Anda di halaman 1dari 31

PENGUKURAN SUHU

MENGGUNAKAN LM 35
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Sistem Instrumentasi Elektronika

OLEH:
NIMAS WAHYU C (0810630079)
TUNGGUL WIDYAMURTI (0810630100)
ALVA KOSASIH

(0910630032)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
MALANG
2012
1

PENGANTAR
Sistem instrumentasi elektronika adalah sebuah sistem yang menggunakan
hukum-hukum ataupun kaidah-kaidah yang berlaku dalam sistem elektronika. Dimana
sistem dapat diimplementasikan sebagai sistem akuisisi data. Sistem akuisisi data
digunakan untuk mengukur dan mencatat sinyal yang pada dasarnya diperoleh dalam
dua cara yaitu :
1.

Sinyal berasal dari pengukuran langsung besaran-besaran listrik yang secara


khas ditemukan dalam pemakaian dalam analisis kualitas

2. Sinyal yang berasal dari transduser


Di samping itu sistem instrumentasi juga terdiri dari dua bagian utama yaitu
sistem instrumentasi analog dan digital. Sistem analog menyangkut informasi
pengukuran dalam bentuk analog, dan dapat didefinisikan sebagai suatu fungsi
kontinu seperti halnya kurva tegangan terhadap waktu atau pergeseran karena
tekanan. sistem digital menangani informasi dalam bentuk digital. Besaran digital
terdiri dan sejurnlah pulsa diskrit dan tidak kontinu yang hubungannya terhadap
waktu berisi informasi mengenai kebesaran atau sifat dasar dari besaran tersebut.
Kedua hal ini dapat berhubungan secara langsung untuk menunjang suatu sistem
akuisisi data melalui sebuah converter, baik Analog to Digital (ADC) maupun
sebaliknya (DAC).
Dalam hal perancangan pengukuran temperatur saya menggunakan sistem akuisisi
data yang diperoleh dengan cara mengolah sinyal yang berasal dari sebuah transduser.
Transduser adalah alat pengubah besaran fisis (dalam hal ini berupa panas) menjadi
besaran elektrik (dalam hal ini adalah tegangan). Jenis tranduser yang digunakan
dalam perancangan pengukuran suhu tersebut adalah LM 35. Data dari LM 35
tersebut kemudian diolah sedemikian rupa agar memberikan keluaran berupa hasil
pengukuran suhu pada layar LCD.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengukuran suhu adalah hal yang sangat dibutuhkan dewasa ini. Selain untuk
mendeteksi adanya kebakaran, penunjukan suhu pada oven, mesin presto, mesin
penetas telur, dan beberapa sistem maupun alat lainnya sangat membutuhkan
informasi hasil pengukuran suhu guna melakukan berbagai proses lebih lanjut.
Sedemikian pentingnya pengukur suhu tersebut sehingga diperlukan suatu
sistem pengukuran yang handal dan ekonomis. Hal inilah yang melatarbelakangi
penulis merancang sebuah sistem pengukur suhu menggunakan LM 35. Dimana LM
35 yang memiliki range tegangan -55oC hingga 150oC berperan sebagai transduser
pengukuran suhu.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang mencakup perancangan dan ruang lingkup kajian ini
meliputi:
1. Bagaimana merancang sebuah sensor suhu dengan menggunakan transduser
LM 35 dan ditampilkan di LCD dengan menggunakan Mikrokontroler
Arduino-UNO, yang berisi ATMEGA 328?
2. Bagaimana prinsip kerja dan analisa perhitungan yang dilakukan pada setiap
komponen yang digunakan dalam perancangan?
1.3. Batasan Masalah
Dalam pembuatan tugas ini penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:
1. Range akuisisi data adalah -55oC sampai dengan 150C.
2. Data pengukuran ditampilkan pada sebuah LCD sebagai peralatan
monitoring tanpa melakukan proses pengendalian/membuat suatu sistem
kontrol.
3. Konfigurasi ADC dan tampilan di LCD diasumsikan telah diatur di dalam
mikrokontroler Arduino-UNO.

1.4. Tujuan
1.

Mendapatkan sebuah rancangan alat pengukur suhu dengan range -5501500C. Dimana hasil pengukurannya dapat ditampilkan pada LCD.

2.

Mendapatkan Resolusi pengukuran 1oC.

1.5. Manfaat
Manfaat perancangan ini adalah menambah wawasan dan memberikan motivasi
baik bagi penulis maupun pembaca guna merancang suatu alat pengukur suhu yang
handal dan ekonomis. Disamping itu perancangan tersebut mengharuskan penulis
untuk melakukan tinjauan pustaka dan tinjauan karakteristik alat. Hal ini telah
menambah pemahaman penulis mengenai mata kuliah Sistem Instrumentasi
Elektronika.

BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1. Sensor
Secara umum sensor didefenisikan sebagai alat yang mampu menangkap
fenomena fisika atau kimia kemudian mengubahnya menjadi sinyal electrik baik arus
listrik ataupun tegangan. Fenomena fisik yang mampu menstimulus sensor untuk
menghasilkan sinyal electrik meliputi temperatur, tekanan, gaya, medan magnet
cahaya, pergerakan dan sebagainya.
Sensor suhu adalah alat yang digunakan untuk merubah besaran panas menjadi
besaran listrik yang dapat dengan mudah dianalisis besarnya. Karakteristik sensor
suhu ditentukan dari sejauh mana sensor tersebut memiliki kemampuan yang baik
dalam mendeteksi setiap perubahan suhu yang ingin dideteksinya. Kemampuan
mendeteksi perubahan suhu meliputi:
1.

Sensitivitas, yaitu ukuran seberapa sensitif sensor terhadap suhu yang


dideteksinya. Sensor yang baik akan mampu mendeteksi perubahan suhu
meskipun kenaikan suhu tersebut sangat sedikit. Sebagai gambaran sebuah
inkubator bayi yang dilengkapi dengan sensor yang memiliki sensitifitas
yang tinggi

2.

Waktu respon dan waktu recovery, yaitu waktu yang dibutuhkan sensor
untuk memberikan respon terhadap suhu yang dideteksinya. Semakin cepat
waktu respon dan waktu recovery maka semakin baik sensor tersebut.

3.

Stabilitas dan daya tahan, yaitu sejauh mana sensor dapat secara konsisten
memberikan besar sensitivitas yang sama terhadap suhu , serta seberapa
lama sensor tersebut dapat terus digunakan.
Berikut ini adalah beberapa jenis sensor suhu :
1. Bimetalic Temperatur Sensor

Gambar 2.1 Bimetalic Temperature sensor


5

Bimetal adalah sensor suhu atau sensor temperatur yang sangat populer
digunakan karena kesederhanaan yang dimilikinya. Bimetal biasa dijumpai
pada peralatan listrik seperti setrika listrik dan lampu dimer atau lampu
penerangan daya besar. Bimetal adalah sensor suhu yang terbuat dari dua
buah lempengan logam yang berbeda koefisien muainya () yang
direkatkan menjadi satu.
Bila suatu logam dipanaskan maka akan terjadi pemuaian, besarnya
pemuaian tergantung dari jenis logam dan tingginya temperatur kerja logam
tersebut. Bila dua lempeng logam saling direkatkan dan dipanaskan, maka
logam yang memiliki koefisien muai lebih tinggi akan memuai lebih
panjang sedangkan yang memiliki koefisien muai lebih rendah memuai
lebih pendek. Oleh karena perbedaan reaksi muai tersebut maka bimetal
akan melengkung kearah logam yang muainya lebih rendah.
Dalam aplikasinya bimetal dapat dibentuk menjadi saklar Normally
Closed (NC) atau Normally Open (NO).

Gambar 2.2 pemuaian bimetal


Dari penggabungan dua logam yang bebeda koefisien muai tersebut
berlaku rumusan berikut :

Dimana dalam praktiknya tB/tA = 1 dan (n+1).n =2, sehingga :

= radius kelengkungan

= tebal jalur total

= perbandingan modulus elastis,

EB/EA m

= perbandingan tebal,

tB/tA T2-T1

= kenaikan temperature

A, B

= koefisien muai panas logamA dan logam B

Konsep dasar pembuatan sensor suhu bimetal adalah memanfaatkan


koefisien muai dari dua logam yang berbeda dan diaplikasikan sebagai
sebuah saklar Normally Closed (NC) atau Normally Open (NO) yang akan
berubah posisi pada saat temperatur/suhu dingin dan panas. Contoh jenis
sensor ini adalah ML1S.
2. Thermocouple

Gambar 2.3 Thermocouple


Pada intinya Thermocouple terdiri dari sepasang transduser panas dan
dingin yang disambungkan dan dilebur bersama, dimana terdapat
perbedaan yang timbul antara sambungan tersebut dengan sambungan
referensi yang berfungsi sebagai pembanding. Tipenya terdiri dari berbagai
macam, antara lain : Tipe B, R, S, K, E, J, T yang disesuaikan dengan
kebutuhan dunia industri. Disamping itu material protection tubenya pun
tersedia dalam berbagai ukuran dan jenis material dari SUS 304, SUS 316,
SUS 310, Sandvik P4, Inconel 600, Inconel 800, Titanium, UMCO 50,
Alsint 99.7%, Pythagoras, Silicon Nitride, dan Silicon Carbide. Sedangkan
untuk kabel dari thermocouple ke transmitter umumnya dibuat 1 pair cable
(2 kabel).
Adapun beberapa kelebihan yang dimiliki oleh Thermocouple, antara
lain :
1. Spesifikasi lebih beragam
2. Biaya rendah (low cost), dan Kisaran temperatur luas sehingga
dapat disesuaikan sampai temperature tinggi.
3. Waktu respon cepat

Sedangkan kekurangannya terdiri dari :


1. Sensitivitasnya rendah
2. Membutuhkan suhu referensi
3. Nonlinearity
4. Kesalahan sistem > 1OC
3. Resistance Temperature Detectors

Gambar 2.4 RTD

Gambar 2.5 PT 100


Resistance Temperature Detector (RTD) atau dikenal dengan Detektor
Temperatur Tahanan adalah sebuah alat yang digunakan untuk menentukan
nilai atau besaran suatu temperatur/suhu dengan menggunakan elemen
sensitif dari kawat platina, tembaga, atau nikel murni, yang memberikan
nilai tahanan yang terbatas untuk masing-masing temperatur di dalam
kisaran suhunya. Semakin panas benda tersebut, semakin besar atau
semakin tinggi nilai tahanan listriknya, begitu juga sebaliknya. PT100
merupakan tipe RTD yang paling populer yang digunakan di industri.
Resistance Temperature Detector merupakan sensor pasif, karena
sensor ini membutuhkan energi dari luar. Elemen yang umum digunakan

pada tahanan resistansi adalah kawat nikel, tembaga, dan platina murni
yang dipasang dalam sebuah tabung guna untuk memproteksi terhadap
kerusakan mekanis. Resistance Temperature Detector (PT100) digunakan
pada kisaran suhu -200 0C sampai dengan 650 0C.
Prinsip dasar RTD adalah jika pada tahanan listrik dari logam yang
bervariasi sebanding dengan suhu. Kesebandingan variasi ini adalah
presisi dengan tingkat konsisten/kestabilan yang tinggi pada pendeteksian
tahanan. Platina adalah bahan yang sering digunakan karena memiliki
tahanan suhu, kelinearan, stabilitas dan reproduksibilitas
4. Thermistors

Gambar 2.6 Thermistor


Thermistor adalah salah satu jenis sensor suhu yang mempunyai
koefisien temperatur yang sangat tinggi. Fungsi utama dari komponen ini
dalam suatu rangkaian elektronik adalah untuk mengubah nilai resistansi
karena adanya perubahan temperatur dalam rangkaian tersebut.
Karakteristik yang demikian ini memungkinkan kita untuk dapat mengatasi
beberapa masalah yang sederhana, seperti misalnya yang berkaitan dengan
sensor temperatur, kompensasi temperatur, atau masalah sistem pengaturan
yang lain.
Thermistor ini dibedakan dalam tiga jenis, yaitu thermistor yang
mempunyai koefisien temperatur negatifyang biasa disingkat NTC
(Negative Temperature Coefficient), thermistor yang mempunyai koefisien
temperatur positif yang biasa disingkat PTC (Positive Temperature
Coefficient), dan thermistor yang mempunyai tahanan temperature kritis
yang biasa disingkat CTR (Critical Temperature Resistance).

Ketiga jenis thermistor ini masing-masing mempunyai kegunaan yang


berbeda, karena karakteristik dari ketiga jenis termistor tersebut berbeda
antara yang satu dengan yang lain. Akan tetapi, pada umumnya, bila kita

menyebut kata termistor, maka termistor yang dimaksud adalah termistor


NTC.

NTC (Negative Temperature Coefficient)


NTC adalah resistor yang mempunyai koefisien temperatur negatif
yang sangat tinggi. Thermistor jenis ini dibuat dari oksida logam yang
terdapat dalam golongan transisi. Oksida-oksida ini sebenarnya mempunyai
resistansi yang tinggi, tetapi dapat diubah menjadi bahan semikonduktor
yaitu dengan menambahkan beberapa ion lain (sebagai doping) yang
mempunyai valensi yang berbeda. Sedangkan perubahan resistansinya
karena pengaruh perubahan temperatur diberikan dalam bentuk kurva
resistansi sebagai fungsi temperatur.

PTC (Positive Temperature Coefficient)

PTC merupakan resistor dengan koefisien temperatur positif yang


sangat tinggi. Dalam beberapa hal, thermistor PTC berbeda dengan
termistor NTC antara lain seperti yang dijelaskan berikut ini:

Koefisien temperatur dari thermistor PTC benilai positif hanya


dalam interval temperatur tertentu, sehingga di luar interval tersebul,
koefisien temperaturnya bisa bernilai nol atau negatif.

Pada umumnya, harga mutlak dari koefisien temperalur dari


thermistor PTC jauh lebih besar dari pada thermistor NTC.

CTR (Critical Temperature Resistance)

Thermislor CTR dibuat dari V2O3 yang dipanaskan dengan serbuk


oksida Ba atau oksida Si dan sebagainya, yang hasilnya dalam bentuk kaca.
Thermistor jenis ini merupakan resistor yang mempunyai koefisien
temperatur negatif yang sangat tinggi. Penurunan resistansi yang drastis
karena adanya pengaruh suhu tersebut terjadi pada transisi logamsemikonduktor. Hal ini dapat berubah tergantung (sebagai fungsi) dari
konsentrasi dopant, yaitu oksida logam, seperti Ge, Ni, W, atau M.

5. Integrated Circuit Temperature SensoR


Sensor

suhu LM 35 adalah komponen elektronika yang memiliki

fungsi untuk mengubah besaran kalor menjadi besaran listrik dalam bentuk
10

tegangan. Sensor Suhu LM 35 yang dipakai dalam perancangan ini berupa


komponen elektronika yang diproduksi oleh NationalSemiconductor. LM
35 memiliki keakuratan tinggi jika dibandingkan dengan sensor suhu yang
lain, LM 35 juga mempunyai keluaran impedansi yang rendah dan linieritas
yang tinggi sehingga dapat dengan mudah dihubungkan dengan rangkaian
kendali khusus.
Meskipun tegangan LM 35 ini dapat mencapai 30 volt akan tetapi yang
diberikan adalah sebesar 5 volt, sehingga dapat digunakan dengan catu daya
tunggal dengan ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus sebesar
60 A hal ini berarti LM35 mempunyai kemampuan menghasilkan panas
sendiri (self-heating) hal ini dapat menyebabkan kesalahan pembacaan,
namun kesalahan tersebut rendah yaitu kurang dari 0,5 C pada suhu 25 C .

Gambar 2.7 konfigurasi pin LM35


Pin LM 35 memiliki fungsi masing-masing dimana pin 1 berfungsi
sebagai sumber tegangan kerja dari LM35. Pin 2 atau tengah digunakan
sebagai tegangan keluaran atau Vout dengan jangkauan kerja dari -0.05 Volt
sampai dengan 1,5 Volt dengan tegangan operasi LM35 yang dapat
digunakan antar 4 Volt sampai 30 Volt. Keluaran LM 35 ini akan naik
sebesar 10 mV setiap ocelcius sehingga diperoleh persamaan sebagai
berikut : VLM35 = Suhu* 10 mV

11

Secara prinsip perubahan suhu 1 C akan menghasilkan tegangan


sebesar 10 mV. Pada penempatannya LM35 dapat ditempelkan dengan
perekat atau dapat pula disemen pada permukaan akan tetapi suhunya akan
sedikit berkurang sekitar 0,01 C karena terserap pada suhu permukaan
tersebut. Dengan cara seperti ini diharapkan selisih antara suhu udara dan
suhu permukaan dapat dideteksi oleh sensor LM35 sama dengan suhu
disekitarnya, jika suhu udara disekitarnya jauh lebih tinggi atau jauh lebih
rendah dari suhu permukaan, maka LM35 berada pada suhu permukaan dan
suhu udara disekitarnya .

2.2

Rangkaian Pengkondisi Sinyal


Sebuah sensor digunakan untuk mengukur suatu variabel dinamik dengan

mengkonversinya kedalam sinyal elektrik. Untuk mengembangkan sensor seperti ini,


terdapat pengaruh dari kondisi alam, sehingga hanya ada beberapa tipe yang dapat
digunakan untuk mendapatkan hasil yang sesuai.
dinyatakan dengan fungsi alihnya

Efek pengkondisi sinyal sering

(transfer function). Dengan istilah ini kita

menghubungkan efek yang ditimbulkan dengan sinyal input. Jadi, sebuah amplifier
sederhana mempunyai fungsi alih dari beberapa konstanta yang, ketika dikalikan
dengan tegangan input, memberikan tegangan output.
2.2.1 Perubahan Level Sinyal
Metode paling sederhana dari pengkondisi sinyal adalah pengubahan level
sinyal. Contoh yang paling umum adalah untuk penguatkan atau pelemahkan level
tegangan. Secara umum, aplikasi kontrol proses dihasilkan dalam variasi sinyal
frekuensi rendah secara lambat dimana amplifier respon d-c atau frekuensi rendah
bisa dipakai. Suatu faktor penting dalam pemilihan sebuah amplifier adalah impedansi
input yang amplifier tawarkan kepada sensor (atau elemen-elemen lain yang menjadi
input).
2.2.2 Linierisasi
Linierisasi bisa dihasilkan oleh sebuah amplifier yang gainnya sebuah fungsi
level tegangan untuk melinierkan semua variasi tegangan input ke tegangan output.
12

Sebuah contoh sering terjadi pada sebuah transduser dimana outputnya adalah
eksponensial berkenaan dengan variabel dinamik. Pada Gambar 2.1 dapat dilihat
sebuah contoh yang dimaksud dimana tegangan transduser diasumsikan eksponensial
terhadap intensitas cahaya I. Bisa dituliskan sebagai VI = V0e-t+
Dimana
VI= tegangan output pada intensitas I
V0 = tegangan intensitas zero

= konstanta eksponensial

= intensitas cahaya

Untuk melinierkan sinyal ini digunakan amplifier yang outputnya bervariasi


secara logaritma terhadap input VA = K ln(VIN)
Dimana
VA = tegangan output amplifier
K = konstanta kalibrasi
VIN = tegangan input amplifier = VI
Jadi:
VA = K ln(V0) KI

Gambar 2.8 Contoh sebuah output transduser nonlinier. Disini, intensitas cahaya
diasumsikan untuk menghasilkan tegangan output. 10

13

Gambar 2.9 Pengkondisi sinyal yang bagus menghasilkan tegangan output yang
berubah secara linier terhadap intensitas cahaya.
Output amplifier berubah secara linier dengan intensitas tetapi dengan offset K
ln V0 dan faktor skala dari

K seperti diperlihatkan pada Gambar 2.2. Untuk

mengeliminasi offset dan menyediakan kalibrasi yang diinginkan dari tegangan versus
intensitas dapat digunakan pengkondisi sinyal.
2.2.3 Jenis-Jenis Rangkaian Pengkondisi Sinyal

Penguat

Macam-macam Penguat :
o Penguat listrik (penguat operasi) : inverting, noni-nverting, dan lainnya
o Penguat mekanik (pengungkit atau tuas)
o Penguat hidrolik / pneumatik
o Penguat optik

Filter
o Low pass filter
o High pass filter

14

o Band pass filter


o Notch Filter

Rangkaian pengurang (deferensial) dan Rangkaian Penjumlah

Rangkaian diferensiator dan Rangkaian integrator

Elemen transmisi data (Modulasi sinyal)terdiri dari modulasi analog dan


digital
o Modulasi analog secara umum terbagi 3, yaitu :
Amplitude Modulation (AM)
Frequency Modulation (FM)
Phase Modulation (PM)
o Modulasi digital secara umum terbagi 3 yaitu :
Amplitude Shift Keying (ASK)
Frequency Shift Keying (FSK)
Phase Shift Keying (PSK)
Pada perancangan ini penulis menggunakan rangkaian penyangga tegangan,

rangkaian penguat inverting, rangkaian pembagi tegangan, dan rangkaian penjumlah


sebagai pengkondisi sinyal.
2.2.4

Rangkaian pengikut tegangan (buffer)


Tujuan rangkaian tersebut adalah membuat impedansi yang besar sehingga

rangkaian sesudahnya tidak memiliki beban yang sangat besar.

15

Gambar 2.10 Rangkaian pengikut tegangan


2.2.5

Rangkaian Inverting
Tujuan rangkaian tersebut adalah membuat penguat rangkaian yang memiliki

tegangan keluaran berkebalikan arah dengan tegangan masukkan.

Gambar 2.11 Rangkaian penguat inverting


Arus pada resistor Ri =

Ii

Vi
Ri

Arus ini sama dengan arus yang mengalir pada resistor Rf, oleh karena itu tegangan
keluaran Vo

VO

Rf
Ri

Vi

2.2.5 Rangkaian Pembagi Tegangan


Tujuan rangkaian tersebut adalah membuat suatu nilai tertentu tegangan
keluaran dari konfigurasi dua buah resistor bernilai tertentu serta sebuah sumber
tegangan

16

Gambar 2.12 Rangkaian pembagi tegangan


Dimana R1/R2 adalah resistor bernilai tertentu, dan Vs adalah sumber tegangan.
Konfigurasi tersebut diatur oleh hukum kirchoff sehingga menghasilkan persamaan
Vo= R2/(R1+R2) * Vs
2.2.6

Rangkaian Penjumlah

Gambar 2.13 Rangkaian Penjumlah


Jika arus Iin = I1 + I2
Maka V1/ R2 + V2/R3 = 0 - Vout/ R1
Jadi Vout = -{(R2/R1) . V1 + (R3/R1) . V2}

Jika R1= R2=R3

Maka Vout = - (V1 + V2)

2.3 Mikrokontroler Arduino-UNO


Mikrokontroller adalah piranti elektronik berupa IC (Integrated Circuit) yang
memiliki kemampuan manipulasi data (informasi) berdasarkan suatu urutan instruksi
(program) yang dibuat oleh programmer. Mikrokontroller merupakan contoh suatu
sistem komputer sederhana yang masuk dalam kategori embedded komputer. Dalam
sebuah struktur mikrokontroler akan kita temukan juga komponen-komponen seperti:
prosesor, memori, clock dan lain lain
Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source,
diturunkandari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik

17

dalam berbagai bidang. Hardwarenya memiliki prosesor Atmel AVR dan softwarenya
memiliki bahasa pemrograman sendiri. Arduino adalah kit mikrokontroler yang serba
bisa dan sangat mudahpenggunaan nya. Untuk membuatnya diperlukan chip
programmer (untuk menanamkan bootloader Arduino pada chip). ARDUINO
merupakan single board hardware yang open-source dan juga softwarenya pun dapat
kita nikmati secara open source juga. Disisi software arduino dapat dijalankan
dimultiplatform, yaitu linux, windows, atau juga mac. Hardware arduino merupakan
mikrokontroler yang berbasiskan AVR dari ATMEL yang didalamnya sudah diberi
bootloader dan juga sudah terdapat standart pin I/Onya. Arduino-UNO berbasiskan
Atmega 328.
Berikut ini adalah kelebihan arduino :
1. Tidak perlu perangkat chip programmer karena di dalamnya sudah ada
bootloaderyang akan menangani upload program dari komputer.
2. Sudah memiliki sarana komunikasi USB, sehingga pengguna Laptop yang
tidak memiliki port serial/RS323 bisa menggunakan nya.
3. Bahasa pemrograman relatif mudah karena software Arduino dilengkapi
dengankumpulan library yang cukup lengkap.
4. Memiliki modul siap pakai (shield) yang bisa ditancapkan pada board
Arduino.Misalnya shield GPS, Ethernet, SD Card, dll.

Gambar 2.14 Hubungan pin Atmega 328 dengan pin Arduino-UNO


18

Gambar 2.15 Pin Atmega 328


Dapat disimpulkan dari gambar bahwa Atmega 328 memiliki 4
port, 6 buah masukkan analog, dan 14 buah pin digital.

2.4 ADC (Analog to Digital Converter)


ADC (Analog to Digital Converter) adalah salah satu fasilitas mikrokontroller
Arduino yang berfungsi untuk mengubah data analog menjadi data digital. ADC
memiliki 2 karakter prinsip, yaitu kecepatan sampling dan resolusi. Kecepatan
sampling suatu ADC menyatakan seberapa sering sinyal analog dikonversikan ke
bentuk sinyal digital pada selang waktu tertentu. Kecepatan sampling biasanya
dinyatakan dalam sample per second (SPS).
Resolusi ADC menentukan ketelitian nilai hasil konversi ADC. Sebagai
contoh: ADC 8 bit akan memiliki output 8 bit data digital, ini berarti sinyal input
dapat dinyatakan dalam 255 (2n 1) nilai diskrit. ADC 12 bit memiliki 12 bit output
data digital, ini berarti sinyal input dapat dinyatakan dalam 4096 nilai diskrit. Dari
contoh diatas ADC 12 bit akan memberikan ketelitian nilai hasil konversi yang jauh
lebih baik daripada ADC 8 bit.
Prinsip kerja ADC adalah mengkonversi sinyal analog ke dalam bentuk
besaran yang merupakan rasio perbandingan sinyal input dan tegangan referensi.
19

Sebagai contoh, bila tegangan referensi 5 volt, tegangan input 3 volt, rasio input
terhadap referensi adalah 60%. Jadi, jika menggunakan ADC 8 bit dengan skala
maksimum 255, akan didapatkan sinyal digital sebesar 60% x 255 = 153 (bentuk
decimal) atau 10011001 (bentuk biner).
Dalam perancangan alat pengukur suhu ini, penulis menggunakan ADC 10 bit
dengan tegangan referensi 5 Vyang telah ada di dalam mikrokontroler Arduino-UNO
berbasis Atmega 328.
2.5 LCD Alphanumeric 16x2 Karakter
LCD model LMB162 adalah LCD dot matrik konsumsi daya rendah dengan
tampilan 16x2 karakter. Spesifikasi pada LCD model LMB162 sebagai berikut:
1)

Menampilkan 16 karakter pada tiap baris dengan 5x7 dot matrik.

2)

Pembangkit karakter ROM untuk 192 jenis karakter.

3)

Pembangkit karakter RAM untuk 8 jenis karakter.

4)

RAM 80x8 bit.

5)

Antarmuka dengan MPU empat bit atau delapan bit

6)

Tegangan catu 5 volt

7)

Otomatis reset pada saat dihidupkan.


4 Masukan yang diperlukan untuk mengendalikan modul ini berupa bus data

yang masih termultiplek dengan bus alamat serta 3 bit sinyal kontrol. Sementara
pengendalian dot matrik LCD dilakukan secara internal oleh kontroller yang sudah
terpasang pada modul LCD. Rangkaian skematik dari LCD ditunjukkan dalam
Gambar 2.7.

Gambar 2.16 Modul LCD2x16

BAB III
PERANCANGAN

20

3.1.

Spesifikasi Rancangan

3.1.1. Sensor LM 35
Prinsip kerja alat pengukur suhu ini, adalah sensor suhu difungsikan untuk
mengubah besaran suhu menjadi tegangan, dengan kata lain panas yang ditangkap
oleh LM35 sebagai sensor suhu akan diubah menjadi tegangan. Sedangkan proses
berubahnya panas menjadi tegangan dikarenakan di dalam LM35 ini terdapat
termistor berjenis PTC (Positive Temperature Coefisient), yang mana termistor
inilah yang menangkap adanya perubahan panas. Prinsip kerja dari PTC ini adalah
nilai resistansinya akan meningkat seiring dengan meningkatnya temperature suhu.
Resistansi yang semakin besar tersebut akan menyebabkan tegangan output yang
dihasilkan semakin besar.
Berikut ini adalah karakteristik dan spesifikasi dari LM35.
1. Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara tegangan dan
suhu 10 mVolt/C, sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam celcius.
2. Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5C pada suhu 25 C
seperti terlihat pada gambar 2.2.
3. Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 C sampai +150 C.
4. Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt.
5.

Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60 A.

6. Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang


dari 0,1 C pada udara diam.
7.

Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1 mA.

8. Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar C.

21

Gambar 3.1 Sensor LM 35

3.1.2

Pengkondisi Sinyal
Pengkondisi sinyal dibutuhkan dalam sistem karena tegangan keluaran sensor

suhu relatif kecil (biasanya dalam orde mV) sedangkan tegangan masukan yang
dibutuhkan blok sistem selanjutanya membutuhkan tegangan dengan orde volt. Dalam
perancangan ini penulis menggunakan rangkaian pengikut tegangan, rangkaian
penguat pembalik dengan penguatan 0,48828125. Juga menggunakan rangkaian
pembagi tegangan dengan sebuah sumber tegangan sebesar 5V. Dan sebuah rangkaian
penjumlah.

22

Gambar 3.2 Spesifikasi Rangkaian pengkondisi sinyal


3.1.3

ADC
ADC (Analog to Digital Converter) adalah suatu alat elektronik yang mengubah

sinyal analog menjadi sinyal digital. Banyak masukan, terutama yang berasal dari
transduser, merupakan sinyal analog yang harus diubah menjadi sinyal digital
sebelum masukan itu diproses, dianalisa, atau disimpan di dalam suatu peralatan
digital. ADC mengambil masukan berupa sinyal analog dan menghasilkan suatu
sinyal digital bersandi yang sesuai dengan resolusi dari sinyal analog yang sedang
diubah. Keluaran digital bisa berderet (bit demi bit) atau berjajar dengan semua bit
yang diubah dihasilkan secara serentak.
Dalam sistem ini ADC dibutuhkan karena keluaran pengkondisi sinyal berupa
sinyal analog dan untuk menampilkannya ke dalam LCD, maka sinyal tersebut harus
diubah ke dalam sinyal digital.
ADC yang dipakai dalam sistem pengukur suhu ini adalah ADC 10 bit dengan
tegangan referensi 5V. ADC tersebut secara langsung tersedia dalam Atmega 328 pada
mikrokontroler Arduino-UNO.
3.1.4

LCD

23

LCD (Liquid Crystal Display) adalah suatu jenis media tampilan yang
menggunakan kristal cair sebagai penampil utama. Untuk memasukkan data digital
yang dihasilkan ADC dan menampilkannya dalam LCD, maka dibutuhkan
Mikrokontroller Arduino-UNO. LCD yang dipakai adalah LCD 16 x 2.
Berikut ini adalah gambar rancangan penampil alat pengukur:

Gambar 3.3 Rancangan penampil pengukur suhu


3.2

Blok Diagram

RPS
LM35
Gambar 3.4 Diagram blok sistem pengukur suhu

24

3.3

Pemilihan dan Perancangan Sensor


Dalam perancangan sistem ini dipilih Sensor Suhu LM 35. Hal ini dikarenakan

sensor suhu LM 35 memiliki beberapa kelebihan antara lain

3.4

rentang suhu yang jauh, antara -55 sampai +150 oC

Low self-heating, sebesar 0.08 oC

Beroperasi pada tegangan 4 sampai 30 V

Rangkaian tidak rumit

Keluaran output tegangan linier

Perancangan Rangkaian Pengkondisi Sinyal


Perhitungan mengenai perancangan pengkondisi sinyal, beserta langkah-

langkah yang dilakukan disertakan pada lampiran.


3.5

Perancangan Bagian Penampil


Bagian

penampil

dihubungkan

secara

langsung

pada

mikrokontroler.

Keseluruhan pemrograman mikrokontroler tidak menjadi pokok bahasan dalam


perancangan kali ini sesuai batasan masalah. Hanya penampil akan menunjukkan
perubahan suhu setiap 1 oC, dimana ini adalah resolusi suhu. Jadi setiap perubahan 1
bit ADC mengindikasikan perubahan 1 oC suhu yang diukur.

Gambar 3.5 Skema rancangan penampil

25

Jadi untuk konversi dari keluaran ADC ke LCD dapat digunakan persamaan
matematis berikut:
Nilai LCD = Desimal ADC - 55
Persamaan berikut didapat karena resolusi yang dibuat adalah 1OC. Resolusi
ini menyebabkan setiap 1 bit ADC bergerak, maka sensor telah mendeteksi perubahan
1OC. Jadi perbandingan perubahan nilai ADC = perubahan suhu. Namun terdapat
offset 55 derajat karena LM 35 memulai pengukuran dari angka -55OC. Sedangkan
ADC memulai bitnya dari 0. Sehingga Nilai suhu yang akan ditampilkan adalah nilai
desimal ADC dikurangi offset sebesar 55.
3.6

Cara Kalibrasi & Pengujian sensor


Kalibrasi merupakan hal yang penting pada pengukuran industri dan

pengaturan/kontrol. Dapat didefinisikan sebagai pembandingan harga spesifik input


dan output instrumen terhadap standar referensi yang bersangkutan. Kalibrasi ini
memberikan garansi pada aIat atau instrumen bahwa ia akan bekerja dengan ketelitian
yang dibutuhkan dan jangkauan yang dispesifikasikan dalam lingkungan yang tertentu
pula.
IC LM 35 ini tidak memerlukan pengkalibrasian atau penyetelan dari luar
karena ketelitiannya sampai lebih kurang seperempat derajat celcius pada temperature
ruang. Jangka sensor mulai dari 55C sampai dengan 150C. IC LM35
penggunaannya dapat dikatakan sangat mudah, dapat dialiri arus sebesar 60 A dari
supplay sehingga panas yang ditimbulkan sendiri sangat rendah kurang dari 0 C di
dalam suhu ruangan.

26

Untuk melakukan pengujian pada LM 35 dapat dirangkai alat-alat seperti


gambar berikut:

Gambar 3.6 Pengujian LM 35 menggunakan termokopel


Untuk melakukan pengujian tersebut digunakan termokopel yang keluarannya
akan dibandingkan dengan keluaran LM 35 dbagi dengan Sensitivitas LM 35.

27

3.7 Perhitungan Perancangan


Sensor LM 35 memiliki sensitivitas S = 10 mV /OC
Range sensor : -55OC sampai 150 OC
ATMega 328 memiliki ADC 10 bit
Tegangan referensi 5 V

Vt min =Tmin x S = -55 OC x 10 mV/OC = -550 mV


VTmax = Tmax x S = 150 OC x 10 mV/OC = 1500 mV
Untuk ADC 10 bit dengan tegangan referensi 5V membutuhkan tegangan sebesar
V(min) =0 V
V(max) =

x VR = 4,99512 V

Perancangan pengkondisi sinyal


Jika Vi =Vt .A +B
Dimana Vi = tegangan masukan ADC
Vt = tegangan keluaran sensor
A = Peguatan (Gradien)
B = Konstanta tegangan offset
Maka
4,99512=A 1,5 + B (1)
0=A (-0,55) + B ..(2)
B=0,55A

28

Dengan menyelesaikan kedua persamaan tersebut didapat


A=2,4366439
B=1,34015
Sehingga persamaan dari RPS menjadi
VI =2,4366439 x Vt + 1,34015 volt . (3)
Perhitungan untuk resolusi

Jadi resolusinya sebesar 0,20039 OC hal ini sama dengan menghitung resolusi secara
langsung

Mendapatkan Resolusi 1 OC

29

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dalam perancangan sistem instrumentasi elektronika beberapa aspek yang
tidak boleh diabaikan dalam proses perancangannya, salah satunya adalah memahami
karaktersitik dari seluruh komponen dan rangakaian yang digunakan. Setelah
memahami karakteristik tersebut, maka diharapkan dapat merancang suatu sistem
instrumentasi elektronika yang handal dengan menggunakan prinsip-prinsip rekayasa
elektronika. Untuk menuju suatu keandalalan dari suatu sistem yang kita rancang
maka ada beberapa parameter yang perlu diperhatikan yaitu error, keakurasian,
kepresisian, sensitivitas, resolusi, dan treshold.
Untuk perancangan pengukur suhu ini dapat menggunakan LM35 dengan
ditambah RPS untuk mendapatkan resolusi sebesar 1 derajat dan kemudian untuk
pemrosesan data menggunakan Arduino UNO dengan memanfaatkan fitur ADC 10 bit
nya. Kemudian hasil pengukuran ditampilkan dalam LCD 16x2.
4.2 Saran
Dalam

perancangan

suatu

sistem

instrumentasi

khususnya

dalam

perancangan yang berhubungan dengan sensor suhu perlu digunakan metode-metode

30

perancangan yang urut. Yakni mulai dari mengetahui karakteristik sensor, menentukan
fungsi alih, hingga antar muka baik secara hardware maupun software. Dan yang
harus diperhatikan ketika perancangan sudah selesai, maka kita harus memperhatikan
aspek-aspek keandalan seperti halnya error, keakurasian, kepresisian, sensitivitas,
resolusi, dan treshold.

DAFTAR PUSTAKA
Johnson,CD, 1997. Process Control Instrumentation Technology. New Jersey,
Prentice-Hall.
Pallas-Areny, R & Webster, J.G, 1991. Sensor and Signal Conditioning. John
Wiley & Sons.
PROF.DR. SAMAUN SAMADIKUN,IR. S. REKA RIO,DR.lR.TATI
MENGKO. 1988/1989 .SISTEM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA BAHAN
PENGAJARAN Pusat Antar Universitas bidang Mikroelektronika, INSTITUT
TEKNOLOGI BANDUNG , Bandung
Rangan, C.S.,1987,Instrumentation, Device and Systems, Tata McGraw-Hill
Publishing Company Limited, New Delhi.
ROBERT BOYLESTAD,LOUIS NASHELSKY,2002, ELECTRONIC
DEVICES AND CIRCUIT THEORY,PRENTICE HALL Upper Saddle River,
New Jersey Columbus, Ohio

31

Anda mungkin juga menyukai