau t °R = 4/5 t °C
3. t °C = 5/9 (t°F – 32) atau t °F = 9/5 t °C + 32
4. t °R = 4/5 (T °K – 273) atau T °K = 5/4 t °R + 273

Termometer Cairan dalam Gelas

1
Konstruksi
Terdapat empat bagian Utama pada sebuah termometer cairan dalam gelas (gambar 1).
 Bulb
Tabung gelas tipis pada bagian ujung bawah termometer. Berfungsi sebagai tempat cairan.
 Cairan
Merkuri atau bahan organik seperti etanol, pentana dan lain-lain.
 Stem / Batang
Mempunyai lubang kapiler sebagai tempat pemuaian cairan pada suhu naik
 Markings
Skala dan informasi lain yang terdapat pada batang

Gambaran Termometer Gelas

Cairan Koefisien muai*), (oC-1) Rentang suhu, (oC)


Air raksa 0,00016 - 35 s.d. 510
Etanol 0,00104 - 80 s.d. 60
Pentana 0,00145 - 200 s.d. 30
Toluen 0,00103 - 80 s.d. 100
*) Pada suhu ruang

Catatan :
a. Cairan yang tidak membasahi dinding dalam pipa kapiler dapat memberikan ketelitian
pengukuran yang lebih baik dari pada yang membasahi
b. Air raksa paling banyak dipakai, karena :
✓ Dapat dilihat dengan jelas

I. Gambaran Jenis Cairan


Cairan yang ideal sebagai cairan termometrik harus memiliki sifat-sifat fisika dan kimia sbb. :
❖ Masih berbentuk cairan pada seluruh rentang ukur termometer
❖ Memiliki koefisien muai yang linier
❖ Memiliki warna atau tidak transparan, agar mudah dalam pembacaan
❖ Tidak membahasi gelas, sehingga dapat bergerak dengan mulus tanpa melapisi permukaan
gelas
❖ Tidak beracun, sehingga aman dalam pemakaian
❖ Memiliki miniskus yang cembung dan jelas, agar mudah dalam pembacaan
❖ Secara kimia stabil, sehingga tidak berubah seiring dengan bergulirnya waktu

II. Prinsip Kerja


Volume cairan setelah dipanaskan :
V = V0(1 + .t) = V0 + V0..t = V0 + AV
Dengan :
V0 : Volume cairan sebelum dipanaskan = volume bulb (tetap)
 : Koefisien muai volume cairan termometer relatif terhadap gelas
V : perubahan volume = V0..t = .I.d2/4
d : diameter batang (stem)

2
I : tinggi cairan pada batang
t = .I.d2/ (4.V0.), atau t ~ I
Sensitivitas : S = I/t = 4.V0. / (.I.d2)

Termometer Tahanan Listrik

Koefisien suhu linear tahanan α adalah


R2 − R1
=
R1 (T2 − T1 )

(
R = R0 1+ T + bT 2 )
dimana,
R = tahanan pada suhu T
R0 = tahanan pada suhu rujukan
A, b = konstanta yang ditentukan dengan eksperimen
T0 = suhu pengikat awal

Contoh:
Sebuah termometer tahanan platina digunakan pada suhu kamar. Aindaikan variasi suhu dengan
tahanan bersifat linear, hitunglah kepekaan termometer itu dalam ohm per derajat Fahrenheit
Penyelesaian:
Variasi tahanan linear dengan suhu berarti
R = R0 1+  (T − T0 )

Dimana R0 merupaka tahanan pada suhurujukan T0. Jadi kepekaan ialah


dR
S= =  R0
dT
Ro bergantung pada panjang dan besar kawat tahanan. Pada suhu kamar α = 0.00392 oC-1 =0.00218
oF-1 untuk platina.

Termistor

  1 1 
R = R0 exp  − 
  T T0 

BIMETAL (DWILOGAM)
Metode pengukuran suhu yang sangat luas pemakaiannya ialah bilah dwi logam (bimetallic strip). Dua
keping logam yang mempunyai koefisien ekspansi (muai) termal yang berbeda yang terikat (disatukan)
sehingga membentuk piranti. Bila bilah itu dikenai oleh suhu yang lebih tinggi dari suhu pengikatnya, ia
akan membengkok ke satu arah; bila dikenakan pada suhu yang lebih rendah dari suhu pengikatan, ia
membelok ke arah lain.

3
Eskin dan Fritz memberikan metode perhitungan untuk bilah dwi logam. Jari-jari pembengkokan r dapat
dihitung sebagai

r=
  
t 3(1 + m)2 + (1 + mn) m2 + (1/ mn)
6( 2 − 1 )(T − T0 )(1 + m)2
dimana,
t = tebal gabungan bilah terikat
m = perbandingan tebal bahan ekspansi (muai) rendah dengan yang ekspansi tinggi
n = perbandingan modulus elastitas bahan ekspansi (muai) rendah dengan yang ekspansi
tinggi
α1 = koefisien ekspansi yang rendah
α2 = koefisien ekspansi yang tinggi
T = suhu
T0 = suhu pengikat awal

Sifat mekanik beberapa bahan termal yang umum digunakan


Bahan Koefisien ekspansi Modulus elastisitas Modulus elastisitas
termal per 0C psi GN/m2
Invar 1.7x10-6 21.402x106 147
Kuningan 2.02x10-5 14x106 96.5
Monel 1.35x10-5 26x106 179
Inconel 1.25x10-5 31.5x106 217
Baja anti karat 1.6x10-5 28x106 193

Koefisien suhu-tahanan dan resistivitas pada 20 oC


Bahan α (0C-1) ρ (μΩ.cm)
Nikel 0.0067 6.85
Besi 0.002 – 0.006 10
Platina 0.00392 10.5
Tembaga 0.0043 20.6
Contoh:
Sebuah bilah dwi-logam terbuat dari bilah kuningan dan invar yang terikat satu sama lain pada 30 oC.
Masing-masing bilah tebalnya 0.3 mm. Hitunglah jari-jari pembengkokan bilah bilah itu dikenakan
pada suhu 100 oC.
Penyelesaian:

T − To = 100 − 30 = 70 oC
m =1
147
n= = 1.52
96.5
1 = 1.7x10−6 0C −1 2 = 2.02x10−5 0C −1

4
t = (2)(0.3x10−3 ) = 0.6x10−3 m
(0.6x10−3 )(3)(2) 2 + (1 + 1.52)(1 + 1/1.52)
r=
6(2.02 − 0.17)(10−5 )(70)(2)2
r = 0.312m

2 2
r = t3(1 + m) + (1 + mm)m + (1/mn)
6(2 - 1)(T – T0)(1 + m)2

Dimana t = tebal gabungan bilah terikat


m = perbandingan tebal bahan ekspansi (muai) rendah denngan yang ekspansi
tinggi
n = perbandingan modulus elastisitas bahan ekspansi rendah dengan yang
ekspansi tinggi
1 = koefisien ekspansi yang rendah
2 = koefisien ekspansi yang tinggi
T = Suhu
T0 = suhu pengikat awal

Koefisien ekspansi-termal beberapa bahan yang lazim dipakai diberikan dalam tabel dibawah ini :

Tabel : Sifat-sifat mekanik beberapa bahan termal yang lazim dipakai

Koefisien ekspansi Modulus elastisitas


Bahan termal per C psi GN/m2
Invar 1,7 x 106 21,4 x 106 147
Kuningan kuning 2,02 x 106 14,0 x 106 96,5
Model 400 1,35 x 106 26,0 x 106 179
Inconel 702 1,25 x 106 31,5 x 106 217
Baja anti karat jenis 316 1,6 x 106 28 x 106 193

Contoh 8-1. Sebuah bila dwi-logam terbuat dari bilah kuningan kuning dan Invar yang terikat satu sama
lain pada 30C. Masing – masing bilah tebalnya 0,3 mm. Hitunglah jari-jari pembengkokan bila bilah itu
dikenakan pada suhu 100C.

Penyelesaian. Kita gunakan Persamaan (8-5) dengan sifat-sifat dari Tabel 8-1.

T – T0 = 100 – 30 = 700C
M = 1,0

Jenis-jenis bentuk bimetal(dwilogam) dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar- Bentuk dwilogam

TERMOKOPEL

Pada tahun 1821 seorang ilmuwan Jerman bernama Thomas Johann Seebeck melakukan percobaan
seperti terlihat pada gambar di bawah ini :

A E A

5
Gambar : Rangkaian tertutup kawat A dan B

Seebeck mendeteksi adanya tegangan pada rangkaian tertutup kawat tembaga (A) dan bismuth (B)
apabila salah satu sambungan kawat dipanaskan. Apabila sambungan tersebut didinginkan, terdeteksi
adanya perubahan polaritas teganngan. Rangkaian ini kemudian dikenal dengan nama termokopel
(thermocouple), yang merupakan kependekan dari thermo-electri couple.
Pada awal 1900-an Le Chateleir memperkenalkan apa yang sekarang dikenal sebagai termokopel tipe
S, yaitu kawat termokopel yang tervuat dari platinum murni dan campuran platinum dan 10% rodium.
Sampai dengan tahun 1990, termokopel tipe S dipakai sebagai alat interpolasi skala suhu internasional
untuk rentang suhu 660,3238C sampai dengan 1064,188C.
Termokopel merupakan salah satu sensor nesaran suhu yang terdiri dari sepasang kawat yang terbuat
dari bahan yang berbeda. Kedua kawat tersebut disambungkan pada salah satu ujungnya sementara
ujung yang lain disambungkan ke alat ukur tegangan melalui kawat tembaga, seperti gambar dibawah
ini :

A Cu
T1

B Cu
Measuring voltmeter
junction Referensi
junction

Gambar : Rangkaian sederhana termokopel

Kawat yang disambung disebut sambungan ukur (measuring junction) atau sambungan panas (hot
junction) sementara pada ujung yang lain dibiarkan terbuka dan disebut sambungan acuan (reference
junction) atau sambungan dingin (cold junction). Termokopel adalah alat yang mengubah perbedaan
suhu kedua sambungan ke tegangan listrik.

Tabel : Perbandingan antara termometer tahanan dan termokopel


Parameter Termometer tahanan Termokopel
Akurasi/Ketidakpastian Lebih akurat Kurang akurat
Rentang ukur Lebih sempit Lebih luas
Stabilitas Bagus Sedang
Harga Lebih mahal (3x) Lebih murah
Sensor Stem Ujung / sambungan
Respon Lebih lambat (> 1 detik) Lebih cepat
Ukuran Lebih besar Sangat kecil
Titik acuan Tidak diperlukan Diperlukan
Efek getaran Ada Lebih tahan
Efek self heating Kawat tembaga Tidak ada
Kawat sambungan Lebih lemah Kawat termokopel sampai
Kekuatan Tahanan dengan sambungan acuan
Luaran Pt100: 0,4c/8C Base metal: 40uV/8C
Pt25: 0,1c/8C Noble metal: 10uV /8C

Gejala Seebeck (Seebeeck Effect)


Konduksi Panas
Apabila seutas kawat dipanaskan pada satu ujung, panas akan mengalir dari ujung yang dipanaskan
menuju ujung yang lebih dingin. Aliran panas ini terjadi dengan dua proses. Pertama adalah tumbukan
antar elektron, dimana elektron dengan energi kinetik yang lebih tinggi menyalurkan energinya kepada
elektron terdekat yang mempunyai energi kinetik lebih rendah. Kedua adalah aliran panas melalui awan
elektron yang bergerak menuju ujung yang lebih dingin yang disebut sebagai Peltier flow. Proses
pertama lebih dominandan dikenal sebagai proses konduksi panas. Proses kedua jauh lebih kecil
(0,015%) dan merupakan penyebab timbulnya tegangan pada termokopel.
Pergerakan awan elektron ini menyebabkan terkumpulnya ion megatif pada ujung dingin dan ion positif
pada ujung panas yang kemudian menimbulkan medan listrik. Medang listrik yang terjadi karena
adanya gradien suhu ini disebut gejala Seebeck (Seebeck effect)

6
Gambar : Proses terjadinya gejala Seebeck

Tegangan Seebeck sebuah kawat logam


Medan listrik, E, yang terjadi berbanding lurus dengan gradien suhu kawat, sehingga :

T
E = S(x,T)
x
Dimana S (x, T) adalah koefisien Seebeck.
Diketahui beda potensial antara kedua ujung logam ditentukan oleh E =
Sehingga

V = S(x,T) T
Untuk logam homogen, S merupakan fungsi dari T saja; S = S(T).
Sehingga tegangan Seebeck adalah :

Tegangann Seebeck termokopel

 =  TT S 2
1
A (T)dT
Untuk sebuah termokopel, tegangan Seebeck dapat dihitung sebagai berikut

A
Cu

A
t2 t1 t3 VAB
B

Cu

B
Gambar. Perhitungan tegangan Seebeck termokopel
t2
V = A - B =  [SA(T) - SB(T)]dT
t1

V = a1(t2 – t1) + a2 (t22 - t 21 ) + ...... an(t2n - n


t1 )
n
V = a1 t2 +a2 t 22- t 21 + ...... a nt 2
Nilai tegangan listrik yang dihasilkan oleh sepasang kawat termokopel tidak bergantung kepada
panjang kawat maupun diameter kawat, tetapi bergantung kepada bahan kawat dan beda suhu antara
sambungan ukur (t2) dan sambungan acuan (t1) atau t2 saja apabila t1 dijaga pada suhu tetap (biasanya
0oC). Oleh karena itu, untuk suhu yang sama, nilai tegangan listrik yang dihasilkan adalah unique
(berbeda) untuk masing-masing tipe termokopel, bergantung bahan dari kawat termokopel tersebut.
Dokumen ASTM volume 14.03 memberikan beberapa tipe termokopel yang sudah distandardisasikan
beserta tabel dan persamaan matematika yang menghubungkan antara suhu dan tegangan berikut

7
konstanta yang diperlukan (ASTM E230 – 96). Tabel tyersebut dapat langsung digunakan untuk
termokopel dengan sambungan acuan pada suhu 0oC. Tabel 5 adalah cuplikan dari tabel ASTM E230
– 96 untuk termokopel tipe S

Tabel 2. Tipe-tipe termokopel yang populer *)


Jenis bahan
Tipe Kaki positif Kaki negatif
B Paduan Platina –30% Rhodium Platina (Pt)
E Paduan Nikel-Chromium (Chromel) Paduan Tembaga-Nikel (Constantan)
J Besi (Fe) Paduan Tembaga-Nikel (Constantan)
K Paduan Nikel-Chromium (Chromel) Paduan Nikel-Alumunium (Alumel)
N Nicrosil Nisil
R Paduan Platina-13% Rhodium Platina (Pt)
S Paduan Platina-10% Rhodium Platina (Pt)
T Tembaga (Cu) Paduan Tembaga-Nikel (Constantan)

*) ASTM E230-96 : Kaki positif suatu termokopel diberi notasi P dan kaki negatifnya diberi notasi N.
Contohnya kaki positif termokopel tipe K diberi notasi KP dan kaki negatifnya adalah KN, dst.

Tabel 3. Batas maksimum suhu (0oC)*


Diameter Kawat ( mm)
Tipe 3.25 1.53 0.81 0.51 0.33
B - - - 1705 -
E 871 649 538 427 427
J 760 593 482 371 371
K 1260 1093 982 871 871
R - - - 1482 -
S - - - 1482 -
T - 371 260 204 204

*) ASTM E230-96 : Suhu di atas dicapai dengan memasang insulasi keramik yang tertutup pada satu
ujung.

Anda mungkin juga menyukai