KIMIA DASAR
Disusun oleh :
Abdul Malik, M.Si.
LABORATORIUM BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN WALISONGO SEMARANG
2021
Prakata
Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Ilahi rabbi, berkat taufik dan rahmatNya,
reviewer dapat menyelesaikan perbaikan pada petunjuk Praktikum Kimia Dasar dengan baik
dan tepat waktu.
Praktikum Kimia Dasar merupakan bagian penting dalam perkuliahan Kimia. Petunjuk
praktikum ini dibuat sebagai penuntun mahasiswa dalam proses pelaksanaan praktikum
sehingga mahasiswa dapat melakukan praktik dengan benar dan aman.
Petunjuk praktikum ini merupakan hasil revisi ketiga dari petunjuk yang sudah ada
sebelumnya. Kedepan, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi tercapainya
prosess praktikum yang lebih baik.
Reviewer
2
Tata Tertib Pelaksanaan Praktikum
3
Daftar Isi
Prakata .................................................................................................................................................................. 2
Tata Tertib Pelaksanaan Praktikum .......................................................................................................... 3
4
KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM
Laboratorium Biokimia dengan segala kelengkapan peralatan dan bahan kimia
merupakan tempat berpotensi menimbulkan bahaya kepada para penggunanya jika para
pekerja di dalamnya tidak dibekali dengan pengetahuan mengenai kesehatan dan
keselamatan
kerja.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum memulia praktikum adalah Alat
Pelindung Diri dam simbol -simbol penting bahan kimia yang tertera di botol reagen.
5
Petunjuk Penyusunan Laporan Praktikum
Format laporan
6
E. Prosedur Kerja
Prosedur kerja disusun dalam bentuk diagram alir (flow chart) supaya lebih mudah
dipahami.
F. Hasil dan Pengamatan G. Analisa Data
Berisi perhitungan-perhitungan terkait data yang didapatkan
H. Pembahasan
Pembahasan berisi penjelasan tentang hasil percobaan yang diperoleh dan di
konfirmasi dengan teori yang mendasari.
I. Kesimpulan
J. Daftar Pustaka
Tujuan
Praktikan mampu menjelaskan dan menggunakan alat-alat di laboratorium, sehingga
mampu melakukan praktikum dengan tata cara dan urutan yang benar.
Dasar Teori
Untuk mendukung kegiatan praktikum kimia dasar di Laboratorium Kimia, telah tersedia
peralatan dengan fungsi tertentu. Oleh karena itu, praktikan perlu mengetahui kegunaan dan
cara penggunaan alat-alat tersebut. Pemilihan alat umumnya berdasarkan ketelitian yang
dikehendaki, sifat zat yang dipakai, serta keamanan terhadap pemakai dan lingkungannya.
Beberapa alat sederhana yang sering digunakan dalam laboratorium kimia adalah sebagai
berikut:
No Nama alat Bahan Fungsi
1. Tabung reaksi Gelas • Untuk mereaksikan zat-zat kimia dalam
jumlah kecil
• Dapat dipanaskan
2. Penjepit tabung Kayu dan Untuk memegang tabung reaksi saat pemanasan
kawat
3. Pengaduk gelas Gelas Untuk mengaduk suatu campuran dan
membantu saat dekantasi atau penyaringan
4. Corong gelas Gelas Untuk memasukkan cairan ke dalam suatu
tempat yang sempit mulutnya
5. Kertas saring Selulosa, dll Untuk menyaring endapan. Diameter zat yang
disaring harus lebih besar daripada pori-pori
kertas saring
6. Gelas arloji Gelas Untuk menimbang padatan
7. Gelas ukur Gelas Untuk mengukur volume cairan/larutan
7
8. Gelas Gelas • Untuk menempatkan larutan, menguapkan
beaker/gelas piala pelarutan dan untuk memekatkan
• Bukan pengukur, walaupun punya ukuran
volume
9. Erlenmeyer Gelas • Untuk tempat zat yang dititrasi, untuk
menempatkan larutan, kadang juga untuk
memanaskan larutan
• Bukan pengukur, walaupun punya ukuran
volume
10. Labu ukur Gelas Untuk membuat larutan standar, untuk
pengenceran (jangan dipakai untuk mengukur
larutan/pelarut panas)
11. Pipet gondok Gelas • Berujung runcing dan dibagian tengah
menggelembung
• Untuk mengambil larutan volume tertentu
dengan ketelitian tinggi
12. Pipet Gelas Untuk mengambil larutan dalam jumlah kecil
Pasteur/pipet
tetes
13. Buret Gelas • Mempunyai kran dan skala
• Untuk melakukan titrasi
14. Corong pemisah Gelas Untuk melakukan ekstraksi pelarut
Bahan
1. Aquades
2. NaCl
3. NaOH
4. Kertas saring
5. NH4Cl
8
Cara Kerja
Untuk mengetahui alat-alat tersebut di atas, berikut ini ada beberapa percobaan yang perlu
dilakukan. Sesuai dengan tujuan percobaan, yang perlu diperhatikan adalah cara penggunaan
alat-alat tersebut dengan baik.
9
4. Memipet
a) Menggunakan pipet tetes
1. Tekan karet penghisap
2. Masukkan pipet ke dalam larutan yang akan diambil atau dipindahkan
3. Pindahkan pipet ke wadah yang diinginkan dengan ujung pipet tidak menyentuh
wadah
4. Kendurkan tekanan pada karet penghisap
10
5. Keluarkan pipet dari wadah dan hal penting yang perlu dilakukan adalah lap bagian
luar pipet dengan kertas tissue untuk mencegah adanya cairan yang menempel
di dinding luar ikut turun pada saat proses pemindahan (proses pengelapan
dapat dilakukan sebelum cairan diturunkan mencapai batas ukur).
6. Pindahkan cairan pada wadah lain dengan posisi tegak lurus (jangan
menyamping) dan ujung pipet ditempelkan pada dinding wadah, proses ini untuk
mencegah cairan keluar terlalu cepat sehingga masih ada cairan yang menempel
pada dinding dalam pipet dan tidak ikut keluar.
7. Bila masih ada cairan yang tertinggal pada ujung pipet biarkan saja, namun
sebelumnya coba dengan memutar-mutar pipet dengan ujung bawah pipet
menempel pada wadah.
8. Proses pemindahan selesai.
11
keluar terlalu cepat sehingga masih ada cairan yang menempel pada dinding dalam
pipet dan tidak ikut keluar.
7. Bila masih ada cairan yang tertinggal pada ujung pipet biarkan saja, namun
sebelumnya coba dengan memutar-mutar pipet dengan ujung bawah pipet
menempel pada wadah.
8. Proses pemindahan selesai
Keterangan: meniscus atas untuk larutan berwarna (A-D) dan meniscus bawah untuk larutan
tidak berwarna (C-B)
12
Dasar Teori
Setiap zat baik padat, cair atau gas memiliki kemampuan melarut berbeda didalam suatu p
elarut. Perbedaan wujud ini memberi petunjuk bahwa pelarutan harus menggunakan caracara
atau teknik tertentu.
Sifat analisis atau eksperimen yang diterapkan menuntut sediaan pereaksi tertentu
agar analisis/eksperimen itu memberikan hasil yang tepat dan teliti. Oleh karena itu, jenis
perlatan dan spesifikasi zat yang dipilih pun harus memenuhi persyaratan agar diperoleh
hasil sediaan yang mendukung tujuan tersebut. Pembuatan sediaan perekasi berupa larutan
akan menuntut cara atau teknik pembuatan dengan prosedur tersendiri bergantung pada sifat
pembentukan larutan. Sebagai contoh adalah pembuatan antara NaOH 1 M dan NaOH 0,1 M
atau antara H2SO4 1 M dan H2SO4 0,1 M. Yang pertama, melibatkan teknik pengukuran massa
dan teknik pelarutan, sedangkan yang kedua melibatkan teknik pengukuran volume dan
teknik pengenceran. Proses pembuatan larutan dari suatu zat padat disebut pelarutan, dan
proses pembuatan larutan dari suatu zat yang berasal dari cairan pekatnya disebut
pengenceran.
Cara Kerja
I. Pembuatan Reagen dari Bahan Kristal (Zat Padat)
A. Pembuatan Larutan NaCl 100 mL 1 N
1. Timbang kristal NaCl sesuai perhitungan jika diketahui massa molar (µ) NaCl 58,5
g/mol
G 1000
13
N= x x val
μ V
Keterangan:
N = Normalitas NaCl yang akan dibuat
G = Massa NaCl µ = Massa molar
NaCl
V = Volume larutan yang akan dibuat
Val = Valensi
3. Masukkan larutan tersebut ke labu ukur 100 mL dan tambahkan aquades hingga
tanda batas.
4. Kocok larutan hingga homogen.
15
3. Tambahkan aquades hingga tanda batas.
4. Kocok larutan hingga homogen.
5. Pengang labu ukur, rasakan apa yang terjadi
Hasil Pengamatan
I. Pembuatan Reagen dari Bahan Kristal (Zat Padat)
A. Pembuatan Larutan NaCl 100 mL 1 N
µ NaCl = g/mol
v NaCl = mL
N NaCl = N
Massa NaCl = g
Percobaan 3
16
2. Praktikan dapat memisahkan komponen penyusun campuran berdasarkan perbedaan
sifat fisiknya.
3. Praktikan dapat membedakan dan menunjukkan perubahan kimia dan perubahan
fisika.
Landasan Teori
Proses pemisahan sangat penting dalam bidang kimia.Proses pemisahan suatu
campuran dapat dilakukan dengan berbagai metode. Metode pemisahan yang dipilih
bergantung pada fasa komponen penyusun campuran. Suatu campuran dapat berupa
campuran homogen (satu fasa) atau campuran heterogen (lebih dari satu fasa). Suatu
campuran heterogen dapat mengandung dua atau lebih fasa: padat-padat, padat-cair,
padatgas, cair-cair, cair-gas, gas-gas, campuran padat-cair-gas, dan sebagainya. Pada berbagai
kasus, dua atau lebih proses pemisahan harus dikombinasikan untuk mendapatkan hasil
pemisahan yang diinginkan.
Dalam percobaan ini akan dilakukan teknik pemisahan sederhana yang meliputi
dekantasi, filtrasi dan kromatografi. Dekantasi merupakan pemisahan komponen-komponen
dalam campuran dengan cara dituang secara langsung. Dekantasi dapat dilakukan untuk
memisahkan campuran zat cair dan zat padat atau zat cair dengan zat cair yang tidak saling
campur (suspensi). Adapun filtasi adalah pembersihan partikel padat dari suatu fluida dengan
melewatkannya pada medium penyaringan. Padatan yang tertinggal pada media penyaring
disebut residu dan fluida yang ada (tersisa) disebut filtrat. Sedangkan kromatografi
merupakan cara pemisahan dimana komponen-komponen yang akan dipisahkan
didistribusikan antara dua fase yaitu fase stationer (tetap) dan fase mobil (bergerak).
17
Gambar 2.3. Kromatografi
Selain itu pada praktikum ini adakan dilakukan pemisahan dan pemurnian zat. Ada
beberapa cara pemisahan dan pemurnian suatu zat dari campurannya secara fisik, antara lain
yang telah dilakukan di percobaan 1 yaitu dekantasi, filtrasi, dan kromatografi. Pada
percobaan 2 ini akan diperkenalkan pemisahan secara fisik lainnya, yaitu ekstraksi, koagulasi,
adsorbsi, dan sublimasi.
Ekstraksi merupakan proses pengambilan komponen berdasarkan kelarutannya dalam 2
fasa cair yang berbeda, misalnya air dan kloroform. Koagulasi merupakan proses
pengendapan koloid. Adsorbsi adalah salah satu cara pemurnian dengan bantuan adsorben
yang mampu menyerap gas, cairan, atau zat terlarut pada permukaannya. Sedangkan
sublimasi merupakan proses pemurnian suatu zat dengan cara memanaskan campuran
sehingga dihasilkan sublimat (kumpulan materi yang terbentuk karena pemanasan zat
tersebut, dimana zat tersebut mampu berubah langsung dari fasa gas ke fasa padat).
6) Corong
7) Erlenmeyer
18
8) Bejana pengembang
9) Spidol warna
10) Lidi
Prosedur Kerja
Dekantasi
1. Kocoklah botol reagen yang bertuliskan “pasir dalam air”, tuangkan 25 mL campuran
ke dalam gelas beker 100 mL (beker 1). Tunggu 10 menit, agar pasir turun sebanyak
mungkin.
2. Pegang pengaduk sedemikian rupa (gambar 1.2) hingga menyentuh dinding gelas
beker penampung (beker 2) dan bibir beker 1.
3. Tuangkan cairan dalam beker 1 melalui batang pengaduk, sehingga semua cairan
berada di beker 2 dan padatan tertinggal di beker 1, sehingga sekarang anda telah
memisahkan padatan dari sebagian cairan.
Filtrasi
Pada percobaan ini akan disaring CaCO 3 yang dibuat dengan mereaksikan Na 2CO3
dengan CaCl2.
1. Ambil 5 mL larutan Na2CO3, masukkan ke dalam gelas beker, kemudian tambahkan
CaCl2. Amati endapan yang terbentuk, catat warnanya.
2. Ambil kertas saring, lipatlah. Filtrasi dapat memisahkan partikel yang terlalu kecil
untuk mengendap dari cairannya.
3. Pasang kertas saring tersebut pada corong, basahi kertas saring dengan pelarut, tekan
dengan gelas pengaduk hingga melekat pada corong gelas.
4. Pasang corong yang berisi kertas saring di atas Erlenmeyer seperti pada gambar 2.1.
5. Pada saat menuangkan campuran, perlu bantuan batang pengaduk.
6. Pegang pengaduk hingga menyentuh dinding corong gelas yang berisi kertas saring
dan bibir beker yang berisi campuran. Hal ini dilakukan supaya tidak ada cairan yang
jatuh di luar kertas saring.
7. Penuangan harus hati-hati.
Kromatografi Kertas
1. Sediakan kertas kromatografi ukuran 14x2 cm, tarik garis dengan pensil 1 cm dari tiap
ujung kertas.
19
2. Kemudian buatlah titik kecil menggunakan tinta hitam di tengah-tengah garis kertas
bagian bawah, buatlah titik serupa di kanan dan kiri titik tersebut dengan jarak 0,75
cm, kemudian keringkan tinta tersebut.
3. Masukkan aquades ke dalam bejana pengembang kromatografi, kira-kira setinggi 0,5
cm. Gulung bagian atas kertas kromatografi pada lidi, kemudian gantungkan tegak-
lurus dalam bejana pengembang. Ujung kertas harus tercelup ke aquades, tapi tinta
jangan sampai terkena atau terendam pelarut.
4. Biarkan tinta merambat ke atas kertas kromatografi sampai tanda batas atas. Jika
pelarut sudah sampai tanda batas atas, segera keluarkan kertas dari bejana.
Rf = 𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒕𝒊𝒕𝒊𝒌 𝒕𝒊𝒕𝒊𝒌 𝒂𝒘𝒂𝒍 𝒂𝒘𝒂𝒍 𝒌𝒆 𝒌𝒆 𝒎𝒂𝒔𝒊𝒏𝒈 𝒕𝒊𝒕𝒊𝒌 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓−𝒎𝒂𝒔𝒊𝒏𝒈 𝒑𝒆𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕 𝒏𝒐𝒅𝒂
5. Ulangi dengan tinta hijau, biru, merah, dan tinta tak dikenal (dibuat asisten).
iii. Koagulasi
Pada percobaan dekantasi (percobaan 1), pengendapan padatan dapat dipercepat
dengan penambahan reagen pengkoagulasi ke dalam air. Contoh reagen pengkoagulasi
yang akan dipakai pada percobaan ini adalah Al(OH) 3.
21
Al(OH)3 dibuat dengan cara mereaksikan aluminium sulfat, Al 2(SO4)3, dengan
kalsium hidroksida, Ca(OH)2. Secara garis besar reaksinya:
Al2(SO4)3 + Ca(OH)2 Al(OH)3 + CaSO4
Presipitat Al(OH)3 mempunyai luas permukaan yang besar, yang dapat menarik
dan menjebak partikel-partikel kecil yang tersuspensi, kemudian dibawa ke dasar
wadah.
1. Ambillah 20 mL air keruh, masukkan ke dalam 2 tabung reaksi, kocok dengan baik.
2. Pada salah satu tabung, tambahkan 8 mL larutan Ca(OH) 2 jenuh (dibuat dari 1 g
Ca(OH)2 dalam 500 mL air) dan 2 mL larutan Al2(SO4)3 0,1 M.
3. Kocok kembali kedua tabung reaksi, diamkan beberapa menit.
4. Bandingkan hasilnya, tabung mana yang lebih jernih.
b. Perubahan Zat
i. Lilin
1. Nyalakan lilin, amatilah lilin yang menyala tersebut. Lilin semakin lama semakin
pendek. Apakah lilin meleleh? Apakah ada lilin yang terbakar? Perubahan apa yang
terjadi? Apakah lilin terbakar mengeluarkan kalor?
2. Sekarang masukkan pipa kaca yang bersih selama beberapa detik ke dalam nyala
lilin. Apa yang terlihat pada pipa kaca? Apakah terbentuk zat baru? Perubahan apa
yang terjadi? Masukkan pipa kaca pada zat cair yang ada di bawah nyala lilin,
perhatikan setelah mendingin. Apakah terbentuk zat baru?
ii. Magnesium
1. Jepit sepotong pita Mg dengan penjepit (tang)
2. Masukkan ujungnya dalam nyala api sampai ujung pita Mg berpijar, lalu keluarkan
dari nyala api.
3. Perhatikan apa yang terjadi (jangan melihat langsung pita Mg yang terbakar,
gunakan kacamata). Apakah terbentuk zat baru?
iii. Belerang
1. Masukkan seujung sendok teh serbuk belerang ke dalam tabung reaksi.
2. Panaskan perlahan.
22
3. Setelah sebagian belerang meleleh, hentikan pemanasan. Apakah warna belerang
berubah ketika dipanaskan? Apakah terbentuk zat baru?
4. Ulangi dengan memanaskan belerang yang dipanaskan di atas sendok logam.
Hasil Pengamatan
a. Dekantasi
b. Filtrasi
Na2CO3 CaCl2
Warna Wujud Warna Wujud
c. Kromatografi kertas
Warna tinta Jumlah noda Warna noda Rf
Hitam
Biru
Hijau
23
Merah
Tak dikenal
Kesimpulan:
.....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................
ii. Sublimasi
Sebelum sublimasi Setelah sublimasi
Warna kristal Bentuk kristal Warna Kristal Bentuk kristal
Kesimpulan:
.....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................
iii. Koagulasi
Air sebelum/tanpa koagulasi Air setelah koagulasi
Kesimpulan:
.....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................
b. Perubahan Zat
i. Lilin
Perlakuan Pengamatan Keterangan
Sebelum pembakaran
Setelah pembakaran
Selama pembakaran
Kesimpulan:
iii. Belerang
Perlakuan Pengamatan Keterangan
25
Sebelum pembakaran
Pembakaran:
dalam tabung reaksi
dengan sendok logam
Kesimpulan:
.....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................
Dasar Teori
Penambahan larutan KSCN pada larutan Fe(NO 3)3 menghasilkan warna merah darah. Semakin
banyak KSCN yang ditambahkan, intensitas warna semakin merah. Ion Fe 3+ dan NCS-
berkombinasi membentuk suatu ion kompleks sesuai reksi kesetimbangan berikut:
Fe3+(aq)+ SCN-(aq) FeSCN2+(aq)
Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi posisi kesetimbangan. Dalam percobaan
ini Saudara akan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan reaksi
diatas.
Prosedur Kerja
1. Masukkkan 8 tetes FeCl3 1 M dan 8 tetes KSCN 1M dalam 100 mL air.
26
2. Buatlah desain eksperimen yang akan menguji pengaruh penambahan reagen lain pada
sistem tersebut terhadap kesetimbangan. Amati yang terjadi. Desain yang saudara buat
harus menggunakan sedikit mungkin reagen.
3. Ketika penambahan tekanan, amati apa yang terjadi ketika reagen ditambahkan tetes demi
tetes. Selama penambahan masing-masing reagen identifikasi kemungkinan terjadinya
reaksi kimia lain. Apakah tedapat pola yang muncul pada arah pergesaran kesetimbangan
ketika reagen ditambahkan?
4. Saat penambahan tekanan kimia, amati apa yang terjadi ketika sistem kesetimbangan
dipanaskan (tetapi tidak sampai mendidih) dan dinginkan. Kesimpulan apa yang dapat
saudara gambarkan dengan reaksi tersebut? eksoterm atau endoterm?
Setelah selesai, selidiki:
1. Amati apa yang terjadi ketika berbagai senyawa ditambahkan pada campuran
kesetimbangan
2. Jelaskan peristiwa kimia yang terjadi ketika reagen-reagen yang ditambahkan
mengubah sistem kesetimbangan
3. Jelaskan mengapa posisi kesetimbangan berubah ketika campuran dipanaskan dan
didinginkan
4. Identifikasi pola penambahan tekanan pada sistem kesetimbangan
5. Rangkum apa yang Saudara temukan dan laporkan pada dosen pengampu.
27
Percobaan 5 Termokimia
Tujuan
Praktikan dapat menentukan kalor reaksi berbagai macam reaksi.
Dasar Teori
Kajian tentang kalor yang dihasilkan atau dibutuhkan oleh reaksi kimia disebut
Termokimia. Termokimia merupakan cabang dari Termodinamika, yaitu suatu ilmu yang
mempelajari perubahan energi yang menyertai reaksi kimia. Perubahan energi tersebut dapat
memberi petunjuk dalam menentukan seberapa cepat reaksi tersebut berlangsung dan
sempurna tidaknya reaksi yang terjadi. Termokimia lebih spesifik membahas perubahan
energi yang dimanifestasikan sebagai kalor reaksi (q) atau entalpi (ΔH).
Pada umumnya terdapat dua macam reaksi, yaitu reaksi endoterm dan eksoterm. Reaksi
endoterm adalah reaksi yang membutuhkan kalor, sehingga menyerap kalor dari
lingkungannya (Δq negatif, ΔH positif). Reaksi eksoterm adalah reaksi yang membebaskan
kalor ke lingkungan (Δq positif, ΔH negatif).
Kalor reaksi dapat digolongkan dalam kategori yang lebih khusus lagi, yaitu:
1. Kalor pembentukan: jumlah kalor yang dibebaskan pada pembentukan 1 mol zat dari
unsur-unsur pembentuknya pada kondisi standar
2. Kalor pembakaran: jumlah kalor yang dibebaskan per-mol zat yang dibakar
3. Kalor pelarutan, penguapan dan sublimasi: berhubungan dengan perubahan wujud, serta
hidrasi molekul atau ion
4. Kalor netralisasi: kalor yang dibebaskan bila 1 mol air dihasilkan dari reaksi asam-basa
Jumlah perubahan kalor ataupun perubahan entalpi sebagai hasil dari reaksi kimia dapat
diukur dalam kalorimeter. Kalorimeter merupakan sebuah tabung yang didesain sedemikian
28
rupa, sehingga tidak ada perpindahan kalor dengan sekelilingnya. Atau kalaupun ada,
pertukaran kalor harus dibuat seminimal mungkin, sehingga dapat diabaikan.
Pada percobaan ini, pengukuran kalor dilakukan dengan melangsungkan reaksi di dalam
kalorimeter. Kalor reaksi dihitung dari perubahan temperatur larutan dikalikan berat larutan
dan kalor jenis (J/gK). Akan tetapi, harus dilakukan koreksi terhadap kalor yang diserap atau
dibebaskan kalorimeter. Apabila perbedaan temperatur antara kalorimeter dengan
lingkungan cukup besar, dan jika isolasi tidak sempurna, disarankan untuk mencatat
temperatur beberapa kali dan mengekstrapolasi grafik data tersebut ke waktu pencampuran,
sehingga diperoleh perubahan temperatur yang benar.
5. Pemanas 5. Aquades
6. Neraca analitik
Cara Kerja
Kalorimeter sederhana susunannya sbb:
Sebelum memulai percobaan, timbanglah kalorimeter (kering dan bersih) yang akan
digunakan, catat massanya.
a. Penentuan Tetapan Kalorimeter
29
Bandingkan kedua termometer yang akan digunakan. Caranya, celupkan keduanya
bersama-sama dalam air pada suhu kamar selama 1 menit. Apakah ada perbedaan suhu
yang ditunjukkan termometer?
Masukkan 20 mL air dingin ke dalam kalorimeter, ukur massa kalorimeter dengan
isinya. Panaskan 30 mL air (yang diletakkan dalam erlenmeyer) hingga suhunya 15-20 0C
di atas suhu kamar. Ukur suhu air pada kalorimeter serta suhu air panas secara
bersamaan, catat suhu masing-masing tiap menit selama 3 menit.
Pada menit keempat, masukkan air panas ke dalam kalorimeter A, tutup kalorimeter,
aduk terus. Ukur dan catat suhunya pada menit ke 5, 6, 7. Sampai menit terakhir, cairan
dalam kalorimeter A tetap diaduk. Timbang kembali kalorimeter A beserta seluruh isinya.
Buatlah kurva suhu terhadap selang waktu untuk menentukan harga penurunan
temperatur air panas dan kenaikan suhu air dingin. Berapakah kalor yang dilepas air
panas dan yang diterima air dingin? Hitung kalor yang diterima kalorimeter (selisih kalor
yang dilepas air panas, dikurangi kalor yang diterima air dingin). Hitung tetapan
kalorimeter.
b. Penentuan Kalor Reaksi Zn(s) dan CuSO4(aq)
Masukkan 20 mL CuSO4 1 M ke dalam kalorimeter, timbang tutup kalorimeter, pasang
pengaduk dan termometer. Ukur suhu larutan setiap menit selama 4 menit. Sambil menunggu
diukurnya suhu CuSO4, timbanglah dengan teliti 1,5 g bubuk Zn (Mr = 65,4 g/mol). Segera
pada menit ke-5 masukkan bubuk Zn ke dalam kalorimeter yang telah berisi CuSO 4. Sambil
diaduk terus, ukurlah suhu setiap menit selama 10 menit. Ekstrapolasikan pada grafik. Hasil
Pengamatan
a. Penentuan Tetapan Kalorimeter
Kalor yang dilepas = kalor yang diterima
Kalor yang dilepas air panas = kalor yang diterima air dingin + kalor yang diterima
kalorimeter
Kalor yang dilepas air panas (q1) = mair panas x (Tcampuran – Tair panas menit ke-1) x cair
q1 = m1 x ΔT1 x (4,2 J/gK)
Kalor yang diterima air dingin (q2) = mair dingin x (Tcampuran – Tair dingin menit ke-1) x cair
q2 = m2 x ΔT2 x (4,2 J/gK)
Kalor yang diterima kalorimeter = q3
q3 = q1 – q2
30
Tetapan kalorimeter (Ckalorimeter) = q3 / ΔT2 (J/gK)
Catatan: massa jenis air dianggap tetap 1 g/mL
kalor jenis air dianggap tetap 4,2 J/gK
Suhu (T) pada menit ke-
Massa (g)
1 2 3 4 5 6 7
Air dingin
Air panas
Campuran
Pada menit ke-4,
ΔTair panas = ΔTair dingin =
q1 = q2 =
Kalor yang diterima kalorimeter, q3 =
Tetapan kalorimeter, Ckalorimeter =
b. Penentuan Kalor Reaksi Zn(s) dan CuSO4(aq)
Kalor yang diserap kalorimeter = Ckalorimeter x ΔT (J)
Kalor yang diserap larutan = mlarutan x clarutan x ΔT
= mlarutan x (3,52 J/gK) x ΔT
Kalor yang dihasilkan reaksi = kalor yang diserap kalorimeter + kalor yang diserap
larutan
Berdasarkan stoikiometri, reaksi ini melibatkan 0,04 mol zat, jadi
𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛
ΔH = J/mol
0,04
Catatan: massa jenis larutan ZnSO4 1,14 g/mL
c larutan = 3,52 J/gK
Mass Suhu (T) pada menit ke-
a (g) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
CuSO4 1 M
Zn(s)
Campuran
Perubahan suhu pada menit ke-5 (ΔT) =
Kalor yang diserap kalorimeter =
Kalor yang diserap larutan =
Kalor yang dihasilkan reaksi =
Catatan: kerapatan larutan 1,098 g/mL
c larutan = 4,02 J/gK
31
Absis-
ordinat
grafik yang
digunakan:
Temperatur
T0C
Waktu (t menit)
Dasar Teori
Perubahan kimia yang menyangkut dua buah unsur atau lebih tentumen gakibatkan
perubahan valensi atau bilangan oksidasi unsur tersebut. Reaksi reaksi dimana terjadi
perpindahan elektron (perubahan valensi) disebut reaksi oksidasi dan reuksi. Reaksi oksidasi
terjadi serentak dan bergantung satu dengan lainnya.
Zat zat yang dalam reaksinya melepaskan elektron disebut reduktor dan zat/zat yang
menerima elektron disebut oksidator. Kemampuan melepaskan dan menerima elektron
adalah ukuran kekuatan mereduksi dan mengoksidasi tersebut.
32
Prosedur Kerja
A. Reaksi Pembentukan Gas
1. Dua tabung reaksi diisi masing-masing dengan 4 ml HCl 4 M
2. Masukkan masing-masing satu keeping logam Cu dan Zn kedalam masing/masing
tabung reaksi yang berisi 4 ml larutan HCl 4 M
3. Analisis reaksi kedua logam tersebut
4. Tuliskan persamaan reaksi yang terjadi
33
B. Kekuatan Asam
1. Tiga tabung reaksi di isi masing/masing dengan 4 ml HCl 2 M pada tabung
pertama, 4 ml asam sulfat pada tabung reaksi kedua, 4 ml Asam Asetat 2 M pada
tabung reaksi ketiga
2. Masukkan logam seng kedalam masing-masing tabung reaksi tersebut
3. Amati kecepatan reaksi logam Zn dalam ketiga larutan asam tersebut
C. Reaksi Karbonat
1. Kedalam gelas kimia 100 ml di masukkan 10 ml asam asetat 2M
2. Masukan pecahan cangkang telur ayam kedalamnya, amati apa yang terjadi dan
tulis semua reaksi kimia yang terjadi
Lembar Pengamatan
Percobaan Perubahan
Reaksi
Pembentukan
Gas
Reaksi
Percobaan Perubahan
Kekuatan
Asam
34
Reaksi
Percobaan Perubahan
Reaksi
KArbonat
Reaksi
35
Percobaan 7 Kinetika Kimia
Tujuan
1. Praktikan mampu menjelaskan tanda-tanda reaksi kimia
2. Praktikan mampu menentukan laju dan orde reaksi.
Dasar Teori
Reaksi kimia dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan gejala yang
ditimbulkannya. Berikut adalah beberapa jenis reaksi beserta contoh reaksinya yang baik
persamaan ataupun stoikiometri reaksinya belum lengkap.
1. Reaksi netralisasi
NaOH + H2SO4 →
2. Reaksi pembentukan endapan Pb-asetat + HCl →
3. Reaksi pembentukan gas
4. Reaksi pembentukan kompleks
CuSO4 + H2O →
5. Reaksi pertukaran muatan (Redoks)
Zn + CuSO4→
Reaksi kimia ditandai dengan gejala-gejala yang dapat diamati. Gejala-gejala tersebut
diantaranya adalah terbentuknya gas, terbentuknya endapan, perubahan temperatur,
perubahan warna, rasa dan bau.
Reaksi-reaksi kimia dapat berlangsung cepat atau lambat. Parameter yang digunakan
untuk mengukur cepat atau lambatnya reaksi kimia adalah dengan laju reaksi (v).
Biasanya, laju reaksi tergantung dari beberapa faktor, diantaranya adalah konsentrasi
reaktan, temperatur, luas permukaan reaktan (biasanya untuk reaktan yang padat), serta
adanya katalis yang berfungsi mempercepat berlangsungnya suatu reaksi. Persamaan
umum reaksi dituliskan sbb:
A+B→C
Maka laju reaksinya diungkapkan melalui persamaan:
Cara Kerja
a. Mengenal jenis-jenis reaksi
1. Siapkan 4 tabung reaksi, beri label dan isi tabung dengan reaktan:
2. NaOH dan H2SO4; Pb-asetat dan HCl; HCl dan CuSO4; aquades dan logam Mg
3. Catat apa yang terjadi pada masing-masing tabung reaksi tersebut. Apakah terjadi
reaksi? Jika iya, gejala apa yang muncul?
6. Plotkan nilai 1 terhadap [HCl]. Bila kurva lurus belum didapatkan, plotkan lagi t
terhadap [HCl]2, dst. Tentukan laju reaksi (v) dan konstanta laju reaksi (k).
Hasil Pengamatan
a. Mengenal jenis-jenis reaksi
No tabung Reaktan 1 Reaktan 2 Gejala Persamaan reaksi
1 NaOH H2SO4
2 AgNO3 HCl
3 HCl CuSO4
4 Aquades Mg
37
b. Kinetika reaksi logam Mg dengan HCl
Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3
No tabung [HCl]
t (detik) 1/t t (detik) 1/t t (detik) 1/t
1 2,5 M
2 2M
3 1M
4 0,5 M
Reaksi apa yang terjadi? Tulislah dan jelaskan!
38
Percobaan 8
Tujuan
1. Praktikan mampu melakukan analisis volumetri menggunakan titrasi asam-basa
untuk menentukan konsentrasi asam atau basa.
2. Praktikan mampu menentukan nilai Ka dari asam lemah
Dasar Teori
Perusahaan kimia yang kecil, dengan jumlah tenaga pegawai yang terbatas memiliki
pengalaman yang sempit mengenai produksi beberapa asam lemah. Hal ini disebabkan
karena rumitnya fasilitas produksi dalam identifikasi jenis asam yang dihasilkan.
Perusahaan tersebut menguji kecerdasan anda dan teman kelompok anda untuk
memecahkan masalah tersebut, pertama-tama, anda harus dapat menentukan nilai Ka dan
molaritas asam, sehingga anda dapat mengidentifikasi jenis asam. Kedua, perusahaan
tersebut menginginkan anda untuk dapat menjelaskan grafik hubungan antara pH dengan
volume penambahan NaOH pada titrasi asam yang tidak diketahui (unknown).
Kekuatan asam dapat diketahui melalui konstanta kesetimbangan, yang sering disebut
dengan konstanta disosiasi, Ka. Dengan menggunakan istilah HA untuk menunjukkan jenis
asam secara umum, maka persamaan reaksi asam di dalam air dapat dituliskan sebagai
berikut:
HA(aq) + H2O(l) H3O+(aq) + A-(aq)
Nilai Ka dapat dihitung menggunakan konsentrasi dalam spesies larutan berair dengan
kesetimbangan berikut:
[𝐻3𝑂+]𝑎𝑞[𝐴−]𝑎𝑞
𝐾𝑎 =
[𝐻𝐴]𝑎𝑞
Analisis volumetri dikenal juga sebagai titrimetri. Pada analisis volumetri, zat yang
dianalisis (analit) dibiarkan bereaksi dengan zat lain berupa larutan, yang konsentrasinya
telah diketahui, yang dialirkan dari buret (disebut larutan standar). Konsentrasi larutan
analit kemudian dihitung. Analisis volumetri dapat dilakukan dengan syarat reaksinya
berjalan cepat, tanpa reaksi samping, dan reaksi berlangsung kuantitatif.
Jika jumlah reagen yang ditambahkan tepat sama dengan jumlah reagen yang
diperlukan untuk bereaksi sempurna dengan analit, maka kondisi yang demikian bisa
39
dikatakan bahwa sistem telah berada di titik ekivalen. Untuk mengetahui reaksi telah
berada pada titik ekivalen, diperlukan adanya indikator. Volume dimana perubahan warna
indikator tampak oleh pengamat merupakan titik akhir, dan penambahan larutan standar
harus dihentikan.
Ada beberapa macam analisis volumetri:
1. Titrasi asam-basa
2. Titrasi redoks
3. Titrasi pengendapan
4. Titrasi kompleksometri
Pada percobaan ini akan lebih didalami mengenai titrasi asam-basa, yang titik
ekivalennya dapat diketahui dengan menggunakan indikator ataupun pH-meter. Pada suhu
kamar 250C, pH larutan pada titik ekivalen adalah sama dengan pH air, yaitu 7. Sebagai
catatan, dasar perhitungan pada reaksi asam-basa adalah kesetimbangan dan stoikiometri
reaksi.
Cara Kerja
a. Standarisasi NaOH dengan larutan standar asam oksalat
1. Dengan menggunakan pipet ukur atau pipet volume, ambil 10 mL larutan standar
asam oksalat 0,1 N dan masukkan larutan ke dalam erlenmeyer.
2. Larutan NaOH yang akan distandarisasi, dimasukkan ke dalam buret yang
sebelumnya telah dibilas dengan larutan NaOH yang sama.
3. Larutan standar asam oksalat ditambah dengan 3 tetes indikator pp, lalu dititrasi
dengan larutan NaOH.
4. Titrasi dihentikan bila terbentuk warna merah yang permanen pada larutan di
dalam erlenmeyer. Catat volume NaOH yang diperlukan.
5. Ulangi titrasi di atas 2 kali.
40
3. Titrasi dihentikan bila terbentuk warna merah yang permanen pada larutan di
dalam erlenmeyer. Catat volume NaOH yang diperlukan.
1 0
2 5
3 10
4 15
5 20
6 25
7 30
41
Tulis semua reaksi yang terjadi pada percobaan ini, dan jelaskan!
Tujuan
Praktikan mampu mengidentifikasi gugus fungsi suatu senyawa melalui reaksi kimia.
Dasar Teori
Gugus fungsi merupakan kedudukan kereaktifan kimia suatu molekul. Satu kelompok
senyawa kimia yang memiliki gugus fungsi yang sama, akan menunjukkan gejala reaksi
kimia yang sama. Berdasarkan gejala reaksi tersebut, maka dapat dilakukan
pengelompokan senyawa berdasarkan gugus fungsinya:
Gugus fungsi Golongan senyawa
Nama Struktur Rumus umum Nama golongan
Ikatan rangkap C=C R2C = CR2 Alkena
Ikatan rangkap 3 CΞC RC Ξ CR Alkuna
Gugus hidroksil -OH R-OH Alkanol/alkohol
Gugus alkoksil -OR R-OR Alkoksi alkana/eter
Gugus aldehid -CHO R-CHO Alkanal/aldehid
Gugus karbonil -C=O R2-C=O Alkanon/keton
Gugus karboksil -COOH R-COOH Asam alkanoat/asam karboksilat
Gugus ester -COOR R-COOR Alkil alkanoat/ester
Gugus halo -X R-X Haloalkana/alkil halida
Gugus amino -NH2 R-NH2 Amina
Senyawa-senyawa organik bisa saja memiliki rumus molekul yang sama, tetapi
kereaktifannya berbeda. Perbedaan sifat itu disebabkan karena struktur, gugus, serta
penataan atom dalam ruang yang berbeda. Gejala tersebut disebut isomeri. Misalnya,
alkohol dengan eter, dapat dibedakan melalui reaksi dengan logam Na, aldehid dan keton
dapat dibedakan dengan reagen Fehling dan Tollens.
42
Cara Kerja
a. Reaksi senyawa alkohol
Reaksi oksidasi dengan pereaksi Lucas
Siapkan 3 tabung reaksi, beri label dan isi sesuai tabel di bawah ini:
Tabung Isi
A etanol 1 mL isopropil
B alkohol 1 mL t-butil
alkohol 1 mL
C
Ke dalam masing-masing tabung ditambahkan reagen Lucas dalam jumlah yang sama,
lalu panaskan. Amati apa yang terjadi.
c. Reaksi esterifikasi
1. Siapkan 2 tabung reaksi, isi keduanya dengan 1 mL etanol.
2. Pada tabung A, ditambahkan 1 mL asam asetat, sedangkan pada tabung B
ditambahkan 1 mL asam benzoat.
43
3. Kemudian ke dalam kedua tabung ditambahkan beberapa tetes asam sulfat, lalu
panaskan. Apa yang terjadi? Bandingkan!
Hasil Pengamatan
a. Reaksi senyawa alkohol
Reaksi oksidasi dengan pereaksi Reagen Lucas
Hasil setelah penambahan Waktu yang
Tabung Isi dibutuhkan
Reagen Lucas
A etanol 1 mL isopropil
B alkohol 1 mL t-butil
alkohol 1 mL
C
c. Reaksi esterifikasi
Tabung Isi Hasil pengamatan
A Etanol + asam asetat
B Etanol + asam benzoate
Tulis semua reaksi yang terjadi pada percobaan ini, dan jelaskan!
44
Daftar Pustaka
Atkins, PW., Kimia Fisika, Edisi keempat, Jilid 1, a.b. Kartohadiprojo, I., Penerbit Erlangga,
Jakarta: 1994
HAM, Mulyono, 2009, Membuat Reagen Kimia di Laboratorium, Bumi Aksara: Bandung
Khopkar, SM., Konsep Dasar Kimia Analitik, a.b. Saptoraharjo, A., UI Press, Jakarta: 1990
Mahmudi, dkk., Petunjuk Praktikum (semester 1&2) Kimia Dasar I, Kimia Dasar II,
Technical Cooperation Project for Development of Science and Mathematics Teaching
for
Primary and Secondary Education in Indonesia (IMSTEP)-Jurusan Pendidikan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang, Malang
Schriner, Ralph L., et all., The Systematic Identification of Organic Compounds: A
Laboratory Manual, John Willey & Sons, New York: 1980
Staf Laboratorium Kimia Dasar, Petunjuk Praktikum Kimia Dasar (Paket A), rev. Hastuti, R.,
Windarti, T., Laboratorium Kimia Dasar Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Diponegoro, Semarang: 2004
Subiyanto, dkk., Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Dasar 1, Laboratorium Kimia Dasar
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Semarang, Semarang: 2003
Subiyanto, dkk., Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Dasar 2, Laboratorium Kimia Dasar
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Semarang, Semarang: 2003
Sumarjo, D., Gunardi, Buku Petunjuk Praktikum Kimia Kedokteran, Bagian Kimia
Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang: 2003
Sumarjo, D., dkk., Petunjuk Praktikum Kimia Dasar II, Edisi revisi, Laboratorium Kimia
Dasar Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Diponegoro, Semarang: 2005
Vogel, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif: Makro dan Semimikro, Edisi kelima,
Cetakan kedua, rev. Svehla, G., a.b. Setoino, L., Pudjaatmaka, AH., Penerbit Kalman
Media Pusaka, Jakarta: 1990
45