Anda di halaman 1dari 9

Kalor Jenis dan Koefisien Muai Linier dari Kuningan

Disusun oleh: Eric Leonardo Lim XII A2 / 8

SMA SANTA LAURENSIA

Tujuan
- Menentukan kalor jenis dari kuningan dengan kalorimetri - Menentukan koefisien muai linier dari kuningan

Dasar Teori
A. Thermal Equilibrium Kalor adalah energi yang berpindah akibat perbedaan suhu. Jika suatu benda menerima atau melepaskan kalor maka temperatur zat tersebut akan berubah. Besar perubahan temperatur pada benda berbanding lurus dengan besarnya kalor yang diserap atau yang dilepas benda. Kalor jenis merupakan kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu dari satuan massa dari suatu benda, sehingga dapat dirumuskan:

Tiap zat memiliki kalor jenis yang berbeda. Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk kalorimetri, yaitu proses pengukuran kalor yang terlibat dari suatu reaksi kimia atau perubahan fisik. Kalorimeter dapat juga digunakan untuk menentukan kalor jenis suatu zat. Beberapa jenis kalorimeter yang sering dipakai antara lain, kalorimeter aluminium, kalorimeter elektrik, kalorimeter gas, dan kalorimeter bom. Hukum kekekalan energi menyatakan kalor yang dilepas dari suatu benda sama dengan kalor yang diterima oleh benda lain dalam suatu sistem, atau dapat diformulasikan sebagai berikut:

B. Thermal Equilibrium

Pemuaian Panjang adalah bertambahnya ukuran panjang suatu benda karena pengaruh perubahan suhu atau bertambahnya ukuran suatu benda karena menerima kalor. Suatu batang
logam jika dipanaskan atau didinginkan, panjangnya akan berubah dan perubahannya akan berbanding lurus dengan perubahan suhu dan panjang awal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa: , di mana adalah koefisien muai linier.

Alat dan Bahan


A. Thermal Equlibrium 1. Kalorimeter 2. Balok kuningan 3. Termometer 4. Triple beam balance 5. Burner 6. Air 7. Penjepit B. Thermal Expansion 1. Musschenbroek apparatus 2. Penggaris 3. Termometer 4. Batang kuningan

Metodologi
A. Thermal Equlibrium 1. Ukur massa balok kuningan (mB) dengan neraca tiga lengan. 2. Ukur massa dari air (mw), kemudian masukkan ke kalorimeter dan ukur suhu air dengan thermometer. 3. Panaskan balok kuningan sampai bersuhu 50oC (TB), kemudian masukkan secepatnya ke dalam air yang ada pada kalorimeter. 4. Ukur suhu akhir air dan balok pada calorimeter. 5. Eksperimen dilakukan sebanyak 3 kali.

B. Thermal Expansion 1. Letakkan batang kuningan pada Musschenbroek apparatus 2. Ukur suhu awal dan panjang awal dari batang kuningan. 3. Panaskan batang kuningan di atas burner yang sudah dinyalakan. 4. Pada waktu yang bersamaan, ukur suhu dan pertambahan panjang dari batang kuningan. 5. Pengambilan data dilakukan sebanyak 5 kali. 6. Eksperimen dilakukan 3 kali.

Data A. Thermal Equilibrium

1 2 3

mb (kg) 0.098 0.098 0.098

mW (kg) 0.0496 0.0791 0.082

TB (K) 323 323 323

TW (K) 298 298 298

T (K) 303 301 300

Actual value of the specific heat of copper:

B. Thermal Expansion Actual value of the coefficient of linear expansion of copper: 1. L0 = 200 mm

No

Suhu Batang (K) 301 305 306 307 309 311

T (K)

L (mm) 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1


Kondisi awal

1 2 3 4 5 6

0 4 5 6 8 10

1st Experiment
1.2 1 0.8 0.6 L (mm) 0.4 0.2 0 -0.2 0 5 T (K) 10 15 L Linear (L) L = 0.105T - 0.082

2. L0 = 200 mm

No

Suhu Batang (K) 299 302 304 306 308 311

T (K)

L (mm)
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 Kondisi awal

1 2 3 4 5 6

0 3 5 7 9 12

2nd Experiment
1.2 1 0.8 0.6 L = 0.087T - 0.021

L (mm)

L Linear (L)

0.4 0.2 0 -0.2 0 5 10 15

T (K)

3. L0 = 200 mm

No

Suhu Batang (K) 299 302 304 306 308 311

T (K)

L (mm)
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 Kondisi awal

1 2 3 4 5 6

0 3 5 7 9 12

3rd Experiment
1.2 1 0.8 L = 0.078T - 0.009

L (mm)

0.6 0.4 0.2 0 -0.2 0 5 10 15 L Linear (L)

T (K)

Analisa dan Pembahasan


Dari hasil kalkulasi, dapat disimpulkan bahwa jika dibandingkan dengan nilai actual dari referensi, data yang diperoleh pada eksperimen thermal equilibrium kurang akurat, sedangkan data yang diperoleh pada eksperimen thermal expansion sama sekali tidak akurat. Ketidakakuratan umumnya dikarenakan systematic error, yaitu karena ketidakakuratan alat pengukur dan kesalahan praktikan dalam menggunakan alat ukur. Pada eksperimen thermal equilibrium, kemungkinan besar systematic error terletak pada saat pengukuran massa menggunakan alat ukur neraca tiga lengan (triple beam balance). Ada sedikit zero error dapat mengubah data yang diperoleh jauh dari data yang sebenarnya. Karena neraca tiga lengan merupakan alat ukur yang dapat mengukur massa secara akurat sampai 0.1 g, maka kesalahan dalam pembacaan juga lebih memungkinkan daripada jika yang digunakan adalah neraca digital (digital balance) yang dapat mengukur massa secara akurat sampai 0.01 g. Sedangkan pada eksperimen thermal expansion, systematic error kemungkinan besar terletak pada saat mengukur perubahan panjang dari batang kuningan menggunakan Musschenbroek apparatus yang akurasinya hanya 0.1 mm.

Kesimpulan
Data yang diperoleh tidak akurat sehingga kalor jenis dan koefisien muai panjang yang didapatkan berbeda jauh dari theoretical value keduanya.

Daftar Pusaka F.X. Widyasmara, S. T., Drs. Ambrosius Sutarja, Anne M. Sirait, S. Si. (2011). Handout For Physics Course Grade X. Tangerang, Banten: SMA Santa Laurensia F.X. Widyasmara, S. T., Drs. Ambrosius Sutarja, Anne M. Sirait, S. Si. (2013). Handout For Physics Guide Grade XII. Tangerang, Banten: SMA Santa Laurensia

Anda mungkin juga menyukai