TRANSDUCER
PERTEMUAN 5
JENIS SENSOR DAN
TRANSDUCER (TERMAL)
MATERI
TUJUAN
1. Mampu menjelaskan jenis-jenis sensor dan transducer untuk macam - macam
kebutuhan
2. Mampu menjelaskan konsep dasar dan aplikasi sensor dan transducer termal
3. Mampu menjelaskan jenis sensor transducer berdasarkan jenis termal
4. Mampu menjelaskan karakteristik sensor dan transducer termal
a. Termokopel
Pada Gambar 5.1 memiliki fungsi sebagai sensor suhu rendah dan tinggi, yaitu suhu
serendah 300°F sampai dengan suhu tinggi yang digunakan pada proses industri baja,
gelas dan keramik yang lebih dari 3000°F. Prinsip kerja termokopel yaitu jika salah satu
bagian pangkal lilitan dipanasi, maka pada kedua ujung penghantar yang lain akan muncul
beda potensial (emf). Termokopel ditemukan oleh Thomas Johan Seebeck tahun 1820 dan
dikenal dengan Efek Seebeck (Widiyantoro, 2013). Sensor suhu termokopel memiliki nilai
output yang kecil pada kondisi level noise yang tinggi, sehingga memerlukan pengkondisi
sinyal agar nilai output tersebut dapat dibaca (Karim, 2016).
RTD (Resistance Temperature Detector) pada dasarnya adalah resistor yang peka
terhadap suhu. Ini adalah perangkat koefisien suhu positif, yang berarti bahwa resistansi
meningkat dengan suhu. Sifat resistif logam disebut resistivitasnya. Properti resistif
mendefinisikan panjang dan luas penampang yang diperlukan untuk membuat RTD dari
nilai yang diberikan. Resistansi sebanding dengan panjang dan berbanding terbalik
dengan luas penampang.
4) IC temperatur Sensor
AD590 dan LM35 secara tradisional menjadi perangkat yang paling populer, tetapi
selama beberapa tahun terakhir alternatif yang lebih baik telah tersedia. Mereka
memberikan sinyal keluaran arus atau tegangan dengan impedansi keluaran yang relatif
rendah. Membutuhkan sumber daya eksitasi dan pada dasarnya linier. AD590 adalah
transduser suhu sirkuit terintegrasi dua terminal. Menghasilkan arus keluaran yang
Perangkat tidak sensitif terhadap penurunan tegangan pada saluran yang panjang
karena output arus impedansinya tinggi (Intersil, 2002).
1) Detektor Termokopel
2) Detektor Piroelektrik
Detektor piroelektrik terdiri dari kristal non-centrosymmetrical yang memiliki
medan listrik internal di sepanjang sumbu kutubnya. Ketika radiasi infamerah
mengenai detektor terjadi perubahan dalam polarisasi yang disebabkan oleh
perubahan kisi kristalkristal.
b. Detektor Foton
1) Detektor Fotoemisif
Detektor fotoemisif merupakan detektor yang menerapkan prinsip efek
fotoelektrik. Cahaya yang mengenai detektor akan melepaskan elektron dari
permukaan material detektor. Elektron bebas yang dilepaskan akan mengalir
atau dikumpulkan di rangkaian eksternal.
Detektor fotoemisif memiliki kelemahan yang agak serius yaitu agak besar
dan rapuh, dan membutuhkan voltase yang cukup tinggi 100 V atau lebih,
meskipun mereka memiliki konstanta waktu yang sangat singkat.
2) Detektor Fotokonduktif
Detektor fotokonduktif merupakan resistor yang nilai resistansinya
dipengaruhi oleh cahaya. Resistensi detektor fotokonduktif berkurang dengan
meningkatnya intensitas cahaya yang mengenainya, yang disebut dengan
fotokonduktivitas (Wang, no date).
4) Sensor Fotodioda
Sensor fotodioda merupakan dioda yang peka terhadap cahaya, sensor
fotodioda akan mengalami perubahan resistansi pada saat menerima intensitas
cahaya. Fotodioda akan mengalirkan arus secara linear terhadap intensitas
cahaya yang diterima. Arus tersebut merupakan arus bocor ketika fotodioda
tersebut disinari dan dalam keadaan reverse bias. Tanggapan frekuensi sensor
fotodioda tidak luas dan tanggapan paling baik terhadap cahaya infra merah
tepatnya pada cahaya dengan panjang gelombang sekitar 0,9 µm. Fotodioda
adalah sensor cahaya yang termasuk kategori sensor cahaya fotokonduktif
(Karim, 2016).