Anda di halaman 1dari 24

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM

PROSES INDUSTRI KIMIA

DITERBITKAN OLEH :

LABORATORIUM PROSES INDUSTRI KIMIA

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA PROGRAM DIPLOMA TIGA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI

UPN “VETERAN” YOGYAKARTA

2021
TATA TERTIB
PRAKTIKUM PROSES INDUSTRI KIMIA

Seluruh praktikan wajib menaati peraturan-peraturan sebagai berikut :

1. Praktikan harus hadir 15 menit sebelum jadwal praktikum dimulai.


2. Praktikum diwajibkan menggunakan jas praktikum dan membawa lap serbet bersih.
3. Praktikan bertanggung jawab atas : peralatan praktikum yang dipinjam, pengembalikan
dalam keadaan bersih, utuh seperti semula, menjaga ketertiban dan kebersihan
lingkungan laboratorium.
4. Praktikan dilarang meninggalkan ruang dan acara praktikum tanpa seizin asisten
pembimbingnya.
5. Praktikan harus menunjukkan hasil praktikumnya kepada asisten pembimbing.
6. Konsultasi pelaksanaan praktikum harus kepada asisten pembimbingnya. Bila asisten
berhalangan hadir, ataupun tidak ada ditempat, konsultasi dilaksanakan kepada asisten
piket pada saat itu.
7. Kerusakan dan kehilangan peralatan laboratorium yang digunakan praktikan
merupakan tanggung jawab praktikan, wajib mengganti dengan barang dan merek yang
sama.
8. Praktikan yang tidak mengikuti acara praktikum tertentu, wajib izin dan lapor ke kepala
laboratorium. Selanjutnya, praktikan bersama satu kelompoknya melakukan praktikum
ulangan (inhal) Bersama pada jadwal inhal yang telah ditentukan oleh laboratorium.
9. Jumlah inhal maksimal 2 (dua) kali. Jika terdapat inhal lebih dari 2 (dua) kali,
maka dinyatakan gugur.
10. Praktikan wajib membawa KRP saat mengikuti Responsi (Ujian Tertulis atau
Presentasi).
11. Praktikan yang melanggar tata tertib ini akan mendapatkan sanksi.

i
KATA PENGANTAR

Buku Petunjuk Praktikum Proses Industri Kimia ini disusun dengan harapan
memperlancar jalannya praktikum pada semester IV.

Pada buku ini, disajikan beberapa percobaan menggunakan bahan-bahan yang


mudah didapat dan peralatan yang sederhana. Dasar-dasar teori yang diberikan
dibangku kuliah disajikan dalam percobaan-percobaan yang sederhana.

Buku petunjuk ini disamping memuat cara-cara melakukan percobaan juga


menjelaskan alat-alat yang seharusnya digunakan untuk keperluan tertentu.

Semoga pelaksanaan praktikum proses industry kimia dapat memenuhi harapan kita.

Yogyakarta, Maret 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
TATA TERTIB ...................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii

ACARA I PEMBUATAN GARAM MEJA ........................................................................................ 1

ACARA 2 PEMBUATAN GYPSUM .................................................................................................. 3

ACARA 3 PEMBUATAN OBAT GOSOK ........................................................................................ 4

ACARA 4 PEMBUATAN ETIL ASETAT ......................................................................................... 6

ACARA 5 PEMBUATAN CUKA PISANG ..................................................................................... 11

ACARA 6 PEMBUATAN KECAP IKAN ........................................................................................ 13

ACARA 7 PEMBUATAN SABUN LUNAK .................................................................................... 15

ACARA 8 PEMBUATAN SABUN PADAT ..................................................................................... 18

iii
ACARA I

PEMBUATAN GARAM MEJA

A. Tujuan
Mempelajari pembuatan garam meja.

B. Teori
Garam dapur kasar terdapat di alam sebagai larutan pada air laut dan zat padat
pada beberapa tempat di dalam tanah atau pegunungan.
Garam dapur selain mengandung NaCl jugan mengandung CaCl2, MgCl2,
serta pengotor lainnya. CaCl2 membuat garam dapur menjadi uap hygroskopis (mudah
menyerap air dari udara bebas) sedangkan MgCl2 memberikan rasa pahit pada garam
dapur.
Penghilangan CaCl2 dan MgCl2 membuat garam semakin asin rasanya dan
tidak mudah menyerap uap air lagi. Bahan kimia yang digunakan untuk
menghilangkannya adalah Na2CO3 atau Na3PO4.
Reaksi :
CaCl2 + Na2CO3 → CaCO3 + 2 NaCl
MgCl2 + Na2CO3 → MgCO3 + 2 NaCl

C. Bahan
1. 1000 gram garam kapur kasar.
2. 20 gram Na2CO3 atau Na3PO4.
3. 3 liter air bersih.

D. Alat
1. Panci berlapis email (persolin).
2. Pengaduk gelas.
3. Kain penyaring.

E. Cara Kerja
1. Larutkan garam dapur dalam air, aduk hingga garam dapur larut (jika perlu
dipanaskan). Kemudian disaring, kotoran dibuang dan diambil filtratnya.

1
2. Pada filtrat (air saringan) ditambahkan larutan Na2CO3 sambil diaduk hingga
terjadi endapan (CaCO3 dan MgCO3). Kemudian saring untuk memisahkan
endapannya.
3. Filtrate diuapkan dalam panci berlapis email hingga semua air menguap, dan
tinggal kristal garamnya. Pada saat penguapan, api jangan terlalu besar dan jangan
sampai berjelaga. Selama penguapan terus melakukan pengadukan.
4. Untuk mendapatkan kristal yang halus, penguapan dilakukan hingga kering,
kemudian kristal yang masih besar-besar ditumbuk dalam lumping porselin.
Hasilnya masukkan dalam kantung-kantung plastik.

2
ACARA 2

PEMBUATAN GYPSUM

A. Tujuan
Mempelajari cara pembuatan gypsum.

B. Teori
Gypsum yang banyak digunakan dalam dunia kedokteran (pada penambalan
gigi dan perawatan tulang patah) dan dalam dunia seni (sebagai bahan pembuat patung,
relief, dan sebagainya) dapat dibuat dengan cara yang sangat sederhana yaitu dengan
mereaksikan batu gamping dengan asam sulfat atau dengan belerang cair. Sedangkan
di negara kita banyak terdapat batu gamping dan belerang yang kita perlukan.
Reaksi :
CaCO3 + H2SO4 → CaSO4 + H2O + CO2
C. Bahan
1. CaCo3
2. Aquadest
3. H2SO4
D. Alat
1. Ember plastik
2. Pengaduk
3. Lumping besi dan pengaduk
4. Beker gelas 500 ml
5. Ayakan 60 mesh
6. Kassa asbes

E. Cara kerja
1. Batu gamping ditumbuk sampai diperoleh butiran dengan ukuran 60 mesh.
2. Membuat larutan pekat batu gamping dalam ember plastik.
3. Belerang diambil secukupnya lalu dipanaskan sampai mencair.
4. Tambahkan / tuangkan cairan ke dalam larutan pekat batu gamping sambal diaduk
sampai reaksinya sempurna.
5. Saring endapan gips dari filtratnya, kemudian dikeringkan.

3
ACARA 3

PEMBUATAN OBAT GOSOK

A. Tujuan
Mempelajari pembuatan obat gosok.
B. Teori
Dalam kehidupan sehari-hari, obat gosok merupakan persediaan yang harus
ada. Hampir disetiap keluarga obat ini ada di lemari obat. Ada beberapa jenis obat
gosok yang sering digunakan oleh masyarakat umum, yaitu obat gosok padat, krim,
maupun cair.
Meskipun obat gosok dengan berbagai merek dengan mudah dapat kita temui
di apotek maupun di toko obat, alangkah lebih baiknya jika kita mengetahui bahan-
bahan penyusunnya dan bagaimana cara pembuatannya.
Obat gosok padat yang sering dijumpai, bahkan sering kita gunakan antara lain
: Vicks, Balsam, dan lainnya. Obat gosok mempunyai fungsi sama antara lain sebagai
obat pilek, demam, gatal-gatal (karenda digigit serangga), pegal-pegal, dan membantu
melegakan pernafasan.
Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan obat gosok padat (vicks)
adalah vaselin putih (kuning), lilin putih, mentol kristal, kamfer, dan minyak kayu
putih.
Vaselin putih disebut juga Vaselinum album merupakan hasil olahan minyak
bumi. Zat ini lebek, berwarna putih, tembus cahaya, dan jika digosokkan pada kulit,
tidak berbau dan terasa berminyak. Fungsinya sebagai bahan pengisi dan pelican, agar
vicks jika digosokkan tidak menimbulkan iritasi pada kulit.
Lilin putih disebut juga Cera alba merupakan zat padat berwarna putih dalam
lapisan tipis akan tembus cahaya, berbau lemak dank has. Lilin tidak larut dalam air,
digunakan sebagai bahan tambahan (aditif) pada pembuatan vicks, yang berfungsi
untuk mengeraskan bahan-bahan dasarnya.
Mentol kristal disebut juga mentholinum merupakan kristal yang rapuh, tidak
berwarna dengan bau minyak permen (menyengat). Mentol meleleh pada suhu 40°C,
tidak larut dalam air. Digunakan sebagai bahan karminatif pada pembuatan vicks.

4
Kamfer disebut juga kapur barus, merupakan bahan padat, kristal yang tidak berwarna
(bening), rapuh, dan mudah menguap pada suhu kamar, jika terkena kulit terasa panas,
tetapi akhirnya terasa sejuk (dingin).

C. Bahan
1. 20 gram vaselin putih
2. 3 gram lilin putih
3. 6 gram mentol kristal
4. 6 gram kamfer
5. 6 ml minyak kayu putih

D. Alat
1. Cawan porselin atau panci yang tahan panas/api
2. Pengaduk yang tahan panas (kayu, dll)
3. Tempat/pot tempat vicks

E. Cara kerja
1. Vaselin dan lilin putih yang sudah dihaluskan, dimasukkan dalam panci dan
dipanaskan hingga melebur. Diaduk terusmenerus, kemudian diturunkan dari
kompor, didiamkan hingga suhu turun menjadi ± 70°C.
2. Tambahkan mentol dan kamfer sambil diaduk hingga semua larut dan tercampur
homogen. Kalua kamfer merupakan gumpalan besar maka perlu dihancurkan
terlebih dahulu supaya mudah larut.
3. Setelah suhu turun hingga 40°C, tambahkan minyak kayu putih, tuangkan ke dalam
pot/tempat vicks, biarkan menjadi dingin. Kemudian tutup rapat.

5
ACARA 4

PEMBUATAN ETIL ASETAT

A. Tujuan
Mempelajari pengaruh konsentrasi katalisator asam sulfat dalam pembuatan
etil asetat (esterifikasi).
B. Teori
Interaksi antara suatu asam organic dan alcohol dapat menghasilkan ester,
reaksi dapat berjalan baik dan lambat. Pembuatan ester ini dikenal sebagai reaksi
esterifikasi. Reaksi yang berjalan sebaliknya yaitu peruraian ester menjadi alcohol dan
asam dikenal sebagai reaksi hidrolisa.
Reaksi :
O C
|| ||
R – C – OH + H – O – R ’ → R – C – O – R ’ + H2O

Proses esterifikasi dapat dipercepat dengan adanya asam mineral sebagai


katalisator. Umumnya asam mineral yang digunakan adalah asam sulfat pekat atau
asam khlorida kering. Reaksi ini dikerjakan dengan mereflux campuran asam organic
dan alcohol dengan sedikit asam mineral, kesetimbangan tercapai setelag reaksi
berjalan beberapa jam.
Penggunaan asam mineral sebagai katalisator dalam esterifikasi diperkenalkan
oleh F. Fisher dan Speler pada tahun 1895. Bila kita biarkan ethanol dan asam asetat
yang ekimolekuler bereaksi dengan adanya sedikit asam sulfat pekat, maka keadaan
setimbang akan tercapai setelah beberapa jam, dimana pada saat ini 2/3 bagian dari
ethanol dan asam asetat bereaksi, sehingga kita peroleh campuran yang terdiri dari 2/3
bagian ester dan air, 1/3 bagian sisa ethanol dan asam asetat. Menurut hukum Guldberg
dan Waage (hukum aksi massa), tetapan kesetimbangan reaksi esterifikasi tersebut
dapat dinyatakan dalam perumusan sebagai berikut :
2 2
(𝐸𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡)(𝐻 2 𝑂) (3) (3)
𝐾= = =4
(𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡)(𝐸𝑡ℎ𝑎𝑛𝑜𝑙) 1 1
(3) (3)
Jika ethanol dan asam asetat masing-masing banyaknya tertentu direaksikan,
maka banyaknya etil asetat yang terbentuk setelah kesetimbangan dapat dihitung. Misal
ethanol sebanyak a grammol dan asam asetat b grammol.

6
Pada saat kesetimbangan tercapai.
CH3COOH + C2H5OH → CH3COOHC2H5 + H2O
(b-x) (a-x) x x

𝑥²
𝐾=
(𝑎 − 𝑏)(𝑏 − 𝑥)

Untuk memperbesar hasil esterifikasi maka kesetimbangan harus digeser ke


kanan, dan ini dapat dilakukan dengan cara melakukan peningkatan terhadap molekul
air, yaitu dengan menambah asam sulfat pekat atau asam klorida kering (gas HCl).
Ada dua kemungkinan mekanisme esterifikasi, pertama mekanisme yang
tergantung pada proses Acyl-oxy alcohol yaitu bergabungnya gugus OH dari asam
dengan H dari alcohol, kedua yaitu proses Acyl-oxy, proses yang pertama yang lebih
umum. Mekanisme proses Acyl-oxy adalah sebagai berikut :

Langkah 1
Peningkatan proton (H+) dari asam mineral pada sepasang electron atom oksigen
hydroksilat dari asam organic membentuk ion oxonium.
Langkah 2
Terjadinya peningkatan ion oxonium dengan alcohol dan terjadi pelepasan molekul
air untuk membentuk ion oxonium tersubtitusi.

7
Langkah 3
Ion oxonium tersubtitusi akan melepaskan proton untuk menghasilkan eter. Proton
yang dipergunakan dalam langkah 1 akan dilepaskan Kembali dalam langkah terakhir.
Menurut teori asam basa Lewis fungsi proton adalah sebagai penerima electron. Boroh
florida yang merupakan zat penerima electron yang kuat dapat digunakan juga sebagai
katalisator yang efektif.

C. Alat
1. Satu set alat reflux
2. Satu set alat distilasi
3. Gelas ukur 50 ml
4. Thermometer 0-100°C
5. Kertas pH
6. Corong pemisah 100 ml
7. Timbangan
8. Pipet ukur
9. Gelas beker

D. Cara kerja
1. Masukkan 15 gram asam asetat glasial dan 10 gram ethanol 95% secara hati-hati
ke dalam labu distilasi. Kemudian tambahkan sejumlah tertentu asam sulfat pekat
dan beberapa buah batu didih (menurut petunjuk asisten).
2. Lakukan proses reflux terlebih dahulu pada suhu kira-kira 70°C, dengan
menggunakan pemanas air selama 1-1,5 jam.
3. Setelah proses reflux selesai, dinginkan sebentar kemudian dilakukan distilasi
selama 0,5-1 jam pada suhu 70°C.
4. Destilat yang diperoleh dinetralisisr dengan menambahkan natrium karbonat 5%
(periksa dengan kertas pH).
5. Pindahkan pada corong pemisah dan lapisan ester dipisahkan dengan penambahan
larutan jenuh CaCl2.
6. Catat hasil yang diperoleh, meliputi volume, berat jenis, warna, dan bau.
7. Bandingkan hasil yang saudara peroleh dengan hasil-hasil percobaan lain (bisa
dibandingkan dengan hasil kelompok lain).

8
E. Pertanyaan
1. Apa kegunaan penambahan asam sulfat pekat, batu didih dalam reaksi ini?
2. Apakah kegunaan penambahan larutan CaCl2 jenuh dan MgSO4kristal pada proses
pemurnian ester?

9
10
ACARA 5

CUKA PISANG

A. Tujuan
Mempelajari pembuatan cuka pisang.

B. Teori
Cuka pisang merupakan sejenis penyedap rasa asam pada acar, bakso, sambal,
dan sebagainya, atau kadang-kadang digunakan pada proses pencucian ikan-ikan laut
untuk menghilangkan bau amis. Cuka terbuat dari kulit pisang yang tidak terpakai
melalui proses fermentasi.

C. Bahan
1
1. Kulit pisang 4 kg

2. Gula pasir 100 gram


3. Ammonium sulfit 0,6 gram
4. Ragi 2,5 gram
5. Induk cuka 125 ml

D. Alat
1. Toples
2. Kain saring
3. Corong
4. Botol
5. Botol plastik

E. Cara kerja
1. Kulit pisang dipotong / dicacah kemudian direbus dengan air sebanyak 750 ml.
2. Setelah direbus kemudian disaring dengan kain saring dan dimasukkan ke dalam
toples.
3. Tambahkan gula pasir dan ammonium sulfit.
4. Dinginkan kemudian tambahkan ragi.
5. Fermentasikan selama 1 minggu.

11
6. Saring hasil fermentasi, tambahkan induk cuka kemudian fermentasikan selama 3
minggu.
7. Didihkan hasil fermentasi alcohol.
8. Masukkan ke dalam botol plastik siap untuk dipasarkan.

12
ACARA 6

KECAP IKAN

A. Tujuan
Mempelajari cara pembuatan kecap ikan.

B. Teori
Kecap ikan merupakan produk olahan yang didapat dengan cara fermentasi.
Kecap ikan adalah kecap yang dibuat dari sari daging ikan atau hasil dari proses
pembuatan ikan pindang atau ikan peda.
Kecap ikan mempunyai rasa yang berbeda dengan kecap kedelai yaitu agak
asin, berwarna cokelat muda dan banyak mengandung senyawa nitrogen. Kualitas
kecap ikan sangat ditentukan oleh jumlah penggunaan garam dan lamanya fermentasi.

C. Bahan
1. Ikan
2. Buah nanas
3. Rempah-rempah

D. Alat
1. Parut
2. Kain saring
3. Panci
4. Pemanas

E. Cara kerja
1. Ikan dibersihkan dari kotoran dan isi perut ikan, kemudian dicuci bersih.
2. Bahan baku ikan dihancurkan dengan cara dipotong kecil-kecil kemudian digiling
halus.
3. Tambahkan sari buah nanas dengan perbandingan ikan dan nanas 1:5.
4. Masukkan pada wadah tertutup, biarkan selama 3 hari.
5. Setelah proses fermentasi selesai dengan ditandai keluarnya cairan, daging ikan
disaring.

13
6. Cairan ikan direbus mendidih selama 30 menit dengan penambahan rempah-
rempah, kemudian dilakukan penyaringan.
7. Hasil penyaringan dimasukkan ke dalam botol bersih dan siap dikonsumsi.

14
ACARA 7

PEMBUATAN SABUN LUNAK

A. Tujuan
Membuat sabun lunak.

B. Teori
Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun
sendiri tidak pernah secara actual ditemukan, namun berasal dari pengembangan
campuran antara senyawa alkali dan lemak / minyak.
Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan baku
pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas
produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang
umum dipakai dalam proses pembuatan sabun diantaranya natrium klorida,natrium
karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna.
Sabun dibuat dengan reaksi penyabunan sebagai berikut:
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah
trigliserida dengan alkali (KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi
penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :

Reaksi pembuatan sabun (saponifikasi) menghasilkan sabun sebagai produk


utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga
memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali.
Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki kelarutan

15
yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil,
melainkan larut dalam bentuk ion.
Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat.
Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi
pembuatan sabun. Sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali.
Selain itu, jenis minyak yang digunakan juga memengaruhi wujud sabun yang
dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan sabun yang lebih keras daripada minyak
kedelai, minyak kacang, dan minyak biji katun.
Bahan baku : Minyak / lemak
Minyak / lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa ester
dari gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan
adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah
wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair pada temperatur
ruang (± 28°C), sedangkan lemak akan berwujud padat.
Minyak tumbuhan maupun lemak hewan merupakan senyawa trigliserida.
Trigliserida yang umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun memiliki
asam lemak dengan Panjang rantai karbon antara 12 sampai 18. Asam lemak dengan
Panjang rantai karbon kurang dari 12 akan menimbulkan iritasi pada kulit, sedangkan
rantai karbon lebih dari 18 akan membuat sabun menjadi keras dan sulit terlarut dalam
air. Kandungan asam lemak tak jenuh, seperti oleat, linoleat, dan linolenat yang terlalu
banyak akan menyebabkan sabun mudah teroksidasi pada keadaan atmosferik sehingga
sabun menjadi tengik. Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik
lelehnya lebih rendah daripada asam lemak jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap,
sehingga sabun yang dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada
temperatur tinggi.

C. Bahan
1. Minyak kelapa/sawit
2. KOH
3. Aquadest

D. Alat
1. Gelas kimia 50 ml; 250 ml
2. Batang pengaduk
16
3. Erlenmeyer 250 ml
4. Gelas ukur 50 ml
5. Botol/wadah tempat hasil
6. Buret 50 ml
7. Pemanas/kompor
8. Thermometer

E. Variable
1. KOH 10 ml, 20 ml, dan 30 ml.
2. Penambahan air 15 ml, 25 ml, dan 35 ml.
3. Variasi lama pengadukan.
4. Bahan pendukung (minyak kayu putih/telon, minyak zaitun, pewarna, parfum).

F. Cara kerja
1. Siapkan KOH sebanyak 10 ml, larutkan dalm 25 ml aquadest, biarkan sampai
larutan dingin.
2. Siapkan minyak sawit/ kelapa sebanyak 25 ml.
3. Panaskan minyak dan larutan KOH dan aduk-aduk sampai suhu 70°C. Matikan
pemanas, kemudian matikan pemanas dan dinginkan.
4. Kemudian tambahkan bahan pendukung (aroma therapy, pewarna, parfum, dan
minyak zaitun).
5. Catat waktu pembentukan sabun, ukur pH, dan deskripsikan hasilnya.

17
ACARA 8

PEMBUATAN SABUN PADAT

A. Tujuan
Membuat sabun padat.

B. Teori
Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun
sendiri tidak pernah secara actual ditemukan, namun berasal dari pengembangan
campuran antara senyawa alkali dan lemak / minyak.
Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan baku
pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas
produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang
umum dipakai dalam proses pembuatan sabun diantaranya natrium klorida,natrium
karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna.
Sabun dibuat dengan reaksi penyabunan sebagai berikut:
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah
trigliserida dengan alkali (NaOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi
penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :

Gambar 1 Reaksi saponifikasi

Reaksi pembuatan sabun (saponifikasi) menghasilkan sabun sebagai produk


utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga
memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali.
Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki kelarutan

18
yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil,
melainkan larut dalam bentuk ion.
Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat.
Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi
pembuatan sabun. Sabun cair menggunakan natrium hidroksida (NaOH) sebagai alkali.
Selain itu, jenis minyak yang digunakan juga memengaruhi wujud sabun yang
dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan sabun yang lebih keras daripada minyak
kedelai, minyak kacang, dan minyak biji katun.
Bahan baku : Minyak / lemak
Minyak / lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa ester
dari gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan
adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah
wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair pada temperatur
ruang (± 28°C), sedangkan lemak akan berwujud padat.
Minyak tumbuhan maupun lemak hewan merupakan senyawa trigliserida.
Trigliserida yang umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun memiliki
asam lemak dengan Panjang rantai karbon antara 12 sampai 18. Asam lemak dengan
Panjang rantai karbon kurang dari 12 akan menimbulkan iritasi pada kulit, sedangkan
rantai karbon lebih dari 18 akan membuat sabun menjadi keras dan sulit terlarut dalam
air. Kandungan asam lemak tak jenuh, seperti oleat, linoleat, dan linolenat yang terlalu
banyak akan menyebabkan sabun mudah teroksidasi pada keadaan atmosferik sehingga
sabun menjadi tengik. Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik
lelehnya lebih rendah daripada asam lemak jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap,
sehingga sabun yang dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada
temperatur tinggi.

C. Bahan
1. Minyak kelapa/sawit
2. NaOH
3. Aquadest

D. Alat
1. Gelas kimia 50 ml; 250 ml
2. Batang pengaduk
19
3. Erlenmeyer 250 ml
4. Gelas ukur 50 ml
5. Botol/wadah tempat hasil
6. Buret 50 ml
7. Pemanas/kompor
8. Thermometer

E. Variable
1. NaOH 1 gram, 2 gram, 3 gram.
2. Bahan pendukung (minyak kayu putih / telon, minyak zaitun, pewarna & parfum).

F. Cara kerja
1. Timbanglah NaOH sebanyak 2 gram. Larutkan dalam 5 ml aquadest. Biarkan
sampai larutan dingin.
2. Siapkan minyak sawit / minyak kelapa sebanyak 10 ml.
3. Panaskan minyak sampai suhu 70°C. Matikan pemanas, kemudian dinginkan
sampai suhu 50°C dan masukkan NaOH.
4. Aduk hingga merata.
5. Kemudian panaskan Kembali dengan menambahkan bahan pendukung (aroma
teraphy, pewarna, parfum, dan minyak zaitun).
6. Masukkan ke dalam cetakan.
7. Catat waktu, ukur pH, dan deskripsikan hasilnya.

20

Anda mungkin juga menyukai