Pengukuran suhu dibagi menjadi dua metode : metode kontak dan non kontak
1. Metode Kontrak
Kontak Langsung
Objek ukur : diam, tidak berbahaya, mudah dijangkau
Hasil ukur teliti
Dapat mengukur suhu suatu kedalaman
3. Metode Non-Kontak
Kontak termal melalui radiasi panas yang dipancarkan obejek ukur
Objek ukur : bergerak, berbahaya, susah dijangkau
Hasil ukur kurang teliti
Hanya dapat mengukur suhu permukaan
4. Termometer Non-Kontak
Pirometer optik
Termometer radiasi
= C : R : (F – 32) : (K – 273) = 5 : 4 : 9 : 5
1
Konstruksi
Terdapat empat bagian Utama pada sebuah termometer cairan dalam gelas (gambar 1).
Bulb
Tabung gelas tipis pada bagian ujung bawah termometer. Berfungsi sebagai tempat cairan.
Cairan
Merkuri atau bahan organik seperti etanol, pentana dan lain-lain.
Stem / Batang
Mempunyai lubang kapiler sebagai tempat pemuaian cairan pada suhu naik
Markings
Skala dan informasi lain yang terdapat pada batang
Catatan :
a. Cairan yang tidak membasahi dinding dalam pipa kapiler dapat memberikan ketelitian
pengukuran yang lebih baik dari pada yang membasahi
b. Air raksa paling banyak dipakai, karena :
✓ Dapat dilihat dengan jelas
2
I : tinggi cairan pada batang
t = .I.d2/ (4.V0.), atau t ~ I
Sensitivitas : S = I/t = 4.V0. / (.I.d2)
(
R = R0 1+ T + bT 2 )
dimana,
R = tahanan pada suhu T
R0 = tahanan pada suhu rujukan
A, b = konstanta yang ditentukan dengan eksperimen
T0 = suhu pengikat awal
Contoh:
Sebuah termometer tahanan platina digunakan pada suhu kamar. Aindaikan variasi suhu dengan
tahanan bersifat linear, hitunglah kepekaan termometer itu dalam ohm per derajat Fahrenheit
Penyelesaian:
Variasi tahanan linear dengan suhu berarti
R = R0 1+ (T − T0 )
Termistor
1 1
R = R0 exp −
T T0
BIMETAL (DWILOGAM)
Metode pengukuran suhu yang sangat luas pemakaiannya ialah bilah dwi logam (bimetallic strip). Dua
keping logam yang mempunyai koefisien ekspansi (muai) termal yang berbeda yang terikat (disatukan)
sehingga membentuk piranti. Bila bilah itu dikenai oleh suhu yang lebih tinggi dari suhu pengikatnya, ia
akan membengkok ke satu arah; bila dikenakan pada suhu yang lebih rendah dari suhu pengikatan, ia
membelok ke arah lain.
3
Eskin dan Fritz memberikan metode perhitungan untuk bilah dwi logam. Jari-jari pembengkokan r dapat
dihitung sebagai
r=
t 3(1 + m)2 + (1 + mn) m2 + (1/ mn)
6( 2 − 1 )(T − T0 )(1 + m)2
dimana,
t = tebal gabungan bilah terikat
m = perbandingan tebal bahan ekspansi (muai) rendah dengan yang ekspansi tinggi
n = perbandingan modulus elastitas bahan ekspansi (muai) rendah dengan yang ekspansi
tinggi
α1 = koefisien ekspansi yang rendah
α2 = koefisien ekspansi yang tinggi
T = suhu
T0 = suhu pengikat awal
T − To = 100 − 30 = 70 oC
m =1
147
n= = 1.52
96.5
1 = 1.7x10−6 0C −1 2 = 2.02x10−5 0C −1
4
t = (2)(0.3x10−3 ) = 0.6x10−3 m
(0.6x10−3 )(3)(2) 2 + (1 + 1.52)(1 + 1/1.52)
r=
6(2.02 − 0.17)(10−5 )(70)(2)2
r = 0.312m
2 2
r = t3(1 + m) + (1 + mm)m + (1/mn)
6(2 - 1)(T – T0)(1 + m)2
Koefisien ekspansi-termal beberapa bahan yang lazim dipakai diberikan dalam tabel dibawah ini :
Contoh 8-1. Sebuah bila dwi-logam terbuat dari bilah kuningan kuning dan Invar yang terikat satu sama
lain pada 30C. Masing – masing bilah tebalnya 0,3 mm. Hitunglah jari-jari pembengkokan bila bilah itu
dikenakan pada suhu 100C.
Penyelesaian. Kita gunakan Persamaan (8-5) dengan sifat-sifat dari Tabel 8-1.
T – T0 = 100 – 30 = 700C
M = 1,0
TERMOKOPEL
Pada tahun 1821 seorang ilmuwan Jerman bernama Thomas Johann Seebeck melakukan percobaan
seperti terlihat pada gambar di bawah ini :
A E A
5
Gambar : Rangkaian tertutup kawat A dan B
Seebeck mendeteksi adanya tegangan pada rangkaian tertutup kawat tembaga (A) dan bismuth (B)
apabila salah satu sambungan kawat dipanaskan. Apabila sambungan tersebut didinginkan, terdeteksi
adanya perubahan polaritas teganngan. Rangkaian ini kemudian dikenal dengan nama termokopel
(thermocouple), yang merupakan kependekan dari thermo-electri couple.
Pada awal 1900-an Le Chateleir memperkenalkan apa yang sekarang dikenal sebagai termokopel tipe
S, yaitu kawat termokopel yang tervuat dari platinum murni dan campuran platinum dan 10% rodium.
Sampai dengan tahun 1990, termokopel tipe S dipakai sebagai alat interpolasi skala suhu internasional
untuk rentang suhu 660,3238C sampai dengan 1064,188C.
Termokopel merupakan salah satu sensor nesaran suhu yang terdiri dari sepasang kawat yang terbuat
dari bahan yang berbeda. Kedua kawat tersebut disambungkan pada salah satu ujungnya sementara
ujung yang lain disambungkan ke alat ukur tegangan melalui kawat tembaga, seperti gambar dibawah
ini :
A Cu
T1
B Cu
Measuring voltmeter
junction Referensi
junction
Kawat yang disambung disebut sambungan ukur (measuring junction) atau sambungan panas (hot
junction) sementara pada ujung yang lain dibiarkan terbuka dan disebut sambungan acuan (reference
junction) atau sambungan dingin (cold junction). Termokopel adalah alat yang mengubah perbedaan
suhu kedua sambungan ke tegangan listrik.
6
Gambar : Proses terjadinya gejala Seebeck
T
E = S(x,T)
x
Dimana S (x, T) adalah koefisien Seebeck.
Diketahui beda potensial antara kedua ujung logam ditentukan oleh E =
Sehingga
V = S(x,T) T
Untuk logam homogen, S merupakan fungsi dari T saja; S = S(T).
Sehingga tegangan Seebeck adalah :
= TT S 2
1
A (T)dT
Untuk sebuah termokopel, tegangan Seebeck dapat dihitung sebagai berikut
A
Cu
A
t2 t1 t3 VAB
B
Cu
B
Gambar. Perhitungan tegangan Seebeck termokopel
t2
V = A - B = [SA(T) - SB(T)]dT
t1
7
konstanta yang diperlukan (ASTM E230 – 96). Tabel tyersebut dapat langsung digunakan untuk
termokopel dengan sambungan acuan pada suhu 0oC. Tabel 5 adalah cuplikan dari tabel ASTM E230
– 96 untuk termokopel tipe S
*) ASTM E230-96 : Kaki positif suatu termokopel diberi notasi P dan kaki negatifnya diberi notasi N.
Contohnya kaki positif termokopel tipe K diberi notasi KP dan kaki negatifnya adalah KN, dst.
*) ASTM E230-96 : Suhu di atas dicapai dengan memasang insulasi keramik yang tertutup pada satu
ujung.