MODUL 5
GRAVIMETRI
DOSEN PENGAMPU :
Dra. YUSNIMAR, M.Si., M.Phil
DIBUAT OLEH :
Hezra Vitra Ananda Tanjung
(2307014400)
KELOMPOK 1
Hezra Vitra Ananda Tanjung (2307014400)
Mentariani Zega (2307037401)
Andespa Yoga (2307037454)
Metode gravimetri telah menjadi alat yang sangat berharga dalam eksplorasi geologi,
penelitian geofisika, pemetaan sumber daya alam, dan pemahaman geodinamika. Dengan
kemajuan teknologi, gravimetri semakin akurat dan efisien dalam mengungkap rahasia bawah
permukaan bumi. Seiring berjalannya waktu, pemahaman kita tentang geologi bumi dan proses-
proses geofisika akan semakin diperdalam melalui penggunaan metode gravimetri.
Gravimetri merupakan analisis yang didasari dari proses isolasi dan pengukuran berat
suatu unsur atau senyawa tertentu. Gravimetri dalam ilmu kimia merupakan salah satu metode
kimia analitik untuk menentukan kuantitas suatu zat atau komponen yang telah diketahui dengan
cara mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan. Hal-hal
yang akan dilakukan pada gravimetri adalah mengendapkan, menyaringkan, mencuci,
mengeringkan, memijarkan (gleoin), dan menimbang.
TEORI DASAR
Gravimetri dalam ilmu kimia adalah salah satu metode analitik yang digunakan untuk
menentukan kuantitas suatu zat atau komponen yang telah diketahui. Metode ini dilakukan
dengan mengukur berat komponen tersebut dalam keadaan murni setelah melalui proses
pemisahan. Proses analisis gravimetri melibatkan isolasi dan pengukuran berat dari unsur atau
senyawa yang ingin ditentukan. Walaupun metode gravimetri dapat memberikan hasil yang
akurat, namun perlu dicatat bahwa metode ini memerlukan waktu yang cukup lama. Selain itu,
adanya pengotor dalam konstituen yang dianalisis juga harus diuji, dan dalam beberapa kasus,
faktor-faktor koreksi perlu digunakan.
Selain digunakan dalam analisis komponen kimia, gravimetri juga dapat digunakan
dalam penentuan kadar air dalam suatu bahan. Kadar air dalam bahan dapat ditentukan dengan
cara gravimetri evolusi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Apabila yang diukur
adalah berat fase padatan dan fase gas dihitung berdasarkan berat padatan tersebut, metode ini
disebut gravimetri evolusi tidak langsung. Sebagai contoh, penentuan kadar air dalam suatu
kristal dalam senyawa hidrat dapat dilakukan dengan memanaskan senyawa tersebut pada suhu
tertentu, biasanya antara 110 hingga 130 °C. Berkurangnya berat sebelum pemanasan
dibandingkan dengan berat setelah pemanasan mencerminkan berat air kristal yang hilang
selama proses pemanasan.
Dalam metode gravimetri ini, zat yang ingin dianalisis diendapkan menjadi zat-zat yang
komposisinya sudah diketahui, dan selanjutnya kadar zat tersebut ditentukan melalui pengukuran
beratnya.
Hal-hal yang harus dilakukan pada gravimetri yaitu :
1. Mengendapkan
Dalam proses ini, ion atau molekul diubah menjadi bentuk endapan yang
kemudian diendapkan. Senyawa yang diendapkan kemudian disaring melalui wadah
saringan, yang dapat berupa wadah saringan porselen, kaca, atau kertas saring (dengan
kertas saring bebas abu yang digunakan dalam beberapa kasus). Sisa endapan di atas
saringan kemudian dicuci dan dikeringkan. Jika Anda telah melakukan proses filtrasi
dengan menggunakan kertas saring, kertas tersebut perlu di-ashing (dibakar hingga bebas
abu). Dalam situasi tertentu, bentuk dari presipitasi dapat diubah menjadi bentuk yang
memungkinkan penimbangan stoikiometrik dengan menggunakan anil dalam tungku
khusus, sehingga komponen tersebut dapat ditentukan secara kuantitatif.
Untuk mengendapkan suatu zat yang akan diselidiki, kita perlu mengetahui harga
L atau perkalian kelarutannya. Harga L dapat diketahui dengan meningkatkan konsentrasi
ion-ion yang terlibat. Langkah pertama adalah menempatkan zat yang akan diselidiki
dalam sebuah beker gelas.
Selanjutnya, larutan yang akan digunakan untuk mengendapkan zat tersebut
ditempatkan dalam sebuah pipet atau buret. Larutan ini kemudian diteteskan perlahan ke
dalam beker gelas dan diaduk secara terus-menerus. Proses ini berlangsung hingga
akhirnya tidak terbentuk lagi endapan.
Endapan ini kemudian dibiarkan dalam larutannya selama beberapa menit, dan
dalam beberapa kasus, mungkin perlu dipanaskan selama beberapa jam, bahkan hingga
12-14 jam. Setelah itu, endapan tersebut dapat disaring dari larutannya.
2. Menyaringkan
Penyaringan adalah proses pemisahan endapan dari cairan (mudah larut) melalui
suatu dinding yang memiliki pori-pori yang dapat menahan endapan. Dalam penyaringan
ini, digunakan kertas saring atau coochse kroos yang dilapisi asbes. Ketika menggunakan
kertas saring, penting untuk memperhatikan ukuran pori-porinya. Jika diameter butiran
endapan lebih kecil daripada diameter pori-pori kertas, maka endapan akan turun ke
bawah bersama cairan. Oleh karena itu, dalam penggunaan kertas saring, kertas saring
Whatman yang memiliki kadar abu rendah sering digunakan.
a. Penyaringan dengan kertas saring:
Lipat kertas saring menjadi dua, kemudian lipat lagi sehingga terbentuk kerucut
dengan sudut 60 derajat (gambar 1).
Robek kertas saring sebagian pada salah satu lipatannya (gambar 1).
Pasang kertas saring yang telah dilipat ke dalam corong dan basahi dengan aquades
(gambar 2).
Letakkan pengaduk di atas saringan yang berdiri vertikal. Larutan dialirkan melalui
batang pengaduk ini (gambar 2).
Usahakan untuk mengeluarkan endapan sebanyak mungkin melalui ujung kertas saring.
Jika volume larutan di dalam gelas sedikit, tambahkan aquades sebagai bahan pencuci
dan lakukan dekantasi lagi.
Setelah beberapa kali proses ini dilakukan, endapan dapat dituangkan ke atas kertas
saring.
Langkah berikutnya adalah membakar kertas saring hingga menjadi abu. Untuk ini,
gunakan kroes dari porselen yang telah dipijarkan untuk mendapatkan berat yang konstan.
Selisih berat penimbangan hanya diperbolehkan hingga 0,0002 gram.
Setelah berat konstan tercapai, masukkan kertas saring ke dalam kroes, lalu letakkan
kroes di atas silikat dan biarkan berdiri. Panaskan dengan api kecil, lalu tutuplah kroes tidak
terlalu rapat sehingga uap-uap dapat keluar. Proses pemanasan harus dilakukan perlahan-lahan
untuk mencegah endapan keluar dari kroes akibat aliran udara. Ketika uap-uap telah hilang, api
dapat ditingkatkan sehingga kertas saring berubah menjadi arang.
Kroes harus ditutup saat dipijarkan. Saat semua endapan telah berubah menjadi arang,
kroes diletakkan miring hingga membentuk sudut 45 derajat. Pastikan penutup kroes pas agar
lidah api tidak berdekatan dengan mulut kroes, karena gas dapat membawa sebagian endapan
keluar. Pemijaran hanya berlangsung selama 30 menit. Setelah pemijaran selesai, kroes harus
didinginkan hingga mencapai suhu kamar, lalu ditimbang.
Selanjutnya, kroes dipijarkan kembali selama 15 menit, dan proses ini diulang beberapa
kali hingga diperoleh berat yang konstan. Saat melakukan penimbangan, pastikan untuk
menggunakan tang atau penjepit untuk memindahkan kroes dari eksikator ke neraca.
BAB II
METODE PERCOBAAN
Corong Furnace
Batang Pengaduk Desikator
Hot Plate Cawan Pengabuan
Gelas Beaker Gelas ukur
Oven
Tanah
Amoniak 1:1
HCl 1:1
HNO3 Pekat
NH4NO3 1%
Mulai dengan menimbang sekitar 0,8 gram sampel tanah dan masukkan ke dalam gelas
piala berukuran 400 ml. Sediakan batang pengaduk dan gunakan gelas arloji sebagai penutup.
Larutkan sampel dengan 500 ml aquades dan tambahkan 10 ml HCL dalam perbandingan 1:1.
Selanjutnya, tambahkan 1-2 ml HNO3 pekat dan didihkan campuran hingga mendapatkan warna
kuning bening, biasanya setelah 3-5 menit.
Lalu, encerkan larutan hingga mencapai volume 200 ml dan panaskan hingga mendidih.
Pelan-pelan tambahkan larutan amoniak 1:1 hingga berlebihan, yang dapat dikenali dari baunya
yang tercium. Biarkan campuran mendidih selama 1 menit untuk memberikan kesempatan bagi
endapan untuk turun. Kemudian, larutan yang sudah jernih dituangkan ke dalam kertas saring
bebas abu. Pastikan kertas saring menempel dengan baik pada corong dan pastikan tangkai
corong selalu terendam dalam cairan.
3.1 Hasil
No Sampel Hasil
Dari percobaan yang dilakukan, berat cawan kosong yaitu 74,8269 g, cawan berisi
endapan I sebesar 75,0943 g, dan cawan berisi endapan II dan cawan berisi endapan III memilki
hasil yang sama yaitu 75,0944 g
BAB IV
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan terdapat beberapa saran, yaitu saran
eksperimen ini mencakup langkah-langkah yang perlu diikuti dengan cermat. sejumlah saran
dapat diberikan. Pertama, penting untuk memastikan bahwa lingkungan eksperimen dikendalikan
dengan ketat, termasuk suhu dan kelembaban, untuk mengurangi potensi pengaruh eksternal
pada hasil pengukuran. Selain itu, disarankan untuk memperluas keragaman sampel yang
digunakan dalam eksperimen untuk memahami berbagai jenis benda dan variasi massa jenis
yang mungkin terjadi. Peningkatan ketelitian dan akurasi pengukuran dapat dicapai dengan
menggunakan peralatan yang lebih canggih dan kalibrasi yang lebih teliti. Dalam hal ini,
pelatihan dan familiarisasi dengan peralatan tersebut juga harus ditingkatkan untuk
meminimalkan kesalahan manusia. Selain itu, dokumentasi eksperimen dengan baik adalah kunci
untuk menghindari kesalahan atau kehilangan data yang penting. Terakhir, kolaborasi dalam
pengembangan praktikum dan diskusi lebih lanjut tentang teori-teori yang mendasari gravimetri
dapat memperkaya pemahaman para peserta praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bird, T.,(1987),” Experiment in Physical Chemistry”, Alih bahasa Kwee Ie Tjien, Cet. I,
Gramedia, Jakarta
2. I.M. Kolt Hoff and E.B. Sandel, “Text Book of Quantitative in Organic Analysis”.
LAPORAN SEMENTARA
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI
Gambar 1. Alat
Percobaan
Gambar 2. Alat dan
bahan percobaan
Gambar 3. Gambar 4.
Mendidihkan Penimbangan tanah
larutan tanah dengan neraca
analitik
Gambar 5. Gambar 6.
Campuran Penimbangan
larutan tanah cawan kosong
dengan HCl dan
HNO3
Gambar 7.
Mengangkat
Gambar 8. Bahan
larutan tanah
Tanah
yang sudah
dididihkan
Gambar 9.
Pengunaan kertas
saring