PENGUKURAN SUHU
Pengukuran suhu dibagi menjadi dua metode : metode kontak dan non kontak
1. Metode Kontrak
Kontal Langsung
Termometer Gelas
Termokopel
Termistor
Termometer Digital
Termometer bimetal
2 jenis output
4 ~ 20 mA
PENGUKURAN TEKNIK
Sensor : bimetal
3. Metode Non-Kontak
4. Termometer Non-Kontak
Pirometer optik
Termometer radiasi
Total
Spektral
Konstruksi
Terdapat empat bagian Utama pada sebuah termometer cairan dalam gelas (gambar
1).
Bulb
Tabung gelas tipis pada bagian ujung bawah termometer. Berfungsi sebagai tempat
cairan.
Cairan
Merkuri atau bahan organik seperti etanol, pentana dan lain-lain.
PENGUKURAN TEKNIK
Stem / Batang
Mempunyai lubang kapiler sebagai tempat pemuaian cairan pada suhu naik
Markings
Skala dan informasi lain yang terdapat pada batang
Air raksa
0,00016
- 35 s.d. 510
Etanol
0,00104
- 80 s.d. 60
Pentana
0,00145
- 200 s.d. 30
Toluen
0,00103
- 80 s.d. 100
PENGUKURAN TEKNIK
a. Cairan yang tidak membasahi dinding dalam pipa kapiler dapat memberikan
ketelitian pengukuran yang lebih baik dari pada yang membasahi
b. Air raksa paling banyak dipakai, karena :
Dapat dilihat dengan jelas
I.
Gambaran
Jenis Cairan
Cairan yang ideal sebagai cairan termometrik harus memiliki sifat-sifat fisika dan kimia
sbb. :
Masih berbentuk cairan pada seluruh rentang ukur termometer
Memiliki koefisien muai yang linier
Memiliki warna atau tidak transparan, agar mudah dalam pembacaan
Tidak membahasi gelas, sehingga dapat bergerak dengan mulus tanpa melapisi
permukaan gelas
Tidak beracun, sehingga aman dalam pemakaian
Memiliki miniskus yang cembung dan jelas, agar mudah dalam pembacaan
Secara kimia stabil, sehingga tidak berubah seiring dengan bergulirnya waktu
II.
Prinsip Kerja
PENGUKURAN TEKNIK
BIMETAL (DWILOGAM)
Metode pengukuran suhu yang sangat luas pemakaiannya ialah bilah dwi logam
(bimetallic strip). Dua keping logam yang mempunyai koefisien ekspansi (muai) termal
yang berbeda yang terikat (disatukan) sehingga membentuk piranti. Bila bilah itu
dikenai oleh suhu yang lebih tinggi dari suhu pengikatnya, ia akan membengkok ke satu
arah; bila dikenakan pada suhu yang lebih rendah dari suhu pengikatan, ia membelok
ke arah lain. Eskin dan Fritz memberikan metode perhitungan untuk bilah dwi logam.
Jari-jari pembengkokan r dapat dihitung sebagai
2
2
r = t3(1 + m) + (1 + mm)m + (1/mn)
6(2 - 1)(T T0)(1 + m)2
Dimana
= Suhu
Koefisien ekspansi-termal beberapa bahan yang lazim dipakai diberikan dalam tabel
dibawah ini :
Tabel : Sifat-sifat mekanik beberapa bahan termal yang lazim dipakai
Bahan
Invar
Koefisien ekspansi
termal per C
1,7 x 106
Modulus
elastisitas psi
21,4 x 106
GN/m2
147
PENGUKURAN TEKNIK
Kuningan kuning
2,02 x 106
14,0 x 106
96,5
Model 400
1,35 x 106
26,0 x 106
179
Inconel 702
1,25 x 106
31,5 x 106
217
1,6 x 106
28 x 106
193
Contoh 8-1. Sebuah bila dwi-logam terbuat dari bilah kuningan kuning dan Invar yang
terikat satu sama lain pada 30C. Masing masing bilah tebalnya 0,3 mm. Hitunglah
jari-jari pembengkokan bila bilah itu dikenakan pada suhu 100C.
Penyelesaian. Kita gunakan Persamaan (8-5) dengan sifat-sifat dari Tabel 8-1.
T T0 = 100 30 = 700C
M = 1,0
TERMOKOPEL
Pendahuluan
Pada tahun 1821 seorang ilmuwan Jerman bernama Thomas Johann Seebeck
melakukan percobaan seperti terlihat pada gambar di bawah ini :
PENGUKURAN TEKNIK
Seebeck mendeteksi adanya tegangan pada rangkaian tertutup kawat tembaga (A) dan
bismuth (B) apabila salah satu sambungan kawat dipanaskan. Apabila sambungan
tersebut didinginkan, terdeteksi adanya perubahan polaritas teganngan. Rangkaian ini
kemudian dikenal dengan nama termokopel (thermocouple), yang merupakan
kependekan dari thermo-electri couple.
Pada awal 1900-an Le Chateleir memperkenalkan apa yang sekarang dikenal sebagai
termokopel tipe S, yaitu kawat termokopel yang tervuat dari platinum murni dan
campuran platinum dan 10% rodium. Sampai dengan tahun 1990, termokopel tipe S
dipakai sebagai alat interpolasi skala suhu internasional untuk rentang suhu 660,3238C
sampai dengan 1064,188C.
Termokopel merupakan salah satu sensor nesaran suhu yang terdiri dari sepasang
kawat yang terbuat dari bahan yang berbeda. Kedua kawat tersebut disambungkan
pada salah satu ujungnya sementara ujung yang lain disambungkan ke alat ukur
tegangan melalui kawat tembaga, seperti gambar dibawah ini :
T1
M e a s u r in g
j u n c t io n
Cu
Cu
v o lt m e t e r
R e fe re n s i
j u n c t io n
PENGUKURAN TEKNIK
Kawat yang disambung disebut sambungan ukur (measuring junction) atau sambungan
panas (hot junction) sementara pada ujung yang lain dibiarkan terbuka dan disebut
sambungan acuan (reference junction) atau sambungan dingin (cold junction).
Termokopel adalah alat yang mengubah perbedaan suhu kedua sambungan ke
tegangan listrik.
Parameter
Termometer tahanan
Termokopel
Akurasi/Ketidakpastian
Lebih akurat
Kurang akurat
Rentang ukur
Lebih sempit
Lebih luas
Stabilitas
Bagus
Sedang
Harga
Lebih murah
Sensor
Stem
Ujung / sambungan
Respon
Lebih cepat
Ukuran
Lebih besar
Sangat kecil
Titik acuan
Tidak diperlukan
Diperlukan
Efek getaran
Ada
Lebih tahan
Kawat tembaga
Tidak ada
Kawat sambungan
Lebih lemah
Kawat termokopel
Kekuatan
Tahanan
sampai dengan
Luaran
Pt100: 0,4c/8C
sambungan acuan
Pt25: 0,1c/8C
PENGUKURAN TEKNIK
elektron yang bergerak menuju ujung yang lebih dingin yang disebut sebagai Peltier
flow. Proses pertama lebih dominandan dikenal sebagai proses konduksi panas.
Proses kedua jauh lebih kecil (0,015%) dan merupakan penyebab timbulnya tegangan
pada termokopel.
Pergerakan awan elektron ini menyebabkan terkumpulnya ion megatif pada ujung
dingin dan ion positif pada ujung panas yang kemudian menimbulkan medan listrik.
Medang listrik yang terjadi karena adanya gradien suhu ini disebut gejala Seebeck
(Seebeck effect)
T2
T1
Sumber panas
Gambar : Proses terjadinya gejala Seebeck
sehingga :
E = S(x,T)
T
x
V = S ( x ,T ) T
Untuk logam homogen, S merupakan fungsi dari T saja; S = S(T).
Sehingga tegangan Seebeck adalah :
= TT
2
1
SA (T)dT
PENGUKURAN TEKNIK
t1
t3
VAB
B
Cu
t2
V = A - B = [SA(T) - SB(T)]dT
t1
V = a1 t2 +a2 t 22 - t 21 + ...... a
nt
- t1
n
2
Nilai tegangan listrik yang dihasilkan oleh sepasang kawat termokopel tidak bergantung
kepada panjang kawat maupun diameter kawat, tetapi bergantung kepada bahan kawat
dan beda suhu antara sambungan ukur (t2) dan sambungan acuan (t1) atau t2 saja
apabila t1 dijaga pada suhu tetap (biasanya 0oC). Oleh karena itu, untuk suhu yang
sama, nilai tegangan listrik yang dihasilkan adalah unique (berbeda) untuk masingmasing tipe termokopel, bergantung bahan dari kawat termokopel tersebut.
Dokumen ASTM volume 14.03 memberikan beberapa tipe termokopel yang sudah
distandardisasikan beserta tabel dan persamaan matematika yang menghubungkan
antara suhu dan tegangan berikut konstanta yang diperlukan (ASTM E230 96). Tabel
tyersebut dapat langsung digunakan untuk termokopel dengan sambungan acuan pada
suhu 0oC. Tabel 5 adalah cuplikan dari tabel ASTM E230 96 untuk termokopel tipe S
PENGUKURAN TEKNIK
10
Jenis bahan
Tipe
Kaki positif
Kaki negatif
Platina (Pt)
Besi (Fe)
Nicrosil
Nisil
Platina (Pt)
Platina (Pt)
Tembaga (Cu)
*) ASTM E230-96 : Kaki positif suatu termokopel diberi notasi P dan kaki negatifnya diberi notasi N.
Contohnya kaki positif termokopel tipe K diberi notasi KP dan kaki negatifnya adalah KN, dst.
3.25
1.53
0.51
0.33
1705
871
649
538
427
427
760
593
482
371
371
1260
1093
982
871
871
1482
1482
371
260
204
204
*) ASTM E230-96 : Suhu di atas dicapai dengan memasang insulasi keramik yang tertutup pada satu
ujung. Suhu yang lebih tinggi dapat dicapai dengan kompensasi umur dan kestabilan termokopel
PENGUKURAN TEKNIK
11