Anda di halaman 1dari 52

PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP NILAI ASAM LEMAK

YANG MUDAH MENGUAP (VFA) PADA LATEKS DALAM PEMBUATAN


KARET REMAH DI PT. BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE

KARYA ILMIAH

EVI SULISTIANI

062401049

PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP


NILAI ASAM LEMAK YANG MUDAH MENGUAP
(VFA) PADA LATEKS DALAM PEMBUATAN
KARET REMAH DI PT. BRIDGESTONE SUMATRA
RUBBER ESTATE
Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : EVI SULISTIANI
Nomor Induk Mahasiswa : 062401049
Program Studi : DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di
Medan, Juli 2009

Diketahui/Disetujui Oleh
Departemen Kimia FMIPA USU Komisi Pembimbing:
Ketua, Pembimbing

Dr.Rumondang Bulan,MS. Andriayani,Spd,Msi


NIP 131 459 466 NIP 132 240 513

Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
PERNYATAAN

PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP NILAI ASAM LEMAK YANG


MUDAH MENGUAP (VFA) PADA LATEKS DALAM PEMBUATAN KARET
REMAH DI PT. BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2009

EVI SULISTIANI

062401049

Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
PENGHARGAAN

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah
SWT atas segala limpahan rahmatnya dan karunia-NYA sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini dalam waktu yang telah ditetapkan. Adapun karya ilmiah
yang penulis sajikan berjudul “ Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam
Lemak yang Mudah Menguap (VFA Number) Pada Lateks Dalam Pembuatan Karet
Remah di PT. Bridgestone Sumatra Ruber Estate”. Karya ilmiah ini disusun untuk
melengkapi dan menyelesaikan program Diploma-3 Kimia Analis Fakultas Matematika
dan Ilmu Poengetahuan Alam.
Selesainya karya ilmiah ini juga tak lepas dari bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ayahanda Supoyo Sagita dan Ibunda tercinta Tuti Rusmanti yang telah
memberikan doa dan dukungan baik secara moril maupun materil.
2. Bapak Ngadirin dan Ibu Rita Zahara tersayang yang telah memberikan dukungan
serta doa sampai saya menyelesaikan karya ilmiah ini baik secara materil maupun
moril.
3. Kakanda Sutian Ramadhana yang telah memberikan dukungan dan semangatnya.
4. Adinda Angga, Riza, dan Mimi yang selalu memberikan semangat dan senyuman.
5. Ibu Andriayani,Spd,Msi selaku pembimbing dalam penyeliesaian karya ilmiah ini
yang dengan kemurahan hati serta kesabarab memberikan panduan dan penuh
kepercayaan pada penulis untuk penyempurnaan kajian ini.
6. Ibu Rumondang Bulan, MS selaku ketua Departemen Kimia F-MIPA USU.
7. Untuk seseorang yang teristimewa Dede Rosady yang selalu menemani dan
memberikan dukungan serta doa saat penulisan karya ilmiah ini.
8. Sahabat – sahabat penulis Ika, Erna, Rizka, Yuli, Rina, Jony dan Ajonk yang telah
banyak memberi dorongan semangat dan membantu saat penulisan karya ilmiah
ini.
9. Rekan – rekan Kimia Analis khususnya angkatan 2006 yang tidak dapt disebutkan
satu persatu namanya.
Hanya doa yang bisa penulis panjatkan, kiranya Allah SWT memberikan balasan
atas\kebaikan dari semua pihak tersebut diatas. Penulis menyadari bahwa isi dari tulisan
ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasab kemampuan dan pengetahuan.
Karenanya, kritik dan saran penulis harapkan untuk kesempurnaan tulisan ini. Akhir kata,
penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya dan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan alam.

Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
ABSTRAK

Kualitas lateks sangat berpengaruh terhadap mutu karet remah yang akan dihasilkan.
Salah satu parameter yang di analisa pada lateks adalah asam lemak bebas yang mudah
menguap atau Volatile Fatty Acid (VFA). Asam lemak yang terkandung dalam lateks
diperlukan tetapi dalam jumlah tertentu yang sesuai dengan standar SNI yaitu <0,070 jika
melebihi standar yang ditentukan maka akan memberikan efek plastisitas yang buruk.
Asam lemak bebas yang mudah menguap terbentuk karena kegiatan mikroba yang
menguraikan protein menjadi asam lemak untuk itu diperlukan waktu penyimpanan yang
tepat. Penentuan bilangan asam lemak bebas ini dilakukan dengan metode destilasi –
titrasi dengan menggunakan larutan standar Ba(OH)2 0,005 N. Berdasarkan data yang
diperoleh bilangan asam lemak yang menguap memenuhi nilai standar bila disimpan
dalam waktu 0 – 9 jam yaitu 0,04 – 0,06 .

Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Abstrak iv
Abstract v
Daftar Isi vi
Daftar Tabel vii
Daftar Gambar viii
BAB 1 Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Permasalahan 3
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3
BAB 2 Tinjauan Pustaka 4
2.1 Lateks 4
2.2 Struktur Kimia Karet 5
2.3 Komposisi Lateks 7
2.4 Pengawetan Lateks 8
2.5 Pengolahan Lateks 9
2.5.1 Penyadapan Lateks 9
2.5.2 Prakoagulasi 12
2.5.3 Penggumpalan Lateks 15
2.6 Pengolahan Karet Remah 16
2.7 Perbedaan Karet Alam dan Karet Sintetis 20
2.7.1 Jenis-Jenis Karet Alam 21
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
2.7.2 Manfaat karet 22
2.8 Asam Lemak Eteris (ALE) 23
BAB 3 Metodologi Percobaan 25
3.1 Alat-Alat 25
3.2 Bahan-Bahan 26
3.3 Prosedur 26
BAB 4 Data dan Pembahasan 28
4.1 Data Percobaan 28
4.2 Perhitungan 29
4.2.1 Penentuan % VFA 29
4.3 Pembahasan 29
BAB 5 Kesimpulan dan Saran 31
5.1 Kesimpulan 31
5.2 Saran 31

Daftar Pustaka 32
Lampiran

Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Data Analisa untuk Menentukan Bilangan VFA

Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Rumus Bangun Cis 1,4-poliisopren
Gambar 2.2 Fraksi lateks Hevea setelah disentrifuge
Gambar 2.3 Pembuluh lateks

Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hasil utama tanaman karet (Hevea Brasiliensis) adalah lateks dan koagulum yang

pertama kali ditemukan di Brasil – Amerika Selatan. Karet alam adalah polimer dari

isoprene (2-metil-1,3-butadiena) yang memberikan hasil utama yaitu lateks dan Cup

Lump. Lateks alam atau lateks kebun adalah cairan seperti susu hasil sadapan dari kulit

pohon Hevea Brasiliensis. Cairan ini merupakan sistem koloidal sangat kompleks yang

terdiri dari hidrokarbon karet, karbohidrat, protein, lipida, karoten, dan berbagai bahan

lain.

Lateks adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebut getah yang dikeluarkan

oleh pohon karet (Havea Brasiliensis). Getah tersebut merupakan sitoplasma yang

terkandung di dalam sel-sel pembuluh lateks yang bersifat elastis dan permiabel.

Pembuluh-pembuluh tersebut karena berisi cairan lateks dan sifatnya yang elastis serta

permeabel maka akan memberikan semacam tekanan hidrostatik pada umumnya dikenal

sebagai tekanan turgor, yaitu tekanan dimana pembuluh – pembuluh pada pohon

mengalami penebalan cairan. Semakin banyak cairan yang terdapat dalam pembuluh

lateks tekanan turgor semakin tinggi, sebaliknya jika berkurang tekanan turgor turun.

Prinsip ini antara lain digunakan untuk mempertimbangkan saat yang terbaik dalam

pengambilan lateks dari pohon. Pembuluh lateks berbentuk tabung dan berada disebelah

dalam kulit pohon diluar kambium. Arah pembuluh lateks dalam batang karet agak
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
menyerong membentuk sudut 3,5 0C dari kanan atas kekiri bawah. Penyadapan sebaiknya

dikerjakan pada pagi hari karena tekanan turgor masih tinggi dan mengurangi resiko

prakoagulasi. Penyadapan merupakan bidang eksplotasi seperti struktur dan komposisi

leteks. Bagi bidang pengolahan, pengetahuan sifat-sifat lateks seperti struktur dan

komposisi lateks lebih dipentingkan, karena akan berguna dalam menentukan cara-cara

pengolahan lateks dan pembuatan bahan olah yang tepat (PT. Bridgestone Sumatra

Rubber Estate, 2009).

Pada dasarnya lateks alam yang dikumpulkan dari pohon karet adalah bersifat

segar tetapi karena adanya asam lemak yang menguap atau disebut juga volatile fatty

acid, akibat laju kerja dari bakteri akan menyebabkan penurunan pH dan pembusukan.

Banyaknya asam lemak yang menguap diindikasikan sebagai bilangan asam lemak yang

menguap (bilangan Volatile Fatty Acid). Lateks segar merupakan media yang baik bagi

pertumbuhan mikroorganisme. Mikroorganisme ini menghasilkan asam-asam yang

menurunkan pH mencapai titik isoelektrik sehingga lateks membeku dan menimbulkan

rasa bau karena terbentuknya asam-asam yang mudah menguap. Bila banyak organisme

maka senyawa asam yang dihasilkan banyak pula. Salah satu parameter untuk

mengetahui kualitas lateks adalah bilangan Asam Lemak Menguap atau Bilangan Volatile

Fatty Acid (VFA). Bilangan VFA adalah bilangan yang menggambarkan asam-asam di

dalam lateks yang berasal dari penguraian mikroorganisme pada bagian lipida lateks.

Untuk mengetahui bilangan VFA dapat dilakukan dengan destilasi-titrasi, sehingga dapat

diketahui apakah bilangan VFA tersebut sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan

(www.wipo.int,Improvment).
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
1.2. Permasalahan

a. Apakah ada pengaruh waktu penyimpanan terhadap bilangan asam lemak bebas

(VFA) pada lateks dalam pembuatan karet remah

b. Apakah bilangan asam lemak bebas (VFA) telah sesuai dengan standar ISO – 9001

yang telah di tetapkan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui adakah pengaruh waktu penyimpanan lateks terhadap nilai asam

lemak bebas (VFA) dan untuk mengetahui waktu penyimpanan yang diperlukan dalam

menyimpan bahan baku lateks dalam pembuatan karet remah di PT. Bridgestone Sumatra

Rubber Estate.

1.3 Manfaat

a. Meningkatkan wawasan Ilmu Pengetahuan dan teknologi bagi penulis terutama

dalam bidang Kimia Analis

b. Mengetahui nilai Volatile Fatty Acid yang sesuai dengan standar perusahaan dan

standar Internasional

c. Analisa Volatile Fatty Acid dapat dijadikan acuan sebagai parameter kualitas dan

stabilitas lateks

Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lateks

Hasil yang di ambil dari karet adalah lateks yang diolah menjadi SIR, lateks pekat dan

karet remah. Lateks dapat diperoleh dengan cara menyadap antara kambium dan kulit

pohon yaitu merupakan cairan berwarna putih atau kekuning – kuningan. Pembuluh

lateks itu sendiri adalah suatu sel raksasa yang mempunyai banyak inti sel, oleh sebab itu

lateks sebenarnya adalah protoplasma. Getah yang terkandung didalam sel-sel pembuluh

lateks bersifat elastis dan permeable, pembulu – pembulu tersebut karna berisi cairan

lateks dan sifatnya yang elastis maka akan memberikan semacam tekanan hidrostatik

yang pada umumnya dikenal sebagai tekanan turgor. Semakin banyak cairan yang

terdapat dalam pembuluh lateks tekanan turgor semakin tinggi. Sebaliknya jika tekanan

turgor turun maka cairan yang terdapat didalam lateks semakin rendah. Prinsip ini

digunakan antara lain untuk mempertimbangkan saat yang terbaik dalam pengambilan

lateks dari pohon( Solihin.,1998)

Menurut penyelidikan kimia, getah karet atau lateks ini terdiri dari molekul metil.

Sedangkan karet alam merupakan suatu polimer dari isoprene, dimana isoprene adalah

persenyawaan terkecil dari terpen. Nama kimia karet adalah Cis 1,4-poliisioprene dengan
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
rumus umum (C5H8)n. Karet juga merupakan polimer hidrokarbon jenuh dimana jika

getah dipanaskan tanpa udara satu-satunya yang diperoleh adalah hidrokarbon tak jenuh

isoprene. Susunan bahan lateks dibagi menjadi dua komponen, komponen pertama adalah

bagian yang mendispersikan atau memancarkan bahan-bahan yang terkandung secara

merata biasa disebut serum. Komponen yang kedua adalah bagian yang didispersikan

atau dipancarkan. Komponen kedua ini terdiri dari butir – butir karet yang dikelilingi

lapisan tipis protein. Sebenarnya sistem koloid bisa dipertahankan agak lama sampai satu

hari lebih, sebab bagian – bagian karet yang dikelilingi oleh lapisan tipis sejenis protein

yang mengelilingi tersebut. Dengan berkurangnya kestabilan ini terjadilah prakoagulasi.

Lateks yang keluar dari pembuluh lateks adalah dalam keadaan steril, tetapi

karena lateks merupakan media tumbuh yang baik bagi mikroorganisme, maka dengan

cepat akan tercemar oleh mikroba dan kotoran dari lingkungan (udara dan peralatan).

Mikroba akan merombak karbohidrat dan protein menjadi asam lemak eteris (misalnya

asam formiat, asetat, dan propionat). Terbentuknya asam – asam ini di dalam lateks akan

menurunkan pH, sehingga kemantapan lateks menjadi terganggu. Jumlah asam – asam

lemak eteris dalam lateks menggambarkan tingkat kebusukan pada lateks, semakin tinggi

asam lemak eteris, semakin buruk kualitas lateksnya (PT. Bridgestone Sumatra rubber

Estate,2009)

2.2 Struktur Kimia Karet

Tiap satu gram lateks mengandung sebanyak 7,4 x 1012 butir karet yang berat tiap

butirnya adalah 0,054 x 1012 mikron. Jumlah partikel karet dan bukan karet yang
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
terkandung didalam lateks tidak tetap tergantung pada macam klon, musim, tanah dan

faktor lain. Partikel karet dalam cairan lateks tersusun atas satuan dasar (monomer)

isoperna atau 2-metil-butadiena (C5H6) yang mengadakan polimerisasi antar molekulnya

membentuk rantai yang panjang. Bentuk ikatannya adalah Cis, terjadi diantara atom

nomor 1 dan 4 (kepala dengan ekor) seperti terlihat dalam gambar berikut :

CH3 H CH3 H H R O H R O

C=C C=C N CH C N CH C

CH2 CH2 CH2 CH2 - n n

Karet Alam Protein


Gambar 2.1 Rumus bangun Cis 1,4-poliisoprena (karet alam)

Dimana n adalah derajat polimerisasi yaitu bilangan yang menunjukkan jumlah

monomer didalam rantai polimer. Nilai n dapat berkisar antara 3000 – 15000. Molekul –

molekul polimer karet alam tidak lurus, tetapi melingkar seperti spiral dan ikatan –C-C-

didalam rantai berputar pada sumbunya sehingga memberikan sifat karet yang fleksibel

yaitu dapat ditarik ( Rubber.,1983)

Partikel karet berbentuk bulat hingga bulat telur, dengan ukuran 0,2 – 0,3 mikron.

Partikel – partikel tersebut terdispersi dalam medium serum yang membentuk sistem

koloidal. Dibawah mikroskop partikel – partikel tersebut bergerak bebas, gerakan ini

dikenal sebagai gerakan brown. Partikel karet diselubungi oleh lapisan fosfolipida dan

protein yang dalam lateks segar (pH 6,8) bermuatan negatif. Karena muatan negatif

tersebut partikel – partikel harus tolak menolak dan dapat melawan gaya gravitasi

sehingga lateks merupakan sistem dispersi yang mantap. Viskositas karet berkorelasi
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
dengan nilai n. Semakin besar nilai n akan semakin panjang rantai molekul karet

menyebabkan sifat viskositas karet semakin tinggi. Karet yang terlalu kental (viscous)

kurang disukai konsumen, karena akan menkonsumsi energi yang besar sewaktu proses

vulkanisasi pada pembuatan barang jadi. Tetapi sebaliknya karet yang viskositasnya

terlalu rendah juga kurang disukai karena sifat barang jadinya tegang sehingga mudah

putus dan kurang baik (Ompusunggu.,1987.

2.3 Komposisi Lateks Hevea

Apabila lateks Hevea segar dipusingkan pada kecepatan 32.000 putaran permenit (rpm)

selama satu jam, maka akan terbentuk empat fraksi.

Fraksi karet

Fraksi Frey Wessling

Fraksi serum

Fraksi bawah

Gambar 2.3 Fraksi lateks Hevea setelah disentrifuge

- Fraksi karet, terdiri dari partikel-partikel karet yang berbentuk bulat dengan diameter

0,05 – 3 mikron. Partikel karet diselubungi oleh lapisan pelindung yang terdiri dari

protein dan lipida yang berfungsi sebagai pemantap.

- Fraksi Frey Wessling, terdiri dari partikel – partikel Frey Wessling yang ditemukan

oleh FREY WESSLING. Fraksi ini berwarna kuning karena mengandung karotenida.
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
- Fraksi serum, juga disebut fraksi C (centrifuge serum) mengandung sebagian

komponen bukan karet yaitu air, karbohidrat, protein, dan ion – ion logam.

- Fraksi bawah, terdiri dari partikel – partikel koloid yang bersifat gelatin,

mengandung senyawa nitrogen, ion – ion kalsium dan magnesium.

Komposisi kimia lateks Hevea segar secara garis besar adalah 25 – 40 % karet

(poliisoprena (C5H8)n)) dan 60 – 70 % bukan karet. Kandungan bukan karet adalah air

terdiri dari :

- Protein 1 – 15 % (glubin dan havein)

- Karbohidrat 1 – 2 % ( sukrosa, glukosa, galaktosa, dan fruktosa)

- Lipida 1 – 1,5 % ( gliserida, kholesterol dan fosfolipida)

- Ion – ion logam sekitar 0,5 % (K, Na, Ca, Mg, Fe, Cu, Mn dan lain – lain).

Komposisi ini bervariasi tergantung pada jenis tanaman, umur tanaman, musim,

sistem deres dan penggunaan stimulan. Lateks adalah suatu sistem koloid dimana partikel

karet dilapisi oleh protein dan fosfolipida terdispersi di dalam air. Lateks segar

mempunyai pH ± 6,8 sehingga partikel karet bermuatan negatif. Lapisan pelindung

protein dan lipida dengan muatan negatif bersifat hidrolik, sehingga berinteraksi dengan

molekul air. Molekul air tersebut sedemikian rupa membentuk lapisan disekeliling

partikel karet menyebabkan partikel – pertikel karet tersebut terdispersi membentuk

larutan koloid yang mantap (PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009).

2.4 Pengawetan Lateks

Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
Lateks pada saat keluar dari pembuluh lateks adalah dalam keadaan steril, tetapi lateks

mempunyai komposisi yang cocok dan sangat baik bagi sebagai media tumbuh

mikroorganisme, sehingga dengan cepat mikroba dari lingkungan akan mencemari lateks.

Pertumbuhan mikroba di dalam lateks sangat pesat yaitu sekitar 1-10 juta sel/ml lateks,

tergantung waktu dan keadaan lingkungan lateks. Mikroba akan merusak bagian-bagian

lateks terutama protein dan karbohidrat yang diubah menjadi asam-asam lemak eteris

yaitu asam-asam yang mudah meguap seperti asam formiat, asetat dan propionat.

Terbentuknya asam-asam di dalam lateks akan menurunkan pH, sehingga kemantapan

lateks menjadi terganggu. Jumlah asam-asam lemak eteris di dalam lateks

menggambarkan tingkat kebusukan lateks. Semakin tinggi bilangan ALE, maka mutu

lateks semakin buruk (Ompusunggu,1987).

Untuk mencegah pertumbuhan mikroba di dalam lateks kaitannya dengan

menjaga mutu (kualitas), maka dalam penanganan lateks kebun harus dijaga kebersihan

lingkungan kebun dan peralatan yang digunakan serta membubuhkan bahan pengawet ke

dalam lateks sedini mungkin.

Bahan pengawet lateks kebun yang banyak digunakan adalah ammonia karena

harganya yang murah dan hasilnya cukup baik. Amonia akan bereaksi dengan air :

NH3 + H2O NH4OH NH4+ + OH-

Ion OH- yang terbentuk dapat menetralkan asam yang terbentuk oleh kegiatan mikroba,

sehingga pH lateks menjadi naik. Pada pH 9-10 lateks akan bertambah mantap.

Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
Ion ammonium (NH4)+ juga dapat mengikat ion logam seperti Ca++ dan Mg++

dengan membentuk senyawa yang tidak larut dalam air. Senyawa ini akan keluar dari

sistem koloid, sehingga lateks akan bertambah mantap.

NH4+ + Mg++ + PO43- MgNH4PO4

NH4+ + Ca++ + PO43- CaNH4PO4

Kelebihan ammonia sebagai pengawet lateks selain karena harganya murah dan

hasilnya cukup baik adalah bahwa ammoniak dengan dosis tinggi bersifat “bactericide”

atau membunuh mikroba dan bila dosis rendah bersifat “bacteristatic” atau menghambat

pertumbuhan mikroba. Untuk mencegah pertumbuhan bakteri tersebut biasa digunakan

pengawet ammoniak dengan kadar 0,3-0,7% berat lateks tergantung pada keadaan

tanaman, klon, musim dan lain – lain. Lateks adalah suatu system koloid dimana partikel

karet dilapisis oleh protein dan fosfolipida yang terdispersi dalam air.

Protein terdiri dari asam-asam amino dengan mengandung gugus amina (-NH2)

dan karboksil (-COOH) yang bersifat amfoter (dapat bersifat asam atau basa). Dengan

sifat amfoter maka pH lingkungan sangat berperan terhadap kemantapan lateks.

Lapisan pelindung protein dan lipida dengan muatan negatif bersifat hidrofilik,

sehingga berinteraksi dengan molekul air. Molekul air tersusun sedemikian rupa sehingga

membentuk lapisan disekeliling partikel karet menyebabkan partikel-partikel karet

tersebut terdispersi membentuk larutan koloid yang mantap (Ompusunggu.,1987)

2.5 Pengolahan Lateks

2.5.1. Penyadapan Lateks


Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
Pemungutan hasil tanaman karet dengan istilah penyadapan, penyadapan karet

merupakan mata rantai yang pertama dalam produksi karet remah yang dilakukan di

kebun produksi, untuk memperoleh lateks atau getah.

Pembuluh lateks berbentuk tabung dan berada disebelah dalam kulit pohon di luar

kambium. Arah pembuluh lateks dalam batang karet agak menyerong membentuk sudut

3,5o dari kanan atas ke kiri bawah.

Pembuluh Lateks

Gambar 2.5.1 Pembuluh lateks

Pada potongan melintang, nampak pembuluh lateks seperti lubang pipa berbaris yang

tergantung dalam sebuah sarung. Sarung ini melingkari bagian kayu secara konsentris.

Dalam pengambilan lateks perlu diperhatikan letak dan arah pembuluh lateks dan dengan

kedalaman tertentu mendekati kambium karena akan menghambat pemulihan kulit

batang. Penyadapan sebaiknya dikerjakan pada pagi hari karena tekanan turgor tinggi dan

mengurangi resiko prakoagulasi. Penyadapan merupakan bidang eksploitasi seperti

struktur dan komposisi lateks. Bagi bidang pengolahan, sifat – sifat lateks seperti struktur

dan komposisi lateks lebih dipentingkan, karena akan berguna dalam menentukan cara –

cara pengolahan lateks dan pembuatan bahan olah yang tepat. Kesalahan pada

penyadapan akan membawa akibat yang sangat merugikan bagi produksinya. Apabila

Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
hujan sejak dini hari penyadapan harus dimulai agak siang, karena penyadapan setelah

hujan atau terpaksa dilakukan pada saat hujan, akan menghasilkan lateks yang bersifat

encer dan mudah keluar dari alur sadapan 3 – 4 jam setelah penyadapan dilaksanakan.

Kenaikan suhu di dalam tempat pengumpulan lateks dapat mangakibatkan pemuaian butir

– butir karet sehingga akan terjadi prakoagulasi. Oleh sebab itu setelah selesai

pengumpulan lateks ember pengumpul janganlah ditaruh ditempat yang terkena sinar

matahari langsung. Untuk menghindari hal ini sering digunakan anti koagulasi. Tetapi

pemakaiannya harus dibatasi karena penambahan asam yang berlebihan dalam proses

koagulasi juga dapat menghambat proses pengeringan. ( PT. Bridgestone Sumatra

Rubber Estate,2009)

2.5.2 Prakoagulasi

Pada saat mulai keluar dari pohon hingga beberapa jam lateks masih berupa cairan, tetapi

setelah kira – kira 9 jam lateks mulai mengental dan selanjutnya membentuk gumpalan

karet. Penggumpalan (Prakoagulasi) dapat dibagi dua yaitu :

1. Prakoagulasi spontan

2. Prakoagulasi buatan

Penggumpalan spontan biasanya terjadi disebabkan oleh pengaruh enzim dan

bakteri, aromanya sangat berbeda dari yang segar dan pada hari berikutnya akan tercium

bau busuk. Sedangkan penggumpalan buatan biasanya dilakukan dengan penambaha

asam.

Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
Prakoagulasi terjadi karena kemantapan bagian koloidal yang terkandung dalam

lateks berkurang. Bagian – bagian koloidal ini kemudian menggumpal menjadi satu dan

membentuk komponen yang berukuran lebih besar. Komponen koloidal yang lebih ini

akan membeku. Inilah yang menyebabkan terjadinya prakoagulasi. Getah karet atau

lateks sebenarnya merupakan suspensi koloidal dari air dan bahan – bahan kimia yang

terkandung di dalamnya. Bagian – bagian yang terkandung tersebut tidak larut sempurna,

melainkan terpencar secara homogen atau merata di dalam air. Partikel – partikel kolidal

ini sedemikian kecil halusnya sehingga dapat menembus saringan.

Penyebab terjadinya prakoagulasi antara lain sebagi berikut :

1. Penambahan Asam

Penambahan asam organik ataupun anorganik mengakibatkan turunnya pH lateks

titik isoelektriknya sehingga lateks kebun membeku (pH lateks kebun 6,8).

2. Mikroorganisme

Lateks segar merupakan media pertumbuhan yang baik bagi mikroorganisme,

mikroorganisme banyak terdapat dilingkungan perkebunan karet (pepohonan, udara,

air atau pada alat – alat yang digunakan). Suhu udara yang tinggi akan lebih

mengaktifkan kegiatan bakteri, sehingga dalam penyadapan ataupun pengangkutan

diusahakan pada suhu rendah atau pagi.

3. Iklim

Air hujan membawa zat penyamak, kotoran, dan garam yang larut dari kulit batang.

Zat – zat ini akan mengkatalis terjadinya prakoagulasi. Lateks yang baru saja disadap
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
juga mudah menggumpal jika terkena sinar matahari yang terik karena koloidnya

rusak oleh panas yang terjadi.

4. Pengangkutan

Pengangkutan yang terlambat ataupun jarak yang jauh menyebabkan lateks baru tiba

ditempat pengolahan pada siang hari dan sempat terkena matahari sehingga

menggangu kestabilan lateks. Jalan yang buruk atau angkutan yang guncang –

guncang mengakibatkan lateks yang diangkut terkocok – kocok secara kuat sehingga

merusak kestabilan koloid.

5. Kotoran atau bahan –bahan lain yang bercampur

Lateks akan mengalami prakoagulasi juga sering terjadi karena tercampurnya

kotoran atau bahan lain yang mengandung kapur atau asam ( Mohammad., 1998)

Selain langkah – langkah yang dapat dihindarkan seperti diatas dapat juga

digunakan zat antikoagulan antara lain :

- Soda (Na2CO3)

Harganya lebih murah. Terdapat dalam bentuk tepung dan juga dalam bentuk kristal,

bersifat higroskopis (mudah menyerap air) jika disimpan dalam keadaan terbuka,

dapat disimpan lebih lama dalam bentuk larutan. Karena bereaksi basa, mudah

membetuk gelembung-gelembung udara pada lateks (CO2). Adanya gelembung-

gelembung udara itu akan menurunkan kualitas hasil pengolahan lateks.

- Amoniak

Terdapat dalam dua bentuk yaitu dalam bentuk gas dan dalam bentuk cairan. Yang

biasa digunakan adalah amoniak dalam bentuk cairan. Amoniak mudah menguap,
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
jika cara penyimpanannya kurang baik, maka khasiatnya akan menurun. Amoniak

tidak menimbulkan gelembung-gelembung udara, dan dapat membunuh

mikroorganisme.

- Natrium sulfit (NaSO3)

Terdapat dalam dua bentuk, yaitu dalam bentuk tepung, tidak mengandung air dan

dalam bentuk kristal yang mengandung air. Jika disimpan dalam keadaan terbuka,

khasiatnya akan manurun, maka sebaiknya dibuat larutan induk 10% yang dapat

disimpan dalam botol tertutup. Zat ini bereaksi basa dan dapat membunuh

mikroorganisme.

- Formalin (HCOH)

Sudah jarang digunakan pada saat sekarang. Bentuknya cair. Perlu dibuat larutan

induk sebelum penggunaannya ( Zuhra., 2006)

2.5.3. Penggumpalan Lateks

Proses penggumpalan (koagulasi) lateks terjadi karena penetralan muatan partikel karet,

sehingga daya interaksi karet dengan pelindungnya menjadi hilang. Partikel karet yang

sudah bebas akan bergabung sesamanya membentuk gumpalan.

Penggumpalan karet di dalam lateks kebun dapat dilakukan dengan penambahan

asam, dengan menurunkan pH sehingga tercapai titik isoelektrik dimana muatan positif

protein seimbang dengan muatan negatif sehingga elektrokinetis potensial sama dengan

nol. Senyawa-senyawa penggumpal yang sering digunakan dalam proses koagulasi lateks

antara lain:
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
- Asam semut disebut juga asam formiat (CHOOH), berupa cairan yang jernih dan

tidak berwarna, berbau merangsang dan mudah larut dalam air.

- Asam cuka disebut juga asam asetat (CH3COOH), berupa cairan jernih, tidak

berwarna dan mudah larut dalam air.

Asam formiat atau asam asetat banyak digunakan sebagai asam penggumpal karena karet

yang dihasilkan bermutu baik. Sedangkan penggunaan asam kuat seperti asam sulfat atau

nitrat dapat merusak mutu karet yang digumpalkan. Petani karet sering menggunakan

tawas (Al3+) sebagai bahan penggumpal lateks. Sifat karet yang digumpalkan dengan

tawas kurang baik, karena dapat mempertinggi kadar abu dan kotoran karet. Selain itu

semakin tinggi konsentrasi logam akan mempercepat oksidasi karet oleh udara

menyebabkan terjadi pengusangan karet dan PRI menjadi rendah. (Ompusunggu.,1987)

2.6 Pengolahan Karet Remah

Proses pengolahan karet remah terbagi atas bebarapa bagian yaitu:

1. Raw Material (Bahan Baku)

Sebelum diolah di pabrik, bahan baku Lateks akan dianalisa kualitasnya terlebih

dahulu. Jika kualitas lateksnya bagus, maka dapat langsung diterima untuk langsung

diolah. Bahan baku dari lump, baik yang berasal dari kebun sendiri atau pembelian

dari luar (OP) akan melalui process Pre-cleaning (pembersihan) dan proses maturasi

(pengurangan kadar air) di lokasi BIN. Jumlah raw material yang diterima/ ditransfer

akan dicatat di dalam Dokumen Pengambilan Harian Bahan Baku BSRE (CR – 31)

dan Dokumen Taksiran Persediaan Harian (CR – 11).


Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
2. Belt Conveyor 1

Raw material dari Raw material Dept dibongkar di dalam area ini untuk diproses.

Jenis karet dikenal di dalam pabrik menggunakan Continuous Belt. Jumlah Raw

material dicatat di dalam Daily Raw Material Transfer Out (CR – 34) dan di dalam

Daily Stock Position Estimation (CR – 11)

3. Prebeaker 1

Alat ini mempunyai 2 Contra – Rotating Screws yang memaksa karet melalui sebuah

Coarse Die Plate. Sebuah external rotating knife memotong lembaran karet

menghasilkan gumpalan –gumpalan ukuran sedang. Prebeaker berfungsi memperkecil

ukuran, mengeluarkan serum dan kotoran.

4. Rotary Screen

Alat ini mempunyai Rotating Sreeen yang secara efektif mengeluarkan pasir dan

kotoran –kotoran lain.

5. Washing Setting Tank 1

Setelah melewati proses yang mengggunakan peralatan diatas, karet dimasukkan

kedalam tank kecil. Disini karet dibersihkan dari kotoran-kotoran dan kotoran tersebut

akan mengendap di dasar tanki.

6. Bucket Conveyor 1

Karet dikeluarkan kembali dari tank tanpa terikut air kemudian dipindahkan kembali

ke peralatan berikutnya.

7. Washing Setting Tank 2


Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
Setelah melewati proses yang menggunakan peralatan di atas, karet dimasukkan

kedalam tank kecil. Disini kotoran dibersihkan dari karet dan diendapkan.

8. Bucket Conveyor 2

Karet dikeluarkan kembali dari tank tanpa terikat air kemudian dipindahkan kembali

ke peralatan berikutnya.

9. Prebeaker 2

Alat ini mempunyai 2 Contra – Rotating Screws yang memaksa karet melaui sebuah

Coarse Die Plate. Sebuah eternal rotating knife memotong lembaran karet

menghasilkan gumpalan-gumpalan ukuran sedang. Prebeaker berfungsi memperkecil

ukuran, mengeluarkan serum pada kotoran.

10. Washing Settling Tank 3

Setelah melewati proses yang menggunakan peralatan diatas, karet dimasukkan

kedalam tank kecil. Disini kotoran dibersihkan dari karet dan diendapkan.

11. Bucket Conveyor 2

Karet dikeluarkan kembali dari tank tanpa terikut air kemudian dipindahkan kembali

keperalatan berikutnya.

12. Hammer Mill

Alat ini menurunkan ujuran partikel dan membersihkan kotoran menggunakan

Rotating Knife yang berputar dengan kecepatan tinggi dan memaksa karet melalui

sebuah Fixed Screen dan mengubah bentuknya menjadi chunk-chunk.

13. Washing Setting Tank 4

Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
Setelah melewati proses yang menggunakan peralatan diatas, karet dimasukkan ke

dalam tank kecil. Disini kotoran dibersihkan dari karet dan diendapkan.

14. Bucket Conveyor 4

Karet dikeluarkan kembali dari tank tanpa terikut air kemudian dipindahkan kembali

ke peralatan berikunya.

15. Venturi Tank

Karet dicuci dan dicampur di dalam tank bentuk oval menggunakan air pangkalan

(water jetting). Terdapat sebuah buffer stock untuk proses operasi.

16. Bucket Conveyor 5

Karet dikeluarkan kembali dari tank tanpa terikut air kemudian dipindahkan kembali

keperalatan berikutnya.

17. Extruder 1

Alat ini berisi sebuah screw tunggal yang memaksa karet melalui plate berlubang

besar. Kecepatan Extruder memotong yang tinggi menghasilkan butiran – butiran

Crumb berukuran kecil. Extruder menurunkan ukuran partikel selain itu

mempermudah pengeringan dan mengeluarkan serum serta kotoran.

18. Chemical Dosing Sistem (Sistem Penakaran Kimia)

Dilakukan dalam menggunakan bermacam-macam bahan kimia, sistem penakaran

biasa digunakan dalam penambahan larutan Propionic Hidrazide dengan istilah

pabrik adalah WP25 kedalam Extrudate sebagai penstabil viskosotas.

19. Pneumatic Transfer Sistem

Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
Crumb extrudate dimasukkan dalam aliran udara dari sebuah Blower. Extrudate

dipindahkan secara Pneumatic ke Trolley Filling Station dan terpisah dari udara

dengan menggunakan aliran gas Cyclone. Extrudate dijatuhkan kedalam Trolley.

20. Air Classifier

Partikel karet mungkin terkontaminasi dengan plastik atau hal lain akan dipisahkan

pada kantung plastik.

21. Dryer Trolley (Lori Pengering)

Extrudate masuk kedalam trolley yang telah disekat – sekat dan harus diperiksa dari

kontaminasi. Dryer Trolley harus dibersihkan secara rutin dan diawasi dengan mutu

dari produk akhir.

22. Pengeringan

Dryer Trolley dilewatkan melalui Box Dryer. Pengaturan pengering (Dryer Setting)

dengan suhu 1300-1350C dan waktu pengeringan 14 menit untuk tiap trolley. Hasil

crumb dari dryer ditest dan diawasi secara teratur oleh pihak factory dan QCD. Dryer

setting dicatat pada Processing Chart (CR -05).

23. Penimbangan Bendela

Karet kemudian dikeluarkan dari Dryer Trolley dan ditempatkan di atas meja pallet

untuk didinginkan kemudian ditimbang 35 kg. Karet kemudian dipres dengan ukuran

+ 70 x 30 x 20 cm. Bendela kemudian dipindahkan ke meja sampel dengan Roller.

24. Pemeriksaan Sampel

Sampel diambil dari setiap 9 bandela, untuk mewakili Crumb Rubber yang akan diuji

parameternya di QCD. Masing- masing sudut diagonal sampel yang berlawanan arah
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
dipotong secara bersebrangan dengan berat kira – kira 500 – 700 gr. Sampel segera

dibungkus dan diberi label kemudian dikirim untuk dianalisa.

25. Alat Pendeteksi Logam (Metal Detektor)

Bandela kemudian dilewatkan melalui Metal Detektor dengan menggunakan Belt

Conveyor. Jika bendela terkontaminasi logam, maka Belt Conveyor akan berhenti

bergerak dan lampu signal akan menjadi aktif. Kemudian bendeka tersebut akan

dipisahkan oleh petugas QCD.

26. Penyimpanan (Storage) di gudang

Unit yang telah lengkap (1 pallet = 36 bandela) kemudian disimpan dan menunggu

waktu untuk dieksport (PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate.,2009)

2.7 Perbedaan Karet Alam dengan Karet Sintesis

Walaupun karet alam sekarang jumlah produksi dan konsumsinya jauh dibawah karet

sintesis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat digantikan

dengan karet sintesis. Bagaimanapun keunggulan yang dimiliki karet alam sulit

ditandingi oleh karet sintesis. Adapun kelebihan – kelebihan karet alam dibanding karet

sintesis adalah :

- Memiliki daya elastis atau daya lenting sempurna

- Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah

- Mempunyai daya aus yang tinggi

- Tidak mudah panas (low heat build up) dan

- Memiliki daya tahan tinggi terhadap keretakan (groove cracking resistance)


Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
Walaupun demikian, karet sintesis juga memiliki kelebihan, antara lain :

- Tahan terhadap zat kimia, dan

- Harganya yang cenderung dapat dipertahankan.

Bila ada pihak yang menginginkan karet sintesis dalam jumlah tertentu, maka

biasanya pengiriman atau suplai barang tersebut jarang mengalami kesulitan. Hal ini sulit

diharapkan dari karet alam. Harga dan pasokan karet alam selalu mengalami perubahan,

bahkan kadang – kadang bergejolak (Tim Penulis.,PS, 1999)

2.7.1 Jenis – Jenis Karet Alam

Ada beberapa macam karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan olahan ada

yang setengah jadi atau sudah jadi. Ada juga karet yang diolah kembali berdasarkan

bahan karet yang sudah jadi. Jenis – jenis karet alam yang di kenal luas adalah :

- Bahan olah karet

Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang diperoleh

dari pohon karet Havea brasiliensis. Menurut pengolahannya, bahan oleh karet

dibagi menajdi empat macam yaitu lateks kebun, sheet angin, slab tipis dan lump

segar.

- Karet konvensional

Jenis ini pada dasarnya hanya terdiri dari golongan karet sheet dan crepe

- Karet spedifikasi teknis

Merupakan karet alam yang dibuat khusus sehingga terjamin mutu teknisnya.
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
- Karet reklim

Karet reklim adalah karet ayang diolah kembali dari barang-barang karet bekas,

terutama ban-ban mobil bekas dan bekas ban-ban berjalan

- Lateks pekat

Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk

padatan dan lembaran lainnya. Biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk

pembuatan bahan-bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi.

- Karet bongkah

Merupakan karet remah yang telah dikeringkan menjadi bandela-bandela dengan

ukuran yang telah ditentukan.

- Karet spesifikasi teknis (crumb rubber)

Crumb rubber adalah karet alam yang dibuat khusus sehingga terjamin mutu

teknisnya. Penetapan mutu juga didasarkan pada sifat – sifat teknis. Warna atau

penilaian visual yang menjadi dasar penentuan golongan mutu pada jenis karet

sheet, crape maupun lateks pekat tidak berlaku pada jenis ini (Zuhra.,2006)

2.7.2 Manfaat Karet

1. Karet Alam

Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Barang yang dibuat dari

karet alam antara lain ban kendaraan, sepatu karet, penggerak mesin, pipa karet, kabel,

isolator dan lain-lain.

Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
Bahan baku karet banyak digunakan untuk membuat perlengkapan seperti sekat

atau tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran. Pemakaian lapisan karet pada

pintu, kaca pintu, kaca mobil dan alat-alat lain membuat pintu terpasang kuat dan tahan

getar sehingga tidak tembus air. Dalam pembuatan jembatan sebagai penahan getaran

juga digunakan karet. Alat-alat rumah tangga dan kantor seperti kursi, lem, perekat kasur

busa serta peralatan menulis juga menggunakan karet sebagai bahan pembuatnya.

2. Karet Sintesis

Karet sintesis memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh karet alam, maka

dalam pembuatan beberapa jenis barang digunakan bahan baku karet sintesis.

Jenis NBR (Nytrile Butadiene Rubber) yang memiliki ketahanan tinggi minyak

biasa digunakan dalam pembuatan pipa karet pembungkus kabel dan lain lain. Sifat

kedap gas yang dimiliki oleh jenis IIR (Isobutene Isoprene Rubber) dapat dimanfaatkan

untuk pembuatan ban kendaraan bermotor ( Zuhra.,2006)

2.8 Volatile Fatty Acid (Asam Lemak Menguap)

Bilangan Volatile Fatty Acid adalah bilangan yang menunjukkan jumlah asam-asam

lemak yang terdapat dalam lateks. Asam karboksilat akan menurunkan nilai pH mencapai

nilai titik isoelektrik sehingga menyebabkan lateks membeku dan terjadilah prakoagulasi.

Mikroorganisme akan merombak kandungan bukan karet lateks, seperti karbohidrat, lipid

dan protein menjadi asam lemak yang mudah menguap jenis asam lemak yang memiliki

rantai pendek sejenis asam lemak eteris misalnya asam formiat, asam asetat dan asam

propionat. Banyaknya asam-asam lemak mudah menguap didalam lateks


Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
menggambarkan tingkat kebusukan lateks, semakin tinggi jumlah asam-asam lemak

mudah menguap didalam lateks menggambarkan tingkat kebusukan lateks, semakin

tinggi jumlah asam-asam yang dihasilkan ini maka kualitas karetnya akan semakin buruk.

Asam lemak adalah senyawa pembangun lipid yang termasuk golongan lipida

sederhana. Jika trigliserida dihidrolisis dengan alkali kemudian diasamkan akan diperoleh

gliserol dengan asam-asam lemak. Asam lemak mempuyai struktur kimia yang sama

dengan asam karboksilat. Perbedaan sifat asam lemak terletak pada panjang rantai serta

jumlah dan posisi ikatan rangkapnya. Asam lemak yang terdapat pada lateks Hevea

adalah jenis asam karboksilat rantai pendek yang mudah menguap dan memiliki bobot

molekul rendah. Asam lemak ini dihasilkan dari kegiatan mikroorganisme yang

menguraikan komposisi lipida lateks Hevea. Secara umum mikroorganisme jenis bakteri

mengandung asam lemak sangat sedikit dan berbentuk sederhana. Sifat fisis dari asam

lemak mencerminkan ikatan hidrogen kuat antar molekulnya. Suatu sifat khusus dari

asam karboksilat yang berat molekulnya rendah adalah baunya yang khas. Asam

karboksilat dijumpai dalam bentuk uap karena sepasang molekulnya saling berikatan

hidrogen. Asam lemak eteris (ALE) adalah asam lemak yang menguap dan terbentuk

karena kegiatan mikroba dalam lateks. Kandungan ALE dapat menentukan tingkat

kesegaran lateks kebun ( PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate.,2009)

Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat-Alat

- Neraca analitis Mettler Toledo

- Desikator

- Oven Gallenhamp

- Hotplate

- Elektrode

- Boiler

- Markham still

- Mikroburet pyrex

- Gelas beaker 500 ml pyrex

- Gelas ukur 100 ml pyrex

- Pipet volume pyrex

- Bola karet

- Termometer pyrex

- PH meter Ecosean
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
- Batang pengaduk

- Erlenmeyer 500 ml pyrex

- Kertas saring Whatmen No.42

- Steam boiler

- Corong

- Petridish No. 01-10

3.2 Bahan-Bahan

- Lateks pekat

- Ba(OH)2 0,005 M

- Indikator BTB 0,5%

- Akuades

- (NH2)SO4 30%

- H2SO4 50%

3.3 Prosedur

Analisa TSC lateks:

Ditimbang petridish bersama dengan tutupnya, kemudian dimasukkan 2 gr sampel

lateks ke dalam petridish. Panaskan lateks di atas hotplate dengan mengatur temperatur

sebesar 105 oC sampai sampel lateks kering. Didinginkan lateks yang telah mengering

beserta petridishnya. Setelah itu dapat dihitung % TSC pada lateks.

Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
Analisa VFA lateks:

Untuk menganalisa nilai VFA terlebih dahulu dihitung % TSC dan % DRC dari

lateks. Setelah itu dimasukkan 50 gr sampel lateks kedalam gelas beker, kemudian

ditambahkan 50 ml (NH4)SO4 30 % kedalam gelas beker yang berisi sampel lateks.

Dipanaskan diatas hotplate sampai terbentuk serum jernih dan lateks terlihat

menggumpal, disaring serum dari koagulum lateks dengan menggunakan kertas saring

whatmen. Dipipet sebanyak 25 ml serum lateks yang sudah disaring dan dimasukkan

kedalam Erlenmeyer. Ditambahkan 5 ml larutan H2SO4 50 % dan diaduk hingga rata,

dihidupkan boiler untuk dilakukan pemanasan selama 15 menit dengan keadaan pipa

keluaran steam harus terbuka. Kemudian dimasukkan serum dengan pipet volum kedalam

Markham Still sebanyak 10ml. Ditampung hasil destilasi sebanyak 100 ml kedalam gelas

beker 250 ml. Kemudian ditambahkan 1 tetes indikator Brom Timol Blue 0,5 %. Dititrasi

dengan larutan Ba(OH)2 0,005 M hingga terjadi perubahan warna menjadi hijau pada titik

akhir titrasi. Setelah itu dapat dihitung % VFA yang diperoleh.

Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
BAB 4

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data

Tabel 1: Data Analisa Lateks Dengan Penambahan Ba(OH)2 0,005M

No Waktu Ba(OH)2 Diff TSC DRC VFA

(jam) 0,005M (ml) (%) (%) (%)

(ml)

1 0 1,4 1,1 33,46 30,46 0,038

2 1 1,5 1,2 35,74 32,74 0,038

3 2 1,6 1,3 33,48 30,48 0,044

4 3 1,65 1,35 33,68 30,68 0,045

5 4 1,7 1,4 33,64 30,64 0,047

6 5 1,7 1,4 33,50 30,50 0,047

7 6 1,75 1,45 33,79 30,79 0,048

Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
8 7 1,8 1,5 33,90 30,90 0,050

9 8 1,8 1,5 33,29 30,29 0,051

10 9 2,3 2,0 33,81 30,81 0,067

11 10 2,8 2,5 33,03 30,03 0,085

12 11 3,7 3,4 33,62 30,62 0,114

13 12 4,3 4,0 34.34 31,34 0,131

14 13 5,2 4,9 34,97 31,97 1,157

15 14 8,3 8,0 34,40 31,40 0,262

4.2 Perhitungan

134,64 c v   m (100 − DRC ) 


% VFA =   x 50 + 
 m %TSC   100 p 

Dimana: c = konsentrasi larutan Ba(OH)2

v = volume larutan Ba(OH)2 yang digunakan untuk destilasi (ml)

m = massa lateks (gr)

DRC = kadar karet kering dari lateks (%)

TSC = massa total dari lateks (%)

p = densitas dari serum (1,02)

faktor = 134,64

Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
134,64(0,005)(1,1)   50(100 − 30,46) 
%VFA0 =   x 50 + 
 50(33,46)   100(1,02) 

= 0,038

134,64(0,005)(1,2)   50(100 − 32,74) 


%VFA1 =   x 50 + 
 50(35,74)   100(1,02) 

= 0,038

134,64(0,005)(1,3)   50(100 − 30,48) 


%VFA2 =   x 50 + 
 50(33,48)   100(1,02) 

= 0,044

4.3 Pembahasan

Asam lemak bebas (VFA) merupakan salah satu parameter yang harus dianalisis dalam

meningkatkan mutu karet remah. Asam lemak bebas akan semakin tinggi apabila lateks

disimpan dalam waktu yang lama. Hal ini disebabkan oleh bakteri yang dapat

berkembang biak karena amoniak sebagai antikoagulan akan menguap dan lateks akan

menggumpal. Mikroba akan merombak karbohidrat dan protein menjadi asam lemak

eteris (misalnya asam formiat, asetat, dan propionat). Terbentuknya asam – asam ini di

dalam lateks akan menurunkan pH, sehingga kemantapan lateks menjadi terganggu.

Jumlah asam – asam lemak eteris dalam lateks menggambarkan tingkat kebusukan pada

lateks, semakin tinggi asam lemak eteris, semakin buruk kualitas lateksnya. Apabila asam

Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
lemak bebas (VFA) tidak sesuai dengan standar maka akan mengakibatkan kerugian

ekonomis.

Dari data yang diperoleh dapat diketahui waktu penyimpanan yang baik untuk

mendapatkan nilai VFA yang sesuai dengan standar yaitu berkisar 0 – 9 jam, dimana nilai

VFA yang diperoleh adalah 0,04 – 0,06. Ini menunjukkan bahwa lateks yang dihasilkan

dapat diolah menjadi bahan baku karet remah SIR 3WF. Sedangkan lateks yang disimpan

dalam waktu lebih dari 9 jam akan menjadi kogulasi (gumpalan) yang akan diolah

menjadi bahan baku lain yaitu SIR 20.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa yang dilakukan telah diketahui untuk mendapatkan mutu lateks

yang baik, maka lateks yang diolah harus dalam waktu penyimpanan maksimum 8 – 9

jam sehingga nilai VFA yang diperoleh sekitar 0,04 – 0,06 sehingga tidak melebihi dari

standar perusahaan yaitu < 0,070. Semakin lama lateks disimpan maka nilai VFA yang

Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
diperoleh akan semakin besar, apabila kadar VFA > 0,070 maka hasil dari lateks pekat

yang dihasilkan akan memiliki kualitas yang tidak baik, sehingga kemantapannya juga

berkurang.

5.2 Saran

Diharapkan untuk selalu mengontrol proses pegolahan dan menjaga kebersihan

alat yang digunakan pada saat pengolahan lateks menjadi karet remah agar hasil yang

diperoleh sesuai dengan Internasional Standar Organisasion. Sebaiknya dapat selalu

menjaga kualitas dari parameter lainnya yang telah sesuai dengan standar yang

ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Solichin,M. 1998. Permasalahan dan pencegahan Prokoagulasi Lateks Kebun. Sembawa


: Balai Penelitian Perkebunan Sembawa.

Ompusunggu, M. 1987. Pengolahan Lateks Pekat. Sungei Putih: Lembaga Pendidikan


Perkebunan.

Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
PT. Bridgestone Sumatra Rubber Esatate, 2008. Pematang siantar : Serbalawan

Rubber, S. 1983. Karet Alam. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Kinta.

Soenardji. 1982. Pengolahan Karet. Yogyakarta : Lembaga Penelitian Perkebunan


Yogyakarta.

Tim Penulis PS. 2004. Karet, Budi Daya dan Pengolahan, Strategi Pemasaran. Cetakan
ke-10. Jakarta : Penebar Swadaya.

www.wipo.int.Improvments In Or Realting to The Preparation Of Latex Concentrate By


Centrifugation, Creaming or Evaporation. Diakses tanggal 24 Mei 2009

Zuhra,C.F. 2006. Karet. Medan : Departemen Kimia USU Repository.

Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
Lampiran 1. Hasil perhitungan nilai VFA dalam waktu penyimpanan 3 sampai 14 jam

Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
134,64(0,005)(1,35)   50(100 − 30,68) 
%VFA3 =   x 50 + 
 50(33,68)   100(1,02) 

= 0,045

134,64(0,005)(1,4)   50(100 − 30,64) 


%VFA4 =   x 50 + 
 50(33,64)   100(1,02) 

= 0,047

134,64(0,005)(1,4)   50(100 − 30,50) 


%VFA5 =   x 50 + 
 50(33,50)   100(1,02) 

= 0,047

134,64(0,005)(1,45)   50(100 − 30,79) 


%VFA6 =   x 50 + 
 50(33,79)   100(1,02) 

= 0,048

134,64(0,005)(1,5)   50(100 − 30,90) 


%VFA7 =   x 50 + 
 50(33,90)   100(1,02) 

= 0,050

134,64(0,005)(1,5)   50(100 − 30,29) 


%VFA8 =   x 50 + 
 50(33,29)   100(1,02) 

= 0,051
Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
134,64(0,005)(2,0)   50(100 − 30,81) 
%VFA9 =   x 50 + 
 50(33,81)   100(1,02) 

= 0,06

134,64(0,005)(2,5)   50(100 − 30,03) 


%VFA10=   x 50 + 
 50(33,03)   100(1,02) 

= 0,085

134,64(0,005)(3,4)   50(100 − 30,62) 


%VFA11=   x 50 + 
 50(33,62)   100(1,02) 

= 0,114

134,64(0,005)(4,0)   50(100 − 31,34) 


%VFA12=   x 50 + 
 50(34,34)   100(1,02) 

= 0,131

134,64(0,005)(4,9)   50(100 − 31,97) 


%VFA13=   x 50 + 
 50(34,97)   100(1,02) 

134,64(0,005)(8,0)   50(100 − 31,40) 


%VFA14=   x 50 + 
 50(34,40)   100(1,02) 

= 0,262

Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
Lampiran 2. Grafik nilai VFA lateks simpanan pada Bulking Tank

Grafik nilai VFA Lateks simpanan pada


Bulking Tank

0,3

0,25

0,2
% VFA

0,15 %VFA

0,1

0,05

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Waktu Penyimpanan (Jam)

Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
Lampiran 3. Proses pengolahan Crumb Rubber (karet remah) di Pabrik NB1

PT. Bridgetone Sumatra Rubber Estate

Belt Koagulu
Crusher Crushe
Conveyor m Slab
Tank r Mill

Bucket Washing/
Prebreake Washing/ Conveyo
Setting Cyclone
r #1

Pnoumatic Bucket
Dryer Extrude
Transfer Conveyor
Trolley System #2

Weighin Sampling Compute


Drying
g/ / r

Storage Packin Metal


Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah
g Menguap (VFA) PadaDetector
Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
Lampiran 4. Proses Pengolahan Lateks PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate

lateks

Collect sample Truck


tank (Blend Top,
Middle & Bottom)

KOH<1.7 Lateks rejected and Lateks Transfer to


VFA<0.07 No inform factory Coagulation tank
DRC>25%

Lateks TankYes
PH Min = 9.5 Inform Field to add
No Ammonia Water

Off Loading to
Bulking Tank

Stirer Lateks
for 1 hour

Collage
Lateks

Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
Add Ammonia Gas
Lateks Bulking
Tank PH = 10,5 or Water

No

Test VFA-KOH-DRC-TSC
& %NH 2 (Lateks Quality
Receiveing Data)

Centrifuge Process

Dillution and
Coagulation
Tabel 1. Standar Spesifikasi Mutu Lateks Pekat Pusingan Munurut PT Bridgestone
Sumatra Rubber Estate
Drying

No Parameter Mutu SIR3WF SIR3WF Keterangan


TA01 TA03
1 Kadar kotoran 0,030 0,030 In spect
(%max)
2 Kadar abu (%max) 0,50 0,50 In spect
3 VM (%max) 0,80 0,80 In spect
4 PO (min) - - -
5 PRI (min) - - -
6 ASHT (max) - - -
7 ML1+4 (range) 43-57 45-65 In spect
8 Nitrogen (%max) 0,10-0,30 0,25 In spect
9 VFA (%max) 0,07
10 KOH (max) 1,70
11 DRC (%max) 25
12 TSC (%max)
13 Lovibond (max) - - -

Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
Sumber: Data PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate 22 Februari 2008

Tabel 2. Standar Spesifikasi Mutu Lateks Pekat Pusingan Menurut SNI

No Parameter Mutu SIR3WF Keterangan


1 Kadar kotoran (%max) 0,030 > 0,030 Out
In spect spect
2 Kadar abu (%max) 0,50 > 0,50 Out spect
In spect
3 VM (%max) 0,80 > 0,80 Out spect
In spect
4 PO (min) 30 < 30 Out spect
In spect
5 PRI (min) 75 < 75 Out spect
In spect
6 ASHT (max) - -
7 ML1+4 (range) - -
8 Nitrogen (%max) 0,60 > 0,60 out spect

Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.
In spect
9 VFA (%max)
10 KOH
11 DRC (%max)
12 TSC (max)
13 Lovibond (max) - -
Keterangan:
VM = Volatile matter
PO = Original Plasticity
PRI = Plasticity Retention Index
ASHT = Accelerated Storage Hardening Test
ML1+4= Mooney Viscometer
VFA = Volatile Fatty Acid (Asam Lemak Eteris)
DRC = Dry Rubber Content (Kadar Karet Kering)
TSC = Total Solid Content

Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks
Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, 2009.

Anda mungkin juga menyukai