Anda di halaman 1dari 99

KEGIATAN PENCUCIAN DI KAPAL ISAP PRODUKSI TIMAH

4 , PT. TIMAH (PERSERO) TBK UNIT PENAMBANGAN LAUT

KEPULAUAN RIAU DAN RIAU

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN II

Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti mata kuliah

Praktik Kerja Lapangan II

Disusun oleh:

MOCH. ALROFI PERMANA

12051436

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN MINERAL

POLITEKNIK GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN “AGP”

BANDUNG

2016
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL: KEGIATAN PENCUCIAN DI KAPAL ISAP PRODUKSI TIMAH 4

PT TIMAH (PERSERO) TBK UNIT PENAMBANGAN LAUT

KEPULAUAN RIAU DAN RIAU

Disusun oleh:

MOCH. ALROFI PERMANA NPM. 12051436

Kundur, Agustus 2016

Disetujui untuk PT Timah (Persero), Tbk.


Menyetujui,
Pembimbing

Yadvi Arma
NIK. 20089139

Mengetahui,
Kepala Unit Penambangan Laut Kep. Riau dan Riau

Rahmat Taufik
NIK. 97000303
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL: KEGIATAN PENCUCIAN DI KAPAL ISAP PRODUKSI TIMAH 4

PT TIMAH (PERSERO) TBK UNIT PENAMBANGAN LAUT

KEPULAUAN RIAU DAN RIAU

Disusun oleh:

MOCH. ALROFI PERMANA NPM. 12051436

Bandung, Agustus 2016


Menyetujui,

Ir. Rasdan Alimin Siregar, M.Sc.


Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Ir. Sahruddin Sahminan


Pudir I Bidak Akademik
PRAKATA

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

segala Rahmat dan Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Praktik Kerja

Lapangan II (PKL II) ini dengan baik. Kegiatan PKL II ini dimulai dari tanggal 11

Juli s.d. 20 Agustus 2016. Adapun maksud dari penyusunan laporan kegiatan PKL II

yaitu sebagai syarat untuk mengikuti mata kuliah PKL II di Politeknik Geologi dan

Pertambangan “AGP”. Laporan ini berjudul “Kegiatan Pencucian Di Kapal Isap

Produksi 4 PT. Timah (Persero) Tbk. Unit Penambangan Laut Kepulauan Riau dan

Riau”.

Penulis menyadari bahwa selama penyusunan Laporan PKL II ini penulis telah

menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Djumara Wiradisastra, M.si., selaku Direktur Politeknik Geologi

dan Pertambangan “AGP”.

2. Bapak Ir. Rasdan Alimin Siregar, M.Sc., selaku Ketua Prodi Teknik

Pertambangan Mineral dan selaku Dosen Pembimbing.

3. Bapak Dani Virsal, selaku GM di PT. Timah (Persero) Tbk.

4. Bapak Rahmat Taufik, selaku Kepala Unit Penambangan Laut Kepulauan

Riau dan Riau.

5. Bapak Yadvi Arma, selaku pembimbing dan Kepala Bidang Evaluasi dan

Geologi Penambangan Unit Penambangan Laut Kepulauan Riau dan Riau.

6. Bapak Basir Katiman, selaku Kepala Kapal Isap Produksi Timah 4.


7. Bapak Novrizal Herman, selaku Kepala Bagian Harian Kapal Isap Produksi

Timah 4.

8. Seluruh staff dan karyawan di Geologi Tambang (GT), Kapal Isap Produksi

Timah 4 dan Bidang Teknik Pencucian yang sudah membantu dan

membimbing saya selama melaksanakan praktik kerja lapangan ini.

9. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberi dukungan dan bantuan

selama ini baik berupa materil maupun doa.

10. Rekan-rekan dan pihak-pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu

persatu.

Laporan ini masih memiliki banyak kekurangan dalam penulisan dan

penyampaiannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

sifatnya membangun, sebagai masukan guna penyempurnaan penulisan laporan yang

akan datang. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak, baik di masa

sekarang maupun di masa yang akan datang.

Kundur, Agustus 2016

Moch. Alrofi Permana


SARI

Kapal Isap Produksi Timah 4 merupakan salah satu alat penambangan bijih

timah lepas pantai yang dimiliki oleh PT Timah (Persero) Tbk. yang dilengkapi

instalasi proses penggalian dan pengisapan material serta sarana pencucian untuk

memisahkan bijih timah dari pengotornya.

Proses penggalian yang dilakukan di KIP Timah 4 menggunakan cutter sebagai

alat gali untuk memberai tanah dan batuan sedimen dengan sistem tekan dan

memutar. Tanah yang telah diberaikan diisap melalui pipa isap untuk selanjutnya

dialirkan melalui pipa tekan menuju instalasi pencucian. Daya isap dan tekan

tersebut berasal dari mesin pompa tanah.

Adapun proses pencuciannya dilakukan sejak material hasil galian (feed)

dialirkan dari pipa tekan ke saring putar (revolving screen). Di saring putar,

dilakukan pemisahan berdasarkan prinsip perbedaan ukuran. Material undersize akan

menuju jig sedangkan material oversize akan langsung dibuang menuju bandar

tailing. Jig yang digunakan di KIP Timah 4 terdiri dari 2 seri (tingkat) pencucian

yaitu jig primer dan jig sekunder. Tipe jignya adalah tipe Pan America (PA).

Bijih timah yang telah melewati jig primer dan jig sekunder akan langsung

dicuci di shakan untuk menaikkan kadarnya. Setelah itu, bijih timah dimasukkan ke

dalam kampil dan dihitung beratnya dengan cara taksasi.


DAFTAR ISI

PRAKATA i

SARI iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian 2

1.3 Metode Penelitian 3

1.4 Sistematika Pelaporan 3

BAB II TINJAUAN UMUM 5

2.1 Lokasi Penambangan PT Timah Unit Kepri dan Riau 5

2.2 Sejarah PT Timah (Persero), Tbk. 6

2.3 Struktur Organisasi 10

2.4 Visi dan Misi Perusahaan 11

2.5 Iklim dan Curah Hujan 12

2.6 Pasang Surut Air Laut 12

2.7 Geologi Daerah Penambangan 13


2.7.1 Endapan Timah 13

2.7.2 Litologi dan Kekayaan 16

BAB III LANDASAN TEORI 18

3.1 Penambangan Bijih Timah 18

3.1.1 Penambangan Bijih Timah Lepas Pantai 18

3.1.2 Penambangan Bijih Timah Darat 19

3.2 Kapal Isap Produksi 19

3.3 Kontruksi Kapal Isap Produksi 20

3.3.1 Alat Apung (Ponton) 21

3.3.2 Mesin (Engine) 22

3.4 Peralatan Penggalian 23

3.4.1 Cutter 23

3.4.2 Ladder 23

3.4.3 Global Position System 24

3.4.4 Mesin Propeller 24

3.5 Metode Penggalian 24

3.6 Peralatan Pemuatan dan Pengangkutan 27

3.6.1 Pipa Isap 27

3.6.2 Pipa Tekan 27

3.6.3 Pipa Spiral 27

3.6.4 Pompa Tanah 27

3.7 Peralatan Pencucian 28

3.7.1 Saring Putar 28

3.7.2 Jig 28
3.7.3 Shakan 33

3.7.4 Bandar Tailing 33

BAB IV PENGAMATAN DI LAPANGAN 34

4.1 Struktur Organisasi Kapal Isap Produksi 34

4.2 Kegiatan Penggalian 34

4.2.1 Kegiatan Sebelum Penggalian 34

4.2.2 Komponen Utama Penggalian 37

4.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Penggalian 39

4.2.4 Kendala Penggalian 40

4.3 Kegiatan Pemuatan dan Pengangkutan 40

4.3.1 Komponen Utama Pemuatan dan Pengangkutan 40

4.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Pemuatan dan Pengangkutan 42

4.3.3 Mekanisme Pemuatan dan Pengangkutan 42

4.3.4 Kendala Pemuatan dan Pengangkutan 42

4.4 Kegiatan Pencucian 43

4.4.1 Komponen Utama Pencucian 43

4.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Pencucian 43

4.4.3 Mekanisme Pencucian 44

4.4.4 Kendala Pencucian 45

4.5 Produksi dan Jam Operasional 45

4.5.1 Produksi 45

4.5.2 Jam Operasional 48

BAB V PEMBAHASAN 49

5.1 Pencucian Bijih Timah KIP Timah 4 49


5.2 Peralatan Pencucian di KIP Timah 4 49

5.3 Mekanisme Pencucian 64

5.4 Variabel Kegiatan Pencucian 65

5.5 Perawatan Pencucian 68

5.5.1 Perawatan Proses Pencucian 68

5.5.2 Perawatan Peralatan Pencucian 74

5.6 Kendala dalam Pencucian 75

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 76

6.1 Simpulan 76

6.2 Saran 77

DAFTAR PUSTAKA 78

LAMPIRAN 79
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Peta Lokasi Penambangan PT. Timah Unit Kepulauan Riau dan Riau 6

2.2 Bagan Sejarah Perkembangan PT Timah (Persero) Tbk. 10

2.3 Struktur Organisasi PT. Timah (Persero) Tbk. 11

2.4 Sabuk Granit Asia Tenggara 13

2.5 Sketsa Endapan Bijih Timah Sekunder 15

2.6 Contoh Profil Bor 17

3.1 Macam-Macam Alat Gali Kapal Keruk 18

3.2 Kapal Isap Produksi 20

3.3 Konstruksi Atas KIP 21

3.4 Konstruksi Bawah KIP 21

3.5 Skema Ponton pada KIP 22

3.6 Skema Metode Penggalian Rotary 360º 25

3.7 Skema Metode Penggalian Spooding 90o 26

3.8 Pulsion Process 30

3.9 Suction Process 31


3.10 Bagian-Bagian Jig 31

4.1 Struktur Organisasi Kapal Isap Produksi 4 35

4.2 Peta Rencana Kerja KIP Timah 4 36

4.3 Cutter 37

4.4 Ladder 37

4.5 GPS (Global Position System) 38

4.6 Mesin Propeller 38

4.7 Pompa Tanah 41

4.8 Pipa Spiral 41

5.1 Saring Putar 50

5.2 Grizly 51

5.3 Bandar Tailing 51

5.4 Jig Primer (bagian atas) 53

5.5 Jig Primer (bagian bawah) 53

5.6 Batu Hematite di dalam Rooster Jig 56

5.7 Afsluiter Underwater 57

5.8 Eksentrik 58

5.9 Stang Balance 59


5.10 Membran 60

5.11 Spigot 60

5.12 Jig Sekunder 61

5.13 Shakan 63

5.14 Gudang Kampil 63


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A.Spesifikasi Kapal Isap Produksi Timah 4 79

B. Legenda Kekayaan Lubang Bor 83

C. Alat Pelindung Diri 84


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Timah merupakan salah satu bahan galian yang dimiliki tanah air Indonesia yang

tidak dapat diperbaharui keberadaannya. Pertambangan timah Indonesia hingga saat

ini merupakan produsen timah nomor dua di dunia setelah Cina dan menghasilkan

salah satu produk komoditi ekspor terbesar di dunia.

Provinsi Kepulauan Riau merupakan salah satu daerah yang dilalui oleh sabuk

timah (tin belt) Asia Tenggara. Jalur ini merupakan Metalogenik Malaya dimana

keberadaan timah terkonsentrasi disepanjang Cina-Myanmar-Malaysia-Indonesia. Di

Indonesia sendiri pertambangan timah hanya tersisa di Pulau Bangka dan Pulau

Belitung serta di daerah sekitar Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat, sedangkan

perusahaan milik negara yang melakukan penambangan bijih timah adalah PT Timah

(Persero) Tbk.

PT Timah (Persero) Tbk. merupakan perusahaan BUMN yang bergerak di

bidang usaha pertambangan, mulai dari proses hulu (eksplorasi) hingga hilir

(pengolahan). PT Timah (Persero) Tbk. memiliki 2 sistem penambangan, yaitu

penambangan darat dan laut. Penambangan darat menggunakan pompa hidrolik,

sedangkan penambangan laut menggunakan Kapal Keruk, Kapal Isap Produksi dan

Bucket Wheel Dredge (BWD).

Kapal Isap Produksi dapat dikatakan sebagai alat produksi pertambangan karena

selain dilengkapi alat penggalian, kapal ini juga dilengkapi dengan instalasi
pencucian untuk meningkatkan kadar. Dengan memperhatikan besarnya peranan

Kapal Isap Produksi di sektor industri pertambangan bijih timah, maka perencanaan

kerja dan evaluasi pada Kapal Isap Produksi perlu dilaksanakan dengan baik dan

terukur.

Hasil produksi bijih timah yang dihasilkan oleh Kapal Isap Produksi timah di

instalasi pencucian pada umumnya akan menghasilkan bijih timah dengan kadar

SnO2 sekitar 65% - 70% yang kemudian akan diproses lebih lanjut di Pusat

Pengolahan Bijih Timah (PPBT) untuk ditingkatkan kadarnya sebagai syarat utama

sebelum dipasarkan sesuai kebijakan yang berlaku.

1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan Praktik Kerja Lapangan II (PKL II) ini adalah:

1. Untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah PKL II di Politeknik Geologi

dan Pertambangan “AGP”.

2. Untuk mengetahui kegiatan penambangan bijih timah di Kapal Keruk

Kebiang PT Timah (Persero) Tbk. Unit Penambangan Laut Kepulauan Riau

dan Riau dari mulai penggalian sampai dengan pencucian.

3. Untuk mempelajari proses pencucian timah dengan menggunakan Kapal Isap

Produksi Timah 4.

4. Untuk mengetahui faktor – faktor serta kendala – kendala yang ada pada

Kapal Isap Produksi Timah 4.


1.3 Metode Penelitian

Metode penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan

sekunder.

Data primer: 1. Metode observasi, yaitu meninjau langsung ke lokasi

penambangan yang dilakukan Kapal Keruk Kebiang untuk

memperoleh data yang diperlukan.

2. Metode wawancara, yaitu metode pengambilan data dengan

mengadakan dialog dan komunikasi langsung dengan para ahli

seperti pembimbing lapangan, kuasa kapal, kapten harian, kapten

aplus, mandor penambangan, mandor pencucian dan pelaksana

harian, dll.

Data sekunder: Studi kepustakaan, yaitu berdasarkan studi literatur dimana data

diperoleh dari buku dan hasil laporan yang telah ada.

1.4 Sistematika Pelaporan

Laporan ini merupakan suatu hasil pengamatan lapangan selama menjalani

Praktik Kerja Lapangan II (PKL II), dengan berpedoman pada teori yang didapat dari

perkuliahan. Sistematika dalam laporan PKL II adalah sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini disajikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan penelitian,

metode penelitian dan sistematika pelaporan.

BAB II TINJAUAN UMUM

Pada bab ini disajikan tentang lokasi kesampaian daerah, sejarah perusahaan,

keadaan daerah dan kegiatan penambangan di PT Timah (Persero) Tbk.


BAB III LANDASAN TEORI

Pada bab ini disajikan tentang teori-teori yang berhubungan dengan kegiatan

penambangan bijih timah lepas pantai di PT Timah (Persero) Tbk.

BAB IV PENGAMATAN DI LAPANGAN

Pada bab ini disajikan tentang proses penambangan bijih timah lepas pantai yang

dilakukan Kapal Isap Produksi Timah 4 yang meliputi proses penggalian

(pemberaian lapisan tanah dan batuan sedimen), metode penggalian, proses

pemuatan dan pengangkutan, proses pencucian, penanganan lingkungan serta

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT Timah (Persero) Tbk.

BAB V PEMBAHASAN

Pada bab ini disajikan tentang kegiatan pencucian di Kapal Isap Produksi 4 dari

mulai proses pencucian, peralatan dalam proses pencucian, kendala pencucian,

variabel yang mempengaruhi pencucian dan perawatan pencucian

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini disajikan simpulan dan saran dari kegiatan penambangan bijih

timah lepas pantai yang telah diamati dan dibahas pada tugas laporan ini.
19

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Lokasi Penambangan PT Timah (Persero) Tbk Unit Kepulauan Riau dan

Riau

Lokasi penambangan PT Timah (Persero) Tbk Wilayah Kepulauan Riau dan

Riau berada di Pulau Kundur. Kecamatan Kundur Barat, sebelah utara dari kota

Tanjung Batu. Dengan jarak tempuh ± 5 km dari pelabuhan Selat Belia. Perjalanan

dapat ditempuh kurang lebih 20 menit waktu penyeberangan dari pulau Karimun

menuju pelabuhan Selat Belia. Di pulau Kundur sendiri terdapat dua pelabuhan

utama, yaitu pelabuhan Tanjung Batu dan pelabuhan Selat Belia.

Dari sudut geologi, sumber timah perairan tersebut merupakan bagian jalur timah

Asia Tenggara. Di Indonesia jalur timah ini 2/3 berada pada zona lautan, sedangkan

zona daratan berupa deretan pulau-pulau dari arah barat laut, Pulau Karimun,

Kundur, Singkep, Bangka sampai Belitung dan jejak granit bertimah terakhir berada

di pulau Karimata di timur Belitung.


20

Sumber: Bag. Geologi dan Evaluasi Penambangan PT. Timah Kepri dan Riau

2.1 Peta Lokasi Penambangan PT. Timah Unit Kepulauan Riau dan Riau

2.2 Sejarah PT Timah (Persero), Tbk.

Indonesia memiliki daerah cadangan timah yang membentang sejauh lebih

dari 800 km, disebut sebagai The Indonesian Tin Belt yaitu, merupakan bagian dari

The South Asia Tin Belt yang membujur sejauh kurang lebih 3000 km dari daratan

Asia ke arah Thailand, Semenanjung Malaysia, dan di Indonesia yang mencakup

wilayah Pulau Karimun, Kundur, Singkep, dan sebagian di daratan Sumatera

(Bangkinang) di utara terus kearah selatan yaitu Pulau Bangka, Belitung, dan

Karimata hingga ke daerah sebelah barat Pulau Kalimantan.

Penambangan timah di Indonesia sudah berlangsung sekitar 300 tahun, yaitu di

Bangka mulai tahun 1711, di Singkep tahun 1812 dan Belitung sejak tahun 1852.
21

Indonesia merupakan salah satu negara produsen timah terbesar di dunia karena

memiliki kekayaan cadangan timah yang berlimpah.

Bijih timah di Indonesia pertama kali ditambang pada tahun 1709 di Sungai Olim,

Toboali, Pulau Bangka. Pengerjaannya dilakukan secara primitif oleh penduduk

dengan cara pendulangan dan mencangkul dengan sistem penggalian sumur

Palembang atau sistem kolong/parit. Pada waktu itu rakyat Pulau Bangka diwajibkan

membayar pajak kepada kesultanan Palembang dengan bijih timah. Keadaan ini

berubah ketika Belanda datang ke Indonesia, sejak tahun 1720 penggalian timah

dilakukan secara besar – besaran yang dibiayai oleh para pengusaha Belanda yang

tergabung dalam VOC yang kemudian menguasai dan mengawasi seluruh tambang

di Pulau Bangka.

Pada tahun 1819 tambang – tambang timah dikuasai oleh Belanda dengan

mendatangkan pekerja-pekerja dari Canton daratan China. Tambang – tambang di

Pulau Bangka dikelola oleh badan yang diberi nama “Bangka tin Winning Bedrijf”

(BTW). Sedangkan di Pulau Belitung dan Pulau Singkep diserahkan kepada

pengusaha swasta Belanda, masing masing kepada Gemeenschappelijke Mijnbouw

Maatschappij Biliton (Biliton Mij) atau lebih dikenal dengan nama GMB di Pulau

Belitung, dan NV Singkep Tin Exploitatie Maatschappij atau dikenal dengan nama

NV SITEM di Pulau Singkep.

Pertambangan timah di Indonesia secara historikal dibedakan menjadi dua masa

pengelolaan. Masa yang pertama, yaitu sebelum tahun 1960 dikenal sebagai masa

pengelolaan Belanda. Bangka, Belitung, dan Singkep merupakan badan usaha yang

terpisah dan berdiri sendiri. Bangka dikelola oleh badan usaha milik pemerintah

Belanda sedangkan, Belitung dan Singkep dikelola oleh perusahaan swasta Belanda.
22

Masa yang kedua, yaitu masa yang dikelola oleh Negara Republik Indonesia. Status

berdiri sendiri dari ketiga wilayah tersebut masih terus berlangsung. Tetapi, dalam

bentuk Perusahaan Negara (PN) berdasarkan UU No. 19 PRP Tahun 1960, yaitu PN

Tambang Timah Bangka, PN Tambang Timah Belitung, dan PN Tambang Timah

Singkep. Selanjutnya berdasarkan PP NO. 87 Tahun 1961 ketiga Perusahaan Negara

tersebut dikoordiansikan oleh Pemerintah dalam bentuk Badan Pemimpin Umum

Perusahaan Tambang – Tambang Timah Negara (BPU Tambang Timah) dengan

sebagian tugas dan wewenang seperti bentuk “Holding Company”.

Perubahan selanjutnya terjadi pada tahun 1968 dimana ketiga PN dan BPU ditambah

Proyek Pabrik Peleburan Timah Mentok dilebur menjadi satu dalam bentuk PN

Tambang Timah, yang terdiri dari Unit Penambangan Timah (UPT) Bangka,

Belitung, dan Singkep serta Unit Peleburan Timah Mentok (Unit Peltim).

Pada tahun 1967 status PN Tambang Timah diubah lagi menjadi bentuk Perseroan

yaitu PT Tambang Timah (Persero) dengan Bangka, Belitung, Singkep dan

Peleburan Timah Mentok tetap sebagai unit kegiatan operasi yang dipimpin masing –

masing oleh Kepala Unit sedangkan Kantor Pusat berada di Jakarta sehingga secara

manajemen perubahan yang dimaksudkan belum terintegrasi dalam arti sebenarnya.

Pada tahun 1991 – 1995 PT Tambang Timah (Persero) merestrukturisasi perusahaan

yang antara lain adalah relokasi kantor pusat dari Jakarta ke Pangkalpinang,

pelepasan asset yang tidak berkaitan dengan usaha pokok perusahaan dan melakukan

ekspor perdana logam timah dengan kadar timbal yang rendah dengan merek Bangka

Low Lead ke Jepang. Kemudian pada tahun 1995 PT Tambang Timah (Persero)

melakukan penawaran saham umum perdana dan sejak saat itu 35 % saham
23

perusahaan dimiliki oleh publik dan 65 % sahamnya masih dimiliki oleh Negara

Republik Indonesia.

Pada tahun 1998 PT Tambang Timah (Persero) Tbk merubah anggaran dasar

perseroan dan berubah menjadi PT Timah (Persero) Tbk dan juga melakukan

diversifikasi usaha dengan membentuk sejumlah anak perusahaan yaitu :

1. PT Tambang Timah (Persero), bergerak dalam bidang pertambangan timah dan

mineral ikutan lainnya, serta bidang jasa dan perdagangan.

2. PT Timah Industri (Persero), bergerak dalam bidang usaha perdagangan,

perekayasaan, keteknikan industri, dan jasa.

3. PT Timah Eksplomin (Persero), bergerak dalam menyediakan jasa di bidang

penyelidikan tambang, eksplorasi, analisis laboratorium contoh mineral bahan galian,

pembuatan studi kelayakan, penyelidikan geologi teknik, dan penyelidikan

geohidrologi.

4. PT Timah Investasi Mineral (Persero), bergerak dalam bidang jasa investasi dan

konsultasi usaha pertambangan.

5. PT Dok dan Perkapalan Air Kantung (Persero), menyediakan jasa perbengkelan,

galangan kapal, serta jasa pelayanan kapal penumpang.

6. Indometal London Ltd, bergerak sebagai agen penjualan timah Indonesia untuk

kawasan Eropa dan Amerika Serikat.


24

Gambar 2.2 Bagan Sejarah Perkembangan PT Timah (Persero) Tbk.

2.3 Struktur Organisasi

PT Timah (Persero), Tbk wilayah produksi Kepulauan Riau dan Riau

dipimpin oleh General Manager yang menaungi beberapa bidang dan bagian. Lebih

jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.3.


25

2.4 Visi dan Misi Perusahaan

a. Visi Perusahaan

Menjadi perusahaan pertambangan terkemuka di dunia yang ramah

lingkungan.

b. Misi Perusahaan

1. Membangun sumber daya manusia yang tangguh, unggul dan bermartabat.

2. Melaksanakan tata kelola penambangan yang baik dan benar.

3. Mengoptimalkan nilai perusahaan dan kontribusi terhadap pemegang

saham serta tanggung jawab sosial.

2.3 Struktur Organisasi Perusahaan


26

2.5 Iklim dan Curah Hujan

Iklim di Pulau Kundur dipengaruhi oleh iklim musim, yaitu: musim hujan

dan musim kemarau. Periode musim hujan terjadi antara bulan Oktober sampai bulan

Maret dan periode musim kemarau terjadi di antara bulan April sampai September.

Sedangkan daerah Kundur memiliki iklim tropis basah (tropical humid climate)

seperti pada daerah lainnya di Indonesia.

Pada bulan Juli - Agustus 2016 kemungkinan kecil tumbuhnya siklon tropis. Dimana

hal ini tidak mempengaruhi atas berkurang atau bertambahnya jumlah curah hujan di

wilayah Indonesia bagian utara termasuk Kepulauan Riau.

2.6 Pasang Surut Air Laut

Pengaruh pasang surut air laut dalam proses penggalian Kapal Isap Produksi

akan mengakibatkan tanah yang dikupas selapis demi selapis tidak merata karena

setiap jamnya air laut akan mengalami pasang surut sehingga tinggi muka air laut

setiap saat akan berubah. Untuk menghindari hal tersebut maka tabel air harus

diperhatikan oleh juru mudi Kapal Isap Produksi agar mengetahui kedalaman ladder

yang sesungguhnya.

Tabel air adalah angka-angka ketinggian pasang surut air laut yang berubah-

ubah pada setiap jam. Ramalan pasang surut pada lokasi kerja dapat diketahui

berdasarkan daftar pasang surut yang dikeluarkan oleh Jawatan Meteorologi dan

Geofisika, Departemen Perhubungan Laut, maupun Dinas Angkatan Laut.


27

2.7 Geologi Daerah Penambangan

2.7.1 Endapan Timah

Endapan timah di Indonesia terletak pada satu jalur timah terkaya di dunia,

yang dikenal sebagai sabuk granit Asia Tenggara (lihat Gambar 2.4). Jalur ini

memanjang dari Yunan (Cina) melalui Myanmar, Thailand, Malaysia berlanjut

ke Indonesia terutama di Pulau Bangka, Pulau Belitung, Pulau Singkep dan

Pulau Karimun. Di daerah Pulau Bangka tersusun oleh formasi batuan beku dan

batuan sedimen. Batuan beku yaitu batuan yang terjadi akibat pembekuan

magma di dalam bumi. Batuan beku yang mengandung mineral timah yaitu

batuan granit sedangkan batuan sedimennya mengandung mineral-mineral

seperti kuarsa (SiO2) 35%, kasiterit (SnO2) 30%, pirit (FeS2) 25%, illmenit

(FeTiO3) 6%, hematit (Fe2O3) 2% dan 2% mineral lainnya seperti zircon

(ZrSiO4), galena (PbS) dan siderit (FeCO3).

Gambar 2.4 Sabuk Granit Asia Tenggara


28

Proses pembentukan bijih timah primer bisa diterangkan melalui 2 tahap,

yaitu tahap pemisahan magma yang akan menghasilkan larutan pembawa bijih

timah dan proses pengendapan larutan pembawa bijih timah tersebut. Dalam

tahap pemisahan magma terjadi proses pembekuan magma, pengendapan kristal,

pengapungan kristal akibat dari pengaruh tekanan dan suhu, kemudian terbentuk

larutan pembawa bijih yaitu larutan yang berasal dari sisa magma yang masih

bersifat encer mengandung gas-gas dan membawa unsur logam, tahap ini juga

disebut proses Pneumatic Hidrotermal. Larutan unsur logam di atas selanjutnya

naik ke permukaan bumi dan jika menemui struktur atau lingkungan yang sesuai

maka akan terjadi pengendapan logam yang dibawanya.

Endapan timah sekunder yaitu endapan timah yang berasal dari pelapukan

endapan timah primer. Akibat dari pengaruh temperatur yang tinggi dan

kelembapan maka terjadi pelapukan mekanis dan pelapukan kimiawi yang kuat

pada batuan granit dan batuan metasedimen sehingga menghasilkan mineral-

mineral yang tahan terhadap pelapukan seperti kasiterit (SnO2) dan kuarsa

(SiO2) dalam bentuk pasir, serta mineral-mineral dengan ukuran butir yang

sangat halus seperti lempung dan lanau. Proses selanjutnya yang penting adalah

terjadinya transportasi yang memungkinkan mineral berat dan mineral ringan

terendap secara selektif, yaitu mineral berat terendapkan di bawah dan mineral

ringan terendapkan di bagian atas mineral-mineral berat tersebut.

Perubahan lingkungan pengendapan akan mempengaruhi derajat erosi

terhadap batuan pembawa timah. Endapan fluvial merupakan salah satu endapan

timah alluvial yang keberadaannya sangat dominan di Indonesia. Selain itu,

endapan fluvial merupakan endapan yang paling ekonomis untuk ditambang.


29

Endapan tipe ini berkembang di alur lembah purba yang umumnya

terkonsentrasi di atas batuan metasedimen, batuan beku plutonik dan batuan

sedimen.

Secara vertikal kondisi geologi dari endapan alluvial merupakan endapan

yang telah mengalami rombakan dan terdistribusi/terkonsentrasi berdasarkan

gaya berat dan proses mekanis yang mempengaruhinya. Proses tersebut dapat

berlangsung beberapa kali sehingga proses pengendapan juga dapat berlangsung

beberapa kali. Proses seperti ini memungkinkan untuk terbentuknya kondisi

lapisan timah yang berulang-ulang. Keadaan tersebut menyebabkan kondisi

endapan timah di jalur kepulauan timah akan bervariasi. Di beberapa tempat

dapat dijumpai lapisan timah yang terdapat hanya satu lapisan, sedangkan di

beberapa tempat lain endapan timah juga terdapat beberapa lapisan.

Gambar 2.5 Sketsa Endapan Bijih Timah Sekunder

Istilah lokal yang digunakan untuk penamaan lapisan endapan timah alluvial,

yaitu:

a. Kaksa

Lapisan timah alluvial yang mempunyai ukuran butir antara pasir sedang

hingga pasir halus yang berada di atas batuan dasar (kong).


30

b. Kong

Batas akhir dari endapan timah alluvial yang dicirikan dengan tidak adanya

kandungan kasiterit (SnO2). Kong ini biasa disebut sebagai batuan dasar

dengan ukuran butir antara pasir kasar hingga kerikil.

c. Mincan

Endapan alluvial yang berbentuk lensa berada diantara overburden (tanah

atas) dan interburden yang terbentuk pada bagian paling akhir akibat tidak

stabilnya proses pengendapan.

2.7.2 Litologi dan Kekayaan

Litologi lokasi cadangan di Laut Cupat Dalam dapat dilihat dari profil bor

eksplorasi dimana kekayaan timah serta ketebalan dari setiap lapisan dapat

diketahui, sebagai contoh profil bor no. 07/01/14 (lihat Gambar 2.6) mempunyai

jumlah kekayaan timah (Sn) = 0,051 kg/m3.

Litologi dari endapan timah di tambang Laut Cupat Dalam terdiri dari:

a. Lumpur (LU)

b. Lempung (LP)

c. Pasir Halus Lempung (PHALP)

d. Pasir Kasar Kerikil (PKAKRK)

e. Lempung Liat (LPLT)

f. Lempung Pasir Halus (LPPHA)

g. Lempung Lemah (LPLM)

h. Lempung Pasir Kasar (LPPKA)

i. Pasir Kasar Lempung (PKALP)

j. Kerikil Pasir Kasar (KRKPKA)


31

Pengendapan ini akan terbentuk pada daerah lembah dimana base rock

lembah adalah batuan granit. Lapisan yang mengendap di atas base rock adalah

material yang memiliki berat jenis terbesar. Hal ini dapat dilihat dari jenis

lapisan tanah yang berada di atas base rock yaitu pasir kasar kerikil dan bijih

timah. Lapisan tanah yang berada di atas dan bagian tengah adalah lapisan pasir

halus yang terkonsolidasi dengan lempung (clay). Berikut ini adalah contoh

profil bor, yang menunjukkan litologi lapisan tanah dengan ketebalannya:

Gambar 2.6 Contoh Profil Bor

Keterangan:

a. Satuan kekayaan adalah kg/m3, contoh 0,051 kg/m3.

b. Contoh nomor lubang bor = 07/01/13.


32

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Penambangan Bijih Timah

Ada 2 jenis penambangan yang dilakukan dalam proses penambangan bijih

timah, yaitu:

3.1.1 Penambangan Bijih Timah Lepas Pantai

Penambangan bijih timah lepas pantai dilakukan dengan menggunakan

Kapal Keruk. Berdasarkan macam alat galinya, Kapal Keruk tersebut dibedakan

menjadi 3, yaitu:

a. Multi Bucket Dredge, yaitu Kapal Keruk yang alat galinya berupa

rangkaian mangkok (bucket).

b. Cutter Suction Dredge, yaitu Kapal Keruk dengan alat gali berupa pisau

pemotong (cutter) yang dilengkapi dengan pompa isap. Kapal ini biasa

disebut sebagai Kapal Isap Produksi.

c. Bucket Wheel Dredge, yaitu Kapal Keruk yang dilengkapi dengan

mangkok yang berputar (bucket wheel) sebagai alat gali.

Gambar 3.1 Macam-Macam Alat Gali Kapal Keruk


3.1.2 Penambangan Bijih Timah Darat

Penambangan bijih timah darat dilakukan di wilayah daratan

Kepulauan Bangka Belitung. Proses penambangannya menggunakan pompa

semprot (gravel pump).

Pada daerah tertentu, penambangan bijih timah darat menghasilkan wilayah

sungai besar yang disebut dengan kolong/danau. Kolong/danau itu

merupakan inti utama cara kerja penambangan darat, karena pola kerja

penambangan darat sangat tergantung pada pengelolaan dan pemanfaatan

sumber daya air dalam jumlah besar. Sehingga bila kita lihat dari udara,

penambangan timah darat selalu menimbulkan lubang-lubang genangan air

yang besar.

3.2 Kapal Isap Produksi

Kapal Isap Produksi (lihat Gambar 3.2) adalah modernisasi penambangan timah

yang menggunakan cutter sebagai alat penggalian utamanya dan merupakan suatu

alat gali atau pemindahan tanah yang dipergunakan untuk menggali lapisan tanah

bawah air, dimana peralatan mekanis dan pengolahan materialnya bertumpu pada

sebuah ponton. Selanjutnya material hasil penggalian tersebut dipindahkan ke bagian

pengolahan sementara, yaitu instalasi pencucian. Bagian pengolahan sementara ini

berfungsi sebagai media pemisah antara material endapan bijih timah dengan

material pengotor lainnya. Material endapan bijih timah hasil pencucian ditampung

di dalam kampil bijih (karung tempat bijih timah), sedangkan material pengotornya

langsung terpisah dan dibuang ke laut.

34
Gambar 3.2 Kapal Isap Produksi

3.3 Konstruksi Kapal Isap Produksi

Secara garis besar, konstruksi pada Kapal Isap Produksi dibagi menjadi 2, yaitu

konstruksi bagian atas (lihat Gambar 3.3) dan konstruksi bagian bawah (lihat

Gambar 3.4).

34
Gambar 3.3 Konstruksi Atas KIP

Gambar 3.4 Konstruksi Bawah KIP

3.3.1 Alat Apung (Ponton)

Ponton adalah bagian dasar/kumpulan dari beberapa tangki atau

kompartemen yang membentuk suatu badan kapal, ponton berbentuk tabung

dengan diameter 1,8 m. Selain sebagai alat apung, ponton juga berfungsi untuk

34
menyimpan HSD (High Speed Diesel) dan air tawar. Skema ponton dapat dilihat

pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Skema Ponton pada KIP

3.3.2 Mesin (Engine)

Mesin (engine) Kapal Isap Produksi terdiri dari:

a. Engine for gravel pump, mesin yang berfungsi untuk menggerakkan

pompa tanah.

b. Engine for hydrolic pump for cutter and ladder

winch, mesin yang berfungsi untuk menggerakkan cutter dan ladder.

c. Engine for water pump and hydrolic plant, mesin yang berfungsi untuk

menggerakkan saringan putar, penggerak jig dan juga pompa

underwater.

d. Engine for operation dredge (engine for propeller swing), mesin yang

berfungsi untuk menggerakkan propeller dan jangka labuh.

34
e. Engine for sailing dredge (propeller moving engine), mesin yang

berfungsi untuk menggerakkan propeller ketika berlayar.

f. Electric generator, mesin yang berfungsi untuk menggerakkan

generator penerang dan motor las.

3.4 Peralatan Penggalian

Untuk mendukung operasional penggalian di Kapal Isap Produksi, ada beberapa

peralatan yang digunakan, yaitu:

3.4.1 Cutter

Cutter adalah alat gali atau alat potong dan alat yang mampu memberai,

mengiris (menggali) lapisan tanah. Dibuat dari bahan besi baja yang keras

sehingga tidak mudah aus karena gesekan dengan tanah. Cutter ditempatkan

pada ujung ladder.

3.4.2 Ladder

Ladder berfungsi untuk penempatan cutter, pompa tanah, pipa isap dan

pipa tekan. Panjang ladder sangat menentukan kedalaman gali yang dicapai.

Setiap Kapal Isap Produksi mempunyai panjang ladder yang berbeda-beda.

Kontruksinya terdiri dari besi siku dan plat sebagai dinding. Pada ujung ladder

dipasang cutter sedangkan pada pangkalnya dipasang as sebagai tumpuan bagi

naik turunnya ladder.

Dalam proses penggalian, ladder digerakkan oleh winch ladder yang

digunakan untuk menaikturunkan ladder pada saat proses penggalian. Kinerja

ladder sangat ditentukan oleh keahlian operator yang mengendalikan winch

ladder tersebut sesuai dengan kedalaman penggalian.

34
3.4.3 Global Positioning System (GPS)

Peralatan dalam proses penggalian dibantu oleh adanya Global Positioning

System yang dapat memonitor koordinat posisi Kapal Isap Produksi dengan

ketelitian hingga 1 m setiap saat dan juga kedalaman penggalian. Dengan adanya

GPS ini dapat mencegah proses penggalian kembali pada titik kordinat terdahulu

yang sudah pernah digali.

3.4.4 Mesin Propeller

Mesin propeller berfungsi sebagai penggerak kapal dalam berlayar. Pada

setiap Kapal Isap Produksi terdapat 2 propeller yaitu propeller kanan dan kiri,

dimana pada saat operasional penggalian, propeller ini dapat difungsikan untuk

memberikan dorongan pada kapal ke arah kanan dan kiri sehingga kapal dapat

berputar.

3.5 Metode Penggalian

Metode penggalian yaitu cara penggalian yang dilakukan untuk menggali

lapisan-lapisan tanah yang berada di lokasi kerja Kapal Isap Produksi. Secara umum,

metode penggalian yang digunakan oleh KIP yaitu:

a. Metode rotary 360º

Metode penggalian dimana Kapal Isap Produksi melakukan penggalian sambil

berputar ke arah kanan atau kiri sebesar 360º. Metode ini digunakan untuk:

1. Membuka kolong kerja awal.

2. Sebaran endapan bijih timah yang merata.

34
Gambar 3.6 Skema Metode Penggalian Rotary 360º

b. Metode spooding 45º, 90º dan 180º

Metode penggalian dimana Kapal Isap Produksi melakukan penggalian sambil

berputar ke arah kanan dan kiri sebesar 45º, 90º dan 180º. Metode ini digunakan

untuk sebaran endapan bijih timah yang tidak merata.

c. Metode kombinasi

Metode kombinasi adalah suatu cara penggalian yang menggabungkan 2 metode

penggalian yaitu metode rotary dan metode spooding. Untuk membuka kolong

34
kerja awal menggunakan metode rotary sedangkan untuk lapisan kaksa digali

dengan menggunakan metode spooding.

Gambar 3.7 Skema Metode Penggalian Spooding 90o

Pada umumnya tanah terdiri dari bermacam-macam jenis yang kondisinya

berlapis-lapis. Biasanya lapisan yang mengandung timah berada di atas batuan dasar

(kong), tetapi kadang-kadang pada daerah tertentu terdapat lapisan bertimah diantara

lapisan atas atau lapisan penutup (endapan mincan). Sesuai dengan jenisnya, lapisan-

lapisan tersebut mempunyai kekerasan atau kekompakan yang berbeda-beda,

sehingga mempengaruhi cara/metode penggalian yang digunakan.

34
Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan untuk menggunakan salah satu

metode penggalian di atas adalah:

a. Sebaran endapan bijih timah.

b. Arah angin dan gelombang laut di lokasi Kapal Isap Produksi.

3.6 Peralatan Pemuatan dan Pengangkutan

Pemuatan dan pengangkutan pada Kapal Isap Produksi menggunakan sistem

pengisapan dalam prosesnya. Adapun peralatan yang digunakan dalam pengisapan

tersebut adalah sebagai berikut.

3.6.1 Pipa Isap

Pipa isap adalah pipa yg berbentuk mulut bebek yang berfungsi untuk

mengisap tanah yang telah diberaikan oleh cutter, akan tetapi yang memberikan

daya isap adalah pompa tanah karena pipa isap hanyalah alat bantu pompa tanah.

3.6.2 Pipa Tekan (Pipa Press)

Pipa tekan adalah pipa yang berfungsi untuk meneruskan material dari

pipa isap menuju ke saring putar (revolving screen). Daya tekannya berasal dari

pompa tanah.

3.6.3 Pipa Spiral/Fleksibel

Pipa spiral/fleksibel adalah pipa yang menghubungkan pipa tekan menuju

saring putar. Pipa spiral ini dibuat elastis agar memudahkan dalam proses naik-

turunnya ladder pada proses penggalian material.

3.6.4 Pompa Tanah

Pompa tanah berfungsi untuk memberikan daya isap dan daya tekan pada

pipa isap dan tekan agar material hasil gali dari cutter dapat diangkut ke saring

34
putar. Pompa tanah ini diletakkan pada ladder dengan jarak sekitar 9 - 12 m dari

cutter.

3.7 Peralatan Pencucian

Peralatan pencucian yang digunakan Kapal Isap Produksi adalah sebagai berikut.

3.7.1 Saring Putar (Revolving Screen)

Saring putar merupakan alat untuk memisahkan material kasar (oversize)

dan material halus (undersize) berdasarkan prinsip perbedaan ukuran. Material

kasar akan terbuang menuju bandar tailing sedangkan material halus akan

disalurkan menuju jig primer.

3.7.2 Jig

Jig adalah alat yang digunakan untuk memisahkan bijih/mineral yang

berbeda berat jenisnya dalam suatu cairan berdasarkan perbedaan kesanggupan

butiran-butiran mineral tertentu untuk bergerak menembus lapisan-lapisan

campuran butiran mineral, karena adanya gerakan naik dan turun cairan di atas

saringan sehingga butiran-butiran tersebut mengatur diri dan mengambil

kedudukan dalam beberapa lapisan sesuai dengan berat jenisnya (berstratifikasi).

Dalam proses jigging menggunakan gaya hidrolis, yakni aliran air

bergantian ke atas (pulsion) dan ke bawah (suction). Proses pulsion membuat

butiran-butiran mineral terdorong dan terangkat ke atas, dimana butiran mineral

ringan terangkat lebih tinggi dari mineral berat, sedangkan pada saat proses

suction, butiran-butiran mineral tertekan ke bawah akibat terjadinya penyedotan

air sehingga butiran-butiran mineral tersebut kembali turun. Kedua proses ini

dilakukan berkali-kali sehingga masing-masing butiran dengan berat jenis yang

sama akan terakumulasi pada satu lapisan sesuai dengan berat jenisnya masing-

34
masing. Lapisan bawah adalah butiran mineral dengan berat jenis yang paling

tinggi dan lapisan paling atas adalah butiran mineral dengan berat jenis yang

paling rendah.

Pada saat terjadi proses pulsion dan suction, maka partikel tersebut

mengalami gaya berbeda yang disebabkan oleh:

1. Differential Initial Acceleration

Proses pulsion membuat butiran mineral terangkat dan bergerak ke atas

hingga kecepatan awal butiran tersebut menjadi nol. Pada saat jatuh

kembali, butiran-butiran tersebut memiliki kecepatan jatuh yang berbeda

berdasarkan berat jenisnya.

2. Hindered Settling

Pada saat pulsion, dimana jumlah butiran sangat banyak membentuk suatu

massa pada cairan dalam kondisi berdesak-desakan yang disebut hindered

settling. Dalam kondisi ini, kecepatan jatuh butiran berkurang, dimana

kecepatan jatuh lebih dipengaruhi oleh berat butiran dibandingkan dengan

berat jenisnya.

3. Consolidation Trickling

Pada akhir proses suction, butiran-butiran mineral besar akan mulai

merapat satu sama lain, sedangkan butiran berukuran kecil lebih bebas

bergerak ke bawah menerobos masuk lewat celah-celah butiran besar.

Akibatnya butiran kecil akan mengendap lebih lama dibandingkan pada

saat keadaan initial acceleration maupun hindered settling.

Akibat dari ketiga gaya tersebut, butiran-butiran berstratifikasi dalam

lapisan-lapisan yang berbeda berat jenisnya, dari bawah ke atas berturut-turut

34
dimulai dari butiran kecil berat, butiran besar berat, butiran kecil ringan dan

butiran besar ringan.

Gambar 3.8 Pulsion Process

Gambar 3.9 Suction Process

34
Bagian-bagian dari jig yang ada di Kapal Isap Produksi adalah sebagai

berikut:

Keterangan:
1. Afsluiter Underwater
2. Pipa Underwater
3. Roster Atas
4. Rubber Screen
5. Roster Bawah
6. Rubber Membrane
7. Clamp Membrane
8. Cone Diapragma
9. Rubber Spigot
10. Fillow Block
11. Rocker Arm/Tuas Balance
12. Exentrik

Gambar 3.10 Bagian-Bagian Jig

Komponen-komponen pendukung pada jig:

a. Saringan (rubber screen): Fungsinya untuk menahan hematit agar tidak turun

ke bawah dan melewatkan atau meloloskan bijih timah. Ukuran lubangnya

harus lebih kecil dari hematit dan lebih besar dari bijih timah. Biasanya

dipakai ukuran 4 x 10 mm, dimana ukuran yang besar diletakan melintang

terhadap arah aliran bahan, dengan tujuan agar lubang saringan tidak mudah

buntu atau tersumbat.

b. Bak Distribusi: Fungsinya untuk mendistribusikan material undersize saring

putar ke jig primer dengan merata dan kecepatan alir yang sesuai.

34
Pemasangan sisir penahan aliran air mesti diperhatikan agar didapatkan hasil

yang optimal.

c. Tangki/kompartemen: Dinding tangki harus kaku, dengan maksud untuk

menghindari turut bergeraknya dinding, yang mana hal ini akan

mempengaruhi pukulan efektif jig.

d. Bed: Lapisan material di atas saringan jig, yang terdiri dari batu hematit atau

kasiterit kasar dan berfungsi sebagai bahan perantara dalam memisahkan bijih

timah dengan mineral pengotornya.

e. Kisi-kisi (rooster): Fungsinya untuk memberikan kekakuan pada saringan,

agar tidak turut bergerak saat terjadi proses tekanan dan isapan air dan juga

untuk menjaga supaya batu hematit tetap pada tempatnya.

f. Penggerak: Fungsinya untuk membuat gerakan isapan dan tekanan secara

terus-menerus (continuitas). Alat yang digunakan sebagai penggerak adalah

pompa hidrolik yang dihubungkan dengan satu sumbu exentrik yang dibagi

untuk 3 kompartemen A, B dan C dengan panjang stang yang sama

secara mekanis. Ada juga stang balance diafragma yang merupakan salah

satu alat penggerak pada proses pencucian, yang digunakan pada jig tipe Pan

America. Stang balance diafragma ini berfungsi untuk merubah gerakan

berputar yang ditimbulkan oleh pompa hidrolik menjadi gerakan ke atas dan

ke bawah.

g. Membran: Fungsinya untuk menutup rapat antara tangki dan torak sehingga

torak dapat bekerja (menekan dan mengisap). Membran ini harus diklem

dengan kuat agar tidak terjadi kebocoran dan juga tidak boleh dicat, sebab

akan mengakibatkan membran mudah retak/pecah.

34
h. Spigot: Fungsinya untuk mengalirkan konsentrat yang keluar/melewati

saringan.

3.7.3 Shakan

Shakan adalah suatu alat pengolahan berupa talang atau saluran, dimana

sistem pengolahannya berdasarkan prinsip flowing film concentration (proses

pemisahan butiran atau partikel dengan menggunakan media air, dimana proses

pemisahan partikel berdasarkan perbedaan berat jenisnya). Banyak dipakai untuk

konsentrasi kasar (pre-concentration) terhadap endapan bijih yang kadarnya

rendah, dimana butiran-butiran mineral berharga sudah bebas sempurna (free

particles) dengan concentration criterion lebih dari 2,5.

3.7.4 Bandar Tailing

Bandar tailing merupakan jalur atau bandar pembuangan material yang

tidak berharga seperti pasir, batuan dan lain-lain. Sistem pembuangan limbah

dari proses pencucian Kapal Isap Produksi yaitu dengan cara memisahkan

tailing dan langsung dibuang ke laut melalui buritan kapal. Tailing tersebut

dimanfaatkan untuk menutup kembali lubang bekas galian.

34
BAB IV

PENGAMATAN DI LAPANGAN

Hal yang diamati selama di lapangan yaitu: kegiatan penggalian dan kegiatan

pencucian.

4.1 Struktur Organisasi Kapal Isap Produksi Timah 4

Berikut ini merupakan bagan dari struktur organisasi di Kapal Isap Produksi

Timah 4 (lihat Gambar 4.1).

4.2 Kegiatan Penggalian

Kegiatan penggalian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengupas tanah

permukaan dan membuat kolong kerja awal sebelum melakukan penggalian lebih

lanjut terhadap lapisan kaksa.

Metode penggalian yang digunakan oleh Kapal Isap Produksi Timah 4 adalah

metode rotary 360º. Proses penggalian di Kapal Isap Produksi Timah 4 menggunakan

cutter yang berada pada ujung ladder yang digerakkan oleh 1 set mesin hidrolik

merk Yanmar 6YHM-WET 500 HP, 1950 rpm. Kecepatan putar maksimal yang

dapat dihasilkan oleh cutter sebesar 24 rpm.

4.2.1 Kegiatan Sebelum Penggalian

Sebelum penggalian dilaksanakan, ada beberapa hal yang harus dilakukan,

yaitu:

34
KAPTEN APLOS NAHKODA JURU TATA
(A, B, C, D) USAHA

MANDOR MANDOR MASINIS JURU MUDI PETUGAS

5
PENCUCIAN TRANSPORT

PETUGAS PETUGAS PETUGAS KKM MUALIM


PENCUCIAN 1 PENCUCIAN 2 MESIN

Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi Kapal Isap Produksi Timah 4


6

1. Perencanaan Kerja Penggalian

Perencanaan kerja ini dimaksudkan untuk menentukan titik koordinat yang

akan dilakukan proses penggalian. Letak Rencana Kerja KIP Timah 4

(lihat Gambar 4.2)

Sumber: Bid. Geologi dan Evaluasi Penambangan

Gambar 4.2 Peta Rencana Kerja KIP Timah 4

2. Persiapan Tempat

Kegiatan penggalian ini dilakukan pada lokasi yang didominasi lapisan

tanah lempung lemah dan hanya terdapat sedikit lapisan tanah lempung

liat, dimana lempung liat ini merupakan material yang memperlambat

kemampuan putaran alat gali.

34
7

4.2.2 Komponen Utama Penggalian

Dalam penggalian terdapat komponen yang dimiliki oleh Kapal Isap

Produksi Timah 4 agar penggalian dapat terjadi. Adapun komponen utamanya

yaitu:

1. Cutter

Gambar 4.3 Cutter

2. Ladder

Gambar 4.4 Ladder

34
8

3. Global Positioning System

Gambar 4.5 Global Positioning System

4. Mesin Propeller

Gambar 4.6 Mesin Propeller

34
9

4.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Penggalian

Faktor-faktor yang mempengaruhi penggalian adalah sebagai berikut:

a. Jenis lapisan dan cara penggaliannya

Untuk jenis lapisan tanah yang mudah terberai, KIP tidak akan

menemukan kesulitan yang berarti dalam penggalian, sebab talud/dinding

tanah yang berada di depan dinding cutter akan sedikit demi sedikit runtuh

dan diisap oleh pompa tanah, tetapi jika menggali jenis lapisan tanah yang

susah diberai seperti lapisan lempung liat, maka cutter harus digerakkan

secara perlahan dan KIP harus memperlebar lubang penggalian untuk

menghindari terjadinya runtuhan dari talud/dinding tanah yang berpotensi

menimbun ladder.

b. Kedalaman gali ideal

Dengan panjang ladder 58 m, maka kedalaman gali ideal KIP adalah

45 m dengan sudut penujaman ladder sebesar 45

c. Tebal lapisan ideal

Tebal lapisan tanah ideal untuk digali oleh KIP adalah sebesar 0 - 15

m. Pada kedalaman tersebut, kemungkinan terjadi longsoran yang

mengakibatkan ladder tertimbun masih sangat kecil. Apabila tebal lapisan

tanah lebih dari 15 m, kemungkinan ladder tertimbun tanah runtuhan akan

semakin besar, apalagi kalau jenis tanah yang digali adalah tanah keras

yang tidak mudah runtuh, maka kondisi ini akan sangat berbahaya bagi

ladder.

34
10

4.2.4 Kendala Penggalian

Beberapa kendala yang dialami dalam penggalian di Kapal Isap Produksi

Timah 4, yaitu:

a. Kuku cutter aus mengakibatkan jam stop produksi bertambah karena

harus dilakukan pengelasan.

b. Kondisi lokasi penggalian yang menyulitkan untuk kegiatan

penggalian.

c. Lempung liat yang mengakibatkan putaran pada cutter melemah.

d. Terdapatnya struktur geologi mengakibatkan kemampuan abrasivitas

cutter meningkat.

e. Longsoran kolong kerja menyebabkan cutter dan ladder tertutupi

runtuhan material sehingga ladder harus diangkat.

4.3 Kegiatan Pemuatan dan Pengangkutan

Kegiatan pemuatan dan pengangkutan pada KIP Timah 4 menggunakan pipa

sebagai alat untuk mengalirkan material hasil beraian dengan menggunakan proses

pengisapan pada material tersebut. Proses pengisapan menggunakan sebuah pompa

tanah untuk membantu mengisap dan menekan material hingga menuju instalasi

pencucian.

4.3.1 Komponen Utama Pemuatan dan pengangkutan

Dalam pemuatan dan pengangkutan terdapat komponen yang dimiliki oleh

Kapal Isap Produksi Timah 4 agar pemuatan dan pengangkutan dapat terjadi.

Komponen utamanya yaitu:

34
11

1. Pompa Tanah

Gambar 4.7 Pompa Tanah

2. Pipa Isap

3. Pipa Tekan

4. Pipa Spiral/Fleksibel

Gambar 4.8 Pipa Spiral

34
12

4.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Pemuatan dan Pengangkutan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemuatan dan Pengangkutan adalah:

1. Kecepatan isap pompa tanah pada material.

2. Sifat fisik material yang diisap.

3. Diameter pipa isap.

4. Kondisi mesin pompa tanah.

4.3.3 Mekanisme Pemuatan dan Pengangkutan

Sistem pemuatan dan pengangkutan yang dilakukan Kapal Isap Produksi

Timah 4, yaitu:

1. Material yang diberaikan cutter diisap dengan menggunakan pipa isap.

2. Terdapat 2 batang besi pada depan pipa isap untuk mencegah masuknya

material besar ke instalasi pencucian.

3. Setelah material diisap oleh pipa isap, dilanjutkan menuju pipa tekan

dan pipa spiral/fleksibel untuk membawa material pada proses

pencucian.

4.3.4 Kendala Pemuatan dan Pengangkutan

Kendala dalam pemuatan dan pengangkutan pada KIP Timah 4,

diantaranya:

1. Tersumbatnya lubang pipa isap oleh lempung liat sehingga

mengakibatkan terhentinya proses produksi.

2. Mesin terlalu panas (overheat) sehingga mengakibatkan mesin mati dan

tidak bisa digunakan.

3. Bearing aus mengakibatkan proses pengisapan tidak optimal.

4. Impeller habis mengakibatkan material tidak bisa diisap.

34
13

4.4 Kegiatan Pencucian

Pencucian merupakan proses akhir dari rangkaian kegiatan penambangan pada

Kapal Isap Produksi Timah 4. Besar kecilnya perolehan sangat ditentukan oleh

kegiatan pencucian ini. Pemisahan yang dilakukan menggunakan media air laut.

4.4.1 Komponen Utama Pencucian

Dalam pencucian terdapat komponen yang dimiliki oleh Kapal Isap

Produksi Timah 4 agar pencucian dapat terjadi. Adapun komponen utama

tersebut yaitu:

1. Saring Putar (Revolving Screen)

2. Jig Primer

3. Jig Sekunder

4. Shakan

5. Bandar Tailing

4.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Pencucian

Faktor-faktor yang mempengaruhi pencucian pada Kapal Isap Produksi

Timah 4 yaitu:

1. Kinerja Operator

2. Sifat Fisik Hasil Galian

a. Pasir Lepas

1) Pasir cepat menumpuk pada beberapa permukaan jig primer (mudah

terjadi overblast).

2) Beban jig berat, akibatnya beban kerja alat penggerak menjadi berat

pula.

3) Recovery jig primer menjadi rendah karena sering overblast.

34
14

4) Produksi tidak optimal.

b. Lempung Putih (Tanah Kak)

1) Membentuk gumpalan (clay ball) di dalam saring putar.

2) Mengikat butiran timah ke oversize dan terbuang ke bandar tailing.

3) Lubang plat saring putar cepat tersumbat.

c. Mineralisasi

4.4.3 Mekanisme Pencucian

Mekanisme pencucian pada Kapal Isap Produksi Timah 4 adalah sebagai

berikut:

1. Cutter memotong lapisan tanah yang mengandung pasir timah

kemudian lapisan tanah yang terberai diisap oleh pompa isap.

2. Pompa tanah mengisap feed dan kemudian menyemprotkannya ke

dalam saring putar.

3. Saring putar yang berbentuk grizzly berfungsi sebagai alat pemisah

(sizing). Oversize saring putar keluar sebagai tailing melalui bandar

tailing sedangkan undersize dialirkan oleh bandar saring putar ke 2 unit

jig primer.

4. Jig primer berfungsi sebagai alat pemisah dengan prinsip perbedaan

berat jenis. Oversize jig primer keluar sebagai tailing sedangkan

undersize jig primer dari semua kompartemen (A, B dan C) dialirkan

langsung ke jig sekunder.

5. Jig sekunder berfungsi sebagai alat pemisah dengan prinsip perbedaan

berat jenis. Oversize jig sekunder keluar sebagai tailing, sedangkan

34
15

undersize jig sekunder kompartemen A dialirkan ke penampung

konsentrat A.

6. Konsentrat A diproses di shakan untuk menghasilkan konsentrat akhir

yang dikemas dalam karung dan ditimbang dengan berat ± 60

kg/karung.

7. Undersize jig sekunder kompartemen B ditampung di penampung

konsentrat B itu sendiri.

4.4.4 Kendala Pencucian

Kendala yang sering terjadi dalam pencucian pada Kapal Isap Produksi

Timah 4 yaitu:

1. Dulang bocor.

2. Terjadinya overblast.

3. Bed terlalu banyak bercampur dengan pasir.

4. Rubber Screen longgar.

5. Lubang Spigot mampat.

6. Klem membran patah.

7. Selang spigot lepas

8. Eksentrik rusak

4.5 Produksi dan Jam Operasional

4.5.1 Produksi

Produksi merupakan tahap akhir dari rangkaian aktivitas penambangan.

Produksi dapat menjadi salah satu parameter penting dengan menganalisis

34
16

kinerja Kapal Isap Produksi. Naik ataupun turunnya produksi yang diperoleh

akan menjadi sumber dari segala evaluasi yang dialami oleh KIP. Dengan

demikian, pengamatan yang ditekankan pada hasil produksi memiliki beberapa

kendala baik berupa faktor sumberdaya manusia hingga pada kemampuan alat

dan atau keadaan bahan galian sesuai dengan pengamatan yang didapatkan di

lapangan.

Kegiatan produksi pada Kapal Isap Produksi Timah 4 dilakukan dengan

cara memasukkan bijih timah hasil pencucian ke dalam kampil dengan berat

rata-rata 60 kg/kampil. Untuk mengetahui berat timah per kampil dilakukan

taksasi dengan cara menimbang kaleng susu yang telah diisi oleh bijih timah

yang kemudian ditimbang dengan ketentuan tertentu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi yaitu:

1. Lokasi kerja

Tiap lokasi kerja memiliki jumlah cadangan yang berbeda sehingga

untuk tiap titik koordinat x-y tiap harinya akan didapat jumlah timah yang

berbeda pula. Selain itu, perbedaan lokasi kerja menimbulkan perbedaan

kadar timah yang didapat, sehingga meskipun dengan spesifikasi alat yang

sama dapat menghasilkan tingkat produksi yang berbeda.

2. Jam kerja

Berdasarkan rencana kerja perusahaan sudah ditentukan batasan jam

kerja untuk tiap bulannya. Jumlah jam kerja sangat menentukan hasil

produksi yang dihasilkan, dimana pada suatu koordinat titik yang sama,

34
17

peluang untuk mendapatkan timah akan lebih besar bila dilakukan dengan

jam kerja yang besar pula.

3. Ketidakakuratan lokasi kolong kerja

Terkadang pada saat dilakukan penggalian tidak sesuai dengan

koordinat yang sudah ditentukan sebelumnya, sehingga timah yang didapat

tidak sesuai estimasi.

4. Kondisi kolong kerja yang sudah kosong

Pada saat relokasi tempat kerja, terkadang suatu kolong kerja

memiliki jumlah cadangan timah yang sedikit, hal ini bisa disebabkan

lokasi kolong kerja tersebut sudah diekploitasi sebelumnya sehingga pada

saat KIP bekerja di kolong tersebut menyebabkan tidak didapat jumlah

timah yang banyak.

5. Cuaca

Kondisi cuaca di laut terkadang tidak stabil, kondisi cuaca ini banyak

dipengaruhi oleh pergerakan angin, dimana KIP Timah 4 sulit untuk

bekerja apabila terdapat pergerakan angin dari arah tenggara yang dapat

menyebabkan tinggi gelombang air laut meningkat sehingga untuk alasan

safety KIP harus berlindung di pulau atau daratan terdekat.

6. Kondisi lapisan tanah

Kondisi lapisan tanah yang berbeda-beda pada setiap lokasi, seperti

material lapisan penyusun atau ketebalan suatu lapisan dapat

mempengaruhi tingkat produksi khususnya dalam mempengaruhi kinerja

cutter. Kondisi lokasi kerja yang memiliki ketebalan lapisan pasir, kerikil

dan kerakal yang tinggi dapat mengakibatkan gigi gali pada cutter semakin

34
18

mudah aus hal ini disebabkan oleh abrasivitas kedua lapisan tanah tersebut

yang tinggi akibat banyaknya kandungan kuarsa. Selain itu, adanya bidang

perlipatan dapat mengakibatkan kesalahan estimasi cadangan pada saat

proses ekplorasi sehingga menyebabkan overestimate tingkat produksi

pada lokasi tersebut.

4.5.2 Jam Operasional

Jam Operasional adalah jam kerja produktif yang dapat dicapai dari jam

kerja yang tersedia dalam suatu periode kerja. Kapal Isap Produksi melakukan

operasi penggalian dalam satu hari kerja selama 24 jam dengan membagi jam

kerja menjadi 3 aplos dengan masing-masing jam kerja adalah 8 jam. Namun,

jam kerja yang tersedia tidak sepenuhnya bisa tercapai karena adanya hambatan-

hambatan tertentu sehingga operasi penggalian terhenti. Jam stop terdiri dari:

1. Jam stop terencana, yaitu jam stop untuk melakukan perawatan peralatan,

yang mencakup:

a. Jam stop untuk melakukan reparasi mingguan.

b. Jam stop untuk melakukan reparasi tahunan.

c. Jam stop untuk pemindahan lokasi kerja Kapal Isap Produksi.

d. Jam stop untuk melakukan ukur kolong kerja.

2. Jam stop tidak terencana yang mencakup:

a. Jam stop karena kerusakan alat.

b. Jam stop karena faktor alam: cuaca buruk dan angin kencang.

34
19

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pencucian Bijih Timah Pada KIP Timah 4

Pencucian merupakan proses lanjutan dari proses penggalian bijih timah,

yang bertujuan untuk mengolah material hasil penggalian dengan cara memisahkan

mineral-mineral pengotor (gangue minerals) dari material hasil penggalian sehingga

didapat kandungan mineral berharga, dalam hal ini bijih timah serta mineral ikutan

berharga lainnya dengan kadar tinggi.

Metode pencucian yang diterapkan pada KIP Timah 4 adalah metode gravity

concentration, yaitu metode pemisahan mineral pengotor yang memanfaatkan

perbedaan berat jenis dari tiap mineral dengan air sebagai medianya. Metode ini

efektif dilakukan pada KIP dikarenakan air yang berfungsi sebagai medianya

terdapat secara berlimpah di sekeliling kapal dan juga karena berat jenis bijih timah

atau cassiterite yang cukup besar (6,9 gr/cm3) sehingga membuat bijih timah mudah

dipisahkan sebagai konsentrat. Pada KIP Timah 4, alat pencucian yang digunakan

untuk menerapkan metode ini adalah jig dan shakan (sluice box).

5.2 Peralatan Pencucian pada KIP Timah 4

Peralatan utama yang digunakan dalam proses pencucian bijih timah pada

KIP Timah 4 terdiri dari saring putar (revolving screen), jig primer, jig sekunder, dan

shakan (sluice box).

34
20

1. Saring Putar (Revolving Screen)

KIP Timah 4 menggunakan saring putar sebagai alat sizing, yaitu alat yang

berfungsi untuk memisahkan feed hasil penggalian berdasarkan besar ukuran

butirnya. Saring putar tersebut menggunakan sistem trommel drive hydraulic dengan

kecepatan putaran 0-10 rpm.

Saring putar yang digunakan berbentuk tabung dengan diameter pada bagian

mulutnya lebih besar daripada bagian ujungnya. Diameter pada bagian mulutnya

adalah 2 meter sedangkan diameter bagian ujungnya adalah 1,6 meter dengan

panjang 3,56 meter.

Gambar 5.1 Saring Putar

Untuk menyaring feed, saring putar dilengkapi dengan grizly yang memiliki

spasi antara 9–10 mm. Grizly berfungsi sebagai alat penyaring antara material

oversize dan undersize. Material yang memiliki ukuran lebih besar daripada spasi

pada grizly (tidak lolos saringan) akan keluar sebagai oversize dan langsung masuk

ke dalam bandar tailing.

34
21

Pada KIP Timah 4, terdapat 2 set bandar tailing (tailing chute) yang terletak

pada bagian kanan dan kiri KIP dengan lebar 700 mm dan berhubungan langsung

dengan laut lepas untuk membuang tailing. Untuk material yang memiliki ukuran

lebih kecil daripada spasi pada grizly (lolos saringan) akan keluar sebagai undersize

dan masuk ke dalam bak saring putar yang berada di bawah saring putar dan

kemudian didistribusikan ke jig primer melalui lounder.

Gambar 5.2 Grizly

Gambar 5.3 Bandar Tailing

34
22

2. Jig Primer

Jig primer merupakan salah satu alat konsentrasi yang dipakai dalam instalasi

pencucian pada KIP yang bertujuan untuk memisahkan mineral berharga dari

mineral pengotor (gangue minerals) berdasarkan perbedaan berat jenis dari mineral

dengan menggunakan air sebagai medianya. KIP Timah 4 memiliki 4 unit jig primer

dengan tipe Pan American Jigs (PA). Dalam satu unit jig, terdapat 2x3 cell dengan

ukuran tiap cellnya 1250 x 1250 mm sehingga total cell keseluruhan sebanyak 24

buah. Cell berfungsi sebagai penempatan komponen bagian atas jig seperti rooster,

bed, dan rubber screen. Kecepatan aliran air pada jig primer berkisar antara 0,7

hingga 1 meter per detik. Sumber penggerak jig primer berasal dari mesin hidrolik

kiri kapal. Pada mulut masuk dari jig primer, terdapat sebuah besi penahan yang

disebut kuku macan. Dan pada ujung dari jig primer, terpadat sebuah kayu penahan

yang disebut riffle. Kedua alat ini berfungsi untuk menahan laju aliran material dari

lounder agar laju alirannya tidak terlalu deras. Jika alirannya terlalu deras maka akan

mengakibatkan bijih timah dan mineral ikutan berharga lainnya ikut hanyut bersama

dengan aliran overflow menuju bandar tailing. Berikut jig primer dapat dilihat pada

gambar 5.4 dan 5.5.

34
23

Gambar 5.4 Jig Primer (Bagian Atas)

Gambar 5.5 Jig Primer (Bagian Bawah)

Kuku macan terbuat dari besi karena harus menahan aliran air yang deras dari

lounder. Sedangkan riffle terbuat dari kayu karena aliran air yang ditahannya sudah

tidak terlalu deras karena sudah ditahan sebelumnya oleh kuku macan.

34
24

Untuk cara kerja dari jig primer tipe Pan America antara lain adalah sebagai berikut:

a. Air underwater yang berasal dari pompa underwater dimasukkan ke dalam

tangki jig dengan mengatur afsluiter jig hingga air mengalir diatas

permukaan bed.

b. Motor listrik dihidupkan sehingga menggerakkan eksentrik.

c. Eksentrik menggerakkan stang balance hingga membran ikut bergerak

sehingga terjadi tekanan (pultion) dan hisapan (suction).

d. Feed dari lounder dialirkan ke permukaan jig bagian atas.

e. Pada saat penggerak jig bergerak ke atas, pada kompartemen A terjadi gaya

isapan ke bawah (suction) sedangkan pada kompartemen B terjadi gaya

tekanan ke atas (pultion).

f. Pada saat terjadi dorongan ke atas (pultion), bed jig menjadi longgar.

Keadaan ini memberi kesempatan bagi mineral berat untuk menerobos

celah pada bed ke dalam tangki jig, sedangkan mineral ringan akan

terangkat ke atas dan terbawa oleh aliran permukaan menuju bandar

tailing.

Komponen-komponen yang menjadi bagian penting dari jig tipe PA ini antara

lain rooster, bed, rubber screen, afsluiter underwater, stang balance, membran,

eksentrik, dan spigot.

a. Rooster

Rooster atau kisi-kisi adalah alat yang terletak pada bagian atas jig yang

berguna untuk menjepit saringan jig dan menahan bed agar tetap ditempat.

34
25

Rooster dibuat berpetak-petak dengan tujuan agar bed tersebar secara merata di

seluruh permukaan jig sesuai dengan kompartemennya, Rooster juga berfungsi

sebagai penahan rubber screen supaya tidak naik saat terjadinya dorongan ke atas

oleh eksentrik. rooster pada jig primer dan jig sekunder pada KIP Timah 4 terbuat

dari plat besi atau baja dengan tinggi 100 mm.

b. Bed

Bed adalah lapisan material diatas saringan jig, yang terletak di dalam

rooster. Terdiri dari batuan hematite yang berfungsi sebagai bahan perantara dalam

memisahkan bijih timah yang berat jenisnya lebih tinggi dengan material yang berat

jenisnya lebih rendah.

Alasan pengunaan batuan hematite sebagai bed karena berat jenisnya yang

mendekati bijih timah (4,1 – 5,1 gr/cm3), kekerasannya cukup tinggi (5,5 skala

mohs), serta mudah ditemukan.

Pengisian batuan hematite tidak boleh setinggi rooster (100 mm). Standar tebal batu

hematite setinggi 70 - 80 mm di dalam rooster.

Hal ini bertujuan untuk memberikan ruang kosong (20 – 30 mm) sebagai tempat bagi

mineral-mineral yang belum terhisap oleh gaya suction dari jig agar terlindungi dari

aliran air diatas permukaan jig sehingga tidak hanyut ke bandar tailing.

34
26

Gambar 5.6 Batu Hematite di Dalam Rooster Jig

c. Rubber Screen

Rubber screen berguna untuk menahan bed (batu hematite) agar tidak turun

ke bawah serta berfungsi untuk meloloskan bijih timah ke dalam tangki jig. Ukuran

lubang pada rubber screen harus lebih kecil dari batu hematite dan lebih besar dari

biji timah.

Rubber screen pada jig PA di KIP Timah 4 terbuat dari bahan karet.. Ukuran lubang

pada rubber screen yang dipakai adalah 6 x 9 mm dan 9 x 12 mm.

Semakin besar lubang pada rubber screen, maka makin besar ruang antar batu-batu

bed sehingga makin besar butiran yang melaluinya. Jika lubang rubber screen kecil

maka, ruang antar batu-batu bed juga kecil sehingga mineral-mineral dengan butiran

halus yang masuk.

34
27

d. Afsluiter Underwater

Berfungsi untuk mengatur pemasukan air ke dalam tangki jig dan menjaga

keseimbangan air di dalam jig. Fungsi lain dari alat ini adalah untuk mengontrol

pemisahan konsentrat dan tailing, sehingga tailing yang masuk dalam bed dapat

didorong keluar dari bed.

Gambar 5.7 Afsluiter Underwater

Air yang berada di dalam tangki jig dinamakan underwater, dimana batas

permukaan airnya hingga pada bagian bawah dari rubber screen. Underwater berasal

dari pompa underwater. Pompa underwater menghisap air laut dari bagian bawah

kapal dan mendistribusikannya ke tiap tangki jig. KIP Timah 4 memiliki 2 unit

pompa underwater yang berada di sisi kiri dan kanan kapal. Kapasitas air yang

mampu dipompa oleh pompa underwater berkisar antara 1100–1500 m3/jam dengan

kecepatan putaran berkisar antara 1400–1800 rpm.

34
28

e. Eksentrik

Eksentrik merupakan alat penggerak yang digunakan pada jig tipe PA.

Eksentrik berfungsi untuk dapat membuat gerakan suction dan pultion secara terus

menerus dengan cara merubah gerakan berputar yang ditimbulkan oleh motor

menjadi gerakan ke atas ke bawah sehingga menggerakkan stang balance dan

membuat membran bergerak. Kecepatan gerakan dari eksentrik mempengaruhi

jumlah pukulan per menit dari kompartemen jig.

Gambar 5.8 Eksentrik

f. Stang Balance

Stang balance berbentuk kotak besi yang terletak pada bagian bawah jig dan

menyambung dengan eksentrik. Alat ini berfungsi untuk meneruskan gerakan atas

bawah dari eksentrik ke jig sehingga gerakan tersebut menggerakkan membran dan

menimbulkan gaya suction dan pultion pada jig. Pada jig PA KIP Timah 4, terdapat

satu unit stang balance pada masing-masing kompartemen.

34
29

Gambar 5.9 Stang Balance

g. Membran

Membran berguna untuk memberikan gaya isapan (suction) dan gaya

dorongan (pulsion) dengan menutup rapat antara tangki dan digerakan oleh eksentrik

serta stang balance. Membran berbentuk lingkaran dengan diameter ± 666 mm untuk

primer dan ± 610 mm untuk sekunder. Membran harus diklem dengan kuat, sehingga

tidak terjadi kebocoran atau lepas dan tidak boleh dicat karena dapat membuatnya

mudah retak dan pecah.

34
30

Gambar 5.10 Membran

h. Spigot

Spigot terletak pada keluaran konsentrat yang berada di bagian bawah jig.

Spigot adalah alat yang berfungsi untuk mengeluarkan konsentrat melewati tangki

jig, serta berguna untuk mengatur jumlah air yang ada di dalam tangki jig tersebut.

Spigot berbentuk kerucut dengan ujung membulat dengan diameter ± 2,5 inch dan

terbuat dari bahan karet. Karet spigot harus dikontrol diameternya secara berkala

untuk menjaga kestabilan jumlah air yang mengisi tangki jig.

Gambar 5.11 Spigot

34
31

3. Jig Sekunder

Jig sekunder yang digunakan adalah tipe Pan American Jigs yang terdiri dari

8 sel/unit dengan ukuran 915 × 915 m2. Pada KIP Timah 4 terdapat 2 unit jig

sekunder di sisi kiri dan kanan kapal. Setiap unit jig sekunder terdiri dari 4 buah

kompartemen, yaitu kompartemen A, B, C dan D, tetapi saat ini hanya 2

kompartemen saja yang digunakan. Jig sekunder yang berfungsi untuk meningkatkan

kadar bijih timah hasil olahan dari jig primer. Konsentrat yang telah melewati tahap

pencucian pada jig primer kompartemen A, B dan C dialirkan menuju jig sekunder

untuk kemudian dilakukan proses pencucian dengan metode gravity concentration,

dimana prinsip kerjanya sama dengan jig primer. Jumlah pukulan dan panjang

pukulan dari jig sekunder berbeda dengan jig primer.

Panjang pukulan pada jig sekunder dibuat lebih kecil dari jig primer dan jumlah

pukulan di jig sekunder lebih banyak dari jig primer. Hal ini bertujuan untuk

memaksimalkan perolehan dari bijih timah.

Gambar 5.12 Jig Sekunder

34
32

Konsentrat dari jig sekunder kompartemen A dan B kemudian dialirkan dan

ditampung di bak konsentrat sebelum dipindahkan secara manual menuju shakan

untuk dinaikkan kembali kadarnya. Sedangkan tailing dari jig sekunder dialirkan ke

laut lepas.

4. Shakan

Tahap akhir dari proses pencucian bijih timah pada KIP Timah 4 adalah

melalui alat yang disebut shakan. Shakan (sluice box) merupakan alat untuk

meningkatkan kadar bijih timah dengan cara pemisahan mineral berdasarkan berat

jenis melalui suatu aliran air yang tipis di atas sebuah permukaan bidang yang sedikit

miring. Pemisahan ini terjadi karena ada gaya-gaya yang bekerja terhadap butiran-

butiran mineral diatas permukaan papan tersebut, antara lain gaya gravitasi, gaya

dorong air dan gaya gesekan antara butiran dengan permukaan papan. Apabila

lapisan mengalir diatas permukaan papan, maka bagian air yang paling dekat dengan

permukaan papan akan mengalami hambatan karena ada gesekan antara air dan

permukaan papan, sehingga kecepatan air sebelah bawah yang paling kecil

sedangkan aliran yang di permukaan lebih besar karena tidak ada hambatan.

Selanjutnya jika butiran-butiran mineral dimasukan kedalam aliran air tersebut, maka

butiran-butiran mineral yang berat jenisnya lebih besar bergerak lebih lambat dari

butiran mineral dengan berat jenis yang lebih rendah. Mineral ringan tersebut lalu

ikut mengalir bersama air menuju ujung dari papan dan keluar sebagai tailing.

Sedangkan mineral berat yang masih berada di atas papan merupakan konsentratnya.

Sakan yang digunakan pada KIP Timah 4 memiliki panjang 3,46 m dan lebarnya

1,02 m dengan sudut kemiringan 1:9 – 1:14.

34
33

Hasil konsentrat dari sakan kemudian dimasukkan ke dalam karung atau kampil,

dimana satu kampil memiliki bobot ± 60 kg. Kampil ini lalu disimpan dalam

kerangkeng timah sebelum akhirnya dikirim ke Pusat Pengolahan Bijih Timah

(PPBT) melalui kapal tongkang.

Gambar 5.13 Sakan

Gambar 5.14 Gudang Kampil

34
34

5.3 Mekanisme Pencucian

Mekanisme pencucian pada Kapal Isap Produksi Timah 4 adalah sebagai

berikut:

8. Cutter memotong lapisan tanah yang mengandung pasir timah

kemudian lapisan tanah yang terberai diisap oleh pompa isap.

9. Pompa tanah mengisap feed dan kemudian menyemprotkannya ke

dalam saring putar.

10. Saring putar yang berbentuk grizzly berfungsi sebagai alat pemisah

(sizing). Oversize saring putar keluar sebagai tailing melalui bandar

tailing sedangkan undersize dialirkan oleh bandar saring putar ke 2 unit

jig primer.

11. Jig primer berfungsi sebagai alat pemisah dengan prinsip perbedaan

berat jenis. Oversize jig primer keluar sebagai tailing sedangkan

undersize jig primer dari semua kompartemen (A, B dan C) dialirkan

langsung ke jig sekunder.

12. Jig sekunder berfungsi sebagai alat pemisah dengan prinsip perbedaan

berat jenis. Oversize jig sekunder keluar sebagai tailing, sedangkan

undersize jig clean up kompartemen A dialirkan ke penampung

konsentrat.

13. Konsentrat A diproses di shakan untuk menghasilkan konsentrat akhir

yang dikemas dalam karung dan ditimbang.

14. Undersize jig sekunder kompartemen B ditampung di penampung

konsentrat B itu sendiri.

34
35

15. Oversize dari shakan juga ditampung yang nantinya akan dibawa ke

Pusat Pengolahan Bijih Timah (PPBT).

5.4 Variabel Kegiatan Pencucian

Proses pencucian dapat berjalan dengan baik bila ditunjang dengan variabel

yang baik, antara lain:

a. Underwater harus mencukupi

Dalam operasionalnya underwater ini sangat ditentukan oleh beberapa hal

yaitu:

1) Debit pompa underwater.

2) Diameter lubang spigot.

b. Penyebaran feed di atas permukaan jig

Penyebaran feed diatas permukaan jig harus merata sehingga

seluruh permukaan jig bekerja sempurna. Agar penyebaran feed (umpan)

pada permukaan jig merata, maka harus dipasang sisir perata feed.

c. Kecepatan aliran di atas permukaan jig (crossflow)

Kecepatan aliran di atas permukaan jig harus sesuai dengan Standar

Operasi Prosedur (SOP) karena apabila kecepatan aliran sudah di atas

standar maka bijih timah akan terbuang ke tailing. Untuk mengendalikan

kecepatan aliran di atas permukaan jig, maka pada ujung akhir

kompartemen jig harus dipasang sisir penahan crossflow, berikut kecepatan

aliran di KIP 4:

1) Jig primer kanan = 0,99 – 1,14 m/s.

34
36

2) Jig primer kiri = 1,17 – 1,20 m/s.

3) Jig sekunder kanan = 0,49 – 0,62 m/s.

4) Jig sekunder kiri = 0,52 – 0,58 m/s.

d. Panjang pukulan penggerak jig

Pengaturan panjang pukulan penggerak jig (pulsator) harus sesuai dengan

tingkat pencuciannya, berikut panjang pukulan jig di KIP 4.

1) Jig primer kanan

Panjang pukulan pulsator:

a) Kompartemen A = 26 - 32 mm

b) Kompartemen B = 23 - 28 mm

c) Kompartemen C = 23 - 24 mm

2) Jig primer kiri

Panjang pukulan pulsator:

a) Kompartemen A = 30 - 36 mm

b) Kompartemen B = 29 - 32 mm

c) Kompartemen C = 23 - 24 mm

3) Jig sekunder kanan

Panjang pukulan pulsator:

a) Kompartemen A = 11 – 12 mm

b) Kompartemen B = 10 – 12 mm

4) Jig sekunder kiri

Panjang pukulan pulsator:

a) Kompartemen A = 17 - 19 mm

b) Kompartemen B = 13 – 17 mm

34
37

e. Jumlah pukulan penggerak jig

1) Jig primer kanan

Untuk jig primer kanan jumlah pukulan penggeraknya:

a) Kompartemen A = 129 kali/menit

b) Kompartemen B = 129 kali/menit.

c) Kompartemen C = 128 kali/menit.

2) Jig primer kiri

Untuk jig primer kiri jumlah pukulan penggeraknya:

a) Kompartemen A = 115 kali/menit

b) Kompartemen B = 113 kali/menit.

c) Kompartemen C = 114 kali/menit.

3) Jig sekunder kanan

Untuk jig sekunder kanan jumlah pukulan penggeraknya:

a) Kompartemen A = 219 kali/menit.

b) Kompartemen B = 218 kali/menit.

4) Jig sekunder kiri

Untuk jig sekunder kiri jumlah pukulan penggeraknya:

a) Kompartemen A = 195 kali/menit.

b) Kompartemen B = 196 kali/menit.

34
38

5.5 Perawatan Pencucian

Untuk menjaga supaya kegiatan pencucian tetap optimal, maka perawatan

pencucian sangat perlu diperhatikan. Perawatan pencucian meliputi dua hal, yaitu:

1. Perawatan proses pencucian

2. Perawatan peralatan pencucian

Dalam pencucian, kedua hal tersebut sangat perlu diperhatikan karena keduanya

saling berkaitan satu sama lain. Kegiatan pencucian dapat berjalan dengan baik

apabila:

1. Peralatan berfungsi dengan baik

2. Variabel proses berfungsi dengan baik

Sedangkan peralatan pencucian dapat berfungsi dengan baik apabila:

1. Tersedia suku cadang yang cukup dan berkualitas

2. Cara pemasangan yang benar dan baik

3. Cara perawatan yang baik

5.5.1 perawatan proses pencucian

Perawatan proses pencucian identik dengan perawatan variable proses

pencucian, variable proses pencucian jig adalah suatu batasan atau ketentuan-

ketentuan yang harus dipenuhi sesuai dengan standar operasi prosedur (SOP)

supaya jig dapat mencapai unjuk kerja yang maksimal.

34
39

Variable yang perlu dirawat:

1. Underwater

Perawatan terhadap underwater sangat perlu dilakukan karena jika

underwater kurang mencukupi maka akibatnya proses konsentrasi jig

terganggu.

Jika underwater kurang maka saat terjadi tekanan yang dihasilkan jig, tekanan

ke atas tidak mampu untuk massa yang berada di atasnya yaitu material bed

dan mineral-mineral yang berada di atas bed itu sendiri sehingga bed menjadi

mampat.

Perawatan yang perlu dilakukan:

a. Perawatan terhadap pompa underwater (kebocoran pada as bus packing)

b. Perawatan terhadap afsluiter

c. Perawatan terhadap terhadap lubang spigot supaya tidak terjadi

kebocoran.

Standar kebutuhan underwater pada kapal isap produksi yaitu:

1) Jig primer = 250 liter/menit/m2 luas saringan efektif

2) Jig sekunder = 275 liter/ menit/ m2 luas saringan efektif

2. Penyebaran feed

Perawatan terhadap penyebaran feed sangat diperlukan karena jika

penyebaran feed di atas permukaan bed tidak merata maka akibatnya proses

konsentrasi jig terganggu karena beban material feed tidak merata di atas

permukaan bed. Jika hal ini terjadi dapat menyebabkan kerja jig tidak optimal

34
40

karena dapat menyebabkan bed mampat sehingga dapat mengakibatkan

turunnya recovery.

Untuk mengatasi hal tersebut, perawatan yang dilakukan adalah dengan

memasang sisir perata feed pada awal kompartemen A jig.

3. Tebal bed

Pengisian batu hematite (bed) tidak boleh terlalu penuh atau setinggi

rooster (100 mm), sebaiknya diisi 80-90 mm sehingga menyisakan ruangan

kosong kurang lebih 10-20 mm. Hal ini bertujuan untuk memberikan ruang

kosong (20 – 30 mm) sebagai tempat bagi mineral-mineral yang belum

terhisap oleh gaya suction dari jig agar terlindungi dari aliran air diatas

permukaan jig sehingga tidak hanyut ke bandar tailing.

Perawatan yang perlu dilakukan terhadap bed adalah melakukan pengayakan

untuk membersihkan bed dari mineral-mineral pengotor yang dating ketika

jig beroperasi.

Jika pengayakan jarang atau sama sekali tidak pernah dilakukan maka bed

akan menjadi tebal/penuh sehingga ruangan untuk tempat tempat

perlindungan mineral-mineral sebelum menjadi konsentrat akan terhambat.

Hal ini akan berakibat hanyutnya mineral-mineral berharga ke tailing karena

akan mudah tersapu oleh kecepatan aliran.

Hal-hal yang menyebabkan bed tidak berfungsi bengan baik, yaitu:

a. Bed buntu

Ciri-ciri dari bed buntu yaitu tidak adanya tekanan ke atas (Pultion) dan

hisapan (suction), hal ini dapat disebabkan oleh:

34
41

1) Penyumbatan oleh mineral-mineral berat pada celah-celah bed

material (hematite). Hal ini menyebabkan bed makin berat.

2) Saringan jig mengalami kebuntuan, hal ini menyebabkan tekanan air

tidak sampai kepada bed.

3) Bed terlalu tebal, sehingga air tidak mampu mendorong ke atas.

4) Membran tidak befungsi, jika membran sobek/bocor maka gerakan

membran menjadi kurang maksimal sehingga menyebabkan air tidak

terdorong ke atas.

5) Kekurangan underwater, mengakibatkan air tidak sampai ke

permukaan bed sehingga tidak memungkinkan untuk mendorong atau

mengangkat bed.

6) Lubang spigot terlalu besar, jika mengalami keausan maka lubang

spigot akan menjadi lebih besar dari semestinya. Hal ini

mengakibatkan air keluar dari dalam tangki jig terlalu banyak

dibandingkan yang masuk, sehingga menyebabkan underwater tidak

mencukupi kebutuhan yang diperlukan, hal ini berakibat pada

kurangnya dorongan ke atas untuk mengangkat bed.

b. Bed bergolak

Ciri-ciri dari bed bergolak yaitu dengan adanya gelembung-gelembung

udara di atas permukaan jig seperti air mendidih, hal ini disebebakan

oleh:

1) Tinggi permukaan air di dalam header tangki kurang (tidak kurang

40cm dari dasar header tank)

34
42

2) Ketebalan bed tidak sama di dalam kisi-kisi rooster, hal ini

menyebabkan bed tidak terangkat bersama-sama.

3) Sebagian dari saringan jig atau bed tersumbat, hal ini menyebabkan

bed tidak terangkat bersama-sama

4) Penyingkiran bed karena masuknya mineral lain, biasanya terjadi

karena masuknya mineral berukuran besar, hal ini dapat

mengakitbatkan tersingkirnya mineral bed sehingga aliran di atas bed

terganggu.

4. Panjang pukulan

Panjang pukulan jig harus dirawat dengan melakukan pemeriksaan,

pengukuran dan penyetakan kembali disesuaikan dengan kebutuhan proses

jika terjadi perubahan sewaktu jig sedang beroperasi maupun jikan terjadi

perubahan ukuran butiran kasiterit.

Standar panjang pukulan:

a. Jig primer

Kompartemen A = 25 mm – 30 mm

Kompartemen B = 20 mm – 25 mm

Kompartemen C = 15 mm – 20 mm

b. Jig cleaner

Kompartemen A = 8 mm – 10 mm

Kompartemen B = 6 mm – 8 mm

Kompartemen C = 4 mm – 6 mm

Kompartemen D = 3 mm – 5 mm

34
43

5. Jumlah pukulan penggerak jig per menit

Jumlah pukalan penggerak jig perlu dirawat dengan melakukan

pemeriksaan, pengukuran dan penyetelan kembali disesuaikan dengan

kebutuhan proses jika terjadi perubahan pada saat jig beroperasi maupun jika

terjadi perubahan ukuran butiran dari kasiterit (dominan kasar)

Standar banyak pukulan jig:

a. Jig primer

Kompartemen A = 100-140 kali/menit

b. Jig sekunder

Kompartemen AB = 200 kali/menit

Kompartemen CD = 200 kali/menit

6. Kecepatan aliran (crossflow)

Kecepatan aliran di atas permukaan jig perlu dirawat atau dikendalikan

sesuai dengan standar, karena jika kecepatan aliran terlalu deras maka akan

mengakibatkan bijih timah dan mineral-mineral berharga lainnya ikut hanyut.

Perawatan yang perlu dilakukan terhadap kecepatan aliran dikendalikan

apabila sudah melebihi standar adalah memasang sisir penahan aliran diujung

kompartemen jig bersangkutan.

Standar kecepatan aliran:

a. Jig primer = 0,7 – 1,00 meter/detik

b. Jig cleaner = 0,30 – 0,50 meter/detik

34
44

5.5.2 Perawatan Peralatan Pencucian

Perawatan terhadap peralatan pencucian perlu dilakukan karena

apabila tidak dirawat maka akibatnya akan mengganggu proses pencucian

yang pada akhirnya akan menyebabkan menurunnya unjuk kerja pencucian.

Peralatan pencucian yang perlu dirawat antara lain:

1. Perawatan saring saring putar

a. Memeriksa lubang-lubang saringa, jika ada lubang yang tersumbat

segera dibersihkan dan jika ada las-lasnya saringan batang yang lepas

segera diperbaiki

b. Memerika pelumasan leger-leger dan baut-baut pengikat penggerak

saring putar.

2. Perawatan pompa underwater

a. Memerika baut-baut pengikat as garden penghubung hyrolic

penggerak ke pompa dan lainnya.

b. Memerika baut-baut pengikat pompa ke pondasi.

c. Memeriksa atau melumasi bearing bearing.

d. Memeriksa kondisi as bus packing pompa

3. Perawatan jig primer dan jig sekunder

a. Memeriksa/melumasi penggerak jig

b. Melakukan penggeburan pada saat jig sedang beroperasi dan

mengayak bed ketika reparasi mingguan atau pada kesempatan lain

ketika TB stop operasi karena ada perbaikan.

34
45

c. Perawatan/membersihkan saringan jig, pekerjaan ini dapat dilakukan

bersamaan dengan pengayakan jig

d. Memeriksa semua baut-baut pengikat penggerak.

5.6 Kendala dalam Pencucian

Kendala yang sering terjadi dalam pencucian pada Kapal Isap Produksi

Timah 4 yaitu:

9. Dulang bocor.

10. Terjadinya overblast.

11. Bed terlalu banyak bercampur dengan pasir.

12. Rubber Screen longgar.

13. Lubang Spigot mampat.

14. Klem membran patah.

15. Selang spigot lepas

16. Eksentrik rusak

34
46

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

1. PT Timah (persero) Tbk. merupakan perusahaan pertambangan bijih timah.

2. Jenis penambangan yang dilakukan PT. Timah (Persero) Tbk Unit Kepulauan

Riau dan Riau adalah penambangan bijih timah lepas pantai.

3. Penambangan bijih timah lepas pantai dilakukan menggunakan Kapal Keruk,

dan Kapal Isap Produksi.

4. Kapal Isap Produksi (cutter suction dredge) adalah peralatan penambangan

bijih timah lepas pantai yang menggunakan pompa tanah sebagai alat untuk

memuat dan mengangkut material.

5. Kapal Isap Produksi (KIP) merupakan suatu alat gali atau pemindahan tanah

yang digunakan untuk menggali lapisan tanah bawah laut, dimana peralatan

mekanis dan pengolahan materialnya bertumpu pada sebuah ponton.

6. Peralatan yang digunakan dalam proses penggalian yaitu cutter, ladder, GPS

dan mesin propeller.

7. Terdapat 3 metode penambangan pada Kapal Isap Produksi (KIP), yaitu

metode rotary dengan memutar kapal 360º, metode spooding dengan

memutar kapal sejauh 180º, 90º dan 45º serta metode dengan

mengkombinasikan keduanya.

34
47

8. Peralatan yang digunakan dalam proses pemuatan dan pengangkutan material

pada Kapal Isap Produksi menggunakan pipa isap, pompa tanah, pipa tekan

dan pipa spiral/fleksibel.

9. Peralatan dalam proses pencucian terdiri dai saring putar dan jig sedangkan

untuk akhir dari proses pencucian adalah shakan yang menggunakan tenaga

manusia.

6.2 Saran

Saran yang ingin penulis sampaikan yaitu:

1. Saat Kapal Isap Produksi Timah 4 sedang mengalami kendala kerusakan

diperlukan pengaturan yang baik terhadap rencana-rencana perbaikan alat dan

penyediaan suku cadang yang diperlukan agar tidak adanya waktu yang

terbuang untuk melakukan produksi.

2. Selalu mengutamakan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) untuk para

karyawan selama bekerja.

3. Pengawasan yang baik dan teratur atas prestasi kerja sangat diperlukan, agar

setiap keadaan yang cenderung merendahkan efisiensi dapat segera diketahui

dan diperbaiki.

34
48

DAFTAR PUSTAKA

Mauliddien, Fahmi, dkk. 2015. Kegiatan Penambangan Bijih Timah Lepas Pantai
Menggunakan Kapal Isap Produksi Timah 15 PT. Timah Unit Laut Bangka Di
Laut Cupat Dalam Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Bandung: Politeknik
Geologi dan Pertambangan “AGP”.

Priyono, Nono Budi. 2014. Peralatan Pencucian. PT. Timah (Persero) Tbk.

Iskandar, Dudi dan Oktavia Dwi Mentari. 2016. Laporan Kerja Praktik PT. Timah
(Persero), Tbk Unit Penambangan Laut Kepulauan Riau Dan Riau. Jakarta:
Universitas Trisakti Jakarta

PT. Timah (Persero) Tbk. 2012. Pencucian Kapal Isap Produksi Materi Pelatihan
Teknis Tingkat Dasar PT. Timah (Persero) Tbk. Pangkalpinang.

34
49

LAMPIRAN A
DATA TEKNIS
KAPAL ISAP PRODUKSI (KIP) TIMAH IV

A. DREDGE SUCTION

1. Maker : PT TIMAH & PT DAK

2. Year of Manufacture : 2009

B. PONTOON

1. Overall Width : 17.40 M

2. Inside pontoon Length : 80.52 M

3. Outside Pontoon length : 51.24 M

4. Inside pontoon dia. : 2 x 2.40 M

5. Outside pontoon diameter : 2 x 2.40 M

6. Bow Width : 8.40 M

7. Ladder way Width : 3.60 M

8. Ladder way Length : 53.40 M

9. Port Side Aft Length : 60.00 M

10. Starboard-Side Aft Length : 60.00 M

11. Overall Height : 9.50 M

12. Free board at full operation : 1.00 M

13. Main Hole : 86 units, all tank dia. 60 cm

34
50

C. LADDER, ENGINES, HYDRAULIC, CUTTER, PROPELLER

1. Ladder

- Type of Ladder : Weld Joint Steel Structure

- Overall Length Ladder : 49.055 M

- Digging depth : 35 meter (max. 40 m)

- Angle : 50 degree (max. 60 degree)

2. Cutter

- Type : Circular Steel Cutter

- Diameter : 1.7 M, 6 bladed

- Maximum rpm : 24 RPM

- Power at Shaft : 122 HP

3. Winch

Ladder winch/anchor winch by hydraulic

- Line full : 25 Ton

- Speed : 12,2 m/min

- Wire Diameter : 32 mm

4. Dredge Pump

- Type : Gravel Pump, Warman GK-K 14/12

- Pump Engine : Caterpillar C32, 1000 HP, 1800 rpm

- Pump Gearbox : ratio 4 : 1

- Suction pipe dia. : 14”

- Discharge pipe dia. : 12 “

- Pump Capacity : 250 m3/hr (solid)

- Impeller diameter 36”, pump RPM 560

34
51

- Head : 45 meter

5. Engine for operation & sailing dredge

- Main Engine for Shaft Rudder Propeller : 2 sets CAT C18

454 BHP, 1800 rpm

- Cooling system : Fresh water cooler

- Propeller : 1200 mm, 4 bladed

6. Engine for Water Pump & Hydraulic plant

- Engine 1 set CAT C18, 454 BHP, 1800 rpm

7. Engine for hydraulic pump for cutter and Ladder winch

-1 set CAT C18, 454 BHP, 1800 rpm

8. Hydraulic pump Capacity 352 cc/round, rated pressure 25 Mpa, rated

torque 1317 Nm, speed 500 rpm

9. Pipe hose pressure spec : Min 300 bar

10. Water Pump : Paragon PS350-300

Capacity :1100 m3/hour, 1500 rpm, 150 HP, Total Head : 40 M

D. MINERAL PROCESSING PLANT

1. Revolving Screen / Trommel

- 1 set dia. 2000/1600 x 4860, steel construction

- Trommel drive hydraulic, Torgue 38 Nm/Mpa, 10 rpm

2. Primary Jigs

- 24 cell Pan American Jigs 1250 x 1250

- Jig drive hydraulic, Torque : 411 Nm, speed 192 rpm.

34
52

3. Clean-up Jigs

- 16 cell Pan American Jigs 900 x 900

- Jig drive hydraulic, Torque : 411 Nm, speed 192 rpm.

4. Tailing Chutes : 2 sets (starboard & port side)

5. Stone Chute : 1 set

E. POWER PLANT & UTILITIES

1. Electric Generator

- 1 set Caterpillar 135 kVA, rpm 1500

- 1 set Perkins-Stamford 50 kVA, rpm 1500

- 1 set Mareli Gen Type MJB 160, 32 kVA, 1500 rpm

2. Navigation

- 2 units Radar (Furuno) + 1 unit GPS (Furuno)

3. Communication

- 2 units VHF Marine IC – M604 & IC- M700PRO

4. Horn

- Merk :Zoliner Ex. GERMANY

- Type :M75/260HVE

5. CCTV Camera

- Merk Panasonic

6. Compressor

- 1 unit Puma/PK 100-300, 10 HP, 8 BAR, 300 Liter

7. Lifecraft

- 2 sets for 12 passenger

34
53

LAMPIRAN B

LEGENDA KEKAYAAN LUBANG BOR

34
54

LAMPIRAN C
ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

1. Helm Safety

2. Sepatu Safety

34
55

3. Jaket Pelampung

4. Earphone

34

Anda mungkin juga menyukai