Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI BIOLOGI

MODUL III PRODUKTIVITAS PRIMER


Disusun sebagai laporan dalam pelaksanaan praktikum mata kuliah
Oseanografi Biologi (OS2104)

Dosen Pengampu :

Dr. Susanna Nurdjaman, M.T.

Asisten :

Chintya Suci Wardani 12919036

Disusun Oleh :

Jeremy Ernest Depari 12920065

Erlando Wijaya Alif Pramudya 12920052

Riyadh Fajar Arrafah 12919024

Parikesit Nuril Azmi 12920010

Alfi Maula Mustafid 12920039

Wahid Al Muizz 12920022

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2021

i
DAFTAR ISI

LAPORAN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI BIOLOGI ..................................................... i


MODUL III PRODUKTIVITAS PRIMER............................................................................ i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2. Tujuan.......................................................................................................................... 2
BAB II TEORI DASAR........................................................................................................... 3
2.1. Definisi Produktivitas Primer ...................................................................................... 3
2.2. Faktor Produktivitas Primer ........................................................................................ 3
2.3. Distribusi Produktivitas Primer Berdasarkan Jenis Ekosistem ................................... 5
BAB III METODOLOGI ........................................................................................................ 6
3.1. Metode ......................................................................................................................... 6
3.2. Alat dan Bahan ............................................................................................................ 6
3.3. Langkah Kerja ............................................................................................................. 6
3.3.1 Metode Botol Gelap-Terang Horizontal ..................................................................... 6
3.3.2 Metode Botol Gelap-Terang Horizontal ..................................................................... 7
3.3.3 Metode Citra Satelit (online) ....................................................................................... 7
BAB IV HASIL DAN ANALISIS ........................................................................................... 9
4.1. Hasil ............................................................................................................................ 9
4.2. Perhitungan................................................................................................................ 19
4.3. Analisis ...................................................................................................................... 20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 29
5.1. Kesimpulan................................................................................................................ 29
5.2. Saran .......................................................................................................................... 29
Dalam teknis pelaksanaan akan lebih baik jika praktikan dapat menonton bagaimana
data mentah di modul didapatkan dalam bentuk video.DAFTAR PUSTAKA ............... 30
LAMPIRAN............................................................................................................................ 32

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alur Kerja Metode Klorofil .................................................................................................23


Gambar 2. Alur Kerja Citra Satelit ........................................................................................................24

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perhitungan NPP Vertikal Daerah A Set 1 ................................................................................9


Tabel 2. Perhitungan NPP Vertikal Daerah A Set 2 ................................................................................9
Tabel 3. Pembagian Tugas Kelompok 1 Praktikum OSBIO ....................................................................32

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Laut tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita. Kehidupan kita baik secara
langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh laut. Salah satu pengaruh dari laut
terhadap manusia adalah biota laut yang kita konsumsi. Ada yang mengonsumsi untuk
memenuhi kebutuhan sehari hari, ada yang untuk pengobatan tradisional ataupun
medis.

Dari pernyataan diatas, keberadaan laut dan biotanya dibuktikan sangat


berpengaruh bagi manusia. Oleh karena itu perlu dipelajari keberadaan biota laut dan
perilakunya untuk mengetahui persebaran dari biota laut tersebut. Dalam pemantauan
kualitas air laut, Produktivitas primer perairan merupakan faktor penting karena
memiliki peran dalam siklus karbon dan rantai makanan bagi organisme
heterotrof(Nuzapril et al., 2017) serta memiliki peran sebagai pemasok kandungan
oksigen terlarut di perairan. Pengukuran produktivitas primer merupakan syarat dasar
dalam mempelajari struktur dan fungsi ekosistem perairan. Tingkatan produktivitas
primer dari suatu perairan memberikan gambaran menganai produktivitas perairan
dalam menghasilkan biomassa tumbuhan dan oksigen yang cukup untuk dapat
mendukung perkembangan ekosistem perairan(Muhtadi, 2017).

Produktivitas primer dihasilkan dengan cara fotosintesis dan fitoplankton


berperan sangat penting untuk keberjalanan fotosintesis. Fitoplankton melakukan
fotosintesis sehingga memghasilkan glukosa dan oksigen. Jika jumlah fitoplankton
meningkat, produk fotosintesis meningkat sehingga kapasitas suatu daerah untuk
menampung biota laut menjadi semakin besar. Oleh karena itu penting bagi kita untuk
menghitung nilai produk yang dihasilkan.

Makanan dan oksigen merupakan 2 hal yang saling berkaitan di laut karena
kedua hal tersebut difotosintesis oleh organisme autotrof, yaitu fitoplankton.
Fitoplankton melakukan fotosintesis hingga menghasilkan glukosa dan oksigen. Jika
jumlah fitoplankton meningkat, maka produk fotosintesis meningkat sehingga
kapasitas suatu daerah untuk menampung biota laut menjadi lebih besar. Oleh karena
itu penting bagi kita untuk menghitung nilai produktivitas primer yang dihasilkan.
Dengan mengetahui nilai produktivitas ini, kita mampu memperkirakan

1
kenakeragaman biota laut di suatu daerah. Oleh karena itu dalam praktikum ini akan
mempelajari tentang NPP dari cara mengukur hingga mengolah data NPP.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan praktikum modul 1 kali ini adalah untuk:

1. Praktikan mampu memahami cara penggunaan alat pengukur kualitas air.


2. Praktikan mampu melakukan perhitungan produktivitas primer bersih suatu
perairan
3. Praktikan dapat menganalisis pengaruh faktor-faktor lingkungan terhadap
produktivitas primer suatu perairan.
4. Praktikan mempu menganalisis pengaruh perbedaan pencahayaan terhadap
produktivitas primer
5. Praktikan mampu mengetahui macam-macam metode pengambilan data
produktivitas primer.
6. Praktikan dapat menganalisis variasi nilai produktivitas primer didunia.

2
BAB II
TEORI DASAR
2.1. Definisi Produktivitas Primer
Produktivias primer diartikan sebagai laju produksi karbohidrat(zat
organik) dalam satuan waktu dan volume tertentu. Produktivitas primer memiliki
peran dalam siklus karbon dan rantai makanan bagi organisme heterotrof
(Nuzapril et al.,2017) oleh karena itu, produktivitas primer perairan menjadi
faktor penting dalam pemantauan kualitas perairan laut. Produktivitas primer
menggambarkan jumlah pembentukan bahan organik baru per satuan waktu.
Proses produktivitas primer terbentuk melalui proses kegiatan fotosintesis oleh
fitoplankton dan tanaman air (Boyd 1979). Selain itu, proses produktivitas primer
juga dapat berlangsung dengan kemosintesis, tetapi hanya proses fotosintesis saja
yang akan dibahas pada modul ini. Proses fotosintesis dilakukan untuk membuat
jaringan baru dan menggerakkan metabolisme.

Pada kenyataannya, Sebagian bahan organic yang dihasilkan kembali


digunakan oleh tumbuhan untuk resoirasi. Oleh karena itu, produktivitas primer
dibagi menjadi dua, yaitu Net Primary Production(NPP) dan Gross Primary
Production (GPP). GPP atau produksi primer kotor adalah energi total yang
ditetapkan sebagai senyawa organic termasuk energi yang digunakan untuk
respirasi, bisa juga didefinisikan sebagai total karbondioksida yang ditetapkan
oleh autotrof per unit waktu. GPP dapat dihitung secara teoritis karena semua
komponen anorganik dikonversi menjadi senyawa organik. Selanjutnya, NPP
atau produktivitas primer bersih adalah energi yang ditetapkan sebagai senyawa
organic atau total biomassa tidak termasuk energi yang digunakan untuk respirasi.
Energi potensial yang tersedia, digunakan untuk proses tingkat selanjutnya. Jadi,
NPP adalah hasil dari GPP dikurangi energi untuk respirasi ( NPP = GPP –
Respirasi)

2.2. Faktor Produktivitas Primer


a. Cahaya

Distribusi seluruh organisme fotosintesis dibatasi oleh suatu batas


fundamental yaitu kebutuhan cahaya. Untuk dapat hidup, organisme
fotosintesis harus berada pada daerah lapisan permukaan (zona fotis)

3
sehingga energi matahari diperoleh lebih banyak untuk berfotosintesis.
Penyerapan cahaya di atmosfer, sudut datangnya sinar dan transparansi air
memengaruhi kapasitas cahaya matahari menembus air yang menentukan
kedalaman zona fotik. Peningkatan jumlah energi di permukaan air
mengabsorbsi, memantulkan, dan meneruskan (transmisi) radiasi matahari
yang dating, absorbs cahaya oleh air, panjang gelombang, lintang geografi,
dan musim bergantung pada kondisi atmosfer seperti debu, awan, waktu,
dan gas-gas. Dalam proses fotosintesis, panjang gelombang cahaya yang
digunakan di antara 400-700 nm yang biasa disebut dengan
photosynthetically available radiation (PAT atau PhAR). Fotosintesis
umumnya bertambah sejalan dengan peningkatan intensitas cahaya sampai
pada nilai optimum tertentu (cahaya saturasi). Di bawah nilai optimum
tersebut, cahaya merupakan pembatasan sampai suatu kedalaman yang
menyebabkan nilai fotosintesis sama dengan nilai respirasi, sedangkan di
atas cahaya tersebut justru akan menghambat fotosintesis (cahaya inhibisi).

b. Suhu

Kendali ekosistem di perairan sangat dipengaruhi oleh suhu. Setiap


spesies fitoplankton selalu beradaptasi terhadap suatu kisaran suhu
tertentu. Pada umumnya, selagi suhu perairan meningkat, laju fotosintesis
fitoplankon pun meningkat, setelah mencapai suatu titik suhu tertentu, laju
fotosintesisnya dapat menurun secara drastis.

c. Nutrien
Nutrien sangat berpengaru terhadap pertumbuhan dan perkembangan
plankton. Nutrien-nutrien ini terdiri dari makro nutrien (O, C, N, P, S, K,
Mg, dan Ca) dan mikro nutrien (Fe, Mn, Cu, Zn, B, Si, Mo, Cl, Co, dan
Na) yang dibagi melalui proses fotosintesis. Nutrien yang paling
berpengaruh besar yaitu nitrogen (dalam bentuk NO3) dan fosfor (dalam
bentuk PO4). Kedua unsur ini merupakan faktor pembatas bagi
produktivitas plankton di perairan. Silika juga sangat penting terhadap
perkembangan organisme autotrof terutama plankton jenis alga diatom
untuk membentuk frustule dan spikule. Perairan yang kaya dengan nutrien
dan organisme autotroakan memiliki nilai produktivitas primer yang tinggi.

4
Oleh karena itu, perairan estauri memiliki produktivitas yang tinggi jika
dibandingkan dengan perairan laut lepas dan perairan air tawar karena
menjadikan daerah sebagai trap nutrien.

2.3. Distribusi Produktivitas Primer Berdasarkan Jenis Ekosistem


Daerah pesisir memiliki produktivitas primer yang tertinggi. Di dalam
pesisir terdapat daerah estuary yang merupakan daerah yang mengalami proses
pencampuran antara massa air laut dan massa air tawar. Nutrien dari air laut
dibawa dari sumbernya yaitu sungai. Kemudian intensitas cahaya matahari di
daerah pesisir juga cukup tinggi, perairan di pesisir juga masih dangkal sehingga
nutrient maupun fitoplankton tidak ada yang terjebak dalam lapisan termoklin.
Oleh karena itu, komponen nutrien cukup melimpah di wilayah pesisir. Secara
global, karena daerah khatulistiwa memiliki intensitas cahaya matahari yang
merata setiap tahun, daerah tersebut memiliki produktivitas primer yang banyak.

5
BAB III
METODOLOGI
3.1.Metode

Metode botol gelap-terang yang dilakukan dengan horizontal dan vertical dan
metode pengamatan menggunakan citra satelit dengan data yang sudah diunduh di
dalam laman http://sites.science.oregonstate.edu/ocean.productivity/index.php adalah
metode yang digunakan praktikum modul 3 oseanografi biologi kali ini.

3.2.Alat dan Bahan

1. GPS Handheld
2. Alat tulis
3. Log sheet
4. Papan jalan
5. Botol kaca (botol bening/transparan, botol yang dilapisi lakban hitam,
6. botol yang dilapisi solatip, dan botol coklat)
7. DO meter celup
8. Tali tambang
9. Kabel tis
10. Pemberat
11. Pelampung (jerigen 2L)
12. Aqua dm

3.3. Langkah Kerja

3.3.1 Metode Botol Gelap-Terang Horizontal


1. Stasiun pengamatan ditentukan menggunakan GPS handheld, lalu dicatat
pada Log Sheet.
2. Sampel air awal diambil, DO dan temperatur air diukur lalu dicatat pada
Log Sheet.
3. Sampel air dimasukkan ke dalam botol terang, semi gelap, dan gelap.
Botol ditutup selama masih berada dalam air, lalu dipastikan tidak ada
udara di dalam botol.
4. Celah antara tutup botol dan botol ditutup dengan lakban hitam
5. Setelah itu dimasukkan ke dalam air.

6
6. Inkubasi in situ dilakukan selama 4-5 jam di titik-titik yang ditentukan,
waktu masa inkubasi dicatat.
7. Setelah inkubasi selesai, DO dan temperatur pada masing-masing botol
diukur lalu dicatat pada Log Sheet.

3.3.2 Metode Botol Gelap-Terang Horizontal


1. Stasiun pengamatan ditentukan menggunakan GPS handheld, lalu dicatat
pada Log Sheet.
2. Sampel air awal diambil, DO dan temperatur air diukur lalu dicatat pada
Log Sheet.
3. Sampel air dimasukkan ke dalam botol terang, semi gelap, dan gelap.
Botol ditutup selama masih berada dalam air, lalu dipastikan tidak ada
udara di dalam botol.
4. Celah antara tutup botol dan botol ditutup dengan lakban hitam.
5. Set botol dengan urutan pemberat – set 2 – set 1 – botol set horizontal –
pelampung diikat.
6. Setelah itu dimasukkan ke dalam air.
7. Inkubasi ex situ dilakukan selama 4-5 jam di titik-titik yang ditentukan,
waktu masa inkubasi dicatat.
8. Setelah inkubasi selesai, DO dan temperatur pada masing-masing botol
diukur lalu dicatat pada Log Sheet.

3.3.3 Metode Citra Satelit (online)


a) Pengunduhan Data dari Website
1. Browser dibuka lalu situs
http://sites.science.oregonstate.edu/ocean.productivity/index.php
dibuka
2. Pada submenu Standard Product diklik.
3. Terdapat pilihan data. Monthly pada pilihan time span dipilih, 1080 x
2160 pada pilihan grid size dan hdf pada file format. Lalu tombol get
data ditekan. *untuk kualitas visualisasi data yang lebih baik, dapat
dipilih grid size dengan ukuran 2160 x 4320.
4. Data dapat diunduh dengan menekan data yang dibutuhkan dalam tabel.
(pembagian data terdapat dalam lampiran)

7
5. File akan langsung diunduh dalam format gz atau gzip. Pastikan PC
telah terpasang aplikasi WinRAR (atau semacamnya) agar file yang
telah diunduh dapat di-extract.
6. Format file data yang telah di-extract adalah hdf
b) Pengunduhan Aplikasi untuk Visualisasi Data
1. Browser dibuka lalu situs https://www.giss.nasa.gov/tools/panoply/
dicari
2. PC dipastikan telah terpasang Java Runtime Environment.
3. Pilihan Download Panoply diklik.
4. Aplikasi Panoply yang sesuai dengan program PC Anda diunduh.
c) Pengolahan Data Melalui Aplikasi
1. Aplikasi Panoply dibuka.
2. Open file data dipilih dengan format hdf yang telah di-extract.
3. Bagian dengan judul “npp” diklik lalu ditekan pilihan Create Plot.
4. Tipe Color contour plot dipilih dengan “fakeDim1” sebagai sumbu-X
dan “fakeDim0” sebagai sumbu-Y. Lalu ditekan Create.
5. Gambar yang divisualisasikan akan terbalik. Untuk memutarbalikkan
gambar, pada menu Plot, Swap Y Axis Bounds dipilih.
6. Data telah tervisualisasikan dengan baik.
7. Untuk menyimpan visualisasi data, menu File ditekan lalu dipilih Save
Image As.

8
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
4.1. Hasil

Vertikal set 1
DO Temperatur Waktu GPP -
Sampel (mg/L) (oC) Pengukuran Time Respirasi GPP Respirasi NPP
Botol Awal 8.8 31.5 11:36
6:54
Botol Terang set 1 6.4 28.9 18:30
Botol dengan Solatip -
7.3 28.7 18:30 6.9 1.5 -0.9 -2.4
set 1 1565.22
-
6.7 28.9 18:30 6.9 2.1 -0.3 -2.4
Botol Coklat set 1 1565.22
-
8.1 29 18:30 6.9 0.7 -1.7 -2.4
Botol Gelap set 1 1565.22
Tabel 1. Perhitungan NPP Vertikal Daerah A Set 1

Vertikal set 2
DO Temperatur Waktu GPP -
Sampel (mg/L) (oC) Pengukuran Time Respirasi GPP Respirasi NPP
Botol Awal 8.8 31.5 11:36
6:54
Botol Terang set 2 6.5 28.8 18:30
Botol dengan Solatip -
8.1 28.8 18:30 6.9 0.7 -1.6 -2.3
set 2 1500
-
6.9 28.7 18:30 6.9 1.9 -0.4 -2.3
Botol Coklat set 2 1500
-
6.9 28.8 18:30 6.9 1.9 -0.4 -2.3
Botol Gelap set 2 1500
Tabel 2. Perhitungan NPP Vertikal Daerah A Set 2

Horizontal
DO Temperatur Waktu GPP -
Sampel (mg/L) (oC) Pengukuran Time Respirasi GPP Respirasi NPP
Botol Awal 8.9 32.2 11:32
Botol Terang set 6:58
7 29.1 18:30
1
Botol dengan -
7.9 29.2 18:30 6.966667 1 -0.9 -1.9
Solatip 1227.27
-
7.9 29.2 18:30 6.966667 1 -0.9 -1.9
Botol Coklat 1227.27
-
7.5 29.1 18:30 6.966667 1.4 -0.5 -1.9
Botol Gelap 1227.27
Tabel 3. Perhitungan NPP Horizontal Daerah A

9
Vertikal set 1
DO Temperatur Waktu GPP -
Sampel (mg/L) (oC) Pengukuran Time Respirasi GPP Respirasi NPP
Botol Awal 12 31.5 12:12
6:00
Botol Terang set 1 3.3 28.5 18:12
Botol dengan Solatip
3.3 28.5 18:12 6 8.7 0 -8.7 -6525
set 1
Botol Coklat set 1 4.2 28.5 18:12 6 7.8 -0.9 -8.7 -6525
Botol Gelap set 1 3.2 28.5 18:12 6 8.8 0.1 -8.7 -6525
Tabel 4. Perhitungan NPP Vertikal Daerah B Set 1

Vertikal set 2
DO Temperatur Waktu GPP -
Sampel (mg/L) (oC) Pengukuran Time Respirasi GPP Respirasi NPP
Botol Awal 12 31.5 12:12
6:00
Botol Terang set 2 3.3 28 18:12
Botol dengan Solatip -
3.6 28.5 18:12 6 8.4 -0.3 -8.7
set 2 6525
-
3 28 18:12 6 9 0.3 -8.7
Botol Coklat set 2 6525
-
3.4 28 18:12 6 8.6 -0.1 -8.7
Botol Gelap set 2 6525
Tabel 5. Perhitungan NPP Vertikal Daerah B Set 2

Horizontal
DO Temperatur Waktu GPP -
Sampel (mg/L) (oC) Pengukuran Time Respirasi GPP Respirasi NPP
Botol Awal 12 32.2 12:12
Botol Terang set 6:00
4.6 29.3 18:12
1
Botol dengan
4.8 29.3 18:12 6 7.2 -0.2 -7.4 -5550
Solatip
Botol Coklat 4.9 29.1 18:12 6 7.1 -0.3 -7.4 -5550
Botol Gelap 2.9 29.3 18:12 6 9.1 1.7 -7.4 -5550
Tabel 6. Perhitungan NPP Horizontal Daerah B

10
Vertikal set 1
DO Temperatur Waktu GPP -
Sampel (mg/L) (oC) Pengukuran Time Respirasi GPP Respirasi NPP
Botol Awal 8 31.6 11:45
7:31
Botol Terang set 1 7.7 28.7 19:16
Botol dengan Solatip -
6.5 29 19:16 7.516667 1.5 1.2 -0.3
set 1 179.601
-
7.3 28.7 19:16 7.516667 0.7 0.4 -0.3
Botol Coklat set 1 179.601
-
6.7 28.8 19:16 7.516667 1.3 1 -0.3
Botol Gelap set 1 179.601
Tabel 7. Perhitungan NPP Vertikal Daerah C Set 1

Vertikal set 2
DO Temperatur Waktu GPP -
Sampel (mg/L) (oC) Pengukuran Time Respirasi GPP Respirasi NPP
Botol Awal 8 31.6 11:45
7:31
Botol Terang set 2 6.9 28.9 19:16
Botol dengan -
6.9 28.9 19:16 7.516667 1.1 0 -1.1
Solatip set 2 658.537
-
8.2 28.5 19:16 7.516667 -0.2 -1.3 -1.1
Botol Coklat set 2 658.537
-
8 28.3 19:16 7.516667 0 -1.1 -1.1
Botol Gelap set 2 658.537
Tabel 8. Perhitungan NPP Vertikal Daerah C Set 2

Horizontal
DO Temperatur Waktu GPP -
Sampel (mg/L) (oC) Pengukuran Time Respirasi GPP Respirasi NPP
Botol Awal 8.3 31.5 11:41
Botol Terang set 7:35
7.3 28.8 19:16
1
Botol dengan -
7.1 28.9 19:16 7.583333 1.2 0.2 -1
Solatip 593.407
-
8.1 28.8 19:16 7.583333 0.2 -0.8 -1
Botol Coklat 593.407
-
8.1 28.7 19:16 7.583333 0.2 -0.8 -1
Botol Gelap 593.407
Tabel 9. Perhitungan NPP Horizontal Daerah C

11
Vertikal set 1
DO Temperatur Waktu GPP -
Sampel (mg/L) (oC) Pengukuran Time Respirasi GPP Respirasi NPP
Botol Awal 17.3 23.4 9:15
7:13
Botol Terang set 1 9.4 28.2 16:28
Botol dengan Solatip
9.8 28 16:28 7.216667 7.5 -0.4 -7.9 -4926.1
set 1
Botol Coklat set 1 7.8 28 16:28 7.216667 9.5 1.6 -7.9 -4926.1
Botol Gelap set 1 7.2 27.8 16:28 7.216667 10.1 2.2 -7.9 -4926.1
Tabel 10. Perhitungan NPP Vertikal Daerah D Set 1

Vertikal set 2
DO Temperatur Waktu GPP -
Sampel (mg/L) (oC) Pengukuran Time Respirasi GPP Respirasi NPP
Botol Awal 17.3 23.4 9:15
7:13
Botol Terang set 2 10.4 27.3 16:28
Botol dengan Solatip -
9.6 28.3 16:28 7.216667 7.7 0.8 -6.9
set 2 4302.54
-
7.5 28.5 16:28 7.216667 9.8 2.9 -6.9
Botol Coklat set 2 4302.54
-
6.8 28.1 16:28 7.216667 10.5 3.6 -6.9
Botol Gelap set 2 4302.54
Tabel 11. Perhitungan NPP Vertikal Daerah D Set 2

Horizontal
DO Temperatur Waktu GPP -
Sampel (mg/L) (oC) Pengukuran Time Respirasi GPP Respirasi NPP
Botol Awal 15.3 23.2 9:15
Botol Terang set 7:13
8.4 28.1 16:28
1
Botol dengan -
7.5 28.5 16:28 7.216667 7.8 0.9 -6.9
Solatip 4302.54
-
7.9 28 16:28 7.216667 7.4 0.5 -6.9
Botol Coklat 4302.54
-
8.1 28.1 16:28 7.216667 7.2 0.3 -6.9
Botol Gelap 4302.54
Tabel 12. Perhitungan NPP Horizontal Daerah D

12
Vertikal set 1
DO Temperatur Waktu GPP -
Sampel (mg/L) (oC) Pengukuran Time Respirasi GPP Respirasi NPP
Botol Awal 12 30 11:00
6:12
Botol Terang set 1 3.3 28 17:12
Botol dengan Solatip -
3 28 17:12 6.2 9 0.3 -8.7
set 1 6314.52
-
3.6 28.5 17:12 6.2 8.4 -0.3 -8.7
Botol Coklat set 1 6314.52
-
3.4 28 17:12 6.2 8.6 -0.1 -8.7
Botol Gelap set 1 6314.52
Tabel 13. Perhitungan NPP Vertikal Daerah E Set 1

Vertikal set 2
DO Temperatur Waktu GPP -
Sampel (mg/L) (oC) Pengukuran Time Respirasi GPP Respirasi NPP
Botol Awal 12 30 11:00
6:12
Botol Terang set 2 3.3 28.5 17:12
Botol dengan Solatip -
4.2 28.5 17:12 6.2 7.8 -0.9 -8.7
set 2 6314.52
-
3.3 28.5 17:12 6.2 8.7 0 -8.7
Botol Coklat set 2 6314.52
-
3.2 28.5 17:12 6.2 8.8 0.1 -8.7
Botol Gelap set 2 6314.52
Tabel 14. Perhitungan NPP Vertikal Daerah E Set 2

Horizontal
DO Temperatur Waktu GPP -
Sampel (mg/L) (oC) Pengukuran Time Respirasi GPP Respirasi NPP
Botol Awal 12 30 11:00
Botol Terang set 6:12
4.6 28.5 17:12
1
Botol dengan -
4.9 27.5 17:12 6.2 7.1 -0.3 -7.4
Solatip 5370.97
-
4.8 28 17:12 6.2 7.2 -0.2 -7.4
Botol Coklat 5370.97
-
2.9 27 17:12 6.2 9.1 1.7 -7.4
Botol Gelap 5370.97
Tabel 15. Perhitungan NPP Horizontal Daerah E

13
Gambar 1. NPP Dunia Januari 2008

Gambar 2. NPP Dunia Februari 2008

14
Gambar 3. NPP Dunia Maret 2008

Gambar 4. NPP Dunia April 2008

15
Gambar 5. NPP Dunia Mei 2008

Gambar 6. NPP Dunia Juni 2008

16
Gambar 7. NPP Dunia Juli 2008

Gambar 8. NPP Dunia Agustus 2008

17
Gambar 9. NPP Dunia September 2008

Gambar 10. NPP Dunia Oktober 2008

18
Gambar 11. NPP Dunia November 2008

Gambar 12. NPP Dunia Desember 2008

4.2.Perhitungan

Dalam modul III praktikum oseanografi biologi digunakan persamaan


berikut untuk perhitungan NPP :

19
𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = (𝐼𝐵 − 𝐷𝐵)

𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 𝐾𝑜𝑡𝑜𝑟 (𝐺𝑃𝑃) = (𝐿𝐵 − 𝐷𝐵)

𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ (𝑁𝑃𝑃) = (𝐿𝐵 − 𝐷𝐵) − (𝐼𝐵 − 𝐷𝐵)

Keterangan :

IB (Initial Bottle) : Konsentrasi oksigen terlarut sebelum inkubasi (mg/liter)

DB (Dark Bottle) : Konsentrasi oksigen terlarut botol gelap setelah inkubasi

(mg/liter)

LB (Light Bottle) : Konsentrasi oksigen terlarut botol terang setelah inkubasi

(mg/liter)

Selanjutnya, untuk mengkalkulasi NPP tiap satuan volume tiap harinya,


lakukan perhitungan NPP menggunakan hasil perhitungan yang telah didapat
dengan persamaan berikut :

(𝐺𝑃𝑃 − 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖) × 1000 × 0.375


𝑁𝑃𝑃 = × 12
𝑡

Keterangan :

NPP : Produktivitas Primer Bersih (mgC/m3/hari)

GPP : Produktivitas Primer Kotor (mgO2/liter)

Respirasi : Jumlah Respirasi dalam botol setelah inkubasi (mgO2/liter)

1000 : Faktor konversi liter menjadi m3

0.375 : Faktor konversi massa oksigen menjadi massa karbon (12/32)

t : Lama Inkubasi (jam)

12 : Konversi jam menjadi hari dengan asumsi lama penyinaran 12 jam.

4.3. Analisis

Metode oksigen dan metode citra satelit sudah dijelaskan oleh modul II
praktikum oseanografi, namun untuk metode citra satelit hanya dijelaskan
pengunduhan dan pengolahan data saja. Metode untuk pengukuran NPP lainnya

20
dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya dengan metode C14, metode
klorofil, metode analisis kurva oksigen dan metode citra satelit (Michael, 1995).

Materi aktif yang dapat di identifikasi radiasinya di masukkan dalam sistem.


Misalnya karbon aktif (14C) dapat di introduksi melalui suplai karbon dioksida
yang nantinya diasimilasikan oleh tumbuhan dan dipantau untuk mendapatkan
perkiraan produktivitas. Kelemahan teknik ini sangat mahal dan memerlukan
peralatan yang canggih, tetapi memiliki kelebihan dari metode lainya, yaitu dapat
dipakai dalam berbagai tipe ekosistem tanpa melakukan penghancuran terhadap
ekosistem. Dalam penelitian Kim et al. (2014) melakukan pengukuran
produktivitas lamun dengan metode radio isotop δ13C. Langkah-langkah
pengukuraan 14C menurut Wetzel & Liken, (2000) ; Mercado-Santana et al.,
(2017) adalah:

1. Air contoh diambil sama seperti air contoh DO (2 botol terang & 1 botol
gelap) pada kedalaman tertentu.
2. Ditambahkan 1ml larutan NaH 14CO3 ( 14C-labelled carbonate) ke salah satu
botol terang & botol gelap (volume 125 ml).
3. Dikocok secara merata dan segera diinkubasikan ke perairan di kedalaman
semula
4. Lalu, dibiarkan 4 jam (pukul 10.00-14.00), NaH 14CO3 yang digunakan
mengandung radioaktif 1- 10μCi/ml (biasanya 2 μCi/ml).
5. Pada 1 botol terang yang tersisa, digunakan sampel untuk mengukur
temperatur, pH & alkalinitas total.
6. Setelah inkubasi, sampel disaring dengan membran filter untuk memekatkan
sel-sel fitoplankton.
7. Selanjutnya, 14C terasimilasi dihitung dengan “Planchet counting” atau
Liquid scintillation (kilauan) counting (Geiger-Muller detector).

Pengukuran produktivitas primer dengan klorofil dapat dilakukan dengan 2


cara, yaitu ekstrak klorofil dari organisme autotrof dan menggunakan citra satelit.
Cara pertama dengan menyaring plankton, metode kerjanya adalah pengukuran
konsentrasi klorofil-a yaitu diambil 1000 ml sampel air, disaring dengan
menggunakan kertas saring Whatman CNM 0, 45 µm, Selanjutnya dimasukkan
ekstrak dengan 10 ml larutan aseton, diaduk sampai campuran berwarna hijau,

21
diukur absorban klorofil-a dengan Spektrofotometer pada ƛ = 665.2 dan 652.4
nm. Metode ini memiliki kelebihan langkah kerja yang mudah, alat dan bahan
yang mudah ditemukan, dan proses perhitungan yang mudah, namun
kekuarangannya terletak pada model klorofil- fo yang masih untuk skala
laboratorium. Nilai klorofil-a ditentukan dengan rasio asimilasi untuk tumbuhan
atau ekosistem dengan pergram klorofil, dapat dihitung dengan rumus (Chen et
al., 2017):

𝑐 (𝐶ℎ𝑙𝑎) (µ𝑔 𝑚𝐿 − 1) = 16.72 × 𝑂𝐷665.2 − 9.16 × 𝑂𝐷652.4.

selanjutnya nilai Produktivitas primer dapat ditentukan dengan

𝑃 = 𝐾 × 𝑟 × 𝑐 (𝐶ℎ𝑙𝑎) × 𝐷𝐻,

Dimana:

P = produktivitas primer, (mgC m−3 d −1 );

r = koefisien asimilasi (3,2)

c (Chl a) = nilai klorofil-a (mg m−3 );

DH = waktu penyinaran dalam satu hari

K = konstanta (1,97) Chen et al. (2017),

Mengembangkan suatu formula pengukuran produktivitas primer dengan


menggabungkan nilai klorofil dan densitas fitoplankton yang disebut model
clorofil-fo. Model ini masih tahap awal, dan masih untuk skala laboratorium.
Berikut digambarkan alur kerja penentuan produktivitas perairan dengan model
tersebut.

22
Gambar 13. Alur Kerja Metode Klorofil
Estimasi produktivitas primer perairan berdasarkan nilai konsentrasi
klorofil-a dapat ditentukan dengan ektrak dari citra satelit (Ma et al., 2014;
Shuchman et al., 2013; Kahru et al., 2015). Metode ini mempunyai kelebihan
sangat cepat didapat datanya, tak perlu biaya yang tinggi, tak perlu ke lapangan,
dan hanya memerlukan alat software untuk mengolah datanya. Namun metode ini
cukup sulit digunakan oleh orang awam dan hanya bisa dilakukan oleh orang yang
mempunyai ilmu dasar di bidangnya. Satelit secara rutin telah menyediakan
beberapa variabel biofisik seperti variabel konsentrasi klorofil-a dan suhu
permukaan laut. Data yang telah didapat oleh sensor satelit, dapat digunakan
untuk membuat model estimasi produktivitas primer, sehingga estimasi
produktivitas primer lebih cepat dan efisien (Ma et al. 2014). Keakuratan
pengukuran dengan metode ini tergantung pada citra satelit yang digunakan
dalam analisis data (Zhang & Han 2015; Nuzapril et al. 2017). Model-model yang
dikembangkan oleh Shuchman et al., 2013 (0.92) Hill et al. (2013) dan Hill and
Zimmerman (2010) korelasi antara konsentrasi klorofil-a dengan produktivitas
primer perairan sebesar 0,81 dan 0,86. Hill et al. (2013); Ma et al. (2014); Kahru

23
et al. (2015), menyatakan bahwa model hubungan empiris sederhana antara
produktivitas primer dengan konsentrasi klorofil-a ekstraksi citra satelit dapat
diaplikasikan dengan asumsi bahwa nilai integrasi konsentrasi klorofil-a dari
permukaan sampai kedalaman eufotik homogen sehingga konsentrasi klorofil-a
citra satelit dianggap konstan diseluruh zona eufotik. Hasil penelitian Nuzapril et
al. (2017) mendapatkan bahwa analisis spasial citra satelit dengan melihat sebaran
chlorofil dapat dilakukan untuk mengestimasi produktivitas primer di suatu
wilayah perairan (R=0.64).

Gambar 14. Alur Kerja Citra Satelit

Prinsip metode analisis kurva oksigen adalah menghitung produktivitas


primer perairan secara total, hasil dari aktivitas metabolisme fitoplankton dan
makrofita, melalui pembacaan pulsa oksigen harian/diurnal. metode ini dapat
menghitung NPP perairan secara total, alat dan bahan cukup mudah ditemukan,
langkah kerja yang singkat dan mudah dipahami, biayanya murah. Namun
kekurangannya terletak di proses perhitungannya yang sangat analitik pada
plotnya, sehingga perlu ilmu dasar yang memumpuni agar dapat dicari nilai
produktivitas primernya. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
Jumlah konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan diukur dengan oksimeter
setiap dua jam sejak matahari belum terbit sampai terbenam. Hasil pengukuran

24
tersebut diplot pada sebuah koordinat, dengan konsentrasi oksigen pada sumbu Y
dan waktu dalam sumbu X. Produktivitas primer dihitung melalui pembacaan
pulsa oksigen dengan memasukkan dalam persamaan:

𝛿𝐶
= 𝐾2(𝐶𝑠 − 𝐶) + 𝐵𝑃𝑃 + 𝑅
𝛿𝑇

dimana:

C : konsentrasi oksigen terlarut

K2(Cs -C): pengaruh oksigen atmosfer (nol)

BPP : Produktivitas Primer Bruto

R : Respirasi komunitas (konstan)

Metode pengambilan data botol gelap-terang dengan parameter oksigen


yang terlarut memiliki kelebihan di dalam penggunaan yang luas dilakukan oleh
peneliti, metode enumerasi yang mudah dilakukan, bahan dan alat mudah
ditemukan, dan langkah kerja yang mudah dipahami oleh orang awam. Namun
kelemahannya, metode ini tidak boleh ada singgungan langsung dengan atmosfer
dan botol tidak boleh terdapat gelembung udara selain itu pula, waktu inkubasi
yang cukup lama yaitu 4-5 jam.

Berdasarkan hasil perhitungan tabel excel, terdapat data DO (faktor kimia),


temperatur (faktor fisika), dan waktu dari setiap botol. Dari data tersebut dapat
ditentukan respirasi (faktor biologi), GPP, dan NPP.

Pada daerah A , didapat NPP per hari sebesar -1565.22 sampai dengan -
1227.27 (mg C/m3 /jam). Hasil tersebut merupakan NPP kedua tertinggi dari 5
daerah, karena suhu perairan di sana cenderung hangat dalam rentang 31.5-32.2
o
C pada siang hari pukul 11.36 dan 28.7 – 29.2oC pada sore hari. Hasil penelitian
EPPLEY (dalam LEVINTON 1982) di laboratorium menunjukkan kenaikan suhu
air sampai tingkat tertentu menyebabkan laju pertumbuhan fitoplankton
meningkat, namun setiap spesies fitoplankton juga berpengaruh terhadap
pengaruh suhu ini. Kenaikan suhu seterusnya akan memperlambat laju
pertumbuhan dan pada suhu yang lebih tinggi lagi laju pertumbuhan menjadi nol.
Dengan meningkatnya pertumbuhan fitoplankton, semakin meningkat pula

25
NPPnya, namun tetap dipengaruhi oleh intensitas cahaya di daerah tersebut. Pada
perairan tersebut saat diambil sampel air awal memiliki oksigen terlarut sebesar
8.8 mg/L dimana nilai ini akan dipakai untuk mencari nilai konsumsi oksigen
(respirasi), dari hasil didapat nilai respirasi yang kecil sekitar 0.7-1.9 dan semakin
kecil respirasi yang didapat semakin besar NPP, hal ini dipengaruhi oleh
organisme yang mengonsumsi oksigen yang terlarut, seperti jumlah zooplankton.

NPP / hari dari daerah B yang didapat sekitar -6525 sampai -5550 (mg C/m3
/jam), ini merupakan NPP urutan ke-4 dari 5 daerah. Alasan utama mengapa NPP
daerah B sangat kecil adalah faktor respirasinya yang begitu besar daripada GPP,
hal ini disebabkan oleh faktor biologi berupa jumlah zooplankton atau organisme
lainnya yang mengonsumsi oksigen terlarut dalam botol, walaupun DO awal
terbilang besar yaitu 12 mg/L, namun respirasinya besar yang ditentukan dari
mengurangi dengan DO akhir tiap botol gelap. DO awal yang besar didukung oleh
faktor fisika berupa temperatur perairan yang hangat dengan nilai sekitar 28-
32.2oC, dan menurut penelitian yang disebut di bagian daerah A rentang suhu ini
dapat terjadi fotosintesis optimum, namun masih belum bisa menyelisihi respirasi
yang terjadi pada sistem tersebut.

Berdasarkan hasil perhitungan daerah C, NPP yang didapat dalam kisaran -


658,54 sampai -179,6 (mg C/m3 /jam). Nilai tersebut merupakan nilai tertinggi
dari 5 daerah, walaupun DO awalnya tidak terlalu tinggi, respirasi yang dilakukan
sangat kecil yaitu sekitar -0,2 sampai 1,5 dengan waktu inkubasi yang paling lama
diantara 5 daerah yaitu 7 jam 31 menit. Nilai tersebut dipengaruhi oleh suhu
perairan yang hangat, intensitas cahaya yang cukup, respirasi organisme
konsumen O2 yang sedikit, dan waktu inkubasi yang lama membuat hasil NPP
paling besar.

Lalu, pada daerah D didapat NPP berkisar antara -4926,1 sampai -4302,54
(mg C/m3 /jam). Nilai tersebut merupakan nilai tertinggi 3 dari 5 daerah. Nilai
tersebut didapat dari DO awal yang besar, namun akibat dari respirasi yang besar
membuar NPP di daerah D menempati urutan ke-3. Di daerah D memiliki suhu
paling rendah dari 5 daerah lainnya, hal ini juga yang menyebabkan NPP yang
diukur kecil, selain itu , penyebab dari respirasi yang besar adalah dari organisme
konsumen O2 yang sangat banyak yang berupa zooplankton.

26
Terakhir adalah daerah E yang memiliki NPP kisaran -6314,52 sampai -
5370, 52 (mg C/m3 /jam). Nilai tersebut adalah nilai terendah setelah daerah B
dari 5 daerah. Walaupun mempunyai DO awal yang tinggi yaitu 12 mg/L dan
suhu yang hangat sekitar 27-30oC, hal tersebut tertutupi oleh faktor biologi berupa
respirasi yang tinggi, sekitar 7,1 – 9,1 sehingga nilai NPP yang didapat menjadi
kecil.

Pada bulan Januari dan Februari, Belahan bumi bagian utara sedang
mengalami musim dingin. Sedangkan bumi bagian selatan memiliki suhu yang
lebih hangat. Dengan meningkatnya suhu di bagian bumi selatan, terlihat
produktivitas primernya juga meningkat.

Pada bulan Maret dan April 2008 di bumi bagian tropis memiliki NPP
tertinggi dari belahan bumi lainnya, terutama pada perairan Cina di Asia, Moroko,
Barat, Sahara, Senegal, dan Gambia pada benua Afrika terjadi peningkatan NPP
dikarenakan pada bulan ini terjadi masa peralihan musim hujan ke musim
kemarau pada bumi bagian tropis atau pada garis khatulistiwa, sedangkan pada
belahan bumi lainnya misalnya di Eropa dan Amerika latin baru terlihat
peningkatan NPP pada bulan April 2008, karena pada masa inilah bumi bagian
utara mengalami musim semi, dan bumi bagian selatan mengalami musim gugur.
Pada saat itu kondisi untuk berfotosintesis masih bisa optimum.

Pada bulan Mei, negara-negara yang beriklim sub-tropis seperti negara-


negara di Eropa, Asia Timur, dan Amarika Utara sedang mengalami musim semi
dan beralih ke musim kemarau pada bulan Juni.Pada musim semi dan musim
panas, tentunya tingkat kecerahan meningkat ,hal tersebut menyebabkan NPP
pada daerah tersebut meningkat karena NPP dapat dipengaruhi oleh suhu dan
kecerahan.

Pada bulan November dan Desember nilai npp terlihat identik/sama.


Perubahan paling mencolok dari bulan sebelumnya yaitu, menurunya npp di bumi
bagian utara dan npp lebih terkonsentrasi pada bagian selatan. Ini terjadi karena
matahari telah berada di bagian selatan bumi yang menyebabkan bagian utara
bumi tidak mendapatkan cukup cahaya dan panas matahari sehingga npp
mengalami penurunan. Tetapi saat bulan Desember, orbit bumi berada pada saat
paling dekatnya dengan matahari, jadi nilai npp dapat lebih tinggi.

27
Nilai produktivitas primer dunia di perairan dekat pantai disebut dengan
daerah estuari, daerah tersebut dan tropis memiliki nilai produktivitas yang lebih
tinggi dibanding yang lainnya karena ketersediaan nutriennya lebih tinggi dan
cahaya di daerah tersebut tergolong cukup di sepanjang tahun. Akibatnya adalah
organisme autotrof dapat tumbuh dan berkembang dengan baik (Rangkuti et al.,
2017).

28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Penggunaan alat ukur kualitas air yang berupa DO Meter untuk mengukur kualitas
air akan berbeda beda tergantung tipe DO Meter apa yang digunakan. Penggunaan alat DO
Meter dapat dilihat pada bagian metodologi dan juga bisa berdasarkan tugas akhir
praktikum dengan menonton video di platform Youtube. Untuk penghitungan nilai HPP
bersih daerah A didapat nilai HPP vertikal dan nilai HPP horizontal. Dan untuk faktor-
faktor lingkungan eksternal yang memengaruhi produktivitas primer suatu perairan yaitu,
suhu, nutrien, dan cahaya. Perbedaan intensitas cahaya yang memengaruhi produktivitas
primer, hal ini dapat dilihat berdasarkan metode botol gelap terang, hasil pengamatan botol
gelap terang digunakan untuk mengukur laju fotosintesis pada bagian terang dan mengukur
laju respirasi pada bagian gelap. Terdapat beberapa metode dlaam pengambilan data
produktivitas primer antara lain, botol gelap terang, metode radioaktif, klorofil, metode
satelit, dan lain-lain. Kemudian untuk variasi nilai HPP di dunia dipengaruhi oleh banyak
faktor, seperti waktu, musim dan lokasi daerah tersebut. Hal ini karena NPP dipengaruhi
oleh cahaya daerah, karena tiap daerah berbeda-beda zona waktu dan karen arotasi bumi
maka akan memengaruhi nilai HPP.

5.2. Saran
1. Dalam teknis pelaksanaan akan lebih baik jika praktikan dapat menonton bagaimana
data mentah di modul didapatkan dalam bentuk video.
2. Lebih baik apabila dijelaskan bagaimana rumus NPP didapatkan, agar praktikan
mengetahui hal -hal kecil yang ternyata penting dalam perhitungan

29
DAFTAR PUSTAKA

Hill V.J., Matrai; P.A, Olson, E. Suittles; S., Codispoti; L.A. Zimmerman, R.C., 2013.Synthesis
of Integrated Primary Production in the Artic Ocean: II. In situ and Remotely Sensed
Estimates. Progress in Ocenanography 1(10): 107-125

Kahru et al. 2015. Optimized multi-satellite merger of primary production estimates in the
California Current using inherent optical properties. Journal of Marine Systems, 147 :
94–102

Kim M.S., et al., 2014. Carbon stable isotope ratios of new leaves of Zostera marina in the mid-
latitude region: Implications of seasonal variation in productivity. Journal of
Experimental Marine Biology and Ecology, 461 : 286–296.
http://dx.doi.org/10.1016/j.jembe.2014.08.015

Ma S., Tao Z., Yang X., Member, IEEE, Yu Y., Zhou X., Ma W, Li Z.. 2014. Estimation of
Marine Primary Productivity from Sattelite-Derived Phytoplankton Absorption Data.
IEEE J Select Topics Apl Earth Observ Remote Sens, 7(7): 3084-3092.

Nuzapril M, Setyo Budi Susilo, James P. Panjaitan. 2017. Hubungan Antara Konsentrasi
Klorofil-A Dengan Tingkat Produktivitas Primer Menggunakan Citra Satelit Landsat8.
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan, 8 (1) : 105-114

Wetzel, R.G. 2001. Limnology Lake and River Ecosystem Third Edition. Academic Press,
London.

Wetzel, R.G. dan Likens, G.E. 200. Limnological Analyses. 3nd. Springer-Verlag. New York.

Zhang, C., and Han, M., 2015. Mapping Chlorophyll-a Concentration in Laizhou Bay
UsingLandsat-8 OLI data. Proceedings of the 36th IAHR World Congress. Netherland.

Muhtadi, A. 2017. PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN.

Taylor, D.J., Green N.P.O., Stout, G.W., (1998), Ilmu Biologi. Cambridge University
Press, Cambridge

30
Sahabuddin. 2017. PRODUKTIVITAS DAN KESUBURAN PERAIRAN.
https://bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2017/04/PLT-Unhas-
Produktivitas-dan-Kesuburan-Perairan.pdf. (diakses pada 30 Oktober 2021)

31
LAMPIRAN

Lampiran Tabel Pembagian Tugas

Nama NIM Tugas

Parikesit Nuril Azmi 12920010 1. Bab 3 Metodologi


2. Plotting NPP dunia bulan Maret dan April
(2008)

Erlando Wijaya Alif 12920052 1. Bab 1 Latar Belakang, tujuan


Pramudya 2. Plotting NPP dunia bulan November dan
Desember (2008)

Jeremy Ernest Depari 12920065 1. Bab 2


2. Plotting NPP dunia bulan Mei dan Juni
(2008)

Wahid Al Muizz 12920022 1. Bab 2


2. Plotting NPP dunia bulan Juli dan Agustus
(2008)

Alfi Maula Mustafid 12920039 1. Bab 5 Kesimpulan


2. Plotting NPP dunia bulan September dan
Oktober (2008)

Riyadh Fajar Arrafah 12919024 1. Bab 4 pengolahan data excel


2. Plotting NPP dunia bulan Januari dan
Februari (2008)

Bareng-bareng Bagian Tugas Praktikum dan Analisisnya

Tabel 3. Pembagian Tugas Kelompok 1 Praktikum OSBIO

32

Anda mungkin juga menyukai