Adoc - Pub - Karya Ilmiah Evi Sulistiani
Adoc - Pub - Karya Ilmiah Evi Sulistiani
KARYA ILMIAH
EVI SULISTIANI
062401049
Diluluskan di
Medan, Juli 2009
Diketahui/Disetujui Oleh
Departemen Kimia FMIPA USU Komisi Pembimbing:
Ketua, Pembimbing
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
PERNYATAAN
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
EVI SULISTIANI
062401049
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
PENGHARGAAN
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah
SWT atas segala limpahan rahmatnya dan karunia-NYA sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini dalam waktu yang telah ditetapkan. Adapun karya ilmiah
yang penulis sajikan berjudul “ Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam
Lemak yang Mudah Menguap (VFA Number) Pada Lateks Dalam Pembuatan Karet
Remah di PT. Bridgestone Sumatra Ruber Estate”. Karya ilmiah ini disusun untuk
melengkapi dan menyelesaikan program Diploma-3 Kimia Analis Fakultas Matematika
dan Ilmu Poengetahuan Alam.
Selesainya karya ilmiah ini juga tak lepas dari bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ayahanda Supoyo Sagita dan Ibunda tercinta Tuti Rusmanti yang telah
memberikan doa dan dukungan baik secara moril maupun materil.
2. Bapak Ngadirin dan Ibu Rita Zahara tersayang yang telah memberikan dukungan
serta doa sampai saya menyelesaikan karya ilmiah ini baik secara materil maupun
moril.
3. Kakanda Sutian Ramadhana yang telah memberikan dukungan dan semangatnya.
4. Adinda Angga, Riza, dan Mimi yang selalu memberikan semangat dan senyuman.
5. Ibu Andriayani,Spd,Msi selaku pembimbing dalam penyeliesaian karya ilmiah ini
yang dengan kemurahan hati serta kesabarab memberikan panduan dan penuh
kepercayaan pada penulis untuk penyempurnaan kajian ini.
6. Ibu Rumondang Bulan, MS selaku ketua Departemen Kimia F-MIPA USU.
7. Untuk seseorang yang teristimewa Dede Rosady yang selalu menemani dan
memberikan dukungan serta doa saat penulisan karya ilmiah ini.
8. Sahabat – sahabat penulis Ika, Erna, Rizka, Yuli, Rina, Jony dan Ajonk yang telah
banyak memberi dorongan semangat dan membantu saat penulisan karya ilmiah
ini.
9. Rekan – rekan Kimia Analis khususnya angkatan 2006 yang tidak dapt disebutkan
satu persatu namanya.
Hanya doa yang bisa penulis panjatkan, kiranya Allah SWT memberikan balasan
atas\kebaikan dari semua pihak tersebut diatas. Penulis menyadari bahwa isi dari tulisan
ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasab kemampuan dan pengetahuan.
Karenanya, kritik dan saran penulis harapkan untuk kesempurnaan tulisan ini. Akhir kata,
penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya dan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan alam.
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
ABSTRAK
Kualitas lateks sangat berpengaruh terhadap mutu karet remah yang akan dihasilkan.
Salah satu parameter yang di analisa pada lateks adalah asam lemak bebas yang mudah
menguap atau Volatile Fatty Acid (VFA). Asam lemak yang terkandung dalam lateks
diperlukan tetapi dalam jumlah tertentu yang sesuai dengan standar SNI yaitu <0,070 jika
melebihi standar yang ditentukan maka akan memberikan efek plastisitas yang buruk.
Asam lemak bebas yang mudah menguap terbentuk karena kegiatan mikroba yang
menguraikan protein menjadi asam lemak untuk itu diperlukan waktu penyimpanan yang
tepat. Penentuan bilangan asam lemak bebas ini dilakukan dengan metode destilasi –
titrasi dengan menggunakan larutan standar Ba(OH)2 0,005 N. Berdasarkan data yang
diperoleh bilangan asam lemak yang menguap memenuhi nilai standar bila disimpan
dalam waktu 0 – 9 jam yaitu 0,04 – 0,06 .
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Abstrak iv
Abstract v
Daftar Isi vi
Daftar Tabel vii
Daftar Gambar viii
BAB 1 Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Permasalahan 3
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3
BAB 2 Tinjauan Pustaka 4
2.1 Lateks 4
2.2 Struktur Kimia Karet 5
2.3 Komposisi Lateks 7
2.4 Pengawetan Lateks 8
2.5 Pengolahan Lateks 9
2.5.1 Penyadapan Lateks 9
2.5.2 Prakoagulasi 12
2.5.3 Penggumpalan Lateks 15
2.6 Pengolahan Karet Remah 16
2.7 Perbedaan Karet Alam dan Karet Sintetis 20
2.7.1 Jenis-Jenis Karet Alam 21
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
2.7.2 Manfaat karet 22
2.8 Asam Lemak Eteris (ALE) 23
BAB 3 Metodologi Percobaan 25
3.1 Alat-Alat 25
3.2 Bahan-Bahan 26
3.3 Prosedur 26
BAB 4 Data dan Pembahasan 28
4.1 Data Percobaan 28
4.2 Perhitungan 29
4.2.1 Penentuan % VFA 29
4.3 Pembahasan 29
BAB 5 Kesimpulan dan Saran 31
5.1 Kesimpulan 31
5.2 Saran 31
Daftar Pustaka 32
Lampiran
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Data Analisa untuk Menentukan Bilangan VFA
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Rumus Bangun Cis 1,4-poliisopren
Gambar 2.2 Fraksi lateks Hevea setelah disentrifuge
Gambar 2.3 Pembuluh lateks
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
BAB I
PENDAHULUAN
Hasil utama tanaman karet (Hevea Brasiliensis) adalah lateks dan koagulum yang
pertama kali ditemukan di Brasil – Amerika Selatan. Karet alam adalah polimer dari
isoprene (2-metil-1,3-butadiena) yang memberikan hasil utama yaitu lateks dan Cup
Lump. Lateks alam atau lateks kebun adalah cairan seperti susu hasil sadapan dari kulit
pohon Hevea Brasiliensis. Cairan ini merupakan sistem koloidal sangat kompleks yang
terdiri dari hidrokarbon karet, karbohidrat, protein, lipida, karoten, dan berbagai bahan
lain.
Lateks adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebut getah yang dikeluarkan
oleh pohon karet (Havea Brasiliensis). Getah tersebut merupakan sitoplasma yang
terkandung di dalam sel-sel pembuluh lateks yang bersifat elastis dan permiabel.
Pembuluh-pembuluh tersebut karena berisi cairan lateks dan sifatnya yang elastis serta
permeabel maka akan memberikan semacam tekanan hidrostatik pada umumnya dikenal
sebagai tekanan turgor, yaitu tekanan dimana pembuluh – pembuluh pada pohon
mengalami penebalan cairan. Semakin banyak cairan yang terdapat dalam pembuluh
lateks tekanan turgor semakin tinggi, sebaliknya jika berkurang tekanan turgor turun.
Prinsip ini antara lain digunakan untuk mempertimbangkan saat yang terbaik dalam
pengambilan lateks dari pohon. Pembuluh lateks berbentuk tabung dan berada disebelah
dalam kulit pohon diluar kambium. Arah pembuluh lateks dalam batang karet agak
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
menyerong membentuk sudut 3,5 0C dari kanan atas kekiri bawah. Penyadapan sebaiknya
dikerjakan pada pagi hari karena tekanan turgor masih tinggi dan mengurangi resiko
leteks. Bagi bidang pengolahan, pengetahuan sifat-sifat lateks seperti struktur dan
komposisi lateks lebih dipentingkan, karena akan berguna dalam menentukan cara-cara
pengolahan lateks dan pembuatan bahan olah yang tepat (PT. Bridgestone Sumatra
Pada dasarnya lateks alam yang dikumpulkan dari pohon karet adalah bersifat
segar tetapi karena adanya asam lemak yang menguap atau disebut juga volatile fatty
acid, akibat laju kerja dari bakteri akan menyebabkan penurunan pH dan pembusukan.
Banyaknya asam lemak yang menguap diindikasikan sebagai bilangan asam lemak yang
menguap (bilangan Volatile Fatty Acid). Lateks segar merupakan media yang baik bagi
rasa bau karena terbentuknya asam-asam yang mudah menguap. Bila banyak organisme
maka senyawa asam yang dihasilkan banyak pula. Salah satu parameter untuk
mengetahui kualitas lateks adalah bilangan Asam Lemak Menguap atau Bilangan Volatile
Fatty Acid (VFA). Bilangan VFA adalah bilangan yang menggambarkan asam-asam di
dalam lateks yang berasal dari penguraian mikroorganisme pada bagian lipida lateks.
Untuk mengetahui bilangan VFA dapat dilakukan dengan destilasi-titrasi, sehingga dapat
diketahui apakah bilangan VFA tersebut sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan
(www.wipo.int,Improvment).
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
1.2. Permasalahan
a. Apakah ada pengaruh waktu penyimpanan terhadap bilangan asam lemak bebas
b. Apakah bilangan asam lemak bebas (VFA) telah sesuai dengan standar ISO – 9001
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui adakah pengaruh waktu penyimpanan lateks terhadap nilai asam
lemak bebas (VFA) dan untuk mengetahui waktu penyimpanan yang diperlukan dalam
menyimpan bahan baku lateks dalam pembuatan karet remah di PT. Bridgestone Sumatra
Rubber Estate.
1.3 Manfaat
b. Mengetahui nilai Volatile Fatty Acid yang sesuai dengan standar perusahaan dan
standar Internasional
c. Analisa Volatile Fatty Acid dapat dijadikan acuan sebagai parameter kualitas dan
stabilitas lateks
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lateks
Hasil yang di ambil dari karet adalah lateks yang diolah menjadi SIR, lateks pekat dan
karet remah. Lateks dapat diperoleh dengan cara menyadap antara kambium dan kulit
pohon yaitu merupakan cairan berwarna putih atau kekuning – kuningan. Pembuluh
lateks itu sendiri adalah suatu sel raksasa yang mempunyai banyak inti sel, oleh sebab itu
lateks sebenarnya adalah protoplasma. Getah yang terkandung didalam sel-sel pembuluh
lateks bersifat elastis dan permeable, pembulu – pembulu tersebut karna berisi cairan
lateks dan sifatnya yang elastis maka akan memberikan semacam tekanan hidrostatik
yang pada umumnya dikenal sebagai tekanan turgor. Semakin banyak cairan yang
terdapat dalam pembuluh lateks tekanan turgor semakin tinggi. Sebaliknya jika tekanan
turgor turun maka cairan yang terdapat didalam lateks semakin rendah. Prinsip ini
digunakan antara lain untuk mempertimbangkan saat yang terbaik dalam pengambilan
Menurut penyelidikan kimia, getah karet atau lateks ini terdiri dari molekul metil.
Sedangkan karet alam merupakan suatu polimer dari isoprene, dimana isoprene adalah
persenyawaan terkecil dari terpen. Nama kimia karet adalah Cis 1,4-poliisioprene dengan
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
rumus umum (C5H8)n. Karet juga merupakan polimer hidrokarbon jenuh dimana jika
getah dipanaskan tanpa udara satu-satunya yang diperoleh adalah hidrokarbon tak jenuh
isoprene. Susunan bahan lateks dibagi menjadi dua komponen, komponen pertama adalah
merata biasa disebut serum. Komponen yang kedua adalah bagian yang didispersikan
atau dipancarkan. Komponen kedua ini terdiri dari butir – butir karet yang dikelilingi
lapisan tipis protein. Sebenarnya sistem koloid bisa dipertahankan agak lama sampai satu
hari lebih, sebab bagian – bagian karet yang dikelilingi oleh lapisan tipis sejenis protein
Lateks yang keluar dari pembuluh lateks adalah dalam keadaan steril, tetapi
karena lateks merupakan media tumbuh yang baik bagi mikroorganisme, maka dengan
cepat akan tercemar oleh mikroba dan kotoran dari lingkungan (udara dan peralatan).
Mikroba akan merombak karbohidrat dan protein menjadi asam lemak eteris (misalnya
asam formiat, asetat, dan propionat). Terbentuknya asam – asam ini di dalam lateks akan
menurunkan pH, sehingga kemantapan lateks menjadi terganggu. Jumlah asam – asam
lemak eteris dalam lateks menggambarkan tingkat kebusukan pada lateks, semakin tinggi
asam lemak eteris, semakin buruk kualitas lateksnya (PT. Bridgestone Sumatra rubber
Estate,2009)
Tiap satu gram lateks mengandung sebanyak 7,4 x 1012 butir karet yang berat tiap
butirnya adalah 0,054 x 1012 mikron. Jumlah partikel karet dan bukan karet yang
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
terkandung didalam lateks tidak tetap tergantung pada macam klon, musim, tanah dan
faktor lain. Partikel karet dalam cairan lateks tersusun atas satuan dasar (monomer)
membentuk rantai yang panjang. Bentuk ikatannya adalah Cis, terjadi diantara atom
nomor 1 dan 4 (kepala dengan ekor) seperti terlihat dalam gambar berikut :
CH3 H CH3 H H R O H R O
C=C C=C N CH C N CH C
monomer didalam rantai polimer. Nilai n dapat berkisar antara 3000 – 15000. Molekul –
molekul polimer karet alam tidak lurus, tetapi melingkar seperti spiral dan ikatan –C-C-
didalam rantai berputar pada sumbunya sehingga memberikan sifat karet yang fleksibel
Partikel karet berbentuk bulat hingga bulat telur, dengan ukuran 0,2 – 0,3 mikron.
Partikel – partikel tersebut terdispersi dalam medium serum yang membentuk sistem
koloidal. Dibawah mikroskop partikel – partikel tersebut bergerak bebas, gerakan ini
dikenal sebagai gerakan brown. Partikel karet diselubungi oleh lapisan fosfolipida dan
protein yang dalam lateks segar (pH 6,8) bermuatan negatif. Karena muatan negatif
tersebut partikel – partikel harus tolak menolak dan dapat melawan gaya gravitasi
sehingga lateks merupakan sistem dispersi yang mantap. Viskositas karet berkorelasi
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
dengan nilai n. Semakin besar nilai n akan semakin panjang rantai molekul karet
menyebabkan sifat viskositas karet semakin tinggi. Karet yang terlalu kental (viscous)
kurang disukai konsumen, karena akan menkonsumsi energi yang besar sewaktu proses
vulkanisasi pada pembuatan barang jadi. Tetapi sebaliknya karet yang viskositasnya
terlalu rendah juga kurang disukai karena sifat barang jadinya tegang sehingga mudah
Apabila lateks Hevea segar dipusingkan pada kecepatan 32.000 putaran permenit (rpm)
Fraksi karet
Fraksi serum
Fraksi bawah
- Fraksi karet, terdiri dari partikel-partikel karet yang berbentuk bulat dengan diameter
0,05 – 3 mikron. Partikel karet diselubungi oleh lapisan pelindung yang terdiri dari
- Fraksi Frey Wessling, terdiri dari partikel – partikel Frey Wessling yang ditemukan
oleh FREY WESSLING. Fraksi ini berwarna kuning karena mengandung karotenida.
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
- Fraksi serum, juga disebut fraksi C (centrifuge serum) mengandung sebagian
komponen bukan karet yaitu air, karbohidrat, protein, dan ion – ion logam.
- Fraksi bawah, terdiri dari partikel – partikel koloid yang bersifat gelatin,
Komposisi kimia lateks Hevea segar secara garis besar adalah 25 – 40 % karet
(poliisoprena (C5H8)n)) dan 60 – 70 % bukan karet. Kandungan bukan karet adalah air
terdiri dari :
- Ion – ion logam sekitar 0,5 % (K, Na, Ca, Mg, Fe, Cu, Mn dan lain – lain).
Komposisi ini bervariasi tergantung pada jenis tanaman, umur tanaman, musim,
sistem deres dan penggunaan stimulan. Lateks adalah suatu sistem koloid dimana partikel
karet dilapisi oleh protein dan fosfolipida terdispersi di dalam air. Lateks segar
protein dan lipida dengan muatan negatif bersifat hidrolik, sehingga berinteraksi dengan
molekul air. Molekul air tersebut sedemikian rupa membentuk lapisan disekeliling
larutan koloid yang mantap (PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009).
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
Lateks pada saat keluar dari pembuluh lateks adalah dalam keadaan steril, tetapi lateks
mempunyai komposisi yang cocok dan sangat baik bagi sebagai media tumbuh
mikroorganisme, sehingga dengan cepat mikroba dari lingkungan akan mencemari lateks.
Pertumbuhan mikroba di dalam lateks sangat pesat yaitu sekitar 1-10 juta sel/ml lateks,
tergantung waktu dan keadaan lingkungan lateks. Mikroba akan merusak bagian-bagian
lateks terutama protein dan karbohidrat yang diubah menjadi asam-asam lemak eteris
yaitu asam-asam yang mudah meguap seperti asam formiat, asetat dan propionat.
menggambarkan tingkat kebusukan lateks. Semakin tinggi bilangan ALE, maka mutu
menjaga mutu (kualitas), maka dalam penanganan lateks kebun harus dijaga kebersihan
lingkungan kebun dan peralatan yang digunakan serta membubuhkan bahan pengawet ke
Bahan pengawet lateks kebun yang banyak digunakan adalah ammonia karena
harganya yang murah dan hasilnya cukup baik. Amonia akan bereaksi dengan air :
Ion OH- yang terbentuk dapat menetralkan asam yang terbentuk oleh kegiatan mikroba,
sehingga pH lateks menjadi naik. Pada pH 9-10 lateks akan bertambah mantap.
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
Ion ammonium (NH4)+ juga dapat mengikat ion logam seperti Ca++ dan Mg++
dengan membentuk senyawa yang tidak larut dalam air. Senyawa ini akan keluar dari
Kelebihan ammonia sebagai pengawet lateks selain karena harganya murah dan
hasilnya cukup baik adalah bahwa ammoniak dengan dosis tinggi bersifat “bactericide”
atau membunuh mikroba dan bila dosis rendah bersifat “bacteristatic” atau menghambat
pengawet ammoniak dengan kadar 0,3-0,7% berat lateks tergantung pada keadaan
tanaman, klon, musim dan lain – lain. Lateks adalah suatu system koloid dimana partikel
karet dilapisis oleh protein dan fosfolipida yang terdispersi dalam air.
Protein terdiri dari asam-asam amino dengan mengandung gugus amina (-NH2)
dan karboksil (-COOH) yang bersifat amfoter (dapat bersifat asam atau basa). Dengan
Lapisan pelindung protein dan lipida dengan muatan negatif bersifat hidrofilik,
sehingga berinteraksi dengan molekul air. Molekul air tersusun sedemikian rupa sehingga
merupakan mata rantai yang pertama dalam produksi karet remah yang dilakukan di
Pembuluh lateks berbentuk tabung dan berada disebelah dalam kulit pohon di luar
kambium. Arah pembuluh lateks dalam batang karet agak menyerong membentuk sudut
Pembuluh Lateks
Pada potongan melintang, nampak pembuluh lateks seperti lubang pipa berbaris yang
tergantung dalam sebuah sarung. Sarung ini melingkari bagian kayu secara konsentris.
Dalam pengambilan lateks perlu diperhatikan letak dan arah pembuluh lateks dan dengan
batang. Penyadapan sebaiknya dikerjakan pada pagi hari karena tekanan turgor tinggi dan
struktur dan komposisi lateks. Bagi bidang pengolahan, sifat – sifat lateks seperti struktur
dan komposisi lateks lebih dipentingkan, karena akan berguna dalam menentukan cara –
cara pengolahan lateks dan pembuatan bahan olah yang tepat. Kesalahan pada
penyadapan akan membawa akibat yang sangat merugikan bagi produksinya. Apabila
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
hujan sejak dini hari penyadapan harus dimulai agak siang, karena penyadapan setelah
hujan atau terpaksa dilakukan pada saat hujan, akan menghasilkan lateks yang bersifat
encer dan mudah keluar dari alur sadapan 3 – 4 jam setelah penyadapan dilaksanakan.
Kenaikan suhu di dalam tempat pengumpulan lateks dapat mangakibatkan pemuaian butir
– butir karet sehingga akan terjadi prakoagulasi. Oleh sebab itu setelah selesai
pengumpulan lateks ember pengumpul janganlah ditaruh ditempat yang terkena sinar
matahari langsung. Untuk menghindari hal ini sering digunakan anti koagulasi. Tetapi
pemakaiannya harus dibatasi karena penambahan asam yang berlebihan dalam proses
Rubber Estate,2009)
2.5.2 Prakoagulasi
Pada saat mulai keluar dari pohon hingga beberapa jam lateks masih berupa cairan, tetapi
setelah kira – kira 9 jam lateks mulai mengental dan selanjutnya membentuk gumpalan
1. Prakoagulasi spontan
2. Prakoagulasi buatan
bakteri, aromanya sangat berbeda dari yang segar dan pada hari berikutnya akan tercium
asam.
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
Prakoagulasi terjadi karena kemantapan bagian koloidal yang terkandung dalam
lateks berkurang. Bagian – bagian koloidal ini kemudian menggumpal menjadi satu dan
membentuk komponen yang berukuran lebih besar. Komponen koloidal yang lebih ini
akan membeku. Inilah yang menyebabkan terjadinya prakoagulasi. Getah karet atau
lateks sebenarnya merupakan suspensi koloidal dari air dan bahan – bahan kimia yang
terkandung di dalamnya. Bagian – bagian yang terkandung tersebut tidak larut sempurna,
melainkan terpencar secara homogen atau merata di dalam air. Partikel – partikel kolidal
1. Penambahan Asam
titik isoelektriknya sehingga lateks kebun membeku (pH lateks kebun 6,8).
2. Mikroorganisme
air atau pada alat – alat yang digunakan). Suhu udara yang tinggi akan lebih
3. Iklim
Air hujan membawa zat penyamak, kotoran, dan garam yang larut dari kulit batang.
Zat – zat ini akan mengkatalis terjadinya prakoagulasi. Lateks yang baru saja disadap
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
juga mudah menggumpal jika terkena sinar matahari yang terik karena koloidnya
4. Pengangkutan
Pengangkutan yang terlambat ataupun jarak yang jauh menyebabkan lateks baru tiba
ditempat pengolahan pada siang hari dan sempat terkena matahari sehingga
menggangu kestabilan lateks. Jalan yang buruk atau angkutan yang guncang –
guncang mengakibatkan lateks yang diangkut terkocok – kocok secara kuat sehingga
kotoran atau bahan lain yang mengandung kapur atau asam ( Mohammad., 1998)
Selain langkah – langkah yang dapat dihindarkan seperti diatas dapat juga
- Soda (Na2CO3)
Harganya lebih murah. Terdapat dalam bentuk tepung dan juga dalam bentuk kristal,
bersifat higroskopis (mudah menyerap air) jika disimpan dalam keadaan terbuka,
dapat disimpan lebih lama dalam bentuk larutan. Karena bereaksi basa, mudah
- Amoniak
Terdapat dalam dua bentuk yaitu dalam bentuk gas dan dalam bentuk cairan. Yang
biasa digunakan adalah amoniak dalam bentuk cairan. Amoniak mudah menguap,
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
jika cara penyimpanannya kurang baik, maka khasiatnya akan menurun. Amoniak
mikroorganisme.
Terdapat dalam dua bentuk, yaitu dalam bentuk tepung, tidak mengandung air dan
dalam bentuk kristal yang mengandung air. Jika disimpan dalam keadaan terbuka,
khasiatnya akan manurun, maka sebaiknya dibuat larutan induk 10% yang dapat
disimpan dalam botol tertutup. Zat ini bereaksi basa dan dapat membunuh
mikroorganisme.
- Formalin (HCOH)
Sudah jarang digunakan pada saat sekarang. Bentuknya cair. Perlu dibuat larutan
Proses penggumpalan (koagulasi) lateks terjadi karena penetralan muatan partikel karet,
sehingga daya interaksi karet dengan pelindungnya menjadi hilang. Partikel karet yang
asam, dengan menurunkan pH sehingga tercapai titik isoelektrik dimana muatan positif
protein seimbang dengan muatan negatif sehingga elektrokinetis potensial sama dengan
nol. Senyawa-senyawa penggumpal yang sering digunakan dalam proses koagulasi lateks
antara lain:
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
- Asam semut disebut juga asam formiat (CHOOH), berupa cairan yang jernih dan
- Asam cuka disebut juga asam asetat (CH3COOH), berupa cairan jernih, tidak
Asam formiat atau asam asetat banyak digunakan sebagai asam penggumpal karena karet
yang dihasilkan bermutu baik. Sedangkan penggunaan asam kuat seperti asam sulfat atau
nitrat dapat merusak mutu karet yang digumpalkan. Petani karet sering menggunakan
tawas (Al3+) sebagai bahan penggumpal lateks. Sifat karet yang digumpalkan dengan
tawas kurang baik, karena dapat mempertinggi kadar abu dan kotoran karet. Selain itu
semakin tinggi konsentrasi logam akan mempercepat oksidasi karet oleh udara
Sebelum diolah di pabrik, bahan baku Lateks akan dianalisa kualitasnya terlebih
dahulu. Jika kualitas lateksnya bagus, maka dapat langsung diterima untuk langsung
diolah. Bahan baku dari lump, baik yang berasal dari kebun sendiri atau pembelian
dari luar (OP) akan melalui process Pre-cleaning (pembersihan) dan proses maturasi
(pengurangan kadar air) di lokasi BIN. Jumlah raw material yang diterima/ ditransfer
akan dicatat di dalam Dokumen Pengambilan Harian Bahan Baku BSRE (CR – 31)
Raw material dari Raw material Dept dibongkar di dalam area ini untuk diproses.
Jenis karet dikenal di dalam pabrik menggunakan Continuous Belt. Jumlah Raw
material dicatat di dalam Daily Raw Material Transfer Out (CR – 34) dan di dalam
3. Prebeaker 1
Alat ini mempunyai 2 Contra – Rotating Screws yang memaksa karet melalui sebuah
Coarse Die Plate. Sebuah external rotating knife memotong lembaran karet
4. Rotary Screen
Alat ini mempunyai Rotating Sreeen yang secara efektif mengeluarkan pasir dan
kedalam tank kecil. Disini karet dibersihkan dari kotoran-kotoran dan kotoran tersebut
6. Bucket Conveyor 1
Karet dikeluarkan kembali dari tank tanpa terikut air kemudian dipindahkan kembali
ke peralatan berikutnya.
kedalam tank kecil. Disini kotoran dibersihkan dari karet dan diendapkan.
8. Bucket Conveyor 2
Karet dikeluarkan kembali dari tank tanpa terikat air kemudian dipindahkan kembali
ke peralatan berikutnya.
9. Prebeaker 2
Alat ini mempunyai 2 Contra – Rotating Screws yang memaksa karet melaui sebuah
Coarse Die Plate. Sebuah eternal rotating knife memotong lembaran karet
kedalam tank kecil. Disini kotoran dibersihkan dari karet dan diendapkan.
Karet dikeluarkan kembali dari tank tanpa terikut air kemudian dipindahkan kembali
keperalatan berikutnya.
Rotating Knife yang berputar dengan kecepatan tinggi dan memaksa karet melalui
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
Setelah melewati proses yang menggunakan peralatan diatas, karet dimasukkan ke
dalam tank kecil. Disini kotoran dibersihkan dari karet dan diendapkan.
Karet dikeluarkan kembali dari tank tanpa terikut air kemudian dipindahkan kembali
ke peralatan berikunya.
Karet dicuci dan dicampur di dalam tank bentuk oval menggunakan air pangkalan
Karet dikeluarkan kembali dari tank tanpa terikut air kemudian dipindahkan kembali
keperalatan berikutnya.
17. Extruder 1
Alat ini berisi sebuah screw tunggal yang memaksa karet melalui plate berlubang
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
Crumb extrudate dimasukkan dalam aliran udara dari sebuah Blower. Extrudate
dipindahkan secara Pneumatic ke Trolley Filling Station dan terpisah dari udara
Partikel karet mungkin terkontaminasi dengan plastik atau hal lain akan dipisahkan
Extrudate masuk kedalam trolley yang telah disekat – sekat dan harus diperiksa dari
kontaminasi. Dryer Trolley harus dibersihkan secara rutin dan diawasi dengan mutu
22. Pengeringan
Dryer Trolley dilewatkan melalui Box Dryer. Pengaturan pengering (Dryer Setting)
dengan suhu 1300-1350C dan waktu pengeringan 14 menit untuk tiap trolley. Hasil
crumb dari dryer ditest dan diawasi secara teratur oleh pihak factory dan QCD. Dryer
Karet kemudian dikeluarkan dari Dryer Trolley dan ditempatkan di atas meja pallet
untuk didinginkan kemudian ditimbang 35 kg. Karet kemudian dipres dengan ukuran
Sampel diambil dari setiap 9 bandela, untuk mewakili Crumb Rubber yang akan diuji
parameternya di QCD. Masing- masing sudut diagonal sampel yang berlawanan arah
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
dipotong secara bersebrangan dengan berat kira – kira 500 – 700 gr. Sampel segera
Conveyor. Jika bendela terkontaminasi logam, maka Belt Conveyor akan berhenti
bergerak dan lampu signal akan menjadi aktif. Kemudian bendeka tersebut akan
Unit yang telah lengkap (1 pallet = 36 bandela) kemudian disimpan dan menunggu
Walaupun karet alam sekarang jumlah produksi dan konsumsinya jauh dibawah karet
sintesis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat digantikan
dengan karet sintesis. Bagaimanapun keunggulan yang dimiliki karet alam sulit
ditandingi oleh karet sintesis. Adapun kelebihan – kelebihan karet alam dibanding karet
sintesis adalah :
Bila ada pihak yang menginginkan karet sintesis dalam jumlah tertentu, maka
biasanya pengiriman atau suplai barang tersebut jarang mengalami kesulitan. Hal ini sulit
diharapkan dari karet alam. Harga dan pasokan karet alam selalu mengalami perubahan,
Ada beberapa macam karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan olahan ada
yang setengah jadi atau sudah jadi. Ada juga karet yang diolah kembali berdasarkan
bahan karet yang sudah jadi. Jenis – jenis karet alam yang di kenal luas adalah :
Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang diperoleh
dari pohon karet Havea brasiliensis. Menurut pengolahannya, bahan oleh karet
dibagi menajdi empat macam yaitu lateks kebun, sheet angin, slab tipis dan lump
segar.
- Karet konvensional
Jenis ini pada dasarnya hanya terdiri dari golongan karet sheet dan crepe
Merupakan karet alam yang dibuat khusus sehingga terjamin mutu teknisnya.
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
- Karet reklim
Karet reklim adalah karet ayang diolah kembali dari barang-barang karet bekas,
- Lateks pekat
Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk
padatan dan lembaran lainnya. Biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk
- Karet bongkah
Crumb rubber adalah karet alam yang dibuat khusus sehingga terjamin mutu
teknisnya. Penetapan mutu juga didasarkan pada sifat – sifat teknis. Warna atau
penilaian visual yang menjadi dasar penentuan golongan mutu pada jenis karet
sheet, crape maupun lateks pekat tidak berlaku pada jenis ini (Zuhra.,2006)
1. Karet Alam
Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Barang yang dibuat dari
karet alam antara lain ban kendaraan, sepatu karet, penggerak mesin, pipa karet, kabel,
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
Bahan baku karet banyak digunakan untuk membuat perlengkapan seperti sekat
atau tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran. Pemakaian lapisan karet pada
pintu, kaca pintu, kaca mobil dan alat-alat lain membuat pintu terpasang kuat dan tahan
getar sehingga tidak tembus air. Dalam pembuatan jembatan sebagai penahan getaran
juga digunakan karet. Alat-alat rumah tangga dan kantor seperti kursi, lem, perekat kasur
busa serta peralatan menulis juga menggunakan karet sebagai bahan pembuatnya.
2. Karet Sintesis
Karet sintesis memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh karet alam, maka
dalam pembuatan beberapa jenis barang digunakan bahan baku karet sintesis.
Jenis NBR (Nytrile Butadiene Rubber) yang memiliki ketahanan tinggi minyak
biasa digunakan dalam pembuatan pipa karet pembungkus kabel dan lain lain. Sifat
kedap gas yang dimiliki oleh jenis IIR (Isobutene Isoprene Rubber) dapat dimanfaatkan
Bilangan Volatile Fatty Acid adalah bilangan yang menunjukkan jumlah asam-asam
lemak yang terdapat dalam lateks. Asam karboksilat akan menurunkan nilai pH mencapai
nilai titik isoelektrik sehingga menyebabkan lateks membeku dan terjadilah prakoagulasi.
Mikroorganisme akan merombak kandungan bukan karet lateks, seperti karbohidrat, lipid
dan protein menjadi asam lemak yang mudah menguap jenis asam lemak yang memiliki
rantai pendek sejenis asam lemak eteris misalnya asam formiat, asam asetat dan asam
tinggi jumlah asam-asam yang dihasilkan ini maka kualitas karetnya akan semakin buruk.
Asam lemak adalah senyawa pembangun lipid yang termasuk golongan lipida
sederhana. Jika trigliserida dihidrolisis dengan alkali kemudian diasamkan akan diperoleh
gliserol dengan asam-asam lemak. Asam lemak mempuyai struktur kimia yang sama
dengan asam karboksilat. Perbedaan sifat asam lemak terletak pada panjang rantai serta
jumlah dan posisi ikatan rangkapnya. Asam lemak yang terdapat pada lateks Hevea
adalah jenis asam karboksilat rantai pendek yang mudah menguap dan memiliki bobot
molekul rendah. Asam lemak ini dihasilkan dari kegiatan mikroorganisme yang
menguraikan komposisi lipida lateks Hevea. Secara umum mikroorganisme jenis bakteri
mengandung asam lemak sangat sedikit dan berbentuk sederhana. Sifat fisis dari asam
lemak mencerminkan ikatan hidrogen kuat antar molekulnya. Suatu sifat khusus dari
asam karboksilat yang berat molekulnya rendah adalah baunya yang khas. Asam
karboksilat dijumpai dalam bentuk uap karena sepasang molekulnya saling berikatan
hidrogen. Asam lemak eteris (ALE) adalah asam lemak yang menguap dan terbentuk
karena kegiatan mikroba dalam lateks. Kandungan ALE dapat menentukan tingkat
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat-Alat
- Desikator
- Oven Gallenhamp
- Hotplate
- Elektrode
- Boiler
- Markham still
- Mikroburet pyrex
- Bola karet
- Termometer pyrex
- PH meter Ecosean
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
- Batang pengaduk
- Steam boiler
- Corong
3.2 Bahan-Bahan
- Lateks pekat
- Ba(OH)2 0,005 M
- Akuades
- (NH2)SO4 30%
- H2SO4 50%
3.3 Prosedur
lateks ke dalam petridish. Panaskan lateks di atas hotplate dengan mengatur temperatur
sebesar 105 oC sampai sampel lateks kering. Didinginkan lateks yang telah mengering
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
Analisa VFA lateks:
Untuk menganalisa nilai VFA terlebih dahulu dihitung % TSC dan % DRC dari
lateks. Setelah itu dimasukkan 50 gr sampel lateks kedalam gelas beker, kemudian
Dipanaskan diatas hotplate sampai terbentuk serum jernih dan lateks terlihat
menggumpal, disaring serum dari koagulum lateks dengan menggunakan kertas saring
whatmen. Dipipet sebanyak 25 ml serum lateks yang sudah disaring dan dimasukkan
dihidupkan boiler untuk dilakukan pemanasan selama 15 menit dengan keadaan pipa
keluaran steam harus terbuka. Kemudian dimasukkan serum dengan pipet volum kedalam
Markham Still sebanyak 10ml. Ditampung hasil destilasi sebanyak 100 ml kedalam gelas
beker 250 ml. Kemudian ditambahkan 1 tetes indikator Brom Timol Blue 0,5 %. Dititrasi
dengan larutan Ba(OH)2 0,005 M hingga terjadi perubahan warna menjadi hijau pada titik
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
BAB 4
4.1 Data
(ml)
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
8 7 1,8 1,5 33,90 30,90 0,050
4.2 Perhitungan
faktor = 134,64
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
134,64(0,005)(1,1) 50(100 − 30,46)
%VFA0 = x 50 +
50(33,46) 100(1,02)
= 0,038
= 0,038
= 0,044
4.3 Pembahasan
Asam lemak bebas (VFA) merupakan salah satu parameter yang harus dianalisis dalam
meningkatkan mutu karet remah. Asam lemak bebas akan semakin tinggi apabila lateks
disimpan dalam waktu yang lama. Hal ini disebabkan oleh bakteri yang dapat
berkembang biak karena amoniak sebagai antikoagulan akan menguap dan lateks akan
menggumpal. Mikroba akan merombak karbohidrat dan protein menjadi asam lemak
eteris (misalnya asam formiat, asetat, dan propionat). Terbentuknya asam – asam ini di
dalam lateks akan menurunkan pH, sehingga kemantapan lateks menjadi terganggu.
Jumlah asam – asam lemak eteris dalam lateks menggambarkan tingkat kebusukan pada
lateks, semakin tinggi asam lemak eteris, semakin buruk kualitas lateksnya. Apabila asam
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
lemak bebas (VFA) tidak sesuai dengan standar maka akan mengakibatkan kerugian
ekonomis.
Dari data yang diperoleh dapat diketahui waktu penyimpanan yang baik untuk
mendapatkan nilai VFA yang sesuai dengan standar yaitu berkisar 0 – 9 jam, dimana nilai
VFA yang diperoleh adalah 0,04 – 0,06. Ini menunjukkan bahwa lateks yang dihasilkan
dapat diolah menjadi bahan baku karet remah SIR 3WF. Sedangkan lateks yang disimpan
dalam waktu lebih dari 9 jam akan menjadi kogulasi (gumpalan) yang akan diolah
BAB V
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa yang dilakukan telah diketahui untuk mendapatkan mutu lateks
yang baik, maka lateks yang diolah harus dalam waktu penyimpanan maksimum 8 – 9
jam sehingga nilai VFA yang diperoleh sekitar 0,04 – 0,06 sehingga tidak melebihi dari
standar perusahaan yaitu < 0,070. Semakin lama lateks disimpan maka nilai VFA yang
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
diperoleh akan semakin besar, apabila kadar VFA > 0,070 maka hasil dari lateks pekat
yang dihasilkan akan memiliki kualitas yang tidak baik, sehingga kemantapannya juga
berkurang.
5.2 Saran
alat yang digunakan pada saat pengolahan lateks menjadi karet remah agar hasil yang
menjaga kualitas dari parameter lainnya yang telah sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
PT. Bridgestone Sumatra Rubber Esatate, 2008. Pematang siantar : Serbalawan
Tim Penulis PS. 2004. Karet, Budi Daya dan Pengolahan, Strategi Pemasaran. Cetakan
ke-10. Jakarta : Penebar Swadaya.
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
Lampiran 1. Hasil perhitungan nilai VFA dalam waktu penyimpanan 3 sampai 14 jam
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
134,64(0,005)(1,35) 50(100 − 30,68)
%VFA3 = x 50 +
50(33,68) 100(1,02)
= 0,045
= 0,047
= 0,047
= 0,048
= 0,050
= 0,051
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
134,64(0,005)(2,0) 50(100 − 30,81)
%VFA9 = x 50 +
50(33,81) 100(1,02)
= 0,06
= 0,085
= 0,114
= 0,131
= 0,262
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
Lampiran 2. Grafik nilai VFA lateks simpanan pada Bulking Tank
0,3
0,25
0,2
% VFA
0,15 %VFA
0,1
0,05
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Waktu Penyimpanan (Jam)
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
Lampiran 3. Proses pengolahan Crumb Rubber (karet remah) di Pabrik NB1
Belt Koagulu
Crusher Crushe
Conveyor m Slab
Tank r Mill
Bucket Washing/
Prebreake Washing/ Conveyo
Setting Cyclone
r #1
Pnoumatic Bucket
Dryer Extrude
Transfer Conveyor
Trolley System #2
lateks
Lateks TankYes
PH Min = 9.5 Inform Field to add
No Ammonia Water
Off Loading to
Bulking Tank
Stirer Lateks
for 1 hour
Collage
Lateks
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
Add Ammonia Gas
Lateks Bulking
Tank PH = 10,5 or Water
No
Test VFA-KOH-DRC-TSC
& %NH 2 (Lateks Quality
Receiveing Data)
Centrifuge Process
Dillution and
Coagulation
Tabel 1. Standar Spesifikasi Mutu Lateks Pekat Pusingan Munurut PT Bridgestone
Sumatra Rubber Estate
Drying
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
Sumber: Data PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate 22 Februari 2008
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
In spect
9 VFA (%max)
10 KOH
11 DRC (%max)
12 TSC (max)
13 Lovibond (max) - -
Keterangan:
VM = Volatile matter
PO = Original Plasticity
PRI = Plasticity Retention Index
ASHT = Accelerated Storage Hardening Test
ML1+4= Mooney Viscometer
VFA = Volatile Fatty Acid (Asam Lemak Eteris)
DRC = Dry Rubber Content (Kadar Karet Kering)
TSC = Total Solid Content
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.