Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
OLEH :
1. Adam Oktavia Putra (115080600111031)
2. Desiana Wahyu K (115080600111032)
3. W.R Sai Janani (115080600111042)
4. Fitriani yahya S. (115080600111045)
5. Jesicca Feibe A. (115080600111049)
6. Ardi Sandria (115080600111051)
7. Mahmud Buyung S. Panto (115080601111001)
8. Zainul Arifin (115080601111007)
9. Eri Sahabuddin (115080601111025)
10. Novendra Adi (115080601111030)
2
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia
laporan ini. Kepada Bapak / Ibu Dosen mata kuliah Perubahan Iklim Ekosistem
Laut, dan semua pihak yang telah membantu, dan memberikan masukan dalam
kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan komentar yang
yang akan datang dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
DAFTAR GRAFIK...............................................................................................vi
1. PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................... 2
1.3 Manfaat.......................................................................................................2
2. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................4
3. METODOLOGI.................................................................................................9
3.2.1 Suhu...................................................................................................10
3.2.2 Kecerahan..........................................................................................10
3.3.3 Salinitas..............................................................................................11
ii
4.1 Data Hasil..................................................................................................15
4.2 Pembahasan.............................................................................................26
5. PENUTUP.......................................................................................................33
5.1 Kesimpulan...............................................................................................33
5.2 Saran........................................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR GRAFIK
vi
1. PENDAHULUAN
jutaan tahun. Istilah ini bisa juga berarti perubahan keadaan cuaca rata-rata atau
permafrost. Selain itu, dampaknya juga akan mempengaruhi sistem alam dan
Dampak perubahan iklim tidak bisa dipulihkan dan bersifat masif di semua
benua dan di lautan. Dampaknya adalah cuaca ekstrem seperti hujan lebat,
bahan bakar yang berasal dari fosil seperti batu bara, minyak bumi dan gas bumi.
Kita sudah mengetahui sebagian dari akibat pemanasan global ini - yaitu
1
berkepanjangan, penyebaran wabah penyakit berbahaya, banjir besar-besaran,
coral bleaching dan gelombang badai besar. Kita juga telah mengetahui siapa
yang akan terkena dampak paling besar adalah Negara pesisir pantai, Negara
kepulauan, dan daerah Negara yang kurang berkembang seperti Asia Tenggara.
atmosfir dengan menggunakan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti
batubara, gas bumi dan minyak bumi. Hal ini telah menyebabkan meningkatnya
selimut alami dunia, yang menuju kearah meningkatnya suhu iklim dunia, dan
percaya bahwa hanya dengan langkah pengurangan emisi gas rumah kaca yang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
2
Dapat mengetahui cara pengamatan komponen biotik dan abiotik serta
3
2. TINJAUAN PUSTAKA
kompleks dan dilematis yang dihadapi umat manusia pada awal abad ke-21,
bahkan mungkin hingga abad ke-22. tak ada satu negara atau kelompok
apapun kemampuan suatu bangsa, tak akan ada yang sanggup mengatasi
sendiri tantangan perubahan iklim dan pemanasan global yang terjalin erat
dengan perilaku dan gaya hidup manusia, keputusan politik, pola pembangunan,
negative cepat meluas dari tingkat global hingga ke tingkat lokal yang terpencil
pertanian dan perikanan yang peka iklim. Hal ini berarti, 65 persen
yang berada di kota pesisir yang padat penduduk, maupun masyarakat desa
nelayan. Hal ini juga berarti, masyarakat pedesaan yang memilki penghidupan
dari aktivitas yang berhubungan dengan pertanian, perikanan dan hutan, akan
4
Dampak perubahan iklim terhadap kenaikan muka air laut adalah naiknya
menghancurkan tambak tambak ikan dan udang di Jawa, Aceh, Kalimantan dan
persen terumbu karang dan 50% biota laut. Gejala ini sebetulnya sudah terjadi di
kawasan Delta Mahakam Kalimantan Timur, apabila suhu air laut naik 1,50C
Indonesia kita tak akan lagi menikmati lobster, cumi-cumi dan rajungan. Di
Maluku, nelayan amat sulit memperkirakan waktu dan lokasi yang sesuai untuk
menyebabkan es dan gletser di Kutub Utara dan Selatan mencair. Peristiwa ini
menyebabkan terjadinya pemuaian massa air laut dan kenaikan permukaan air
laut. Hal ini membawa banyak perubahan bagi kehidupan di bawah laut, seperti
pemutihan terumbu karang dan punahnya berbagai jenis ikan. Sehingga akan
masyarakat pesisir pantai. Kenaikan muka air laut juga akan merusak ekosistem
hutan bakau, serta merubah sifat biofisik dan biokimia di zona pesisir (Rani &
Peter, 2007).
Meningkatnya gas – gas rumah kaca dari hasil aktivitas manusia terutama
– hal yang dijadikan acuan atau parameter dari adanya perubahan pada iklim
secara global adalah naiknya muka air laut dan naiknya suhu atau temperature
5
Naiknya temperatur permukaan laut rata – rata karena adanya gas rumah
utama adanya perubahan iklim. Kondisi ini akan semakin meningkat dengan
historis sehingga data analisis dapat dilakukan lebih akurat (Pratopo, 2012).
perubahan iklim pada umumnya akan melibatkan analisis iklim masa lalu, kondisi
iklim saat ini dan estimasi kemungkinan iklim di masa yang akan dating
mempunyai bagian tubuh yang keras (karbonat dan silikat) yang setelah mati
akan tenggelam dan mengendap di dasar laut. Jumlah plankton yang mati
yaitu sejak ribuan dan bahkan jutaan tahun yang lalu. Dengan ukurannya yang
mikroskopis ini, untuk dapat tenggelam dan mengendap di dasar laut yang dalam
tentu akan memerlukan waktu yang sangat lama. Sehingga banyak plankton
yang mati dalam perjalanannya tenggelam ke dasar laut tidak pernah sampai ke
lapisan dasar karena bahan organik pada plankton habis terurai oleh bakteri, dan
kerangka dindingnya yang keras berkapur atau yang mengandung silikat akan
kedalaman 3000 meter akan habis terlarut sehingga pada laut dengan
6
kedalaman lebih dari 3000 meter hampir tidak dapat ditemukan sedimennya. Hal
ini berbeda dengan plankton yang mengandung silikat seperti radiolaria dan
diatom yang lebih tahan terhadap pelarutan hingga dapat mencapai dasar laut
yang dalam. Kondisi ini menunjukkan perjalanan sejarah yang panjang antara
waktu yang sangat lama, terutama pada periode holosen (Holocene) yang
berdasarkan analisa isotop dari cangkang plankton tentang fakta-fakta atau bukti
adanya pergantian periode musim dingin dan musim panas dan adanya
perubahan sirkulasi di laut. Secara lebih lanjut, dapat diketahui bahwa terjadi
periode yang lebih hangat saat holosen, jumlah yang lebih banyak dan padat,
dingin, dan air dengan salinitas tinggi berpindah (tenggelam) dalam proses
konveksi di Laut Artik dan tersebar secara luas di dasar laut dan selanjutnya
contoh adanya mekanisme pertukaran ini adalah apa yang disebut dengan
kondisi iklim di Eropa akan lebih hangat dibanding dengan daerah di sekitar sisi
barat Laut Atlantik. Dan jika digabung dengan informasi yang lain yaitu kondisi
hampir semua mahluk hidup di laut. Dengan biomassanya yang besar, maka
jumlah total gas karbon dioksida yang dibutuhkan juga banyak. Apabila tekanan
gas parsial CO2 di atmosfer lebih besar dibanding dengan yang berada di dalam
7
air, maka akan di konsumsi oleh fitoplankton dalam laut dalam proses
satelit yang menggunakan sensor yang dapat mengindera klorofil tumbuhan baik
fitoplankton dari kelompok diatom yang kemudian diikuti dengan penurunan total
zooplankton. Begitu juga dengan kondisi ekosistem kawasan pesisir dan laut di
Inggris yang mengalami dampak adanya perubahan iklim, dimana dengan proses
interaksi yang kompleks dan saling terkait antara beberapa faktor lingkungan
kerusakan habitat, dan adanya perubahan iklim akan memberi dampak terhadap
8
3. METODOLOGI
selat Bali dengan koordinat 8028’55.1” LS, 114025’39.3” BT. Adapun lokasi
antara lain adalah parameter fisika meliputi suhu, dan kecerahan serta parameter
9
3.2.1 Suhu
3.2.2 Kecerahan
10
3.3.3 Salinitas
11
3.3 Pengambilan Sampel
(planktonet), pompa dan Continous Plankton Recorder. Cara sampling seperti ini
Gambar. 6.
Diambil sampel air dengan menggunakan water sampler ember dan disaring
menggunakan plankton net
Diberi bahan preservasi (pengawet) sebanyak 3-4 tetes pada plankton yang
terdapat dibotol sampel
Hasil
12
3.4 Pengamatan Laboratorium
Dibawa air sampel yang berada dalam botol flakon ke laboratorium untuk
identifikasi plankton.
Data Plankton
13
3.5 Perhitungan Kelimpahan Plankton
berikut :
Oi Vr 1 n
N= × × ×
Op Vo Vs p
dengan :
14
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun hasil dari pengukuran parameter fisika dan kimia perairan pada
No Parameter Nilai
1 Suhu 30,50C
2 Salinitas 360/00
3 DO 7,8mg/L
4 Kecerahan 11 m
30,50C, salinitas sebesar 360/00, kadar oksigen terlarut sebesar 7,8 mg/L dan
(N) Ind/L
15
1 8 Ceratium fusus
2 8 Ceratium gibberum
3 12 Coscinodiscus sp.
4 4 Hemiaulus sp.
Leptocylindrus
5 44
danicus
16
Pyrophacus
6 8
horologium
7 8 Rhizosolenia alata
8 20 Rhizosolenia clavei
9 4 Thallasionema sp.
17
10 16 Asterionella sp.
11 64 Ceratium furca
Ceratium
12 48
macroceros
Chaetoceros
13 12
coarctatus
14 8 Odontella sinensis
18
19
Adapun hasil pengamatan zooplankton pada kedalaman 1 meter dapat
Kelimpahan
No Gambar Nama Species
(N) ind/L
1 20 Cydopoida sp.
2 4 Oikopleura sp
3 24 Harpacticoida sp.
20
4 8 Larva bivalvia
5 4 Sagita sp.
Trichodesmium
6 4
thiebautii
21
1 4 Aulosira implexa
Codonellopsis
2 4 morchella
3 20 Coscinodiscus sp.
Eutintinnus
4 4
stramentus
Rhizosolenia
5 20
hebetata
22
6 4 Larva bivalvia
7. 52 Oscillabria sp.
8 4 Asterienella sp.
Skeletonema
9 8
costatum
10 4 Spirulina sp.
23
12 4 Thalassionema sp.
Chaetoceros
13 80
coarctatus
14 20 Ceratium furca
15 8 Ceratium fusus
16 4 Ceratium Longipes
17 24 Odontella sinensis
24
Adapun hasil pengamatan zooplankton pada kedalaman 20 meter dapat
Nauplinus
1 124
challanus
2 4 Harpacticoida sp.
Trichodesmium
3 4
thiebautii
4 12 Oikopleura sp.
25
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Hasil
Dari data analisa hasil praktikum perubahan iklim yang sudah dilakukan
pada sampel air yang di dapat dari perairan Selat Bali diperoleh suhu ; 30,5o,
kelimpahan yang sangat tinggi di perairan laut. Ukuran plankton yang sangat
kecil membuat sifatnya menjadi sangat sensitif terhadap perubahan suhu lautan.
plankton itu sendiri hingga metabolisme yang terjadi dalam tubuhnya. Alasan lain
CO2 yang berasal dari emisi gas buangan aktivitas manusia dan mengubahnya
organik inilah yang nantinya akan dimanfaatkan oleh organisme laut yang lebih
fitoplankton yang sangat besar bagi rantai makanan di laut inilah yang
merupakan salah satu gas rumah kaca inilah, suhu di permukaan bumi dapat
26
dikendalikan, oleh karena itu dapat disebutkan bahwa fitoplankton ini bertindak
a. Kedalaman 1 m
Trichodesmium thiebautii ; 1
grafik berikut :
N Fitoplankton dikedalaman 1 m
2%
3% 8% 6% Asrerionella sp. Ceratium furca
3% Ceratium fusus Ceratium gibberum
3% Ceratium macroceros Chaetoceros coarctatus
24% Dinophysis tripos Coscinodiscus sp.
Hemiulus sp. Leptocylindrus danicus
17% Odontella sinensis Pyrophacus horologium
Rhizosolenia alata Rhizosolenia clavei
Thalasionema nitzschioides
3%
2% 3%
5% 18%
5%
27
N Zooplankton dikedalaman 1 m
6%
6%
Cydopoida sp.
6% 31% Harpacticoida sp.
Larva bivalvia
Oikopleura sp.
13% Sagita sp.
Trichodesmium thiebautii/nn
38%
Selat Bali didominasi oleh spesies Ceratium furca, dan kelimpahan zooplankton
stabilitas kolom air. Seluruh komponen ini dipengaruhi oleh kekuatan, kecepatan,
dan frekuensi angin, presipitasi curah hujan dan faktor lain yang dapat
lapisan sampai 100 meter pada kondisi tingkat kecerahan tinggi atau kondisi laut
yang bersih.
memberikan dampak pada keberadaan fenomena upwelling yang lebih kuat dan
28
Keterkaitan yang erat antara kenaikan suhu permukaan laut, dengan
dalam tiga dekade terakhir sebesar sekitar 0,5 derajat celcius akibat emisi gas
rumah kaca yang semakin memburuk menjadi penyebab perubahan iklim dan
bahwa suhu udara mengalami kenaikan signifikan, dari sekitar 0,1 derajat celcius
antara tahun 1951 hingga 1980, menjadi 0,5 derajat celcius dalam tiga dekade
terakhir. JIka tidak ada upaya pencegahan lebih lanjut, diperkirakan kenaikan
suhu udara mencapai 2,1 hingga 4,6 derajat celcius di tahun 2100 mendatang
(Aji, 2013).
b. Kedalaman 20 m
71, Thalassionema; 1.
grafik berikut :
29
N Fitoplankton dikedalaman 20 m
1% 1% 1%
Asrerionella sp. Aulosira implexa
15% Chaetoceros coarctatus Ceratium furca
Ceratium fusus Ceratium Longipes
4% 1% Codonellopsis morchella coscinodiscus sp.
1% Eutintinnus stramentus Rhizosolenia hebetata
4% 1% Larva bivalvia Oscillabria sp.
52% Odontella sinensis Skeletonema costatum
4% 1%
Spirulina sp. Rhizosolenia alata
1% Thalassionema
9%
4%
1% 1%
N Zooplankton dikedalaman 20 m
3% 3%
8%
Harpacticoida sp.
Nauplinus calanus
Oikopleura sp.
Trichodesmium thiebautii
86%
Selat Bali pada kedalaman 20 m didominasi oleh spesies Rhizosolenia alata sp.,
30
Pertumbuhan fitoplankton tergantung pada banyak faktor lingkungan,
stabilitas kolom air. Seluruh komponen ini dipengaruhi oleh kekuatan, kecepatan,
dan frekuensi angin, presipitasi curah hujan dan faktor lain yang dapat
lapisan sampai 100 meter pada kondisi tingkat kecerahan tinggi atau kondisi laut
yang bersih.
memberikan dampak pada keberadaan fenomena upwelling yang lebih kuat dan
dalam tiga dekade terakhir sebesar sekitar 0,5 derajat celcius akibat emisi gas
rumah kaca yang semakin memburuk menjadi penyebab perubahan iklim dan
bahwa suhu udara mengalami kenaikan signifikan, dari sekitar 0,1 derajat celcius
antara tahun 1951 hingga 1980, menjadi 0,5 derajat celcius dalam tiga dekade
terakhir. JIka tidak ada upaya pencegahan lebih lanjut, diperkirakan kenaikan
suhu udara mencapai 2,1 hingga 4,6 derajat celcius di tahun 2100 mendatang
(Aji, 2013).
31
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
organisme yang sangat rentan terhadap perubahan suhu, jika suhu pada suatu
kawasan berubah secara derastis maka akan terjadi kematian spesies lokal dan
terjadi invasi spesies. Hal inilah yang menyebabkan plankton menjadi indikator
perubahan iklim.
5.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan dalam praktikum perubahan iklim ini ialah
sebaiknya waktu untuk prktikum jangan terlalu mepet dengan UAS. Supaya
32
DAFTAR PUSTAKA
33