Anda di halaman 1dari 41

MODUL PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

Disusun Oleh :
TIM KIMIA DASAR

LABORATORIUM REKAYASA KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA
2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga penyusunan Modul Praktikum Kimia Dasar dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini, tak lupa penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang turut aktif membantu penyusunan Modul Praktikum Kimia Dasar. Penyusun
menyadari bahwa dalam buku ini masih jauh dari sempurna oleh sebab itu dengan kerendahan
dan ketulusan hati, penyusun akan terbuka untuk menerima kritik yang membangun demi
kesempurnaan modul ini.

Semoga Modul Praktikum Kimia Dasar ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Samarinda, 17 Agustus 2019

Ayub TIM
PENYUSUN
TATA TERTIB PRAKTIKUM
DI LABORATORIUM REKAYASA KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MULAWARMAN

1. Praktikan harus hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai.


2. Untuk dapat mengikuti praktikum, praktikan harus memakai jas lab yang bersih dan telah
mengumpulkan laporan mingguan dari praktikum minggu sebelumnya kepada asisten
praktikum.
3. Jika karena suatu hal tidak dapat mengikuti praktikum, harus menunjukkan surat ijin atau
surat keterangan yang sah.
4. Praktikan yang tidak mengikuti praktikum tanpa alasan yang jelas, dianggap tidak memiliki
nilai pada modul yang tidak diikuti.
5. Untuk menguji kesiapan praktikan melakukan praktikum, praktikan diwajibkan mengikuti
responsi maksimal 1 hari sebelum praktikum dimulai.
6. Setelah pemakaian peralatan, wajib dibersihkan dan dikembalikan pada tempatnya.
7. Dilarang membuang sampah/ limbah/ bahan kimia ke dalam bak cuci ataupun ke dalam
jerigen limbah kimia. Buanglah pada tempat yang telah disedikan.
8. Praktikan yang meninggalkan ruang laboratorium, harus lapor pada asisten atau
koordinator praktikum.
9. Setiap praktikan diwajibkan membuat laporan sementara setelah praktikum selesai, yang
ditandatangani oleh asisten.
10. Kerusakan atau pemecahan alat, baik dilakukan perorangan maupun kelompok, harus lapor
pada asisten dan diwajibkan untuk mengganti hingga batas waktu akhir praktikum. Apabila
praktikan masih mempunyai tanggungan untuk mengganti alat yang rusak, tidak dapat
mengikuti ujian akhir pratikum.
11. Setiap praktikan, harus mengembalikan bahan-bahan yang diambilnya ke tempat semula
dan tutup botol jangan sampai tertukar.
12. Hal-hal yang belum tercantum dalam tata tertib ini, akan diatur oleh asisten atau
koordinator praktikum.

Samarinda, 17 Agustus 2019


Kepala Laboratorium Rekayasa Kimia

Novy Pralisa Putri, S.T., M.Eng.


NIP. 19811102 200912 2 001
PERCOBAAN I
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN

A. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui zat murni dari suatu zat yang telah tercemar atau telah tercampur.

B. Dasar Teori
Campuran adalah suatu bahan yang terdiri atas satu atau lebih zat berlainan yang bergabung
menjadi satu yang masih mempunyai sifat zat asalnya. Campuran dibedakan menjadi dua yaitu
campuran homogen dan heterogen.

Dalam praktikum kimia, seringkali berbagai campuran zat harus dipisahkan menjadi zat murni.
Cara pemisahan dapat digolongkan menjadi :
i. Pemisahan zat padat dari zat cair
ii. Pemisahan zat padat dari zat padat
Pemisahan zat padat dari zat cair, dapat dilakukan dengan cara:
a. Untuk zat padat yang tidak larut dalam zat cair:
(1). Dekantasi
(2). Filtrasi
b. Untuk zat padat yang larut dalam zat cair:
(1). Penguapan
(2). Kristalisasi
Pemisahan zat padat dari zat padat, dapat dilakukan dengan cara:
a. Pelarutan yang diikuti dengan penyaringan
b. Kristalisasi bertingkat
c. Sublimasi

Pada prinsipnya, pemisahan dilakukan untuk memisahkan dua zat atau lebih yang saling
bercampur dan pemurnian dilakukan untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah
tercemar oleh zat lain.
C. Alat dan Bahan
Alat
1. Spatula
2. Gelas kimia 100 mL
3. Corong kaca
4. Tabung reaksi
5. Corong pisah
6. Cawan penguap
7. Batang pengaduk
8. Kompor listrik
9. Mortar dan Alu
10. Erlenmeyer

Bahan
1. Garam dapur
2. Minyak goreng
3. Kapur tulis
4. Naftalena
5. Pasir
6. Kertas saring
7. Akuades
8. Padatan CuSO4

D. Prosedur Percobaan
1. Dekantasi
- Dimasukkan ± 20 gram pasir kedalam gelas kimia yang telah diisi akuades dan diaduk.
- Dibiarkan pasir mengendap lalu dituang cairan bagian atas.
2. Filtrasi
- Digerus kapur tulis menggunakan alu dan mortar hingga halus.
- Dimasukkan bubuk kapur tulis kedalam gelas kimia yang telah diisi akuades dan diaduk.
- Disiapkan corong kaca yang telah dilapisi dengan kertas saring, kemudian dilakukan
penyaringan.
3. Kristalisasi
- Dimasukkan sebanyak 10 mL akuades kedalam gelas kimia.
- Dimasukkan padatan CuSO4 seujung spatula (± 0.5 gram) kemudian diaduk hingga padatan
larut di dalam akuades.
- Diuapkan larutan hingga cairan hampir habis dan mengering.
- Dinginkan.
4. Sublimasi
- Dimasukkan 1 spatula naftalena (± 1 gram) yang telah dihaluskan ke dalam cawan penguap.
- Ditambahkan 1 spatula garam dapur (± 1 gram) kedalam cawan penguap kemudian diaduk.
- Ditutup cawan penguap dengan menggunakan kertas saring yang telah dilubangi kecil-kecil
dan tutup lagi dengan corong kaca yang diletakkan dengan posisi terbalik dan lehernya
disumbat kertas.
- Dipanaskan hingga kedua zat mengalami penyubliman.
5. Ekstraksi
- Dimasukkan 100 mL akuades dan 100 mL minyak goreng kedalam corong pisah.
- Dihomogenkan dan dibiarkan hingga cairan tersebut memisah kembali.
- Dipisahkan cairan lapisan bawah dengan cara membuka kran pada corong pemisah.
LAPORAN SEMENTARA
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN

Hari/Tanggal :
Nama :
Program Studi :
Kelompok :

No. Judul Percobaan Hasil Pengamatan

1.

2.

3.

4.

5.

Samarinda, ……………………….. 2019

Asisten Praktikum Praktikan

…….……………….. ……………………
NIM. NIM.
PERCOBAAN II
PEMBUATAN LARUTAN

A. Tujuan Percobaan
Mempelajari cara pembuatan larutan dari bahan cair dan padat dengan konsentrasi tertentu.

B. Dasar Teori
Dalam percobaan ini akan dilakukan beberapa percobaan yang berkaitan erat dengan
keterampilan dasar dalam bekerja di laboratorium kimia. Hal-hal yang perlu diketahui dalam
bekerja adalah terlebih dahulu harus mengenal beberapa alat yang diperlukan untuk membuat
larutan.

Untuk menyatakan kepekatan atau konsentrasi suatu larutan dapat dilakukan dengan berbagai
cara bergantung pada tujuan penggunaannya. Adapun satuan yang digunakan untuk
menentukan kepekatan larutan adalah molaritas, molalitas, persen berat, persen volume, ppm
dan sebagainya.

C. Alat dan Bahan


Alat
1. Neraca analitik
2. Labu takar 100 mL
3. Pipet tetes
4. Pipet ukur 10 mL
5. Batang pengaduk
6. Gelas kimia 100 mL
7. Corong kaca
8. Spatula
9. Kaca arloji

Bahan
1. Akuades
2. Larutan H2SO4 pekat
3. Padatan Na2CO3
D. Prosedur Percobaan
Larutan dari bahan padat
1. Ditimbang dengan tepat 1 gram padatan Na2CO3 dengan menggunakan kaca arloji.
Dipindahkan secara kuantitaf padatan Na2CO3 ke dalam gelas kimia 100 mL. Ditambahkan
25 mL akuades dan diaduk hingga padatan larut sempurna. Dipindahkan secara kuantitatif
ke dalam labu takar 100 ml dengan menggunakan corong kaca. Bilas gelas kimia, batang
pengaduk dan corong kaca, dimana hasil bilasnya dimasukkan dalam labu takar 100 ml.
Tambahkan akuades hingga batas tinggi permukaan larutan 0,5 hingga 1 cm. Dengan
menggunakan pipet tetes, tambahkan akuades hingga tanda batas pada labu takar. Tutup
labu takar dan bolak balikkan labu takar sambil dipegang tutupnya selama beberapa kali.

Larutan dari bahan cair


2. Dipipet 10 ml H2SO4 pekat dan masukkan dalam labu takar 100 ml yang telah diisi dengan
akuades sekitar 50 ml. Biarkan hingga labu takar terasa dingin kemudian tambahkan
akuades hingga batas tinggi permukaan larutan 0,5 hingga 1 cm. Dengan menggunakan
pipet tetes, ditambah dengan akuades hingga tanda batas. Tutup labu takar dan bolak-
balikkan labu takar sambil dipegang tutupnya selama beberapa kali.
LAPORAN SEMENTARA
PEMBUATAN LARUTAN

Hari/Tanggal :
Nama :
Program Studi :
Kelompok :

No Nama Larutan Konsentrasi


1 Larutan Na2CO3 Molaritas ….…. M
Persen (b/v) ….…. %
2 Larutan H2SO4 Molaritas ….…. M
Persen (b/v) ….…. %

Perhitungan:

Samarinda, ……………………….. 2019

Asisten Praktikum Praktikan

…….……………….. ……………………
NIM. NIM.
PERCOBAAN III
KROMATOGRAFI

A. Tujuan Percobaan
Memisahkan campuran yang didasarkan pada perbedaan kecepatan migrasi komponen-
komponen yang dipisahkan antara dua fase (fase diam dan gerak).

B. Dasar Teori
Kromatografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu chromos yang berarti
warna dan graphos yang berarti menulis. Kromatografi pertama kali diberikan oleh Michel
Tswett, seorang ahli botani Rusia yang menggunakan kromatografi untuk memisahkan klorofil
dan pigmen lainnya dari ekstrak tanaman.

Kromatografi adalah teknik pemisahan suatu zat yang didasarkan pada perbedaan migrasi
komponen-komponen yang dipisahkan di antara dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak.

Terdapat berbagai cara penggolongan metode kromatografi penggolongan kromatografi yang


didasarkan pada jenis fase yang terlibat, dibedakan menjadi:
a. Kromatografi gas-cair, bila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya brupa cairan
yang dilapiskan pasa padatan pendukung yang inert.
b. Kromatografi gas-padat, bila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya berupa
padatan yang dapat menyerap/mengadsorp.
c. Kromatografi cair-cair, bila fase gerak dan diamnya berupa cairan, dimana fase
diamnya dilapiskan pada permukaan padatan pendukung yang inert.
d. Kromatografi cair-padat, bila fase geraknya berupa gas sedangkan fase diamnya berupa
padatan yang amorf yang dapat menyerap.
Penggolongan kromatografi yang didasarkan pada teknik yang digunakan, dapat
digolongkan menjadi:
1. Kromatografi kolom, apabila komponen yang akan dipisahkan bergerak bersama
fase gerak melaui sebuah kolom kemudian setiap komponen terpisahkan berupa
zona-zona pita. Pada kromatografi analitik setiap komponen yang keluar dari kolom
akan dicatat oleh rekorder dan disajikan dalam bentuk puncak (peak) yang
menunjukkan konsentrasi eluen sebagai fungsi waktu. Untuk suatu senyawa yang
mengandung komponen tunggal akan ditandai dengan waktu elusi yang tampak
pada konsentrasi efluen maksimum. Tinggi atau luasan puncak sebanding dengan
konsentrasi komponen sampel. Pada kromatografi preparative, akan diperoleh
sejumlah fraksi isolate dari komponen sampel dalam fase gerak.
2. Kromatrografi planar (kromatogafi lapis tipis dan kromatrogafi kertas ), apabila
komponen yang akan dipisahkan bergerak bersama fase gerak dalam sebuah bidang
datar. Senyawa yang bergerak berupa bentuk noda (spot) yang dapat dikenali
dengan bantuan metode fisika, kimia, maupun biologis. Posisi noda menunjukkan
identitas suatu komponen /senyawa, sedangkan besar atau intensitasnya
menunjukan konsentrasinya. Pada kromatografi planar ini beberapa komponen
dapat dipisahkan secara bersamaan maupun dipisahkan dengan dua langkah,
dimana langkah yang kedua tegak lurus arahnya dengan langkah yang pertama.
Cara ini dikenal dengan metode kromatografi dua dimensi.

Kromatografi kertas
Pada kromatografi kertas peralatan yang dipakai tidak perlu alat-alat yang teliti dan mahal.
Hasil-hasil yang baik dapat diperoleh dengan peralatan dan materi-materi yang sangat
sederhana. Senyawa-senyawa yang dapat dipisahkan dapat diambil dari kertas dengan jalan
memotong noda (spot) yang kemudian melarutkannya secara terpisah.

Setetes dari larutan cuplikan yang mengandung sejumlah komponen yang akan dipisahkan
diteteskan pada daerah yang diberi tanda di atas sepotong kertas saring dimana ia akan meluas
membentuk noda yang bulat. Bila noda telah kering, kertas dimasukkan dalam bejana tertutup
yang telah beisi pelarut sebagai fase gerak dimana ujung yang dekat dengan cuplikan tercelup
(noda harus tidak tercelup, sedikit di atas permukaan pelarut). Pelarut bergerak memalui serat-
serat dari kertas oleh gaya kapiler dan menggerakkan komponen-komponen dari campuran
cuplikan pada perbedaan jarak dalam arah aliran pelarut. Bila permukaan pelarut telah bergerak
sampai jarak yang cukup jauhnya atau setelah waktu yang telah ditentukan, maka kertas
diambil dari bejana dan kedudukan dari permukaan pelarut diberi tanda dan lembaran kertas
dibiarkan kering. Jika senyawa-senyawa berwarna maka noda akan metode kimia atau fisika.
Cara yang diasa adalah menggunakan suatu pereaksi yang memberikan sebuah warna terhadap
beberapa atau semua dari senyawa-senyawa. Sering juga menggunakan cara deteksi dengan
sinar ultraviolet atau teknik radio kimia.
Metode identifikasi yang paling mudah adalah berdasarkan pada kedudukan dari noda relative
terhadap permukaan pelarut, menggunakan harga Rf:
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
Rf = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

C. Alat dan Bahan


Alat
1. Gelas kimia 100 ml
2. Penjepit Tabung
3. Gunting
4. Penggaris
5. Pensil
6. Stopwatch
7. Pipet Volume 10 ml
8. Bulb

Bahan
1. Tinta spidol biru
2. Tinta spidol hijau
3. Tinta spidol merah
4. Kertas saring
5. Akuades
6. Alkohol
7. n-heksana

D. Prosedur
1. Dipotong kertas persegi panjang dengan panjang 10 cm dan lebar 2 cm. Beri garis batas
sekitar 1 cm dari batas bawah kertas. Beri noda (titik) tinta spidol warna biru pada garis
batas bawah. Masukkan kertas tersebut dalam gelas kimia yang telah diisi dengan
akuades yang tingginya sekitar 0,5 cm sedemikian rupa sehingga posisi kertas tercelup
dengan akuades. Biarkan akuades merembes naik selama ± 3 menit, angkat dan
keringkan. Ukur jarak yang ditempuh pelarut dan komponen-komponen noda yang
terpisahkan. Hitung harga Rf dari masing-masing noda. Ulangi langkah diatas untuk
tinta warna hijau dan merah.
2. Ulangi langkah (1) untuk dengan pelarut masing-masing alkohol dan n-heksana.

LAPORAN SEMENTARA
KROMATOGRAFI

Hari/Tanggal :
Nama :
Program Studi :
Kelompok :

Pelarut Tinta Noda Jarak noda Jarak pelarut Rf


Biru 1.
2.
3.
Hijau 1.
Akuades
2.
3.
Merah 1.
2.
3.
Biru 1.
2.
3.
Hijau 1.
n-heksana 2.
3.
Merah 1.
2.
3.
Biru 1.
2.
3.
Hijau 1.
alkohol 2.
3.
Merah 1.
2.
3.

Samarinda, ……………………….. 2019

Asisten Praktikum Praktikan

…….……………….. ……………………
NIM. NIM.
PERCOBAAN IV
STOIKIOMETRI

A. Tujuan percobaan
Menentukan titik maksimum dan titik minimum sesuai dengan titik stoikiometri sistem.

B. Dasar teori
Dasar percobaan ini adalah metode variasi kontinyu. Dalam metode ini dilakukan serangkaian
pengamatan yang kuantitas molarnya sama tetapi masing-masing molar pereaksinya berubah-
ubah (bervariasi). Salah satu sifat tertentu dipilih untuk diperiksa seperti misalnya massa,
volume, suhu atau daya serap. Oleh karena kuantitas pereaksinya berlainan, maka perubahan
harga sifat fisika dari sIstem ini dapat digunkaan untuk meramalkan stoikiometri sistem. Bila
digambarkan grafik antara sifat fisika yang diukur terhadap kuantitas pereaksinya, maka akan
diperoleh titik maksimum atau titik minimum sesuai dengan titik stoikiometri sistem yaitu
menyatakan perbandingan pereaksi-pereaksinya.

Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas produk dan reaktan dalam reaksi kimia.
Perhitungan stoikiometri paling baik dikerjakan dengan menyatakan kuantitas yang diketahui
dan yang tidak diketahui dalam mol dan kemudian bila perlu dikonversi menjadi satuan lain.
Pereaksi pembatas adalah reaktan yang ada dalam jumlah stoikiometri terkecil. Reaktan ini
membatasi jumlah produk yang dapat dibentuk. Jumlah produk yang dihasilkan dalam suatu
reaksi (hasil sebenarnya) mungkin lebih kecil dari jumlah maksimum yang mungkin diperoleh.
Pada perhitungan kimia secara stoikiometri, biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu
kimia.

C. Alat dan Bahan


Alat
1. Gelas kimia 100 ml
2. Gelas ukur 25 ml
3. Termometer
Bahan
1. Larutan NaOH 0,1 M 3. Larutan H2SO4 0,1 M
2. Larutan HCl 0,1 M
D. Prosedur Percobaan
1. Stoikiometri sistem NaOH-HCl
Dimasukkan kedalam gelas kimia 100 ml secara bergantian berturut-turut larutan
NaOH 0,1 M volume 2,5 ml , 5 ml, 7,5 ml , 10 ml, dan 12,5 ml kemudian ukur masing-
masing suhunya. Selanjutnya dimasukkan larutan HCl 0,1 M kedalam gelas kimia
berturut-turut dengan volume 12,5 ml , 10 ml, 7,5 ml, 5 ml dan 2,5 ml kemudian ukur
masing-masing suhunya. Campurkan larutan HCl kedalam NaOH sehingga volume
campurannya menjadi 15 ml dan ukur suhu campuran larutan tersebut.
2. Stoikiometri sistem NaOH- H2SO4
Dimasukkan kedalam gelas kimia 100 ml secara bergantian berturut-turut larutan
NaOH 0,1 M volume 2,5 ml , 5 ml, 7,5 ml , 10 ml, dan 12,5 ml kemudian ukur masing-
masing suhunya. Selanjutnya dimasukkan larutan H2SO4 0,1 M kedalam gelas kimia
berturut-turut dengan volume 12,5 ml , 10 ml, 7,5 ml, 5 ml dan 2,5 ml kemudian ukur
masing-masing suhunya. Campurkan larutan H2SO4 kedalam NaOH sehingga volume
campuranya menjadi 15 ml dan ukur suhu campuran larutan tersebut.
LAPORAN SEMENTARA
STOIKIOMETRI

Hari/Tanggal :
Nama :
Program Studi :
Kelompok :

1. Sistem NaOH-HCl
No ml NaOH ml HCl Suhu NaOH Suhu HCl Suhu
campuran
1 2,5 12,5
2 5 10
3 7,5 7,5
4 10 5
5 12,5 2,5

2. Sistem NaOH-H2SO4
No ml NaOH ml H2SO4 Suhu NaOH Suhu H2SO4 Suhu
campuran
1 2,5 12,5
2 5 10
3 7,5 7,5
4 10 5
5 12,5 2,5

Samarinda, ……………………….. 2019

Asisten Praktikum Praktikan

…….……………….. ……………………
NIM. NIM.
PERCOBAAN V
LAJU REAKSI

A. Tujuan Percobaan
Menentukan laju reaksi suatu reaksi kimia.

B. Dasar Teori
Cepat lambatnya suatu reaksi berlangsung disebut laju reaksi. Laju reaksi dapat dinyatakan
sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi per satuan waktu. Konsentrasi
biasanya dinyatakan dalam mol per liter, tetapi untuk reaksi fase gas satuan konsentrasi dapat
diganti dengan satuan tekanan seperti atmosfer (atm), millimeter merkurium (mmHg) atau
Pascal (Pa). Satuan waktu dapat detik, menit, jam, hari, bulan, bahkan tahun bergantung pada
reaksi itu berjalan cepat atau lambat.
Perubahan Konsentrasi
Laju Reaksi =
Satuan Waktu
Untuk mengukur laju reaksi, perlu menganalisis secara langsung maupun tak langsung
banyaknya produk yang terbentuk atau banyaknya pereaksi yang tersisa setelah penggal-
penggal waktu tertentu.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah:


1. Konsentrasi
Jika konsentrasi suatu zat semakin besar maka laju reaksinya semakin besar pula dan
sebaliknya jika konsentrasi semakin kecil maka laju reaksinya semakin kecil pula. Untuk
beberapa reaksi, laju reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan matematik yang dikenal
dengan hukum laju reaksi atau persamaan laju reaksi. Pangkat-pangkat dalam persamaan
laju reaksi kimia dinamakan orde reaksi. Menentukan orde reaksi dari suatu reaksi kimia
pada prinsipnya menentukan seberapa besar pengaruh perubahan konsentrasi pereaksi
terhadap laju reaksinya.
2. Luas Permukaan
Reaksi yang berlangsung dalam sistem homogeny sangat berbeda dengan reaksi yang
berlangsung dalam sistem heterogen. Pada reaksi yang homogeny, campuran zatnya
bercampur seluruhnya, hal ini dapat mempercepat berlangsungnya reaksi kimia karena
molekul-molekul ini dapat bersentuhan satu sama lainnya. Dalam sistem heterogen,
reaksi hanya berlangsung pada bidang-bidang perbatasan dan pada bidang-bidang yang
bersentuhan dari kedua fase.

Reaksi kimia dapat berlangsung jika molekul-molekul, atom-atom, atau ion-ion dari zat-
zat yang bereaksi terlebih dahulu bertumbukan. Makin halus suatu zat, maka makin luas
permukaannya sehingga makin besar kemungkinan bereaksi dan makin cepat reaksi itu
berlangsung.
3. Temperatur
Laju reaksi meningkat dengan naiknya suhu. Biasanya kenaikan suhu sebesar 10oC akan
menyebabkan kenaikan laju reaksi sebesar dua atau tiga kali. Kenaikan laju reaksi ini
disebabkan suhu akan menyebabkan makin cepatnya molekul-molekul pereaksi bergerak
sehingga memperbesar kemungkinan terjadinya tabrakan antar molekul. Energy yang
diperlukan untuk menghasilkan tabrakan yang efektif atau untuk menghasilkan suatu
reaksi disebut energy pengaktifan kinetik.
4. Katalis
Katalis dapat mempercepat laju reaksi dengan jalan menurunkan energi pengaktifan
suatu reaksi. Katalis adalah zat kimia yang dapat meningkatkan laju reaksi tanpa dirinya
mengalami perubahan kimia secara permanen.

C. Alat dan Bahan


Alat
1. Gelas Kimia 100 ml
2. Gelas Ukur 25 ml
3. Termometer
4. Hot Plate
5. Stopwatch
6. Botol Semprot
Bahan
1. Larutan Na2S2O3 0,1 M
2. Larutan Na2S2O3 0,2 M
3. Larutan HCl 0,1 M
4. Larutan HCl 0,2 M
5. Kertas
6. Aquadest
D. Prosedur
1. Pengaruh konsentrasi pada laju reaksi
- Siapkan kertas yang telah diberi tanda silang dan letakkan dibawah gelas kimia 100 ml
- Ukur larutan sebanyak 10 ml Na2S2O3 0,1 M di gelas ukur lalu tuang ke gelas kimia
- Ukur larutan sebanyak 10 ml HCl 0,2 M di gelas ukur lalu tuang ke gelas kimia
- Hitung waktu yang diperlukan sejak penuangan HCl 0,2 M tadi menggunakan stopwatch
- Amati sampai tanda silang tidak terlihat lagi dan catat waktu
- Ulangi langkah yang sama untuk larutan 10 ml Na2S2O3 0,2 M dengan larutan 10 ml HCl
0,1 M dan 10 ml Na2S2O3 0,2 M dengan larutan 10 ml HCl 0,2 M

2. Pengaruh suhu pada laju reaksi


- Siapkan kertas yang telah diberi tanda silang
- Ukur larutan sebanyak 10 ml Na2S2O3 0,1 M di gelas ukur lalu tuang ke gelas kimia
- Letakkan gelas kimia diatas hot plate lalu ukur sampai suhu 25oC menggunakan
termometer.
- Ukur larutan sebanyak 10 ml HCl 0,2 M di gelas ukur
- Setelah sampai suhu 25oC, letakkan diatas kertas yang diberi tanda silang tadi
- Tuang larutan 10 ml HCl 0,2 M ke gelas kimia yang dipanaskan tadi
- Hitung waktu yang diperlukan sejak penuangan HCl 0,2 M tadi menggunakan stopwatch
- Amati sampai tanda silang tidak terlihat lagi dan catat waktu
- Ulangi langkah yang sama untuk larutan 10 ml Na2S2O3 0,2 M dengan larutan 10 ml HCl
0,1 M dengan suhu 40oC dan 10 ml Na2S2O3 0,2 M dengan larutan 10 ml HCl 0,2 M
dengan suhu 60oC.
- Bandingkan data ini dengan jika tanpa pemanas (perlakuan 1)
LAPORAN SEMENTARA
LAJU REAKSI

Hari/Tanggal :
Nama :
Program Studi :
Kelompok :

1. Pengaruh Konsentrasi
No Konsentrasi Na2S2O3 Konsentrasi HCl Waktu (detik)
1 0,1 Molar 0,2 Molar ………………………..
2 0,2 Molar 0,1 Molar ………………………..
3 0,2 Molar 0,2 Molar ………………………..

2. Pengaruh Suhu
No Konsentrasi Konsentrasi HCl Suhu Waktu (detik)
Na2S2O3
1 0,1 Molar 0,2 Molar 25oC ...........................
2 0,2 Molar 0,1 Molar 40oC ...........................
3 0,2 Molar 0,2 Molar 60oC ...........................

Samarinda, ……………………….. 2019

Asisten Praktikum Praktikan

…….……………….. ……………………
NIM. NIM.
PERCOBAAN VI
SIFAT-SIFAT UNSUR

A. Tujuan Percobaan
Mempelajari mengenai beberapa sifat unsur golongan IA dan IIA.

B. Dasar Teori
Susunan periodik sangat dikenal sebagai deretan unsur yang dikenal sebagai deretan unsur
yang disusun menurut urutan nomer atom menjadi pedoman dalam penyelesai pelajaran kimia
dan terkait, seperti mengetahui zat, nomor atom, nomor massa, kecendrungan antar unsur dan
masih banyak hal lainnya.

Menurut aturan Amerika unsur-unsur dibagi dalam dua kelompok besar yaitu golongan A dan
B, unsur-unsur yang terletak pada golongan A disebut sebagai unsur-unsur golongan utama.
Golongan utama biasanya dinamai berdasarkan nomer kelompok mereka dalam tabel periodik
seperti pada golongan IA, IIA, IIIA, IVA, dan seterusnya. Namun untuk memudahkan beberapa
golongan memiliki nama khusus seperti golongan IA disebut golongan alkali, sedangkan
golongan IIA disebut golongan alkali tanah (Michael, 2007).

Berikut adalah pengelompokkan sistem periodik unsur antara lain :


1. Hukum Triad-Triad Dobreiner
2. Hukum Oktaf Newlands
3. Hukum Mendeleev

Golongan IA
Unsur yang termasuk dalam golongan IA (alkali) adalah Li, Na, K, Rb, Cs, dan Fr. Unsur-
unsur ini mempunyai susunan elektron pada kulit terluar ns1 dan merupakan reduktor kuat
karena mudah melepaskan satu elektron pada kulit terluarnya.

Reaktifitas unsur-unsur ini bertambah dari atas ke bawah, hal ini dapat dilihat pada reaksinya
dengan air. Litium yang dalam golongan IA terletak paling atas bereaksi lambat dengan air,
sedangkan logam alkali lainnya bereaksi dengan cepat dan eksoterm.
2M + 2H2O 2MOH + H2
Reaksi ini demikian eksotermiknya, sehingga gas H2 yang terbentuk segera terbakar dan
menyala disertai dengan ledakan. Hidroksida (MOH) yang ada dapat dideteksi dengan suatu
indikator seperti fenoltalien (pp).

Golongan IIA
Unsur-unsur yang termasuk dalam golongan IIA (alkali tanah) adalah Be, Mg, Ca, Sr, Ba, dan
Ra. Unsur-unsur ini mempunyai susunan elektron terluar ns2 dan sama halnya dengan golongan
IA bersifat reduktor karena mudah melepaskan dua elektron pada kulit terluarnya. Jika
dibandingkan dengan unsur golongan IA, unsur golongan IIA sifat reduktornya lebih lemah.
Reaktifitasnya bertambah dari atas ke bawah dan hal ini juga dapat dilihat pada reaksinya
dengan air membentuk suatu basa dan gas hidrogen.
M + 2H2O M(OH)2 + H2
Logam-logam alkali tanah dapat bereaksi dengan air dingin, Mg sedikit bereaksi dengan air
panas, sedangkan berelium (paling atas dalam golongan IIA) tetap tidak bereaksi dengan air
mendidih. Hidroksidda-hidroksidanya hanya sedikit larut dalam air dan kelarutannya
bertambah dari atas ke bawah. Sebaliknya kelarutan garam sulfatnya makin ke bawah makin
kecil, mulai dari berelium sulfat mudah larut sampai dengan radium sulfat yang tidak larut
dalam air.

C. Alat dan Bahan


Alat
1. Rak tabung reaksi
2. Gelas kimia
3. Lampu spiritus
4. Pipet tetes
5. Penjepit tabung reaksi
6. Tabung reaksi
7. Pipet Volume
Bahan
1. Logam Natrium
2. Pita Mg
3. Indikator PP
4. Larutan MgCl2 0,5 M
5. Larutan CaCl2 0,5 M
6. Larutan SrCl2 0,5 M
7. Larutan BaCl2 0,5 M
8. Larutan H2SO4 0,5 M
9. Larutan NaOH 0,5 M
10. Kertas saring
11. Akuades

D. Prosedur Percobaan
1. Reaktifitas Unsur
a. Uji Kereaktifitasan Logam Magnesium (Golongan IIA)
- Siapkan tabung reaksi yang berisi ± 2 ml air dan ditambahkan 2 tetes indikator
PP.
- Potong kecil logam Mg dan masukkan ke dalam tabung reaksi. Amati reaksi
yang terjadi (ditandai dengan adanya gelembung-gelembung gas).
- Panaskan tabung reaksi di atas nyala api bunsen. Catat perubahan yang terjadi.

2. Kelarutan Garam Sulfat


- Siapkan 4 tabung reaksi.
- Isi masing-masing tabung reaksi berturut-turut dengan MgCl2, CaCl2, SrCl2 dan
BaCl2 dengan volume masing-masing ± 1 ml.
- Tambahkan ± 1 ml larutan H2SO4 0,5 M ke dalam masing-masing tabung reaksi.
- Perhatikan dan catat perubahan yang terjadi, kemudian bandingkan perubahan
yang terjadi pada tiap-tiap tabung reaksi.

3. Kelarutan Garam Hidroksida


- Siapkan 4 tabung reaksi.
- Isi masing-masing tabung reaksi berturut-turut dengan MgCl2, CaCl2, SrCl2 dan
BaCl2 dengan volume masing-masing ± 1 ml.
- Tambahkan ± 1 ml larutan NaOH 0,5 M ke dalam masing-masing tabung reaksi.
- Perhatikan dan catat perubahan yang terjadi, kemudian bandingkan perubahan
yang terjadi pada tiap-tiap tabung reaksi.
LAPORAN SEMENTARA
SIFAT-SIFAT UNSUR

Hari/Tanggal :
Nama :
Program Studi :
Kelompok :

1. Reaktifitas Unsur
+ akuades &
Unsur Dipanaskan Pengamatan
indikator PP

Mg ......... ......... .........

2. Kelarutan Garam Sulfat


Larutan + H2SO4 Pengamatan
MgCl2 ......... .........
CaCl2 ......... .........
SrCl2 ......... .........
BaCl2 ......... .........

3. Kelarutan Garam Hidroksida


Larutan + NaOH Pengamatan
MgCl2 ......... .........
CaCl2 ......... .........
SrCl2 ......... .........
BaCl2 ......... .........

Reaksi
1. Reaktifitas Unsur
Mg + H2 O
2. Kelarutan Garam Sulfat
MgCl2 + H2SO4
CaCl2 + H2SO4
SrCl2 + H2SO4
BaCl2 + H2SO4

3. Kelarutan Garam Hidroksida


MgCl2 + NaOH
CaCl2 + NaOH
SrCl2 + NaOH
BaCl2 + NaOH

Samarinda, ……………………….. 2019

Asisten Praktikum Praktikan

…….……………….. ……………………
NIM. NIM.
PERCOBAAN VII
ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI

A. Tujuan Percobaan
Untuk menentukan konsentrasi larutan NaHCO3 dengan cara mengukur volumenya, yang
diperlukan untuk bereaksi dengan larutan HCl yang tertentu volume dan konsentrasinya.

B. Dasar Teori
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan standar ditambahkan ke
dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak diketahui. Larutan standar
adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti. Berdasarkan kemurniannya
larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan
standar primer adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan
suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volum larutan).
Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan
melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui
dari hasil standardisasi.

Salah satu cara dalam penentuan kadar larutan asam basa adalah dengan melalui proses titrasi
asidi-alkalimetri. Cara ini cukup menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat,
ketelitian dan ketepatannya juga cukup tinggi. Titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi dua
bagian yaitu asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri adalah titrasi dengan menggunakan larutan
standar asam untuk menentukan basa. Asam-asam yang biasanya dipergunakan adalah HCl,
asam cuka, asam oksalat, asam borat. Sedangkan alkalimetri merupakan kebalikan dari
asidimetri yaitu titrasi yang menggunakan larutan standar basa untuk menentukan asam.

Pada percobaan ini adalah penentuan kadar dengan metode asidi-alkalimetri menggunakan
indikator phenopthalein, hal ini dilakukan karena jika meggunakan indikator yang lain, adanya
kemungkinan trayek pH-nya jauh dari titik ekivalen. Indikator fenolptalin (pp) yang
memberikan warna pink dalam lingkungan basa dan tidak berwarna dalam lingkungan asam.
Perubahan warna indikator ini terjadi dalam rentangan pH tertentu yang disebut trayek pH.
Sebagai contoh, indikator pp memiliki trayek pH: 8,0 – 9,6.

Titrasi dilakukan dengan cara volume zat penitrasi (titran) yang digunakan untuk bereaksi
dengan zat yang dititrasi (titrat). Jika konsentrasi salah satu diketahui, maka konsentrasi/kadar
zat lain dapat dihitung. Dalam titrasi dikenal titik ekivalen dan titik akhir titrasi. Titik akhir
titrasi adalah titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. Dalam titrasi biasanya diambil sejumlah
alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan larutan yang dititrasi kemudian dilakukan proses
pengenceran.

C. Alat dan Bahan


Alat
1. Pipet Tetes
2. Buret
3. Statif dan klem holder
4. Pipet 10 ml
5. Labu Erlenmeyer 250 ml
6. Gelas ukur 25 ml
Bahan
1. Larutan HCl 0,1 N
2. Padatan NaHCO3
3. Padatan Na2CO3 0,1 N
4. Indikator MM ayau MO
5. Akuades

D. Prosedur Percobaan
Alkalimetri
1. Dituang HCl 0,1 N kedalam buret 50 mL.
2. Ditimbang dengan teliti ± 225 mg Na2CO3 dengan neraca analitik
3. Dibilas kedalam Erlenmeyer 250 mL dan dicurahi akuades hingga bervolume 50 mL.
4. Ditambahkan 3 tetes indicator MM atau MO lalu dititrasi dengan HCl 0,1 N hingga
berubah warna yang konstan.
5. Lalu Erlenmeyer ditutup dengan corong kaca dan dididihkan selama ± 3 menit setra
didinginkan.
6. Setelah didinginkan, lalu kembali dititrasi hingga warna titik akhir titrasi tercapai.
7. Ulangi titrasi higga 3 kali dan hitunglah konsentrasi larutan HCl.

Asidimetri
1. Dituang larutan HCl yang telah distandarisasi sebanyak 50 mL kedalam buret
2. Ditimbang dengan teliti ± 800 mg NaHCO3 dengan neraca analitik
3. Dibilas kedalam labu ukur 100 dan dicurahi serta diencerkan dengan akuades hingga
bervolume 100 mL.
4. Dipipet NaHCO3 sebanyak 25 mL kedalam Erlenmeyer 250 mL.
5. Ditambahkan 3 tetes indicator MM atau MO lalu dititrasi dengan HCl 0,1 N hingga
berubah warna yang konstan.
6. Lalu Erlenmeyer ditutup dengan corong kaca dan dididihkan selama ± 3 menit setra
didinginkan.
7. Setelah didinginkan, lalu kembali dititrasi hingga warna titik akhir titrasi tercapai.
8. Ulangi titrasi hingga 3 kali dan hitunglah konsentrasi larutan NaHCO3.

LAPORAN SEMENTARA
ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI

Hari/Tanggal :
Nama :
Program Studi :
Kelompok :

1. Asidimetri

Perlakuan Pengamatan

2. Alkalimetri

Perlakuan Pengamatan

Samarinda, ……………………….. 2019

Asisten Praktikum Praktikan

…….……………….. ……………………
NIM. NIM.
PERCOBAAN VIII
REAKSI OKSIDASI DAN REDUKSI

A. Tujuan
Mengetahui pengertian reaksi reduksi dan oksidasi serta reduktor dan oksidator.

B. Dasar Teori
Reaksi setengah sel yang melibatkan hilangnya electron disebut reaksi oksidasi. Istilah
“Oksidasi” pada awalnya berarti kombinasi unsur dengan oksigen. Namun, istilah itu sekarang
memiliki arti yang lebih lua. Reaksi setengah sel yang melibatkan penengkapan electron
disebut reaksi reduksi. Dalam contoh diatas, kalsium bertindak sebagai zat pereduksi karena
memberikan electron pada oksigen dan menyebabkan oksigen tereduksi. Oksigen tereduksi
bertindak sebagai zat pengoksida Karena menerima electron dari kalsium dan menyebabkan
kalsium teroksidasi. Dalam persamaan reaksi redoks tingkat oksidasi harus sama dengan
tingkat reduksi yaitu jumlah electron yang hilang oleh zat pereduksi harus sama dengan jumlah
electron yang diterima oleh suatu zat pengoksida.

Reduksi, sebaliknya adalah suatu proses yang melibatkan diperolehnya satu electron atau lebih
dari suatu zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur direduksi, keadaaan oksidasi berubah
menjadi lebih negatif (kurang positif). Jadi zat pereduksi merupakan zat yag kehilangan
electron, dalam proses itu zat ini dioksidasi. Definisi reduksi juga sangat umum dan berlaku
juga untuk proses dalam zat padat, lelehan, maupun gas.

C. Alat dan Bahan


Alat:
1. Pipet Tetes 6. Pipet Volume
2. Buret & Statif 7. Termometer
3. Elenmeyer 8. Tabung Reaksi
4. Labu Ukur 9. Klem
5. Gelas Kimia

Bahan :
- Vitamin C
- KMnO4 0,1 N
- H2C2O4
- I2
- H2SO4
- H2O

D. Prosedur Percobaan
Kualitatif :
1. - Diambil 1 ml vitamin C didalam tabung reaksi,
- Ditambahkan 5 tetes KMnO4 0,1 N
- Diamati perubahan warna yang terjadi
2. - Diambil 1 ml vitamin C didalam tabung reaksi,
- Ditambahkan 5 tetes I2
- Diamati perubahan warna yang terjadi
3. - Diambil 5 ml H2C2O4 ke dalam gelas kimia,
- Ditambahkan 2 ml KMnO4 0,1 N
- Dipanaskan hingga suhu 70ºC
- Diamati perubahan warna yang terjadi

Kuantitatif :
1. Dituang larutan KMnO4 0,1 N ke dalam buret.
2. Diambil 10 ml H2C2O4 dan dimasukkan ke dalam labu elenmeyer
3. Ditambahkan 3 ml H2SO4
4. Dipanaskan pada suhu 70ºC
5. Dititrasi dengan KMnO4 0,1 N hingga terjadi perubahan warna.
6. Diamati perubahan warna yang terjadi. Dilakukan triplo pada titrasi.
7. Dicatat volume KMnO4 yang digunakan.
LAPORAN SEMENTARA
REAKSI OKSIDASI DAN REDUKSI

Hari/Tanggal :
Nama :
Program Studi :
Kelompok :

Kualitatif

Perlakuan Pengamatan

Kuantitatif

Perlakuan Pengamatan

Samarinda, ……………………….. 2019

Asisten Praktikum Praktikan

…….……………….. ……………………
NIM. NIM.
LAMPIRAN:

FORMAT LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR


LABORATORIUM REKAYASA KIMIA
2019/2020
LAPORAN MINGGUAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR

Tanggal Praktikum : 25 Agustus 2019


Judul Praktikum : Pemisahan dan Pemurnian

Disusun Oleh :
Kelompok : 1 (Satu)
Program Studi : Teknik Kimia

Nama :
Muhammad Agum Shafwan (1409065008)

Asisten Praktikum :
Muhammad Agum Shafwan (1409065008)

LABORATORIUM REKAYASA KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Enter 1 baris

1.1 Latar Belakang


........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
Enter 1 baris
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................

Oleh karena itu, .............................................................................................


........................................................................................................................

1.2 Tujuan Percobaan (minimal 3)


a. Untuk mengetahui...................................
b. Untuk mengetahui...................................
c. Untuk mengetahui...................................
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Enter 1 baris

....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
………………………………………………………………………...(Syukri, 1999).
Enter 1 baris
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
………………………………………………………………………..(Syukri, 1999).
Enter 1 baris
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
A = B + C ......................................................... 2.1
(Syukri, 1999).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Enter 1 baris

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-alat
a. .........
b. ........
c. ........
d. .........
e. ............
f. ............
g. .............
Enter 1 baris
3.1.2 Bahan-bahan
a. .........
b. ........
c. ........
d. .........
e. ............
f. ............
g. .............
Enter 1 baris
3.2 Prosedur Percobaan
a. .........
b. ........
c. ........
d. .........
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Enter 1 baris

4.1 Data Hasil Percobaan


Lampirkan semua data pada laporan sementara
Enter 1 baris
4.2 Perhitungan (atau reaksi)
4.2.1 Perhitungan .....
........................................................................................................................
........................................................................................................................
Enter 1 baris
4.3 Grafik (Grafik boleh dibuat di Ms. excel kemudian ditempel, atau bisa juga digambar
sendiri. Tergantung keputusan asisten modul masing-masing.
4.3.1 Grafik ……..
14
12
10
h (cm)

8
6
4
2
0
t (s)

Gambar 4.1 Grafik…………


Enter 1 baris
4.4 Pembahasan
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
BAB V
PENUTUP
Enter 1 baris

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa:
a. ..................................
b. .......................................
c. ........................................
Enter 1 baris
5.2 Saran
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
Enter 1 baris

Coulson, J.M, dan Richardson, J.F., 1983, Chemical Engineering, Vol. 6, Pergamon
Press, New York.
Enter 1 baris
Kern, D.Q., 1983, Process Heat Transfer, McGraw Hill Book Company, Inc., Tokyo.

Keterangan:
1. Laporan ditulis di kertas double folio bergaris, tidak ditulis bolak balik, distaples dengan cover.
2. Margin :
Kiri = 3 cm
Kanan = 2 cm
3. Ditulis dengan pulpen tinta warna biru
4. Cover HVS warna :
a. Biru (teknik pertambangan D III, Teknik Sipil)
b. Kuning (teknik kimia, teknik industri)
c. Hijau (teknik geologi, teknik pertambangan S1)
d. Merah muda (teknik lingkungan)

Anda mungkin juga menyukai