KIMIA DASAR
Disusun Oleh :
TIM KIMIA DASAR
SAMARINDA
2019
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga penyusunan Modul Praktikum Kimia Dasar dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini, tak lupa penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang turut aktif membantu penyusunan Modul Praktikum Kimia Dasar. Penyusun
menyadari bahwa dalam buku ini masih jauh dari sempurna oleh sebab itu dengan kerendahan
dan ketulusan hati, penyusun akan terbuka untuk menerima kritik yang membangun demi
kesempurnaan modul ini.
Semoga Modul Praktikum Kimia Dasar ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Ayub TIM
PENYUSUN
TATA TERTIB PRAKTIKUM
DI LABORATORIUM REKAYASA KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MULAWARMAN
A. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui zat murni dari suatu zat yang telah tercemar atau telah tercampur.
B. Dasar Teori
Campuran adalah suatu bahan yang terdiri atas satu atau lebih zat berlainan yang bergabung
menjadi satu yang masih mempunyai sifat zat asalnya. Campuran dibedakan menjadi dua yaitu
campuran homogen dan heterogen.
Dalam praktikum kimia, seringkali berbagai campuran zat harus dipisahkan menjadi zat murni.
Cara pemisahan dapat digolongkan menjadi :
i. Pemisahan zat padat dari zat cair
ii. Pemisahan zat padat dari zat padat
Pemisahan zat padat dari zat cair, dapat dilakukan dengan cara:
a. Untuk zat padat yang tidak larut dalam zat cair:
(1). Dekantasi
(2). Filtrasi
b. Untuk zat padat yang larut dalam zat cair:
(1). Penguapan
(2). Kristalisasi
Pemisahan zat padat dari zat padat, dapat dilakukan dengan cara:
a. Pelarutan yang diikuti dengan penyaringan
b. Kristalisasi bertingkat
c. Sublimasi
Pada prinsipnya, pemisahan dilakukan untuk memisahkan dua zat atau lebih yang saling
bercampur dan pemurnian dilakukan untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah
tercemar oleh zat lain.
C. Alat dan Bahan
Alat
1. Spatula
2. Gelas kimia 100 mL
3. Corong kaca
4. Tabung reaksi
5. Corong pisah
6. Cawan penguap
7. Batang pengaduk
8. Kompor listrik
9. Mortar dan Alu
10. Erlenmeyer
Bahan
1. Garam dapur
2. Minyak goreng
3. Kapur tulis
4. Naftalena
5. Pasir
6. Kertas saring
7. Akuades
8. Padatan CuSO4
D. Prosedur Percobaan
1. Dekantasi
- Dimasukkan ± 20 gram pasir kedalam gelas kimia yang telah diisi akuades dan diaduk.
- Dibiarkan pasir mengendap lalu dituang cairan bagian atas.
2. Filtrasi
- Digerus kapur tulis menggunakan alu dan mortar hingga halus.
- Dimasukkan bubuk kapur tulis kedalam gelas kimia yang telah diisi akuades dan diaduk.
- Disiapkan corong kaca yang telah dilapisi dengan kertas saring, kemudian dilakukan
penyaringan.
3. Kristalisasi
- Dimasukkan sebanyak 10 mL akuades kedalam gelas kimia.
- Dimasukkan padatan CuSO4 seujung spatula (± 0.5 gram) kemudian diaduk hingga padatan
larut di dalam akuades.
- Diuapkan larutan hingga cairan hampir habis dan mengering.
- Dinginkan.
4. Sublimasi
- Dimasukkan 1 spatula naftalena (± 1 gram) yang telah dihaluskan ke dalam cawan penguap.
- Ditambahkan 1 spatula garam dapur (± 1 gram) kedalam cawan penguap kemudian diaduk.
- Ditutup cawan penguap dengan menggunakan kertas saring yang telah dilubangi kecil-kecil
dan tutup lagi dengan corong kaca yang diletakkan dengan posisi terbalik dan lehernya
disumbat kertas.
- Dipanaskan hingga kedua zat mengalami penyubliman.
5. Ekstraksi
- Dimasukkan 100 mL akuades dan 100 mL minyak goreng kedalam corong pisah.
- Dihomogenkan dan dibiarkan hingga cairan tersebut memisah kembali.
- Dipisahkan cairan lapisan bawah dengan cara membuka kran pada corong pemisah.
LAPORAN SEMENTARA
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN
Hari/Tanggal :
Nama :
Program Studi :
Kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.
…….……………….. ……………………
NIM. NIM.
PERCOBAAN II
PEMBUATAN LARUTAN
A. Tujuan Percobaan
Mempelajari cara pembuatan larutan dari bahan cair dan padat dengan konsentrasi tertentu.
B. Dasar Teori
Dalam percobaan ini akan dilakukan beberapa percobaan yang berkaitan erat dengan
keterampilan dasar dalam bekerja di laboratorium kimia. Hal-hal yang perlu diketahui dalam
bekerja adalah terlebih dahulu harus mengenal beberapa alat yang diperlukan untuk membuat
larutan.
Untuk menyatakan kepekatan atau konsentrasi suatu larutan dapat dilakukan dengan berbagai
cara bergantung pada tujuan penggunaannya. Adapun satuan yang digunakan untuk
menentukan kepekatan larutan adalah molaritas, molalitas, persen berat, persen volume, ppm
dan sebagainya.
Bahan
1. Akuades
2. Larutan H2SO4 pekat
3. Padatan Na2CO3
D. Prosedur Percobaan
Larutan dari bahan padat
1. Ditimbang dengan tepat 1 gram padatan Na2CO3 dengan menggunakan kaca arloji.
Dipindahkan secara kuantitaf padatan Na2CO3 ke dalam gelas kimia 100 mL. Ditambahkan
25 mL akuades dan diaduk hingga padatan larut sempurna. Dipindahkan secara kuantitatif
ke dalam labu takar 100 ml dengan menggunakan corong kaca. Bilas gelas kimia, batang
pengaduk dan corong kaca, dimana hasil bilasnya dimasukkan dalam labu takar 100 ml.
Tambahkan akuades hingga batas tinggi permukaan larutan 0,5 hingga 1 cm. Dengan
menggunakan pipet tetes, tambahkan akuades hingga tanda batas pada labu takar. Tutup
labu takar dan bolak balikkan labu takar sambil dipegang tutupnya selama beberapa kali.
Hari/Tanggal :
Nama :
Program Studi :
Kelompok :
Perhitungan:
…….……………….. ……………………
NIM. NIM.
PERCOBAAN III
KROMATOGRAFI
A. Tujuan Percobaan
Memisahkan campuran yang didasarkan pada perbedaan kecepatan migrasi komponen-
komponen yang dipisahkan antara dua fase (fase diam dan gerak).
B. Dasar Teori
Kromatografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu chromos yang berarti
warna dan graphos yang berarti menulis. Kromatografi pertama kali diberikan oleh Michel
Tswett, seorang ahli botani Rusia yang menggunakan kromatografi untuk memisahkan klorofil
dan pigmen lainnya dari ekstrak tanaman.
Kromatografi adalah teknik pemisahan suatu zat yang didasarkan pada perbedaan migrasi
komponen-komponen yang dipisahkan di antara dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak.
Kromatografi kertas
Pada kromatografi kertas peralatan yang dipakai tidak perlu alat-alat yang teliti dan mahal.
Hasil-hasil yang baik dapat diperoleh dengan peralatan dan materi-materi yang sangat
sederhana. Senyawa-senyawa yang dapat dipisahkan dapat diambil dari kertas dengan jalan
memotong noda (spot) yang kemudian melarutkannya secara terpisah.
Setetes dari larutan cuplikan yang mengandung sejumlah komponen yang akan dipisahkan
diteteskan pada daerah yang diberi tanda di atas sepotong kertas saring dimana ia akan meluas
membentuk noda yang bulat. Bila noda telah kering, kertas dimasukkan dalam bejana tertutup
yang telah beisi pelarut sebagai fase gerak dimana ujung yang dekat dengan cuplikan tercelup
(noda harus tidak tercelup, sedikit di atas permukaan pelarut). Pelarut bergerak memalui serat-
serat dari kertas oleh gaya kapiler dan menggerakkan komponen-komponen dari campuran
cuplikan pada perbedaan jarak dalam arah aliran pelarut. Bila permukaan pelarut telah bergerak
sampai jarak yang cukup jauhnya atau setelah waktu yang telah ditentukan, maka kertas
diambil dari bejana dan kedudukan dari permukaan pelarut diberi tanda dan lembaran kertas
dibiarkan kering. Jika senyawa-senyawa berwarna maka noda akan metode kimia atau fisika.
Cara yang diasa adalah menggunakan suatu pereaksi yang memberikan sebuah warna terhadap
beberapa atau semua dari senyawa-senyawa. Sering juga menggunakan cara deteksi dengan
sinar ultraviolet atau teknik radio kimia.
Metode identifikasi yang paling mudah adalah berdasarkan pada kedudukan dari noda relative
terhadap permukaan pelarut, menggunakan harga Rf:
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
Rf = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Bahan
1. Tinta spidol biru
2. Tinta spidol hijau
3. Tinta spidol merah
4. Kertas saring
5. Akuades
6. Alkohol
7. n-heksana
D. Prosedur
1. Dipotong kertas persegi panjang dengan panjang 10 cm dan lebar 2 cm. Beri garis batas
sekitar 1 cm dari batas bawah kertas. Beri noda (titik) tinta spidol warna biru pada garis
batas bawah. Masukkan kertas tersebut dalam gelas kimia yang telah diisi dengan
akuades yang tingginya sekitar 0,5 cm sedemikian rupa sehingga posisi kertas tercelup
dengan akuades. Biarkan akuades merembes naik selama ± 3 menit, angkat dan
keringkan. Ukur jarak yang ditempuh pelarut dan komponen-komponen noda yang
terpisahkan. Hitung harga Rf dari masing-masing noda. Ulangi langkah diatas untuk
tinta warna hijau dan merah.
2. Ulangi langkah (1) untuk dengan pelarut masing-masing alkohol dan n-heksana.
LAPORAN SEMENTARA
KROMATOGRAFI
Hari/Tanggal :
Nama :
Program Studi :
Kelompok :
…….……………….. ……………………
NIM. NIM.
PERCOBAAN IV
STOIKIOMETRI
A. Tujuan percobaan
Menentukan titik maksimum dan titik minimum sesuai dengan titik stoikiometri sistem.
B. Dasar teori
Dasar percobaan ini adalah metode variasi kontinyu. Dalam metode ini dilakukan serangkaian
pengamatan yang kuantitas molarnya sama tetapi masing-masing molar pereaksinya berubah-
ubah (bervariasi). Salah satu sifat tertentu dipilih untuk diperiksa seperti misalnya massa,
volume, suhu atau daya serap. Oleh karena kuantitas pereaksinya berlainan, maka perubahan
harga sifat fisika dari sIstem ini dapat digunkaan untuk meramalkan stoikiometri sistem. Bila
digambarkan grafik antara sifat fisika yang diukur terhadap kuantitas pereaksinya, maka akan
diperoleh titik maksimum atau titik minimum sesuai dengan titik stoikiometri sistem yaitu
menyatakan perbandingan pereaksi-pereaksinya.
Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas produk dan reaktan dalam reaksi kimia.
Perhitungan stoikiometri paling baik dikerjakan dengan menyatakan kuantitas yang diketahui
dan yang tidak diketahui dalam mol dan kemudian bila perlu dikonversi menjadi satuan lain.
Pereaksi pembatas adalah reaktan yang ada dalam jumlah stoikiometri terkecil. Reaktan ini
membatasi jumlah produk yang dapat dibentuk. Jumlah produk yang dihasilkan dalam suatu
reaksi (hasil sebenarnya) mungkin lebih kecil dari jumlah maksimum yang mungkin diperoleh.
Pada perhitungan kimia secara stoikiometri, biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu
kimia.
Hari/Tanggal :
Nama :
Program Studi :
Kelompok :
1. Sistem NaOH-HCl
No ml NaOH ml HCl Suhu NaOH Suhu HCl Suhu
campuran
1 2,5 12,5
2 5 10
3 7,5 7,5
4 10 5
5 12,5 2,5
2. Sistem NaOH-H2SO4
No ml NaOH ml H2SO4 Suhu NaOH Suhu H2SO4 Suhu
campuran
1 2,5 12,5
2 5 10
3 7,5 7,5
4 10 5
5 12,5 2,5
…….……………….. ……………………
NIM. NIM.
PERCOBAAN V
LAJU REAKSI
A. Tujuan Percobaan
Menentukan laju reaksi suatu reaksi kimia.
B. Dasar Teori
Cepat lambatnya suatu reaksi berlangsung disebut laju reaksi. Laju reaksi dapat dinyatakan
sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi per satuan waktu. Konsentrasi
biasanya dinyatakan dalam mol per liter, tetapi untuk reaksi fase gas satuan konsentrasi dapat
diganti dengan satuan tekanan seperti atmosfer (atm), millimeter merkurium (mmHg) atau
Pascal (Pa). Satuan waktu dapat detik, menit, jam, hari, bulan, bahkan tahun bergantung pada
reaksi itu berjalan cepat atau lambat.
Perubahan Konsentrasi
Laju Reaksi =
Satuan Waktu
Untuk mengukur laju reaksi, perlu menganalisis secara langsung maupun tak langsung
banyaknya produk yang terbentuk atau banyaknya pereaksi yang tersisa setelah penggal-
penggal waktu tertentu.
Reaksi kimia dapat berlangsung jika molekul-molekul, atom-atom, atau ion-ion dari zat-
zat yang bereaksi terlebih dahulu bertumbukan. Makin halus suatu zat, maka makin luas
permukaannya sehingga makin besar kemungkinan bereaksi dan makin cepat reaksi itu
berlangsung.
3. Temperatur
Laju reaksi meningkat dengan naiknya suhu. Biasanya kenaikan suhu sebesar 10oC akan
menyebabkan kenaikan laju reaksi sebesar dua atau tiga kali. Kenaikan laju reaksi ini
disebabkan suhu akan menyebabkan makin cepatnya molekul-molekul pereaksi bergerak
sehingga memperbesar kemungkinan terjadinya tabrakan antar molekul. Energy yang
diperlukan untuk menghasilkan tabrakan yang efektif atau untuk menghasilkan suatu
reaksi disebut energy pengaktifan kinetik.
4. Katalis
Katalis dapat mempercepat laju reaksi dengan jalan menurunkan energi pengaktifan
suatu reaksi. Katalis adalah zat kimia yang dapat meningkatkan laju reaksi tanpa dirinya
mengalami perubahan kimia secara permanen.
Hari/Tanggal :
Nama :
Program Studi :
Kelompok :
1. Pengaruh Konsentrasi
No Konsentrasi Na2S2O3 Konsentrasi HCl Waktu (detik)
1 0,1 Molar 0,2 Molar ………………………..
2 0,2 Molar 0,1 Molar ………………………..
3 0,2 Molar 0,2 Molar ………………………..
2. Pengaruh Suhu
No Konsentrasi Konsentrasi HCl Suhu Waktu (detik)
Na2S2O3
1 0,1 Molar 0,2 Molar 25oC ...........................
2 0,2 Molar 0,1 Molar 40oC ...........................
3 0,2 Molar 0,2 Molar 60oC ...........................
…….……………….. ……………………
NIM. NIM.
PERCOBAAN VI
SIFAT-SIFAT UNSUR
A. Tujuan Percobaan
Mempelajari mengenai beberapa sifat unsur golongan IA dan IIA.
B. Dasar Teori
Susunan periodik sangat dikenal sebagai deretan unsur yang dikenal sebagai deretan unsur
yang disusun menurut urutan nomer atom menjadi pedoman dalam penyelesai pelajaran kimia
dan terkait, seperti mengetahui zat, nomor atom, nomor massa, kecendrungan antar unsur dan
masih banyak hal lainnya.
Menurut aturan Amerika unsur-unsur dibagi dalam dua kelompok besar yaitu golongan A dan
B, unsur-unsur yang terletak pada golongan A disebut sebagai unsur-unsur golongan utama.
Golongan utama biasanya dinamai berdasarkan nomer kelompok mereka dalam tabel periodik
seperti pada golongan IA, IIA, IIIA, IVA, dan seterusnya. Namun untuk memudahkan beberapa
golongan memiliki nama khusus seperti golongan IA disebut golongan alkali, sedangkan
golongan IIA disebut golongan alkali tanah (Michael, 2007).
Golongan IA
Unsur yang termasuk dalam golongan IA (alkali) adalah Li, Na, K, Rb, Cs, dan Fr. Unsur-
unsur ini mempunyai susunan elektron pada kulit terluar ns1 dan merupakan reduktor kuat
karena mudah melepaskan satu elektron pada kulit terluarnya.
Reaktifitas unsur-unsur ini bertambah dari atas ke bawah, hal ini dapat dilihat pada reaksinya
dengan air. Litium yang dalam golongan IA terletak paling atas bereaksi lambat dengan air,
sedangkan logam alkali lainnya bereaksi dengan cepat dan eksoterm.
2M + 2H2O 2MOH + H2
Reaksi ini demikian eksotermiknya, sehingga gas H2 yang terbentuk segera terbakar dan
menyala disertai dengan ledakan. Hidroksida (MOH) yang ada dapat dideteksi dengan suatu
indikator seperti fenoltalien (pp).
Golongan IIA
Unsur-unsur yang termasuk dalam golongan IIA (alkali tanah) adalah Be, Mg, Ca, Sr, Ba, dan
Ra. Unsur-unsur ini mempunyai susunan elektron terluar ns2 dan sama halnya dengan golongan
IA bersifat reduktor karena mudah melepaskan dua elektron pada kulit terluarnya. Jika
dibandingkan dengan unsur golongan IA, unsur golongan IIA sifat reduktornya lebih lemah.
Reaktifitasnya bertambah dari atas ke bawah dan hal ini juga dapat dilihat pada reaksinya
dengan air membentuk suatu basa dan gas hidrogen.
M + 2H2O M(OH)2 + H2
Logam-logam alkali tanah dapat bereaksi dengan air dingin, Mg sedikit bereaksi dengan air
panas, sedangkan berelium (paling atas dalam golongan IIA) tetap tidak bereaksi dengan air
mendidih. Hidroksidda-hidroksidanya hanya sedikit larut dalam air dan kelarutannya
bertambah dari atas ke bawah. Sebaliknya kelarutan garam sulfatnya makin ke bawah makin
kecil, mulai dari berelium sulfat mudah larut sampai dengan radium sulfat yang tidak larut
dalam air.
D. Prosedur Percobaan
1. Reaktifitas Unsur
a. Uji Kereaktifitasan Logam Magnesium (Golongan IIA)
- Siapkan tabung reaksi yang berisi ± 2 ml air dan ditambahkan 2 tetes indikator
PP.
- Potong kecil logam Mg dan masukkan ke dalam tabung reaksi. Amati reaksi
yang terjadi (ditandai dengan adanya gelembung-gelembung gas).
- Panaskan tabung reaksi di atas nyala api bunsen. Catat perubahan yang terjadi.
Hari/Tanggal :
Nama :
Program Studi :
Kelompok :
1. Reaktifitas Unsur
+ akuades &
Unsur Dipanaskan Pengamatan
indikator PP
Reaksi
1. Reaktifitas Unsur
Mg + H2 O
2. Kelarutan Garam Sulfat
MgCl2 + H2SO4
CaCl2 + H2SO4
SrCl2 + H2SO4
BaCl2 + H2SO4
…….……………….. ……………………
NIM. NIM.
PERCOBAAN VII
ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI
A. Tujuan Percobaan
Untuk menentukan konsentrasi larutan NaHCO3 dengan cara mengukur volumenya, yang
diperlukan untuk bereaksi dengan larutan HCl yang tertentu volume dan konsentrasinya.
B. Dasar Teori
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan standar ditambahkan ke
dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak diketahui. Larutan standar
adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti. Berdasarkan kemurniannya
larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan
standar primer adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan
suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volum larutan).
Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan
melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui
dari hasil standardisasi.
Salah satu cara dalam penentuan kadar larutan asam basa adalah dengan melalui proses titrasi
asidi-alkalimetri. Cara ini cukup menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat,
ketelitian dan ketepatannya juga cukup tinggi. Titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi dua
bagian yaitu asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri adalah titrasi dengan menggunakan larutan
standar asam untuk menentukan basa. Asam-asam yang biasanya dipergunakan adalah HCl,
asam cuka, asam oksalat, asam borat. Sedangkan alkalimetri merupakan kebalikan dari
asidimetri yaitu titrasi yang menggunakan larutan standar basa untuk menentukan asam.
Pada percobaan ini adalah penentuan kadar dengan metode asidi-alkalimetri menggunakan
indikator phenopthalein, hal ini dilakukan karena jika meggunakan indikator yang lain, adanya
kemungkinan trayek pH-nya jauh dari titik ekivalen. Indikator fenolptalin (pp) yang
memberikan warna pink dalam lingkungan basa dan tidak berwarna dalam lingkungan asam.
Perubahan warna indikator ini terjadi dalam rentangan pH tertentu yang disebut trayek pH.
Sebagai contoh, indikator pp memiliki trayek pH: 8,0 – 9,6.
Titrasi dilakukan dengan cara volume zat penitrasi (titran) yang digunakan untuk bereaksi
dengan zat yang dititrasi (titrat). Jika konsentrasi salah satu diketahui, maka konsentrasi/kadar
zat lain dapat dihitung. Dalam titrasi dikenal titik ekivalen dan titik akhir titrasi. Titik akhir
titrasi adalah titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. Dalam titrasi biasanya diambil sejumlah
alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan larutan yang dititrasi kemudian dilakukan proses
pengenceran.
D. Prosedur Percobaan
Alkalimetri
1. Dituang HCl 0,1 N kedalam buret 50 mL.
2. Ditimbang dengan teliti ± 225 mg Na2CO3 dengan neraca analitik
3. Dibilas kedalam Erlenmeyer 250 mL dan dicurahi akuades hingga bervolume 50 mL.
4. Ditambahkan 3 tetes indicator MM atau MO lalu dititrasi dengan HCl 0,1 N hingga
berubah warna yang konstan.
5. Lalu Erlenmeyer ditutup dengan corong kaca dan dididihkan selama ± 3 menit setra
didinginkan.
6. Setelah didinginkan, lalu kembali dititrasi hingga warna titik akhir titrasi tercapai.
7. Ulangi titrasi higga 3 kali dan hitunglah konsentrasi larutan HCl.
Asidimetri
1. Dituang larutan HCl yang telah distandarisasi sebanyak 50 mL kedalam buret
2. Ditimbang dengan teliti ± 800 mg NaHCO3 dengan neraca analitik
3. Dibilas kedalam labu ukur 100 dan dicurahi serta diencerkan dengan akuades hingga
bervolume 100 mL.
4. Dipipet NaHCO3 sebanyak 25 mL kedalam Erlenmeyer 250 mL.
5. Ditambahkan 3 tetes indicator MM atau MO lalu dititrasi dengan HCl 0,1 N hingga
berubah warna yang konstan.
6. Lalu Erlenmeyer ditutup dengan corong kaca dan dididihkan selama ± 3 menit setra
didinginkan.
7. Setelah didinginkan, lalu kembali dititrasi hingga warna titik akhir titrasi tercapai.
8. Ulangi titrasi hingga 3 kali dan hitunglah konsentrasi larutan NaHCO3.
LAPORAN SEMENTARA
ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI
Hari/Tanggal :
Nama :
Program Studi :
Kelompok :
1. Asidimetri
Perlakuan Pengamatan
2. Alkalimetri
Perlakuan Pengamatan
…….……………….. ……………………
NIM. NIM.
PERCOBAAN VIII
REAKSI OKSIDASI DAN REDUKSI
A. Tujuan
Mengetahui pengertian reaksi reduksi dan oksidasi serta reduktor dan oksidator.
B. Dasar Teori
Reaksi setengah sel yang melibatkan hilangnya electron disebut reaksi oksidasi. Istilah
“Oksidasi” pada awalnya berarti kombinasi unsur dengan oksigen. Namun, istilah itu sekarang
memiliki arti yang lebih lua. Reaksi setengah sel yang melibatkan penengkapan electron
disebut reaksi reduksi. Dalam contoh diatas, kalsium bertindak sebagai zat pereduksi karena
memberikan electron pada oksigen dan menyebabkan oksigen tereduksi. Oksigen tereduksi
bertindak sebagai zat pengoksida Karena menerima electron dari kalsium dan menyebabkan
kalsium teroksidasi. Dalam persamaan reaksi redoks tingkat oksidasi harus sama dengan
tingkat reduksi yaitu jumlah electron yang hilang oleh zat pereduksi harus sama dengan jumlah
electron yang diterima oleh suatu zat pengoksida.
Reduksi, sebaliknya adalah suatu proses yang melibatkan diperolehnya satu electron atau lebih
dari suatu zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur direduksi, keadaaan oksidasi berubah
menjadi lebih negatif (kurang positif). Jadi zat pereduksi merupakan zat yag kehilangan
electron, dalam proses itu zat ini dioksidasi. Definisi reduksi juga sangat umum dan berlaku
juga untuk proses dalam zat padat, lelehan, maupun gas.
Bahan :
- Vitamin C
- KMnO4 0,1 N
- H2C2O4
- I2
- H2SO4
- H2O
D. Prosedur Percobaan
Kualitatif :
1. - Diambil 1 ml vitamin C didalam tabung reaksi,
- Ditambahkan 5 tetes KMnO4 0,1 N
- Diamati perubahan warna yang terjadi
2. - Diambil 1 ml vitamin C didalam tabung reaksi,
- Ditambahkan 5 tetes I2
- Diamati perubahan warna yang terjadi
3. - Diambil 5 ml H2C2O4 ke dalam gelas kimia,
- Ditambahkan 2 ml KMnO4 0,1 N
- Dipanaskan hingga suhu 70ºC
- Diamati perubahan warna yang terjadi
Kuantitatif :
1. Dituang larutan KMnO4 0,1 N ke dalam buret.
2. Diambil 10 ml H2C2O4 dan dimasukkan ke dalam labu elenmeyer
3. Ditambahkan 3 ml H2SO4
4. Dipanaskan pada suhu 70ºC
5. Dititrasi dengan KMnO4 0,1 N hingga terjadi perubahan warna.
6. Diamati perubahan warna yang terjadi. Dilakukan triplo pada titrasi.
7. Dicatat volume KMnO4 yang digunakan.
LAPORAN SEMENTARA
REAKSI OKSIDASI DAN REDUKSI
Hari/Tanggal :
Nama :
Program Studi :
Kelompok :
Kualitatif
Perlakuan Pengamatan
Kuantitatif
Perlakuan Pengamatan
…….……………….. ……………………
NIM. NIM.
LAMPIRAN:
Disusun Oleh :
Kelompok : 1 (Satu)
Program Studi : Teknik Kimia
Nama :
Muhammad Agum Shafwan (1409065008)
Asisten Praktikum :
Muhammad Agum Shafwan (1409065008)
SAMARINDA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Enter 1 baris
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
………………………………………………………………………...(Syukri, 1999).
Enter 1 baris
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
………………………………………………………………………..(Syukri, 1999).
Enter 1 baris
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
A = B + C ......................................................... 2.1
(Syukri, 1999).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Enter 1 baris
8
6
4
2
0
t (s)
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa:
a. ..................................
b. .......................................
c. ........................................
Enter 1 baris
5.2 Saran
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
Enter 1 baris
Coulson, J.M, dan Richardson, J.F., 1983, Chemical Engineering, Vol. 6, Pergamon
Press, New York.
Enter 1 baris
Kern, D.Q., 1983, Process Heat Transfer, McGraw Hill Book Company, Inc., Tokyo.
Keterangan:
1. Laporan ditulis di kertas double folio bergaris, tidak ditulis bolak balik, distaples dengan cover.
2. Margin :
Kiri = 3 cm
Kanan = 2 cm
3. Ditulis dengan pulpen tinta warna biru
4. Cover HVS warna :
a. Biru (teknik pertambangan D III, Teknik Sipil)
b. Kuning (teknik kimia, teknik industri)
c. Hijau (teknik geologi, teknik pertambangan S1)
d. Merah muda (teknik lingkungan)