Anda di halaman 1dari 28

PENUNTUN PRAKTIK

ANALISIS GRAVIMETRI

PROGRAM STUDI ANALISIS KIMIA

PENYUSUN:
Cheppy Asnadi, M.Si
Dr. Askal Maimulyanti, M.Si

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


INDUSTRI
POLITEKNIK AKA BOGOR
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan


rahmatNya Diktat Praktikum Analisis Gravimetri dapat tersusun dan tercetak sesuai
dengan kebutuhan praktikum Analisis Gravimetri.
Diktat Praktikum Analisis Gravimetri memuat materi pokok mata kuliah Analisis
Gravimetri. Diktat ini dibuat untuk membantu mahasiswa di dalam melaksanakan
praktikum yang disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku di Politeknik AKA Bogor.
Untuk memperluas wawasan dan meningkatkan pemahaman terhadap konsep-
konsep analisis gravimetri, para mahasiswa dituntut pula untuk membaca berbagai
literatur kimia analitik lainnya.
Diktat Praktikum Analisis Gravimetri yang kami susun sebagian besar
merupakan saduran bebas dari buku kimia analitik berbahasa inggris maupun sumber
literatur lainnya, sehingga apabila terdapat kejanggalan kata-kata harap
dimaklumkan. Dengan selesainya Diktat Praktikum Analisis Gravimetri ini, Penyusun
mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dosen/asisten serta staf Politeknik
AKA Bogor yang banyak memberikan bantuan, semoga amal baik mereka mendapat
balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Akhir kata Penyusun mengharapkan mudah-mudahan buku ini dapat
bermanfaat bagi mahasiswa Politeknik AKA Bogor khususnya dan masyarakat
pembaca umumnya.
Bogor, Juli 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2


DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3
TATA TERTIB PRAKTIKUM ................................................................................ 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 5
Percobaan 1. Penetapan Kadar Air................................................................. 7
Percobaan 2. Penetapan Kadar Abu................................................................ 10
Percobaan 3.Penetapan Kadar Fe dalam Garam Besi (II) .............................. 14
Percobaan 4. Penetapan Kadar Ba Sebagai BaCrO4 Secara
Homogeneus Precipitation ........................................................ 19
Percobaan 5. Penetapan Kadar SO42- secara Gravimetri ............................... 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 27

3
TATA TERTIB PRAKTIKUM
1. Praktikan harus sudah berada ditempat 10 menit sebelum praktikum dimulai.
2. Setiap Praktikan sudah harus membuat persiapan praktikum sebelum
praktikum dimulai.
3. Laporan praktikum harus sudah diserahkan sebelum praktikum berikutnya
dimulai
4. Selama praktikum berlangsung, Praktikan tidak diperkenankan ke luar
laboratorium, kecuali seizin asisten praktikum
5. Praktikan yang tidak dapat mengikuti praktikum dapat meminta waktu lain,
apabila ada pernyataan yang dianggap sah.
6. Selama praktikum, Praktikan harus bekerja tenang, tertib, teratur dan teliti.
7. Praktikan tidak diperkenankan meminjam alat-alat dibawah tangan (tanpa
sepengetahuan asisten) meskipun dengan teman dekat
8. Setelah praktikum selesai, setiap praktikan diharuskan membersihkan meja
praktikumnya masing-masing
9. Alat-alat yang dipinjam selama praktikum harus diserahkan kembali kepada
petugas setelah praktikum selesai.
10. Data-data hasil praktikum diserahkan kepada asisten setelah praktikum
selesai.

4
PENDAHULUAN

Prinsip penetapan suatu unsur/zat secara gravimetri ialah bahwa unsur/zat itu
diendapkan dengan suatu pereaksi sebagai oksida/garam dari unsur itu yang sukar larut.
Endapan itu kemudian disaring, dicuci, dipanaskan/dipijarkan lalu ditimbang sehingga
diketahui bobotnya. Dari bobot endapan yang dihasilkan dapat dihitung kadar unsur/zat itu.
Endapan tersebut dapat dipanaskan ± 105°C atau dipijarkan ± 800°C tergantung pada jenis
endapan yang bersangkutan, didinginkan lalu ditimbang. Penggunaan kertas saring ataupun
cawan gooch tergantung pada sifat endapan itu.

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


 Air suling, alat-alat yang digunakan pada penetapan gravimetri/volumetri harus dibilas
dengan air suling/aquadestilat, sedangkan air kran hanya dipakai untuk mencuci alat-
alat.
 Cara menyaring, mencuci endapan dan pemijaran.
Endapan sebelum dipijarkan harus disaring dan dicuci supaya bebas dari kotoran.
Untuk menyaring suatu endapan dipergunakan kertas saring yang sesuai dan diletakkan
pada corong sedemikian rupa. Endapan dienapkan lalu cairan jernih disaring melalui
suatu pengaduk sampai sebagian besar tersaring lalu endapan yang masih dalam piala
gelas dicuci dengan air pencuci, diaduk, dienapkan lalu disaring. Pencucian endapan
dapat dilakukan 3-4 kali atau sampai endapan bebas dari pengotor. Setelah bersih
endapan dapat dimasukkan ke dalam kertas saring. Endapan dapat pula dicuci didalam
kertas saring dengan penambahan air pencuci sehingga bersih dari kotoran (uji air
saringan terakhir). Perlu dicatat mengisi cairan ± 0,5 cm di bawah tepi kertas saring.
Endapan yang telah bersih dalam corong dapat dikeringkan dalam pengering, dan
setelah agak kering, siap untuk dipijarkan dalam cawan porselen. Endapan beserta
kertas saring dengan hati-hati dipindahkan ke dalam cawan porselin yang telah
diketahui bobotnya, kemudian diletakkan di atas segitiga dan dipanaskan dengan api
kecil. Setelah kertas saring habis terbakar,api dibesarkan sampai warna hitam baik pada
pinggan maupun pada endapan habis terbakar. Cawan beserta endapan kemudian
dimasukkan ke dalam eksikator (dengan menggunakan gegep besi) dan setelah dingin

5
baru ditimbang. Pemijaran dan penimbangan endapan ini diulangi beberapa kali sampai
bobot tetap.
 Kertas saring
Kertas saring ada dua (2) jenis :
1. Kertas saring kualitatif : kertas saring yang digunakan untuk menyaring larutan
atau pereaksi.
2. Kertas saring kuantitatif: kertas saring yang digunakan untuk menyaring
endapan secara kuantitatif, kertas saring ini bila diabukan tidak meninggalkan
sisa atau sedikit sekali tidak lebih dari 0,0001 gram kertas saring.

Kertas saring kuantitatif ada beberapa macam diantaranya:


a. Untuk menyaring endapan jenis gelatin dengan penyaringan yang cepat,
terutama untuk endapan hidroksida-hidroksida
Seperti : Fe(OH)3, Al(OH)3, SiO2. X H2O dsb.
Contoh : kertas saring “whatman” no 41.
b. Untuk menyaring endapan kristalin yang sangat halus (fine crystalin) dengan
penyaringan lambat, seperti penyaringan : endapan BaSO4, NiS dan
sebagainya.
Contoh : kertas saring “Whatman” no 42.
c. Untuk menyaring endapan yang ukuran partikelnya sedang
Seperti : MgNH4PO4, PbSO4, Ca-oksalat dan sebagainya, dengan kecepatan
penyaringan sedang.
Contoh : kertas saring “Whatman” no 40.

6
PERCOBAAN 1
PENETAPAN KADAR AIR

1. RUANG LINGKUP
a. Penetapan kadar air secara gravimetri dengan pengeringan di oven pada suhu
105oC.
b. Kadar air dinyatakan dalam satuan persen (%).

2. CARA UJI

2.1. Prinsip
Penetapan kadar air dalam sampel berdasarkan pengeringan sampel pada suhu sekitar
105OC. Selisih dari berat sampel sebelum dan sesudah penguapan dianggap sebagai
berat air yang hilang.

2.2. Bahan
➢ Terigu

2.3. Peralatan
➢ Neraca
➢ Oven
➢ Cawan porselen
➢ Desikator

2.4. Prosedur
Timbang teliti 2 gram terigu ke dalam botol timbang/ cawan porselen yang sudah
diketahui, kemudian catat beratnya. Cawan yang sudah berisi sampel dikeringkan
dalam oven selama 2 jam pada temperatur 1050C. Setelah dikeringkan didinginkan
di dalam desikator , kemudian ditimbang sampai bobot tetap.

7
2.5. Perhitungan

Kadar Air (%) = (B – C) x 100 %


(B – A)

Keterangan:
A = cawan kosong
B = cawan kosong + contoh (sebelum dipanaskan)
C = cawan kosong + contoh (setelah dipanaskan)
(B – C) = bobot air yang hilang
(B – A) = bobot contoh

3. LAPORAN
Catat pada laporan praktek hal-hal berikut:
1. Nama Praktikan :
2. Kelas :
3. Tanggal praktek :
4. Nama contoh Uji :
5. Deskripsi contoh uji :

Hasil Percobaan
Tabel 1. 1 Data Hasil Analisis proksimat
Bobot
No Parameter Keterangan
(gram)

1. A = cawan kosong

2. B = cawan kosong + contoh (sebelum


dipanaskan)

3. C = cawan kosong + contoh (setelah dipanaskan)

4. (B – C) = bobot air yang hilang

5. (B – A) = bobot contoh

8
Hasil Perhitungan :

Pertanyaan :

1. Apa prinsip percobaan penetapan kadar air dalam analisis proksimat?

Jawaban :

4. KESIMPULAN

9
PERCOBAAN 2

PENETAPAN KADAR ABU

1. RUANG LINGKUP
a. Penetapan kadar abu secara gravimetri dilakukan pada sampel makanan ternak
dengan pemijaran pada suhu 750oC.
b. Kadar abu dinyatakan dalam satuan persen (%)

2. CARA UJI

2.1. Prinsip
Kadar abu dari sampel ditetapkan secara gravimetri dengan pemijaran pada suhu 750
O
C sehinggga terbentuk oksida logam . Oksida logam yang terbentuk dibandingkan
dengan berat sampel mula-mula dihitung sebagai kadar abu.

2.2. Bahan
➢ Makanan ternak

2.3. Peralatan
➢ Neraca
➢ Cawan porselen
➢ Bunsen
➢ Tanur
➢ Desikator

2.4. Prosedur
Bersihkan cawan, panaskan dengan bunsen, masukkan dalam tanur dengan suhu kira-
kira 750oC selama kurang lebih 30 menit. Dinginkan cawan dalam desikator, timbang
bobot cawan kosong sampai bobot tetap.

Timbang teliti kurang lebih ± 1 gram contoh makanan ternak ke dalam cawan, panaskan
dan perarang dengan bunsen, kemudian masukkan ke dalam tanur dengan temperatur

10
750oC selama kurang lebih 30 menit . Dinginkan dalam desikator, kemudian timbang
sampai bobot tetap.

2.5. Perhitungan

Kadar Abu (%) = (C – A) x 100 %


(B – A)

Keterangan

A = cawan kosong
B = cawan + contoh (sebelum pemanasan)
C = cawan+ contoh (setelah dipanaskan)
(C – A) = bobot abu
(B – A) = bobot contoh

3. LAPORAN
Catat pada laporan praktek hal-hal berikut:
1. Nama Praktikan :
2. Kelas :
3. Tanggal praktek :
4. Nama contoh Uji :
5. Deskripsi contoh uji :

Hasil Percobaan
Tabel 2.1. Data Hasil Analisis proksimat

No Parameter Bobot (gram) Keterangan

1. A = cawan kosong

2. B = cawan kosong + contoh (sebelum


pemanasan)

11
3. C = cawan kosong + contoh (setelah
dipanaskan)

4. (C – A) = bobot abu

5. (B – A) = bobot contoh

Hasil Perhitungan :

Pertanyaan :

1. Apa Prinsip percobaan penetapan kadar abu dalam analisis proksimat?


2.Mengapa pada penetapan kadar abu sebelum dimasukkan ke tanur diperarang terlebih
dahulu?
3. Apa yang dimaksud dengan bobot tetap dalam penimbangan?

Jawaban :

12
4. KESIMPULAN

Hasil Percobaan

13
PERCOBAAN 3
PENETAPAN KADAR Fe DALAM GARAM BESI (II)

1. RUANG LINGKUP
a. Kadar besi ditetapkan dengan pengendapan menggunakan ammonia sebagai besi
(III) hidroksida dan dipijarkan sebagai Fe2O3.
b. Kadar besi ditetapkan dalam satuan persen (%).

2. CARA UJI

2.1. Prinsip
Besi (II) dalam larutan dioksidasikan dengan HNO3 pekat sehingga menjadi besi (III),
kemudian diendapkan sebagai besi (III) hidroksida dengan penambahan ammonia.
Endapan dicuci, dipijarkan lalu ditimbang sebagai besi (III) oksida.

3 Fe2+ + NO3- + 4 H+ 3 Fe3+ + NO + 2 H2O


Fe3+ + 3 NH4OH Fe(OH)3 + 3 NH4+
2 Fe(OH)3 Fe2O3 + 3 H2O

2.2. Bahan
➢ Contoh Garam Besi(II)
➢ AgNO3 0,1N
➢ Aquadest
➢ HCl 4N
➢ HNO3 pekat
➢ BaCl2 10%
➢ Ammonia
➢ NH4NO3 1 %
➢ HNO3 4 N
➢ H2SO4 4N

14
2.3. Peralatan
➢ Neraca
➢ Tabung reaksi
➢ Piala gelas 400 mL
➢ Batang pengaduk
➢ Pipet tetes
➢ Bunsen
➢ Tanur
➢ Kaki tiga
➢ Kertas saring Whatman no 41
➢ Kasa
➢ Desikator
➢ Corong
➢ Cawan Porselen
➢ Penyangga corong

2.4. Prosedur
Ditimbang dengan teliti ± 0,25 gram contoh, dimasukkan ke dalam piala gelas
400 mL, lalu dilarutkan dengan ± 25 ml air suling, ditambahkan 1-2 tetes H2SO4 4N
dan 10 tetes HNO3 pekat lalu dipanaskan sampai mendidih. Larutan tersebut diuji
dengan setetes ammonia untuk mengetahui apakah Fe(II) sudah teroksidasi dengan
sempurna menjadi Fe(III). Bila oksidasi sudah sempurna, larutan diencerkan dengan
air suling sampai dengan  200 mL. Larutan dipanaskan sampai hampir mendidih, lalu
diendapkan dengan ammonia hingga pengendapan sempurna, diuji dengan meneteskan
ammonia, jika tidak ada terbentuk endapan baru berarti pengendapan sudah sempurna.
Setelah itu endapan dibiarkan selama 30 - 40 menit diatas nyala api kecil, lalu
cairan jernihnya disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman no 41 dan
endapan dicuci dengan 50 - 100 mL larutan NH4NO3 1% panas. Pencucian dilakukan
3 - 4 kali atau sampai endapan bersih.
Kertas saring dan endapan dimasukkan ke dalam cawan porselen yang sudah
diketahui bobot tetapnya kemudian dipanaskan diatas nyala api kecil untuk
pengeringan, karbonisasi dan pengarangan kertas saring. Selanjutnya nyala api

15
diperbesar untuk pengabuan dan pemijaran endapan. Setelah dipijarkan, endapan
didinginkan dan ditimbang. Pemijaran endapan diulangi sehingga diperoleh bobot
tetap. Hitung kadar besi dalam contoh.

Catatan :
▪ Uji klorida : ke dalam 2-3 mL air cucian terakhir yang ditampung dalam
tabung reaksi yang bersih, diteteskan 2-3 tetes larutan HNO3 4 N dan 1-
2 tetes larutan AgNO3 0,1 N, bila tidak terjadi kekeruhan, berarti bebas
klorida.
▪ Uji sulfat : ke dalam 2-3 mL air cucian terakhir yang ditampung dalam
tabung reaksi yang bersih, diteteskan 2-3 tetes larutan HCl 4 N dan 1-2
tetes larutan 1 BaCl2 10 %, bila tidak terjadi kekeruhan, berarti bebas
sulfat.

2.5. Perhitungan

Kadar Fe (% ) = 2BA Fe x bobot endapan yang diperoleh (g) x 100 %


BM Fe2O3 bobot contoh (g)

3. LAPORAN
Catat pada laporan praktek hal-hal berikut:
1. Nama Praktikan :
2. Kelas :
3. Tanggal praktek :
4. Nama contoh Uji :
5. Deskripsi contoh uji :

Hasil Percobaan

16
 Hasil pengamatan identifikasi sifat-sifat fisik zat
Tabel 3.1. Hasil pengamatan sifat-sifat fisik zat

Sifat fisik zat


No Uraian/Zat Keterangan
Wujud Warna Bau

1.

2.

3.

4.

5.

6.

 Hasil Pengamatan Data Kuantitatif


Tabel 3.2 Data Pengamatan Kuantitatif

No Uraian Bobot(g)

1. Sampel

2 Cawan porselen kosong (A)

3. Cawan porselen + endapan (B)

4 Endapan yang diperoleh = (B – A)

17
Hasil Perhitungan :

Pertanyaan:
1. Apa fungsi HNO3 didalam penetapan besi ini ?
2. Mengapa didalam penetapan Fe ini mesti dirubah menjadi Fe(III) tidak langsung saja!
Berikan alasannya.
3. Dapatkah pada penetapan Fe ini HNO3 diganti dengan K2Cr2O7 ! Berikan alasannya.
4. Sebutkan fungsi amoniak pada penetapan besi ini?
5. Mengapa menggunakan amoniak dan tidak menggunakan NaOH, berikan alasannya!
Jawaban :

4. KESIMPULAN

18
PERCOBAAN 4
PENETAPAN KADAR Ba SEBAGAI BaCrO4 SECARA HOMOGENEUS-
PRECIPITATION

1. RUANG LINGKUP
a. Penetapan kadar barium secara homogeneus precipitation dilakukan dengan
penambahan kalium kromat sekaligus HCl untuk mencegah pengendapan
langsung.
b. Kadar barium dinyatakan dalam satuan persen (%).

2. CARA UJI
2.1. Prinsip
Larutan kromat ditambahkan ke dalam larutan garam barium yang cukup asam untuk
mencegah terbentuknya endapan (1-2 tetes HCl pekat) kemudian ditambahkan urea,
larutan dipanaskan sampai mendidih. Terbentuknya ammonium hidroksida hasil
hidrolisis urea secara perlahan akan menaikkan pH larutan. Jika sudah mencapai harga
pH tertentu, pengendapan barium kromat dimulai. Endapan yang terbentuk lebih kasar
dan lebih murni dibandingkan dengan pengendapan secara langsung.

2.2. Bahan
➢ Larutan BaCl2 0,1 M
➢ Aquadest
➢ HCl 4N
➢ BaCl2 10%
➢ K2CrO4 4%
➢ Urea
➢ NH4OH (1:19)

2.3. Peralatan
➢ Pipet Volumetri
➢ Tabung reaksi
➢ Piala Gelas

19
➢ Batang pengaduk
➢ Kaca Masir
➢ Kaki tiga
➢ Bunsen
➢ Kasa asbes
➢ Oven
➢ Neraca
➢ Desikator

2.4. Prosedur

Dipipet 25 mL larutan BaCl2 0,1 M, diasamkan dengan 5 mL HCl 4 N lalu dibubuhi


15 mL K2CrO4 4 %, diencerkan dengan air suling sampai volume 250 mL,
ditambahkan 10 gram urea diaduk sampai melarut. Larutan dipanaskan sampai
mendidih, ditunggu  90 menit sampai pengendapan sempurna (tidak terjadi lagi
kekeruhan). Endapan disaring dengan kaca masir yang telah diketahui bobot tetapnya,
lalu dicuci dengan air suling yang dibubuhi NH4OH (1:19), lalu dipanaskan  110oC,
lalu ditimbang. Pemanasan dilakukan sampai diperoleh bobot tetap. Hitung kadar Ba
dalam contoh!

Catatan :
▪ Uji klorida : ke dalam 2-3 mL air cucian terakhir yang ditampung dalam tabung
reaksi yang bersih, diteteskan 2-3 tetes larutan HNO3 4 N dan 1-2 tetes larutan
AgNO3 0,1 N, bila tidak terjadi kekeruhan, berarti bebas klorida.

2.5. Perhitungan

Kadar Ba (%) = BA Ba x bobot endapan yang diperoleh (g) x 100 %


BM BaCrO4 volume sampel (mL)

3. LAPORAN
Catat pada laporan praktek hal-hal berikut:

20
1. Nama Praktikan :
2. Kelas :
3. Tanggal praktek :
4. Nama contoh Uji :
5. Deskripsi contoh uji :

Hasil Percobaan
 Hasil pengamatan identifikasi sifat-sifat fisik zat
Tabel 4.1. Hasil pengamatan sifat-sifat fisik zat

Sifat fisik zat


No Uraian/Zat Keterangan
Wujud Warna Bau

1. Sampel

2. Urea

3.

4.

5.

6.

 Hasil pengamatan data kuantitatif


Tabel 4.2. Data pengamatan kuantitatif

Bobot (g) atau


NO Uraian volume (mL)

1. Sampel

2 Kaca masir kosong (A)

21
3. Kaca masir + endapan (B)

4 Endapan yang diperoleh = (B – A)

Hasil Perhitungan :

Pertanyaan :
1. Tuliskan reaksi yang terjadi!
2. Mengapa penetapan Ba secara homogeneous dalam suasana asam. Berikan alasannya!
3. Apa fungsi Urea pada penetapan ini?
4. Apa fungsi amonia (1:19) pada waktu pencucian?
5. Penimbangan akhir Ba sebagai apa? Berikan reaksinya.

Jawaban :

22
4. KESIMPULAN

23
PERCOBAAN 5
PENETAPAN KADAR SULFAT (SO42-) SECARA
GRAVIMETRI

1. RUANG LINGKUP
a. Penetapan sulfat dilakukan dengan pengendapan sebagai barium sulfat.
b. Kadar sulfat dinyatakan dalam satuan persen (%).

2. CARA UJI
1.1. Prinsip
Pada larutan sulfat yang diasamkan sedikit dengan asam klorida lalu ditambahkan
larutan barium klorida yang encer sampai barium sulfat diendapkan dengan
sempurna.
Na2SO4 + BaCl2 BaSO4 + 2 NaCl
Asam yang ditambahkan supaya hanya sulfat yang mengendap. Dalam lingkungan
netral fosfat karbonat atau kromat dari barium juga tidak dapat larut.

1.2. Bahan
➢ Na2SO4
➢ HCl 4N
➢ Larutan BaCl2 0,5N\
➢ AgNO3 0,1 N
➢ HNO3 4N
➢ H2SO4 pekat

1.3. Peralatan
➢ Neraca
➢ Piala gelas 500 mL
➢ Bunsen
➢ Batang pengaduk

24
➢ Kertas saring
➢ Cawan porselen
➢ Tanur
➢ Desikator
➢ Batang pengaduk

1.4. Prosedur
Ditimbang dengan teliti ± 0,5 gram garam Na2SO4, dibilas ke dalam suatu piala
gelas 500 mL, dilarutkan dengan 250 mL sampai 300 mL air suling lalu diasamkan
dengan 3 mL HCl 4 N, dipanaskan sampai mendidih, lalu dibubuhi barium klorida
yang mendidih juga (10 mL larutan barium klorida 0,5 N + 10 mL air suling ) sambil
diaduk.
Penambahan larutan barium klorida harus dilakukan cepat, misalnya dalam
waktu 5 detik endapan dibiarkan mengenap, lalu cairan jernih di atasnya dibubuhi
larutan barium klorida setetes, bila tak timbul endapan baru, maka pengendapan telah
sempurna. Lalu, endapan dibiarkan satu jam di atas penangas air/ diatas nyala api kecil
atau sekurang- kurangnya satu malam pada suhu biasa.
Selanjutnya, dicuci dengan air panas sampai endapan bersih ( bebas dari Cl-,
periksalah dengan larutan perak nitrat yang dibubuhi asam nitrat ) lalu endapan
dimasukkan ke dalam kertas saring whatman No. 42 secara kuantitatif, dikeringkan,
lalu diabukan. Karena sulfat ini mungkin tersusut oleh karbon yang berasal dari kertas
saring, maka abu harus ditetesi asam sulfat pekat satu tetes, diuapkan dalam ruang
asam lalu dipijarkan hingga bobot tetap. Hitung kadar sulfat dalam contoh.

1.5. Perhitungan

Kadar SO42- (% ) = BM SO42- x Bobot endapan (g) x 100 %


BM BaSO4 Bobot sampel (g)

2. LAPORAN
Catat pada laporan praktek hal-hal berikut:

25
1. Nama Praktikan :
2. Kelas :
3. Tanggal praktek :
4. Nama contoh Uji :
5. Deskripsi contoh uji :

Hasil Percobaan
 Hasil pengamatan identifikasi sifat-sifat fisik zat
Tabel 5.1. Hasil pengamatan sifat-sifat fisik zat

Sifat fisik zat


No Uraian/Zat Keterangan
Wujud Warna Bau

1. Sampel

2.

3.

4.

 Hasil pengamatan data kuantitatif


Tabel 5.2. Data pengamatan kuantitatif

NO Uraian Bobot (g)

1. Sampel

2 Cawan kosong (A)

3. Cawan + endapan (B)

4 Endapan yang diperoleh = (B – A)

Perhitungan :

26
3. KESIMPULAN

27
DAFTAR PUSTAKA

1. R. A. Day/ A.L. Underwood, Analisa Kimia Kuantitatif, edisi keempat, Erlangga, Jakarta,
1990.
2. Vogel, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, edisi 4, penerbit buku kedokteran, egc, Jakarta
3. W. Harjadi, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Gramedia, Jakarta,1993.
.

28

Anda mungkin juga menyukai