Anda di halaman 1dari 45

Petunjuk Praktikum

KIMIA DASAR

Disusun oleh :
Abdul Malik, M.Si.

LABORATORIUM BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN WALISONGO SEMARANG
2021
Prakata

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Ilahi rabbi, berkat taufik dan rahmatNya,
reviewer dapat menyelesaikan perbaikan pada petunjuk Praktikum Kimia Dasar dengan baik
dan tepat waktu.
Praktikum Kimia Dasar merupakan bagian penting dalam perkuliahan Kimia. Petunjuk
praktikum ini dibuat sebagai penuntun mahasiswa dalam proses pelaksanaan praktikum
sehingga mahasiswa dapat melakukan praktik dengan benar dan aman.
Petunjuk praktikum ini merupakan hasil revisi ketiga dari petunjuk yang sudah ada
sebelumnya. Kedepan, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi tercapainya
prosess praktikum yang lebih baik.

Reviewer

2
Tata Tertib Pelaksanaan Praktikum

1. Praktikan sudah siap di laboratorium 15 menit sebelum praktikum dimulai


2. Praktikan memakai jas laboratorium dan sepatu tertutup selama pelaksanaan praktikum
3. Selama dan setelah praktikum, kebersihan meja dan ruangan harus tetap dijaga, sampah
padat sebaiknya dibuang di tempat sampah, bukan di wastafel
4. Pemanasan reagensia dilakukan di meja porselin, dengan jendela terbuka
5. Semua hasil pengamatan dicatat pada selembar kertas untuk laporan sementara
6. Setelah praktikum selesai, alat-alat gelas dan botol reagensia dibersihkan, dicek
kelengkapannya, dan dikembalikan ke tempat semula dengan rapi
7. Praktikan wajib mengganti setiap kerusakan yang dilakukan selama pelaksanaan
praktikum
8. Laporan praktikum dikumpulkan selambat-lambatnya 1 minggu setelah pelaksanaan
praktikum
9. Penilaian materi percobaan meliputi:
a. Jurnal : 5%
b. Pre-test : 10%
c. Kerja selama praktikum : 25%
d. Laporan praktikum : 25%
e. Post tes/Responsi : 25%
f. Tugas Mandiri (membuat rancangan praktikum kimia dasar) : 10%
10. Praktikan yang tidak menaati peraturan yang ditetapkan, dapat dikeluarkan dan tidak
diperbolehkan mengikuti praktikum

3
Daftar Isi

Halaman Judul .................................................................................................................................................... 1

Prakata .................................................................................................................................................................. 2
Tata Tertib Pelaksanaan Praktikum .......................................................................................................... 3

Daftar Isi ............................................................................................................................................................... 4


Keselamatan kerja ............................................................................................................................................ 5

Petunjuk Penyusunan Laporan .................................................................................................................... 6


Percobaan 1: Teknik Laboratorium ........................................................................................................... 7

Percobaan 2: Pembuatan Reagen Kimia .................................................................................................. 12

Percobaan 3: Teknik Pemisahan, Pemurnian dan Perubahan Zat ................................................. 16


Percobaan 4: Kesetimbangan Kimia .......................................................................................................... 25

Percobaan 5: Termokimia .............................................................................................................................. 27


Percobaan 6: Redoks dan Elektrokimia .................................................................................................... 31

Percobaan 7: Kinetika Kimia ........................................................................................................................ 34


Percobaan 8: Analisis Volumetri: Reaksi Asam-Basa ........................................................................... 37

Percobaan 9: Pengenalan Gugus Fungsi .................................................................................................... 40

Daftar Pustaka .................................................................................................................................................... 43

4
KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM
Laboratorium Biokimia dengan segala kelengkapan peralatan dan bahan kimia
merupakan tempat berpotensi menimbulkan bahaya kepada para penggunanya jika para
pekerja di dalamnya tidak dibekali dengan pengetahuan mengenai kesehatan dan
keselamatan
kerja.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum memulia praktikum adalah Alat
Pelindung Diri dam simbol -simbol penting bahan kimia yang tertera di botol reagen.

Alat Pelindung Diri (APD)


Beberapa perlengkapan pribadi yang biasa digunakan adalah:
1. Jas laboratorium (labjas) untuk mencegah kotornya pakaian.
2. Pelindung lengan, tangan, dan jari. Sarung tangan yang mudah dikenakan dan dilepas
merupakan prasyarat perlindungan tangan dan jari dari panas, bahan kimia, dan
bahaya lain.
3. Masker
4. Sepatu
Simbol beberapa Bahan Kimia

5
Petunjuk Penyusunan Laporan Praktikum

Format laporan

A. Judul Praktikum B. Tujuan Praktikum


C. Dasar Teori
a. Dasar Teori
Uraikan teori-teori yang mendasari percobaan. Dasar teori tidak perlu terlalu banyak
tetapi harus sesuai dengan percobaan yang akan dilakukan. Selain itu perlu dijelaskan
tentang sifat bahan yang akan digunakan sehingga mahasiswa dapat lebih berhati-hati
sebelum menggunakan bahan-bahan kimia. b. Material Safety Data Sheet (MSDS)
Uraikan MSDS bahan-bahan yang digunakan dalam setiap praktikum. MSDS juga disebut
Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) adalah lembar petunjuk yang berisi informasi bahan
kimia meliputi sifat fisika, kimia, jenis bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan, tindakan
khusus dalam keadaan darurat dan informasi lain yang diperlukan.

D. Alat dan Bahan

6
E. Prosedur Kerja
Prosedur kerja disusun dalam bentuk diagram alir (flow chart) supaya lebih mudah
dipahami.
F. Hasil dan Pengamatan G. Analisa Data
Berisi perhitungan-perhitungan terkait data yang didapatkan
H. Pembahasan
Pembahasan berisi penjelasan tentang hasil percobaan yang diperoleh dan di
konfirmasi dengan teori yang mendasari.
I. Kesimpulan
J. Daftar Pustaka

Percobaan 1 Teknik Laboratorium

Tujuan
Praktikan mampu menjelaskan dan menggunakan alat-alat di laboratorium, sehingga
mampu melakukan praktikum dengan tata cara dan urutan yang benar.

Dasar Teori
Untuk mendukung kegiatan praktikum kimia dasar di Laboratorium Kimia, telah tersedia
peralatan dengan fungsi tertentu. Oleh karena itu, praktikan perlu mengetahui kegunaan dan
cara penggunaan alat-alat tersebut. Pemilihan alat umumnya berdasarkan ketelitian yang
dikehendaki, sifat zat yang dipakai, serta keamanan terhadap pemakai dan lingkungannya.
Beberapa alat sederhana yang sering digunakan dalam laboratorium kimia adalah sebagai
berikut:
No Nama alat Bahan Fungsi
1. Tabung reaksi Gelas • Untuk mereaksikan zat-zat kimia dalam
jumlah kecil
• Dapat dipanaskan
2. Penjepit tabung Kayu dan Untuk memegang tabung reaksi saat pemanasan
kawat
3. Pengaduk gelas Gelas Untuk mengaduk suatu campuran dan
membantu saat dekantasi atau penyaringan
4. Corong gelas Gelas Untuk memasukkan cairan ke dalam suatu
tempat yang sempit mulutnya
5. Kertas saring Selulosa, dll Untuk menyaring endapan. Diameter zat yang
disaring harus lebih besar daripada pori-pori
kertas saring
6. Gelas arloji Gelas Untuk menimbang padatan
7. Gelas ukur Gelas Untuk mengukur volume cairan/larutan
7
8. Gelas Gelas • Untuk menempatkan larutan, menguapkan
beaker/gelas piala pelarutan dan untuk memekatkan
• Bukan pengukur, walaupun punya ukuran
volume
9. Erlenmeyer Gelas • Untuk tempat zat yang dititrasi, untuk
menempatkan larutan, kadang juga untuk
memanaskan larutan
• Bukan pengukur, walaupun punya ukuran
volume
10. Labu ukur Gelas Untuk membuat larutan standar, untuk
pengenceran (jangan dipakai untuk mengukur
larutan/pelarut panas)
11. Pipet gondok Gelas • Berujung runcing dan dibagian tengah
menggelembung
• Untuk mengambil larutan volume tertentu
dengan ketelitian tinggi
12. Pipet Gelas Untuk mengambil larutan dalam jumlah kecil
Pasteur/pipet
tetes
13. Buret Gelas • Mempunyai kran dan skala
• Untuk melakukan titrasi
14. Corong pemisah Gelas Untuk melakukan ekstraksi pelarut

Alat dan Bahan Alat


1. Tabung reaksi 8. Gelas beaker/gelas piala
2. Penjepit tabung 9. Erlenmeyer
3. Propipet 10. Pipet gondok, pipet ukur, pipet volume
4. Pengaduk gelas 11. Pipet pasteur/pipet tetes
5. Corong gelas 12. Buret
6. Gelas arloji 13. Corong pemisah
7. Gelas ukur 14. Labu ukur

Bahan
1. Aquades
2. NaCl
3. NaOH
4. Kertas saring
5. NH4Cl
8
Cara Kerja
Untuk mengetahui alat-alat tersebut di atas, berikut ini ada beberapa percobaan yang perlu
dilakukan. Sesuai dengan tujuan percobaan, yang perlu diperhatikan adalah cara penggunaan
alat-alat tersebut dengan baik.

1. Memegang, membuka dan menutup botol reagen


Pegang botol yang berisi larutan dengan etiket botol menghadap pada telapak tangan.
Pada saat menuangkan larutan, jangan sampai larutan terkena etiket pada botol. Pada saat
membuka tutup botol, tutup botol diletakkan dalam keadaan terbalik di atas meja, dan kalau
sudah selesai mengambil larutan, tutup botol harus segera dikembalikan ke botol semula
(jangan tertukar dengan tutup botol lainnya).
2. Pengenalan gas
Pada percobaan ini akan dilakukan pembuatan dan pengenalan gas NH 3. Gas NH3
mempunyai bau yang khas. Gas NH3 dapat dibuat dengan cara mereaksikan ammonium
klorida dengan NaOH dalam tabung reaksi, dan kemudian dipanaskan. Terbentuknya gas
dapat diidentifikasi dari baunya. Pada saat membau gas, jangan mendekatkan mulut
tabung reaksi ke hidung kita, lebih-lebih untuk gas yang berbahaya. Cara membau adalah
dengan mengipas-ngipaskan tangan di atas mulut tabung kea rah hidung kita pada jarak
yang relatif agak jauh.
Selain itu, gas dapat dikenali sifat asam-basanya menggunakan kertas lakmus merah
atau lakmus biru, serta lakmus universal dengan cara mendekatkan kertas lakmus pada
mulut tabung, dan diamati perubahan warnanya.
3. Melipat kertas saring
Lakukan teknik melipat kertas saring sebagaimana pada gambar, bandingkan
perbedaan keduanya.

9
4. Memipet
a) Menggunakan pipet tetes
1. Tekan karet penghisap
2. Masukkan pipet ke dalam larutan yang akan diambil atau dipindahkan
3. Pindahkan pipet ke wadah yang diinginkan dengan ujung pipet tidak menyentuh
wadah
4. Kendurkan tekanan pada karet penghisap

b) Menggunakan pipet volume


1. Masukkan pipet volume ke dalam wadah berisi cairan sampai ujung pipet tercelup
(perhatian: ujung pipet harus masuk jauh ke dalam cairan, jangan sekedar tercelup
atau berada dekat permukaan cairan, tetapi ujung pipet jangan sampai menyentuh
dasar wadah).
2. Pasang karet penghisap atau filler, sedot cairan sampai melebihi batas ukur.
3. Lepaskan karet penghisap atau filler, tutup lubang atas dengan jari telunjuk (bila
cairan cepat turun ke bawah batas pengukuran sebelum tertutup telunjuk, lakukan
dengan cara tempelkan ujung pipet pada dasar wadah baru, kemudian tutup ujung
pipet dengan telunjuk, cara ini untuk mencegah cairan turun dengan cepat)
4. Turunkan cairan sampai miniskus tepat pada batas ukur.

10
5. Keluarkan pipet dari wadah dan hal penting yang perlu dilakukan adalah lap bagian
luar pipet dengan kertas tissue untuk mencegah adanya cairan yang menempel
di dinding luar ikut turun pada saat proses pemindahan (proses pengelapan
dapat dilakukan sebelum cairan diturunkan mencapai batas ukur).
6. Pindahkan cairan pada wadah lain dengan posisi tegak lurus (jangan
menyamping) dan ujung pipet ditempelkan pada dinding wadah, proses ini untuk
mencegah cairan keluar terlalu cepat sehingga masih ada cairan yang menempel
pada dinding dalam pipet dan tidak ikut keluar.
7. Bila masih ada cairan yang tertinggal pada ujung pipet biarkan saja, namun
sebelumnya coba dengan memutar-mutar pipet dengan ujung bawah pipet
menempel pada wadah.
8. Proses pemindahan selesai.

c) Menggunakan pipet ukur


1. Masukkan pipet ukur ke dalam wadah berisi cairan sampai ujung pipet tercelup
(perhatian: ujung pipet harus masuk jauh ke dalam cairan, jangan sekedar tercelup
atau berada dekat permukaan cairan, tetapi ujung pipet jangan sampai menyentuh
dasar wadah).
2. Pasang karet penghisap atau filler, sedot cairan sampai melebihi batas volume yang
diinginkan.
3. Lepaskan karet penghisap atau filler, tutup lubang atas dengan jari telunjuk (bila
cairan cepat turun ke bawah batas volume sebelum tertutup telunjuk, lakukan
dengan cara tempelkan ujung pipet pada dasar wadah baru, kemudian tutup ujung
pipet dengan telunjuk, cara ini untuk mencegah cairan turun dengan cepat).
4. Turunkan cairan sampai miniskus tepat pada batas volume yang diinginkan.
5. Keluarkan pipet dari wadah dan hal penting yang perlu dilakukan adalah lap bagian
luar pipet dengan kertas tissue untuk mencegah adanya cairan yang menempel di
dinding luar ikut turun pada saat proses pemindahan (proses pengelapan dapat
dilakukan sebelum cairan diturunkan mencapai batas volume).
6. Pindahkan cairan pada wadah lain dengan posisi tegak lurus (jangan menyamping)
dan ujung pipet ditempelkan pada dinding wadah, proses ini untuk mencegah cairan

11
keluar terlalu cepat sehingga masih ada cairan yang menempel pada dinding dalam
pipet dan tidak ikut keluar.
7. Bila masih ada cairan yang tertinggal pada ujung pipet biarkan saja, namun
sebelumnya coba dengan memutar-mutar pipet dengan ujung bawah pipet
menempel pada wadah.
8. Proses pemindahan selesai

5. Menggunakan gelas ukur


a. Tuangkan cairan/ larutan ke dalam gelas ukur.
b. Periksa dan pastikan apakah sudah mencapai tanda batas

Keterangan: meniscus atas untuk larutan berwarna (A-D) dan meniscus bawah untuk larutan
tidak berwarna (C-B)

6. Menimbang dengan neraca analitik


a. Siapkan gelas arloji yang sudah dibersihkan.
b. Kemudian timbang dan nol kan kembali (re-zero).
c. Tempatkan 1 gram NaCl di atas gelas arloji yang berada pada neraca analitik.
d. Pastikan massa NaCl ya ng ditimbang adalah 1 gram.

Percobaan 2 Pembuatan Reagen Kimia


Tujuan
1. Praktikan dapat membuat reagen kimia dari bahan kristal (zat padat)
2. Praktikan dapat membuat reagen kimia dari larutan (zat cair)

12
Dasar Teori
Setiap zat baik padat, cair atau gas memiliki kemampuan melarut berbeda didalam suatu p
elarut. Perbedaan wujud ini memberi petunjuk bahwa pelarutan harus menggunakan caracara
atau teknik tertentu.
Sifat analisis atau eksperimen yang diterapkan menuntut sediaan pereaksi tertentu
agar analisis/eksperimen itu memberikan hasil yang tepat dan teliti. Oleh karena itu, jenis
perlatan dan spesifikasi zat yang dipilih pun harus memenuhi persyaratan agar diperoleh
hasil sediaan yang mendukung tujuan tersebut. Pembuatan sediaan perekasi berupa larutan
akan menuntut cara atau teknik pembuatan dengan prosedur tersendiri bergantung pada sifat
pembentukan larutan. Sebagai contoh adalah pembuatan antara NaOH 1 M dan NaOH 0,1 M
atau antara H2SO4 1 M dan H2SO4 0,1 M. Yang pertama, melibatkan teknik pengukuran massa
dan teknik pelarutan, sedangkan yang kedua melibatkan teknik pengukuran volume dan
teknik pengenceran. Proses pembuatan larutan dari suatu zat padat disebut pelarutan, dan
proses pembuatan larutan dari suatu zat yang berasal dari cairan pekatnya disebut
pengenceran.

Alat dan Bahan Alat Bahan


1. Kaca arloji 1. NaCl
2. Gelas Beaker 2. H2SO4
3. Labu ukur 100 mL 3. Aquades
4. Pipet
5. Pengaduk
6. Sendok
7. Neraca

Cara Kerja
I. Pembuatan Reagen dari Bahan Kristal (Zat Padat)
A. Pembuatan Larutan NaCl 100 mL 1 N
1. Timbang kristal NaCl sesuai perhitungan jika diketahui massa molar (µ) NaCl 58,5
g/mol
G 1000
13
N= x x val
μ V
Keterangan:
N = Normalitas NaCl yang akan dibuat
G = Massa NaCl µ = Massa molar
NaCl
V = Volume larutan yang akan dibuat
Val = Valensi

2. Larutkan dengan sedikit akuades (±10 mL)


3. Pindahkan larutan pada langkah 2 ke labu ukur 100 mL dan tambahkan aquades
hingga tanda batas.
4. Kocok larutan hingga homogen.

B. Pembuatan larutan NaCl 100 mL 0,1 N dari NaCl 1 N


1. Catat harga konsentrasi cairan yang akan diencerkan kemudian tetapkan besarnya
volume dan konsentrasi larutan encer yang hendak dibuat.
2. Hitung volume larutan yang akan diencerkan sesuai rumus:
V1. N1 = V2. N2
Keterangan:
V1 = Volume larutan awal
N1 = Normalitas larutan awal
V2 = Volume larutan encer yang akan dibuat
N2 = Normalitas larutan encer yang akan dibuat

3. Masukkan larutan tersebut ke labu ukur 100 mL dan tambahkan aquades hingga
tanda batas.
4. Kocok larutan hingga homogen.

II. Pembuatan Reagen dari Bahan Larutan (Zat Cair)


A. Pembuatan Larutan H2SO4 100 mL 1 M dari H2SO4 pekat
1. Baca dan catat harga massa jenis (ρ) dan derajat kemurnian (%b/v) dari H 2SO4
pekat sesuai yang tertera pada etiket botol.

2. Hitung konsentrasi larutan H2SO4 pekat tersebut sesuai rumus: ρ x % x 1000


14
M=
μ
Keterangan:
M = Molaritas H2SO4 pekat
ρ = massa jenis H2SO4 % =
derajat kemurnian H2SO4
µ = Massa molar H2SO4

3. Hitung volume larutan yang akan diencerkan sesuai rumus:


V1. M1 = V2. M2
Keterangan:
V1 = Volume larutan pekat
M1 = Molaritas larutan pekat
V2 = Volume larutan encer yang akan dibuat
M2 = Molaritas larutan encer yang akan dibuat

4. Masukkan kurang lebih 10 mL aquadest ke dalam labu ukur 100 mL


5. Masukkan H2SO4 pekat yang akan diencerkan dengan volume sesuai perhitungan
pada langkah 3.
6. Tambahkan aquades hingga tanda batas.
7. Kocok larutan hingga homogen.
8. Pegang labu ukur, rasakan apa yang terjadi

B. Pembuatan Larutan H2SO4 100 mL 0,1 N dari H2SO4 1 M


1. Hitung volume larutan yang akan diencerkan.
N = M . val
V1. N1 = V2. N2
Keterangan:
V1 = Volume larutan awal
N1 = Normalitas larutan awal
V2 = Volume larutan encer yang akan dibuat
N2 = Normalitas larutan encer yang akan dibuat
M = Molaritas
Val = valensi

2. Masukkan H2SO4 1 M yang akan diencerkan dengan volume sesuai perhitungan


pada langkah 1.

15
3. Tambahkan aquades hingga tanda batas.
4. Kocok larutan hingga homogen.
5. Pengang labu ukur, rasakan apa yang terjadi

Hasil Pengamatan
I. Pembuatan Reagen dari Bahan Kristal (Zat Padat)
A. Pembuatan Larutan NaCl 100 mL 1 N
µ NaCl = g/mol
v NaCl = mL
N NaCl = N
Massa NaCl = g

B. Pembuatan larutan NaCl 100 mL 0,1 N dari NaCl 1 N


V1 =
N1 =
V2 =
N2 =

II. Pembuatan Reagen dari Larutan Pekat (Zat Cair)


A. Pembuatan Larutan H2SO4 100 mL 1 M dari H2SO4 pekat ρ H2SO4 pekat
= g/L % H2SO4 pekat = % M H2SO4
pekat = M
B. Pembuatan Larutan H2SO4 100 mL 0,1 N dari H2SO4 1 M
V1 =
N1 =
V2 =
N2 =
Valensi H2SO4 =

Percobaan 3

Teknik Pemisahan Sederhana


Tujuan
1. Praktikan mampu melakukan dekantasi, filtrasi dan kromatografi sebagai teknik
pemisahan sederhana

16
2. Praktikan dapat memisahkan komponen penyusun campuran berdasarkan perbedaan
sifat fisiknya.
3. Praktikan dapat membedakan dan menunjukkan perubahan kimia dan perubahan
fisika.
Landasan Teori
Proses pemisahan sangat penting dalam bidang kimia.Proses pemisahan suatu
campuran dapat dilakukan dengan berbagai metode. Metode pemisahan yang dipilih
bergantung pada fasa komponen penyusun campuran. Suatu campuran dapat berupa
campuran homogen (satu fasa) atau campuran heterogen (lebih dari satu fasa). Suatu
campuran heterogen dapat mengandung dua atau lebih fasa: padat-padat, padat-cair,
padatgas, cair-cair, cair-gas, gas-gas, campuran padat-cair-gas, dan sebagainya. Pada berbagai
kasus, dua atau lebih proses pemisahan harus dikombinasikan untuk mendapatkan hasil
pemisahan yang diinginkan.
Dalam percobaan ini akan dilakukan teknik pemisahan sederhana yang meliputi
dekantasi, filtrasi dan kromatografi. Dekantasi merupakan pemisahan komponen-komponen
dalam campuran dengan cara dituang secara langsung. Dekantasi dapat dilakukan untuk
memisahkan campuran zat cair dan zat padat atau zat cair dengan zat cair yang tidak saling
campur (suspensi). Adapun filtasi adalah pembersihan partikel padat dari suatu fluida dengan
melewatkannya pada medium penyaringan. Padatan yang tertinggal pada media penyaring
disebut residu dan fluida yang ada (tersisa) disebut filtrat. Sedangkan kromatografi
merupakan cara pemisahan dimana komponen-komponen yang akan dipisahkan
didistribusikan antara dua fase yaitu fase stationer (tetap) dan fase mobil (bergerak).

Gambar 2.1. Dekantasi Gambar 2.1. Filtrasi

17
Gambar 2.3. Kromatografi
Selain itu pada praktikum ini adakan dilakukan pemisahan dan pemurnian zat. Ada
beberapa cara pemisahan dan pemurnian suatu zat dari campurannya secara fisik, antara lain
yang telah dilakukan di percobaan 1 yaitu dekantasi, filtrasi, dan kromatografi. Pada
percobaan 2 ini akan diperkenalkan pemisahan secara fisik lainnya, yaitu ekstraksi, koagulasi,
adsorbsi, dan sublimasi.
Ekstraksi merupakan proses pengambilan komponen berdasarkan kelarutannya dalam 2
fasa cair yang berbeda, misalnya air dan kloroform. Koagulasi merupakan proses
pengendapan koloid. Adsorbsi adalah salah satu cara pemurnian dengan bantuan adsorben
yang mampu menyerap gas, cairan, atau zat terlarut pada permukaannya. Sedangkan
sublimasi merupakan proses pemurnian suatu zat dengan cara memanaskan campuran
sehingga dihasilkan sublimat (kumpulan materi yang terbentuk karena pemanasan zat
tersebut, dimana zat tersebut mampu berubah langsung dari fasa gas ke fasa padat).

Alat dan Bahan Alat


Bahan
1) Gelas Beker 100 mL
1) Pasir
2) Batang pengaduk
1) H2SO4
3) Gelas Ukur 10 mL
1) Na2CO3
4) Kertas saring
1) CaCl2
5) Kertas Kromatografi

6) Corong
7) Erlenmeyer

18
8) Bejana pengembang
9) Spidol warna
10) Lidi
Prosedur Kerja
Dekantasi
1. Kocoklah botol reagen yang bertuliskan “pasir dalam air”, tuangkan 25 mL campuran
ke dalam gelas beker 100 mL (beker 1). Tunggu 10 menit, agar pasir turun sebanyak
mungkin.
2. Pegang pengaduk sedemikian rupa (gambar 1.2) hingga menyentuh dinding gelas
beker penampung (beker 2) dan bibir beker 1.
3. Tuangkan cairan dalam beker 1 melalui batang pengaduk, sehingga semua cairan
berada di beker 2 dan padatan tertinggal di beker 1, sehingga sekarang anda telah
memisahkan padatan dari sebagian cairan.

Filtrasi
Pada percobaan ini akan disaring CaCO 3 yang dibuat dengan mereaksikan Na 2CO3
dengan CaCl2.
1. Ambil 5 mL larutan Na2CO3, masukkan ke dalam gelas beker, kemudian tambahkan
CaCl2. Amati endapan yang terbentuk, catat warnanya.
2. Ambil kertas saring, lipatlah. Filtrasi dapat memisahkan partikel yang terlalu kecil
untuk mengendap dari cairannya.
3. Pasang kertas saring tersebut pada corong, basahi kertas saring dengan pelarut, tekan
dengan gelas pengaduk hingga melekat pada corong gelas.
4. Pasang corong yang berisi kertas saring di atas Erlenmeyer seperti pada gambar 2.1.
5. Pada saat menuangkan campuran, perlu bantuan batang pengaduk.
6. Pegang pengaduk hingga menyentuh dinding corong gelas yang berisi kertas saring
dan bibir beker yang berisi campuran. Hal ini dilakukan supaya tidak ada cairan yang
jatuh di luar kertas saring.
7. Penuangan harus hati-hati.

Kromatografi Kertas
1. Sediakan kertas kromatografi ukuran 14x2 cm, tarik garis dengan pensil 1 cm dari tiap
ujung kertas.

19
2. Kemudian buatlah titik kecil menggunakan tinta hitam di tengah-tengah garis kertas
bagian bawah, buatlah titik serupa di kanan dan kiri titik tersebut dengan jarak 0,75
cm, kemudian keringkan tinta tersebut.
3. Masukkan aquades ke dalam bejana pengembang kromatografi, kira-kira setinggi 0,5
cm. Gulung bagian atas kertas kromatografi pada lidi, kemudian gantungkan tegak-
lurus dalam bejana pengembang. Ujung kertas harus tercelup ke aquades, tapi tinta
jangan sampai terkena atau terendam pelarut.
4. Biarkan tinta merambat ke atas kertas kromatografi sampai tanda batas atas. Jika
pelarut sudah sampai tanda batas atas, segera keluarkan kertas dari bejana.

Rf = 𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒕𝒊𝒕𝒊𝒌 𝒕𝒊𝒕𝒊𝒌 𝒂𝒘𝒂𝒍 𝒂𝒘𝒂𝒍 𝒌𝒆 𝒌𝒆 𝒎𝒂𝒔𝒊𝒏𝒈 𝒕𝒊𝒕𝒊𝒌 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓−𝒎𝒂𝒔𝒊𝒏𝒈 𝒑𝒆𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕 𝒏𝒐𝒅𝒂

5. Ulangi dengan tinta hijau, biru, merah, dan tinta tak dikenal (dibuat asisten).

a. Pemisahan dan Pemurnian


i. Ekstraksi
Cairan yang akan diekstraksi adalah campuran homogen iod dalam air. Karena
airkloroform tidak bercampur, sedangkan iod lebih larut dalam kloroform (CHCl 3),
maka iod dapat dipindahkan dari air ke kloroform.
1. Ambil 10 mL campuran iod-air, masukkan ke dalam corong pisah 50 mL,
tambahkan 10 mL kloroform (uap kloroform sangat beracun, jangan dihirup).
2. Tutup corong pemisah, kocok dengan baik.
3. Pengocokan akan menimbulkan sedikit panas dan menyebabkan tekanan uap
dalam corong pemisah naik.
4. Tekanan uap dalam corong pemisah dapat dihilangkan dengan cara membuka
keran bagian bawah (corong pemisah pada posisi miring seperti pada gambar 2.2).
5. Tutup kembali keran. Gantungkan pada statip, tunggu sampai kedua cairan
memisah sempurna menjadi 2 lapis.
6. Sebagian besar iod akan terekstrak ke dalam kloroform. Pada percobaan ini,
kloroform terletak di bawah atau di atas? Tinjau dari berat jenisnya!
7. Catat warna-warna yang terbentuk.
8. Buka tutup atas corong pemisah, lalu buka keran bawah. Tampung cairan bagian
bawah, hentikan sebelum lapisan atas ikut keluar.
9. Lapisan air masih mengandung iod. Iod dapat diambil dengan cara ekstraksi
berulang kali menggunakan kloroform seperti langkah-langkah sebelumnya.
20
Gambar 2.2
Ekstraksi menggunakan corong pemisah
ii. Sublimasi
1. Ambil sedikit campuran natrium klorida-naftalena, atau kristal iod tak murni.
2. Masukkan ke dalam gelas beker 100 mL (perhatian, jangan memegang iod dengan
jari, ataupun menghirup uapnya).
3. Kemudian tutuplah gelas beker tersebut dengan gelas arloji yang di atasnya telah
ditaruh es.
4. Panaskan gelas beker perlahan-lahan. Iod akan menguap dari dasar beker, dan
memadat sebagai kristal pada sisi bawah gelas arloji yang dingin.
5. Bila sublimasi telah selesai, kumpulkan kristal iod yang terbentuk.
6. Catat perbedaan penampakan iod sebelum dan sesudah sublimasi.

Gambar 2.3 Contoh Sublimasi (Kapur Barus)

iii. Koagulasi
Pada percobaan dekantasi (percobaan 1), pengendapan padatan dapat dipercepat
dengan penambahan reagen pengkoagulasi ke dalam air. Contoh reagen pengkoagulasi
yang akan dipakai pada percobaan ini adalah Al(OH) 3.

21
Al(OH)3 dibuat dengan cara mereaksikan aluminium sulfat, Al 2(SO4)3, dengan
kalsium hidroksida, Ca(OH)2. Secara garis besar reaksinya:
Al2(SO4)3 + Ca(OH)2 Al(OH)3 + CaSO4
Presipitat Al(OH)3 mempunyai luas permukaan yang besar, yang dapat menarik
dan menjebak partikel-partikel kecil yang tersuspensi, kemudian dibawa ke dasar
wadah.

1. Ambillah 20 mL air keruh, masukkan ke dalam 2 tabung reaksi, kocok dengan baik.
2. Pada salah satu tabung, tambahkan 8 mL larutan Ca(OH) 2 jenuh (dibuat dari 1 g
Ca(OH)2 dalam 500 mL air) dan 2 mL larutan Al2(SO4)3 0,1 M.
3. Kocok kembali kedua tabung reaksi, diamkan beberapa menit.
4. Bandingkan hasilnya, tabung mana yang lebih jernih.

b. Perubahan Zat
i. Lilin
1. Nyalakan lilin, amatilah lilin yang menyala tersebut. Lilin semakin lama semakin
pendek. Apakah lilin meleleh? Apakah ada lilin yang terbakar? Perubahan apa yang
terjadi? Apakah lilin terbakar mengeluarkan kalor?
2. Sekarang masukkan pipa kaca yang bersih selama beberapa detik ke dalam nyala
lilin. Apa yang terlihat pada pipa kaca? Apakah terbentuk zat baru? Perubahan apa
yang terjadi? Masukkan pipa kaca pada zat cair yang ada di bawah nyala lilin,
perhatikan setelah mendingin. Apakah terbentuk zat baru?

ii. Magnesium
1. Jepit sepotong pita Mg dengan penjepit (tang)
2. Masukkan ujungnya dalam nyala api sampai ujung pita Mg berpijar, lalu keluarkan
dari nyala api.
3. Perhatikan apa yang terjadi (jangan melihat langsung pita Mg yang terbakar,
gunakan kacamata). Apakah terbentuk zat baru?

iii. Belerang
1. Masukkan seujung sendok teh serbuk belerang ke dalam tabung reaksi.
2. Panaskan perlahan.

22
3. Setelah sebagian belerang meleleh, hentikan pemanasan. Apakah warna belerang
berubah ketika dipanaskan? Apakah terbentuk zat baru?
4. Ulangi dengan memanaskan belerang yang dipanaskan di atas sendok logam.

Hasil Pengamatan
a. Dekantasi

Warna campuran awal Warna cairan setelah perlakuan

b. Filtrasi
Na2CO3 CaCl2
Warna Wujud Warna Wujud

Hasil reaksi sebelum filtrasi Hasil reaksi setelah filtrasi


Warna Wujud Cairan Residu

c. Kromatografi kertas
Warna tinta Jumlah noda Warna noda Rf

Hitam

Biru

Hijau

23
Merah

Tak dikenal

a. Pemisahan dan Pemurnian


i. Ekstraksi
Warna sebelum ekstraksi Warna setelah ekstraksi
Larutan dalam air Kloroform Larutan dalam air Kloroform

Kesimpulan:
.....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................

ii. Sublimasi
Sebelum sublimasi Setelah sublimasi
Warna kristal Bentuk kristal Warna Kristal Bentuk kristal

Kesimpulan:
.....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................
iii. Koagulasi
Air sebelum/tanpa koagulasi Air setelah koagulasi

Selama dan setelah proses penambahan reagen pengkoagulasi terjadi:


.....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................
Persamaan reaksi (sempurnakan persamaan reaksi pada cara kerja):
24
.....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................
Larutan manakah yang lebih cepat jernih, larutan dengan koagulasi atau tanpa
koagulasi?
.....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................

Kesimpulan:
.....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................
b. Perubahan Zat
i. Lilin
Perlakuan Pengamatan Keterangan
Sebelum pembakaran

Setelah pembakaran

Pipa kaca setelah dimasukkan:


dalam nyala lilin
dalam zat cair di bawah nyala lilin
Kesimpulan:
.....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................
ii. Magnesium
Perlakuan Pengamatan Keterangan
Sebelum pembakaran

Selama pembakaran

Kesimpulan:

iii. Belerang
Perlakuan Pengamatan Keterangan

25
Sebelum pembakaran

Pembakaran:
dalam tabung reaksi
dengan sendok logam

Kesimpulan:
.....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................

Percobaan 4 Kesetimbangan Kimia


Tujuan
Praktikan mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia

Dasar Teori
Penambahan larutan KSCN pada larutan Fe(NO 3)3 menghasilkan warna merah darah. Semakin
banyak KSCN yang ditambahkan, intensitas warna semakin merah. Ion Fe 3+ dan NCS-
berkombinasi membentuk suatu ion kompleks sesuai reksi kesetimbangan berikut:
Fe3+(aq)+ SCN-(aq) FeSCN2+(aq)
Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi posisi kesetimbangan. Dalam percobaan
ini Saudara akan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan reaksi
diatas.

Bahan dan Alat


1. FeCl31M (aq)
2. KSCN 1M (aq)
3. AgNO3 0,1 M(aq)
4. Na2HPO4 1M(aq)
5. NH3 1M (aq)
6. Pembakar bunsen
7. Es

Prosedur Kerja
1. Masukkkan 8 tetes FeCl3 1 M dan 8 tetes KSCN 1M dalam 100 mL air.
26
2. Buatlah desain eksperimen yang akan menguji pengaruh penambahan reagen lain pada
sistem tersebut terhadap kesetimbangan. Amati yang terjadi. Desain yang saudara buat
harus menggunakan sedikit mungkin reagen.
3. Ketika penambahan tekanan, amati apa yang terjadi ketika reagen ditambahkan tetes demi
tetes. Selama penambahan masing-masing reagen identifikasi kemungkinan terjadinya
reaksi kimia lain. Apakah tedapat pola yang muncul pada arah pergesaran kesetimbangan
ketika reagen ditambahkan?

4. Saat penambahan tekanan kimia, amati apa yang terjadi ketika sistem kesetimbangan
dipanaskan (tetapi tidak sampai mendidih) dan dinginkan. Kesimpulan apa yang dapat
saudara gambarkan dengan reaksi tersebut? eksoterm atau endoterm?
Setelah selesai, selidiki:
1. Amati apa yang terjadi ketika berbagai senyawa ditambahkan pada campuran
kesetimbangan
2. Jelaskan peristiwa kimia yang terjadi ketika reagen-reagen yang ditambahkan
mengubah sistem kesetimbangan
3. Jelaskan mengapa posisi kesetimbangan berubah ketika campuran dipanaskan dan
didinginkan
4. Identifikasi pola penambahan tekanan pada sistem kesetimbangan
5. Rangkum apa yang Saudara temukan dan laporkan pada dosen pengampu.

27
Percobaan 5 Termokimia

Tujuan
Praktikan dapat menentukan kalor reaksi berbagai macam reaksi.

Dasar Teori
Kajian tentang kalor yang dihasilkan atau dibutuhkan oleh reaksi kimia disebut
Termokimia. Termokimia merupakan cabang dari Termodinamika, yaitu suatu ilmu yang
mempelajari perubahan energi yang menyertai reaksi kimia. Perubahan energi tersebut dapat
memberi petunjuk dalam menentukan seberapa cepat reaksi tersebut berlangsung dan
sempurna tidaknya reaksi yang terjadi. Termokimia lebih spesifik membahas perubahan
energi yang dimanifestasikan sebagai kalor reaksi (q) atau entalpi (ΔH).
Pada umumnya terdapat dua macam reaksi, yaitu reaksi endoterm dan eksoterm. Reaksi
endoterm adalah reaksi yang membutuhkan kalor, sehingga menyerap kalor dari
lingkungannya (Δq negatif, ΔH positif). Reaksi eksoterm adalah reaksi yang membebaskan
kalor ke lingkungan (Δq positif, ΔH negatif).
Kalor reaksi dapat digolongkan dalam kategori yang lebih khusus lagi, yaitu:
1. Kalor pembentukan: jumlah kalor yang dibebaskan pada pembentukan 1 mol zat dari
unsur-unsur pembentuknya pada kondisi standar
2. Kalor pembakaran: jumlah kalor yang dibebaskan per-mol zat yang dibakar
3. Kalor pelarutan, penguapan dan sublimasi: berhubungan dengan perubahan wujud, serta
hidrasi molekul atau ion
4. Kalor netralisasi: kalor yang dibebaskan bila 1 mol air dihasilkan dari reaksi asam-basa
Jumlah perubahan kalor ataupun perubahan entalpi sebagai hasil dari reaksi kimia dapat
diukur dalam kalorimeter. Kalorimeter merupakan sebuah tabung yang didesain sedemikian

28
rupa, sehingga tidak ada perpindahan kalor dengan sekelilingnya. Atau kalaupun ada,
pertukaran kalor harus dibuat seminimal mungkin, sehingga dapat diabaikan.
Pada percobaan ini, pengukuran kalor dilakukan dengan melangsungkan reaksi di dalam
kalorimeter. Kalor reaksi dihitung dari perubahan temperatur larutan dikalikan berat larutan
dan kalor jenis (J/gK). Akan tetapi, harus dilakukan koreksi terhadap kalor yang diserap atau
dibebaskan kalorimeter. Apabila perbedaan temperatur antara kalorimeter dengan
lingkungan cukup besar, dan jika isolasi tidak sempurna, disarankan untuk mencatat
temperatur beberapa kali dan mengekstrapolasi grafik data tersebut ke waktu pencampuran,
sehingga diperoleh perubahan temperatur yang benar.

Alat dan Bahan


Alat Bahan
1. Kalorimeter 1. Air
2. Termometer 2. Es batu
3. Stopwatch/Timer 3. CuSO4 1 M
4. Batang pengaduk 4. Bubuk Zn

5. Pemanas 5. Aquades
6. Neraca analitik

Cara Kerja
Kalorimeter sederhana susunannya sbb:

Gambar 3.1 Kalorimeter (sumber: www.picstopin.com)

Sebelum memulai percobaan, timbanglah kalorimeter (kering dan bersih) yang akan
digunakan, catat massanya.
a. Penentuan Tetapan Kalorimeter

29
Bandingkan kedua termometer yang akan digunakan. Caranya, celupkan keduanya
bersama-sama dalam air pada suhu kamar selama 1 menit. Apakah ada perbedaan suhu
yang ditunjukkan termometer?
Masukkan 20 mL air dingin ke dalam kalorimeter, ukur massa kalorimeter dengan
isinya. Panaskan 30 mL air (yang diletakkan dalam erlenmeyer) hingga suhunya 15-20 0C
di atas suhu kamar. Ukur suhu air pada kalorimeter serta suhu air panas secara
bersamaan, catat suhu masing-masing tiap menit selama 3 menit.
Pada menit keempat, masukkan air panas ke dalam kalorimeter A, tutup kalorimeter,
aduk terus. Ukur dan catat suhunya pada menit ke 5, 6, 7. Sampai menit terakhir, cairan
dalam kalorimeter A tetap diaduk. Timbang kembali kalorimeter A beserta seluruh isinya.
Buatlah kurva suhu terhadap selang waktu untuk menentukan harga penurunan
temperatur air panas dan kenaikan suhu air dingin. Berapakah kalor yang dilepas air
panas dan yang diterima air dingin? Hitung kalor yang diterima kalorimeter (selisih kalor
yang dilepas air panas, dikurangi kalor yang diterima air dingin). Hitung tetapan
kalorimeter.
b. Penentuan Kalor Reaksi Zn(s) dan CuSO4(aq)
Masukkan 20 mL CuSO4 1 M ke dalam kalorimeter, timbang tutup kalorimeter, pasang
pengaduk dan termometer. Ukur suhu larutan setiap menit selama 4 menit. Sambil menunggu
diukurnya suhu CuSO4, timbanglah dengan teliti 1,5 g bubuk Zn (Mr = 65,4 g/mol). Segera
pada menit ke-5 masukkan bubuk Zn ke dalam kalorimeter yang telah berisi CuSO 4. Sambil
diaduk terus, ukurlah suhu setiap menit selama 10 menit. Ekstrapolasikan pada grafik. Hasil
Pengamatan
a. Penentuan Tetapan Kalorimeter
Kalor yang dilepas = kalor yang diterima
Kalor yang dilepas air panas = kalor yang diterima air dingin + kalor yang diterima
kalorimeter
Kalor yang dilepas air panas (q1) = mair panas x (Tcampuran – Tair panas menit ke-1) x cair
q1 = m1 x ΔT1 x (4,2 J/gK)
Kalor yang diterima air dingin (q2) = mair dingin x (Tcampuran – Tair dingin menit ke-1) x cair
q2 = m2 x ΔT2 x (4,2 J/gK)
Kalor yang diterima kalorimeter = q3
q3 = q1 – q2

30
Tetapan kalorimeter (Ckalorimeter) = q3 / ΔT2 (J/gK)
Catatan: massa jenis air dianggap tetap 1 g/mL
kalor jenis air dianggap tetap 4,2 J/gK
Suhu (T) pada menit ke-
Massa (g)
1 2 3 4 5 6 7
Air dingin
Air panas
Campuran
Pada menit ke-4,
ΔTair panas = ΔTair dingin =
q1 = q2 =
Kalor yang diterima kalorimeter, q3 =
Tetapan kalorimeter, Ckalorimeter =
b. Penentuan Kalor Reaksi Zn(s) dan CuSO4(aq)
Kalor yang diserap kalorimeter = Ckalorimeter x ΔT (J)
Kalor yang diserap larutan = mlarutan x clarutan x ΔT
= mlarutan x (3,52 J/gK) x ΔT
Kalor yang dihasilkan reaksi = kalor yang diserap kalorimeter + kalor yang diserap
larutan
Berdasarkan stoikiometri, reaksi ini melibatkan 0,04 mol zat, jadi
𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛
ΔH = J/mol
0,04
Catatan: massa jenis larutan ZnSO4 1,14 g/mL
c larutan = 3,52 J/gK
Mass Suhu (T) pada menit ke-
a (g) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
CuSO4 1 M
Zn(s)
Campuran
Perubahan suhu pada menit ke-5 (ΔT) =
Kalor yang diserap kalorimeter =
Kalor yang diserap larutan =
Kalor yang dihasilkan reaksi =
Catatan: kerapatan larutan 1,098 g/mL
c larutan = 4,02 J/gK
31
Absis-
ordinat
grafik yang
digunakan:
Temperatur
T0C
Waktu (t menit)

Percobaan 6 Redoks dan Elektrokimia


Tujuan
1. Mengetahui pengaruh besarnya potensial oksidasi dari beberapa jenis logam.
2. Menentukan zat-zat yang mengalami reaksi oksidasi dan reaksi reduksi

Dasar Teori
Perubahan kimia yang menyangkut dua buah unsur atau lebih tentumen gakibatkan
perubahan valensi atau bilangan oksidasi unsur tersebut. Reaksi reaksi dimana terjadi
perpindahan elektron (perubahan valensi) disebut reaksi oksidasi dan reuksi. Reaksi oksidasi
terjadi serentak dan bergantung satu dengan lainnya.
Zat zat yang dalam reaksinya melepaskan elektron disebut reduktor dan zat/zat yang
menerima elektron disebut oksidator. Kemampuan melepaskan dan menerima elektron
adalah ukuran kekuatan mereduksi dan mengoksidasi tersebut.

Alat dan Bahan Alat


Pipet Tetes
Gelas Kimia
Bahan
1. Logam seng (Zn) 4. Cangkang telur ayam
2. Asam Sulfat 5. Asam Klorida (HCl)
3. Logam tembaga (Cu) 6. Asam asetat

32
Prosedur Kerja
A. Reaksi Pembentukan Gas
1. Dua tabung reaksi diisi masing-masing dengan 4 ml HCl 4 M
2. Masukkan masing-masing satu keeping logam Cu dan Zn kedalam masing/masing
tabung reaksi yang berisi 4 ml larutan HCl 4 M
3. Analisis reaksi kedua logam tersebut
4. Tuliskan persamaan reaksi yang terjadi

33
B. Kekuatan Asam
1. Tiga tabung reaksi di isi masing/masing dengan 4 ml HCl 2 M pada tabung
pertama, 4 ml asam sulfat pada tabung reaksi kedua, 4 ml Asam Asetat 2 M pada
tabung reaksi ketiga
2. Masukkan logam seng kedalam masing-masing tabung reaksi tersebut
3. Amati kecepatan reaksi logam Zn dalam ketiga larutan asam tersebut
C. Reaksi Karbonat
1. Kedalam gelas kimia 100 ml di masukkan 10 ml asam asetat 2M
2. Masukan pecahan cangkang telur ayam kedalamnya, amati apa yang terjadi dan
tulis semua reaksi kimia yang terjadi

Lembar Pengamatan
Percobaan Perubahan
Reaksi
Pembentukan
Gas

Reaksi

Percobaan Perubahan
Kekuatan
Asam

34
Reaksi

Percobaan Perubahan
Reaksi
KArbonat

Reaksi

35
Percobaan 7 Kinetika Kimia
Tujuan
1. Praktikan mampu menjelaskan tanda-tanda reaksi kimia
2. Praktikan mampu menentukan laju dan orde reaksi.

Dasar Teori
Reaksi kimia dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan gejala yang
ditimbulkannya. Berikut adalah beberapa jenis reaksi beserta contoh reaksinya yang baik
persamaan ataupun stoikiometri reaksinya belum lengkap.
1. Reaksi netralisasi
NaOH + H2SO4 →
2. Reaksi pembentukan endapan Pb-asetat + HCl →
3. Reaksi pembentukan gas
4. Reaksi pembentukan kompleks
CuSO4 + H2O →
5. Reaksi pertukaran muatan (Redoks)
Zn + CuSO4→
Reaksi kimia ditandai dengan gejala-gejala yang dapat diamati. Gejala-gejala tersebut
diantaranya adalah terbentuknya gas, terbentuknya endapan, perubahan temperatur,
perubahan warna, rasa dan bau.
Reaksi-reaksi kimia dapat berlangsung cepat atau lambat. Parameter yang digunakan
untuk mengukur cepat atau lambatnya reaksi kimia adalah dengan laju reaksi (v).
Biasanya, laju reaksi tergantung dari beberapa faktor, diantaranya adalah konsentrasi
reaktan, temperatur, luas permukaan reaktan (biasanya untuk reaktan yang padat), serta
adanya katalis yang berfungsi mempercepat berlangsungnya suatu reaksi. Persamaan
umum reaksi dituliskan sbb:
A+B→C
Maka laju reaksinya diungkapkan melalui persamaan:

𝒗 = − 𝒅[𝑨] = − 𝒅[𝑩] = 𝒅[𝑪] 𝒎[𝑩]𝒏


+ = 𝒌[𝑨]
𝒅𝒕 𝒅𝒕 𝒅𝒕
[A] dan [B] adalah konsentrasi pereaksi, [C] adalah konsentrasi produk, m dan n adalah
orde reaksi, dan k adalah konstanta laju reaksi.
36
1
Laju reaksi (v) dapat diwakilkan dengan parameter (t adalah waktu), kemudian bila t
diplotkan terhadap konsentrasi pereaksi, akan didapat sebuah grafik dengan kurva
tertentu.
Reaksi orde 1 kurvanya berbentuk linier.

Cara Kerja
a. Mengenal jenis-jenis reaksi
1. Siapkan 4 tabung reaksi, beri label dan isi tabung dengan reaktan:
2. NaOH dan H2SO4; Pb-asetat dan HCl; HCl dan CuSO4; aquades dan logam Mg
3. Catat apa yang terjadi pada masing-masing tabung reaksi tersebut. Apakah terjadi
reaksi? Jika iya, gejala apa yang muncul?

b. Kinetika reaksi logam Mg dengan HCl


1. Siapkan pita logam Mg dengan panjang 0,5 cm sebanyak 4 buah.
2. Siapkan larutan HCl 2,5 M. Dari larutan tersebut, buatlah larutan HCl dengan
konsentrasi 2,0 M; 1,5 M; dan 1M.
3. Siapkan 4 tabung reaksi, beri label, lalu masukkan keempat larutan HCl yang
berbeda konsentrasinya ke dalam 4 tabung reaksi tersebut.
4. Masukkan sepotong logam Mg ke tabung pertama, bersamaan dengan itu hidupkan
stopwatch. Ketika Mg habis, matikan stopwatch.
5. Ulangi dengan menggunakan larutan dengan konsentrasi yang berbeda,
masingmasing diulang 2 kali.

6. Plotkan nilai 1 terhadap [HCl]. Bila kurva lurus belum didapatkan, plotkan lagi t
terhadap [HCl]2, dst. Tentukan laju reaksi (v) dan konstanta laju reaksi (k).

Hasil Pengamatan
a. Mengenal jenis-jenis reaksi
No tabung Reaktan 1 Reaktan 2 Gejala Persamaan reaksi
1 NaOH H2SO4
2 AgNO3 HCl
3 HCl CuSO4
4 Aquades Mg

37
b. Kinetika reaksi logam Mg dengan HCl
Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3
No tabung [HCl]
t (detik) 1/t t (detik) 1/t t (detik) 1/t
1 2,5 M
2 2M
3 1M
4 0,5 M
Reaksi apa yang terjadi? Tulislah dan jelaskan!

38
Percobaan 8

Analisis Volumetri: Reaksi Asam-Basa

Tujuan
1. Praktikan mampu melakukan analisis volumetri menggunakan titrasi asam-basa
untuk menentukan konsentrasi asam atau basa.
2. Praktikan mampu menentukan nilai Ka dari asam lemah

Dasar Teori
Perusahaan kimia yang kecil, dengan jumlah tenaga pegawai yang terbatas memiliki
pengalaman yang sempit mengenai produksi beberapa asam lemah. Hal ini disebabkan
karena rumitnya fasilitas produksi dalam identifikasi jenis asam yang dihasilkan.
Perusahaan tersebut menguji kecerdasan anda dan teman kelompok anda untuk
memecahkan masalah tersebut, pertama-tama, anda harus dapat menentukan nilai Ka dan
molaritas asam, sehingga anda dapat mengidentifikasi jenis asam. Kedua, perusahaan
tersebut menginginkan anda untuk dapat menjelaskan grafik hubungan antara pH dengan
volume penambahan NaOH pada titrasi asam yang tidak diketahui (unknown).
Kekuatan asam dapat diketahui melalui konstanta kesetimbangan, yang sering disebut
dengan konstanta disosiasi, Ka. Dengan menggunakan istilah HA untuk menunjukkan jenis
asam secara umum, maka persamaan reaksi asam di dalam air dapat dituliskan sebagai
berikut:
HA(aq) + H2O(l) H3O+(aq) + A-(aq)
Nilai Ka dapat dihitung menggunakan konsentrasi dalam spesies larutan berair dengan
kesetimbangan berikut:
[𝐻3𝑂+]𝑎𝑞[𝐴−]𝑎𝑞
𝐾𝑎 =
[𝐻𝐴]𝑎𝑞
Analisis volumetri dikenal juga sebagai titrimetri. Pada analisis volumetri, zat yang
dianalisis (analit) dibiarkan bereaksi dengan zat lain berupa larutan, yang konsentrasinya
telah diketahui, yang dialirkan dari buret (disebut larutan standar). Konsentrasi larutan
analit kemudian dihitung. Analisis volumetri dapat dilakukan dengan syarat reaksinya
berjalan cepat, tanpa reaksi samping, dan reaksi berlangsung kuantitatif.
Jika jumlah reagen yang ditambahkan tepat sama dengan jumlah reagen yang
diperlukan untuk bereaksi sempurna dengan analit, maka kondisi yang demikian bisa
39
dikatakan bahwa sistem telah berada di titik ekivalen. Untuk mengetahui reaksi telah
berada pada titik ekivalen, diperlukan adanya indikator. Volume dimana perubahan warna
indikator tampak oleh pengamat merupakan titik akhir, dan penambahan larutan standar
harus dihentikan.
Ada beberapa macam analisis volumetri:
1. Titrasi asam-basa
2. Titrasi redoks
3. Titrasi pengendapan
4. Titrasi kompleksometri
Pada percobaan ini akan lebih didalami mengenai titrasi asam-basa, yang titik
ekivalennya dapat diketahui dengan menggunakan indikator ataupun pH-meter. Pada suhu
kamar 250C, pH larutan pada titik ekivalen adalah sama dengan pH air, yaitu 7. Sebagai
catatan, dasar perhitungan pada reaksi asam-basa adalah kesetimbangan dan stoikiometri
reaksi.

Cara Kerja
a. Standarisasi NaOH dengan larutan standar asam oksalat
1. Dengan menggunakan pipet ukur atau pipet volume, ambil 10 mL larutan standar
asam oksalat 0,1 N dan masukkan larutan ke dalam erlenmeyer.
2. Larutan NaOH yang akan distandarisasi, dimasukkan ke dalam buret yang
sebelumnya telah dibilas dengan larutan NaOH yang sama.
3. Larutan standar asam oksalat ditambah dengan 3 tetes indikator pp, lalu dititrasi
dengan larutan NaOH.
4. Titrasi dihentikan bila terbentuk warna merah yang permanen pada larutan di
dalam erlenmeyer. Catat volume NaOH yang diperlukan.
5. Ulangi titrasi di atas 2 kali.

b. Studi kasus: Penetapan kadar asam asetat (asam cuka)


1. Dengan menggunakan pipet ukur atau pipet volume, ambil 5 mL asam asetat yang
dijual di pasaran, masukkan ke dalam labu takar, encerkan menjadi 50 mL.
2. Pipet 5 mL asam asetat yang telah diencerkan, masukkan ke dalam erlenmeyer,
tambahkan 3 tetes indikator pp, titrasi dengan larutan standar NaOH.

40
3. Titrasi dihentikan bila terbentuk warna merah yang permanen pada larutan di
dalam erlenmeyer. Catat volume NaOH yang diperlukan.

4. Ulangi titrasi di atas 2 kali. Berapakah kadar asam asetat pasaran?


Hasil Pengamatan
a. Standarisasi NaOH dengan larutan standar asam oksalat
Titrasi ke- V asam oksalat V NaOH Berapa konsentrasi NaOH?
1 V1.N1 = V2.N2
2 N2 = 𝑉1.𝑁1
𝑉2
3
Rata-rata

b. Penentuan Konstanta Kesetimbangan asam Lemah


No Vol NaOH pH
yang
ditambah

1 0
2 5
3 10
4 15
5 20
6 25
7 30

c. Studi kasus: Penetapan kadar asam asetat (asam cuka)


Titrasi ke- V NaOH V asam asetat Berapa konsentrasi asam
1 asetat?
2 V1.N1 = V2.N2
3
Rata-rata
𝑉
N2 = 1.𝑁1
𝑉2

41
Tulis semua reaksi yang terjadi pada percobaan ini, dan jelaskan!

Percobaan 9 Pengenalan Gugus Fungsi

Tujuan
Praktikan mampu mengidentifikasi gugus fungsi suatu senyawa melalui reaksi kimia.

Dasar Teori
Gugus fungsi merupakan kedudukan kereaktifan kimia suatu molekul. Satu kelompok
senyawa kimia yang memiliki gugus fungsi yang sama, akan menunjukkan gejala reaksi
kimia yang sama. Berdasarkan gejala reaksi tersebut, maka dapat dilakukan
pengelompokan senyawa berdasarkan gugus fungsinya:
Gugus fungsi Golongan senyawa
Nama Struktur Rumus umum Nama golongan
Ikatan rangkap C=C R2C = CR2 Alkena
Ikatan rangkap 3 CΞC RC Ξ CR Alkuna
Gugus hidroksil -OH R-OH Alkanol/alkohol
Gugus alkoksil -OR R-OR Alkoksi alkana/eter
Gugus aldehid -CHO R-CHO Alkanal/aldehid
Gugus karbonil -C=O R2-C=O Alkanon/keton
Gugus karboksil -COOH R-COOH Asam alkanoat/asam karboksilat
Gugus ester -COOR R-COOR Alkil alkanoat/ester
Gugus halo -X R-X Haloalkana/alkil halida
Gugus amino -NH2 R-NH2 Amina
Senyawa-senyawa organik bisa saja memiliki rumus molekul yang sama, tetapi
kereaktifannya berbeda. Perbedaan sifat itu disebabkan karena struktur, gugus, serta
penataan atom dalam ruang yang berbeda. Gejala tersebut disebut isomeri. Misalnya,
alkohol dengan eter, dapat dibedakan melalui reaksi dengan logam Na, aldehid dan keton
dapat dibedakan dengan reagen Fehling dan Tollens.

42
Cara Kerja
a. Reaksi senyawa alkohol
Reaksi oksidasi dengan pereaksi Lucas
Siapkan 3 tabung reaksi, beri label dan isi sesuai tabel di bawah ini:
Tabung Isi
A etanol 1 mL isopropil
B alkohol 1 mL t-butil
alkohol 1 mL
C
Ke dalam masing-masing tabung ditambahkan reagen Lucas dalam jumlah yang sama,
lalu panaskan. Amati apa yang terjadi.

b. Reaksi senyawa aldehid dan keton


i. Membedakan aldehid dengan keton
1. Siapkan 2 tabung reaksi A dan B, masing-masing diisi dengan 0,5 mL pereaksi
Fehling (A dan B).
2. Tambahkan 5 tetes formalin pada tabung A dan aseton pada tabung B.
3. Ulangi dengan pereaksi Tollens dan Benedict.

ii. Identifikasi keton


1. Siapkan 2 tabung reaksi, tabung A berisi formalin dan tabung B berisi aseton.
2. Ke dalam masing-masing tabung kemudian diisi berturut-turut dengan sodium
nitroprussid, ammonium klorida, dan ammonia, diamkan. Amati dan jelaskan
yang terjadi!

c. Reaksi esterifikasi
1. Siapkan 2 tabung reaksi, isi keduanya dengan 1 mL etanol.
2. Pada tabung A, ditambahkan 1 mL asam asetat, sedangkan pada tabung B
ditambahkan 1 mL asam benzoat.

43
3. Kemudian ke dalam kedua tabung ditambahkan beberapa tetes asam sulfat, lalu
panaskan. Apa yang terjadi? Bandingkan!

Hasil Pengamatan
a. Reaksi senyawa alkohol
Reaksi oksidasi dengan pereaksi Reagen Lucas
Hasil setelah penambahan Waktu yang
Tabung Isi dibutuhkan
Reagen Lucas
A etanol 1 mL isopropil
B alkohol 1 mL t-butil
alkohol 1 mL
C

b. Reaksi senyawa aldehid dan keton


Perlakuan dengan penambahan Tabung A (formalin) Tabung B (aseton)
i. Membedakan aldehid
dengan keton
Pereaksi Fehling
Pereaksi Tollens
Pereaksi Benedict
ii. Identifikasi keton
Sodium nitroprussid, ammonium
klorida, dan ammonia

c. Reaksi esterifikasi
Tabung Isi Hasil pengamatan
A Etanol + asam asetat
B Etanol + asam benzoate
Tulis semua reaksi yang terjadi pada percobaan ini, dan jelaskan!

44
Daftar Pustaka

Atkins, PW., Kimia Fisika, Edisi keempat, Jilid 1, a.b. Kartohadiprojo, I., Penerbit Erlangga,
Jakarta: 1994
HAM, Mulyono, 2009, Membuat Reagen Kimia di Laboratorium, Bumi Aksara: Bandung
Khopkar, SM., Konsep Dasar Kimia Analitik, a.b. Saptoraharjo, A., UI Press, Jakarta: 1990
Mahmudi, dkk., Petunjuk Praktikum (semester 1&2) Kimia Dasar I, Kimia Dasar II,
Technical Cooperation Project for Development of Science and Mathematics Teaching
for
Primary and Secondary Education in Indonesia (IMSTEP)-Jurusan Pendidikan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang, Malang
Schriner, Ralph L., et all., The Systematic Identification of Organic Compounds: A
Laboratory Manual, John Willey & Sons, New York: 1980
Staf Laboratorium Kimia Dasar, Petunjuk Praktikum Kimia Dasar (Paket A), rev. Hastuti, R.,
Windarti, T., Laboratorium Kimia Dasar Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Diponegoro, Semarang: 2004
Subiyanto, dkk., Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Dasar 1, Laboratorium Kimia Dasar
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Semarang, Semarang: 2003
Subiyanto, dkk., Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Dasar 2, Laboratorium Kimia Dasar
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Semarang, Semarang: 2003
Sumarjo, D., Gunardi, Buku Petunjuk Praktikum Kimia Kedokteran, Bagian Kimia
Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang: 2003
Sumarjo, D., dkk., Petunjuk Praktikum Kimia Dasar II, Edisi revisi, Laboratorium Kimia
Dasar Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Diponegoro, Semarang: 2005
Vogel, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif: Makro dan Semimikro, Edisi kelima,
Cetakan kedua, rev. Svehla, G., a.b. Setoino, L., Pudjaatmaka, AH., Penerbit Kalman
Media Pusaka, Jakarta: 1990

45

Anda mungkin juga menyukai