SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
PERSETUJUAN
Diluluskan di
Medan, Maret 2009
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
PERNYATAAN
SKRIPSI
Saya mengaku bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang Maha
Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah karunia-Nya skripsi ini berhasil
diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Drs. Anwar Dharma S, M.Sc
selaku pembimbing Akademik dan Bachtiar Effendi ST selaku pembimbing di
Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI) pada penyelesaian skripsi ini yang telah
memberikan panduan dan arahan kepada saya untuk menyempurnakan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Ketua dan Sekretaris Departemen Dr.
Marhaposan Situmorang dan Dra. Justinon, M.Si., Dekan dan Pembantu Dekan
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, dan
semua Dosen pada Departemen Fisika FMIPA USU, Pegawai di FMIPA USU, rekan-
rekan fisika semuanya khususnya angkatan 2004 yang telah mendukung dan
membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini
Akhirnya, ucapan terima kasih teristimewa saya tujukan kepada orang tua
saya, Bapak (Baziduhu Harefa) dan Ibu (Suasani Hia), abang (Glori Bonison Harefa)
dan adik (Opin Firmanda Harefa dan Geni Andalria Harefa) serta semua sanak
keluarga yang selalu memberikan dukungan, semangat dan doa kepada saya dalam
penyelesaian skripsi ini. Semoga Tuhan selalu memberikan kesehatan, umur panjang
dan berkat kepada kita semua, Amin.
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian dengan tujuan pemanfaatan limbah padat pulp grits dan
dregs dalam pembuatan keramik konstruksi dengan variasi penambahan kaolin 0 %,
5%, 10%, 20%, 25%, 30%, 40% dan 50% (berat). Temperatur sintering pada 11000C
dan sampel keramik dibentuk dengan cara dry pressing pada tekanan 5000kgf. Dari
hasil pengujian diperoleh hasil kuat tekan yaitu: 23,90MPa – 96,28MPa. Hasil
pengujian porositas yaitu: 37,40% - 44,80% dan hasil pengujian susut bakar yaitu:
1,55% - 23,56%. Hal ini menunjukkan bahwa keramik dapat dibuat dengan
memanfaatkan limbah padat pulp pada penambahan kaolin 25% - 50%.
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRACT
Research about ceramics from solid waste result from factory of pulp as raw material
has been made by addition 0 %, 5%, 10%, 20%, 25%, 30%, 40% and 50% (weight) of
kaolin. Sintering temperatur at 11000C and sample of ceramics has been made by dry
pressing method and giving pressure up to 5000kgf. The result of analysis obtained
that value of compressive strength 23,9MPa - 96,28MPa, porosity 37,40% - 44,80%
and fired shrinkage 1,55% - 2,56%. This result show that ceramics can be made from
solid waste result factory of pulp by addition 25% - 50% of kaolin.
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan ii
Pernyataan iii
Penghargaan iv
Abstrak v
Abstract vi
Daftar Isi vii
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Batasan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 3
1.5 Tempat Penelitian 4
1.6 Sistematika Penulisan 4
Daftar Pustaka 45
Lampiran
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Halaman
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
BAB I
PENDAHULUAN
Industri pulp dan kertas merupakan salah satu komoditi andalan yang
diharapkan mampu menunjang perekonomian Indonesia, apalagi bahan bakunya
banyak tersedia dan didukung dengan jumlah tenaga kerja yang terus bertambah.
Selain menghasilkan produk yang dapat digunakan oleh manusia, kegiatan produksi
industri pulp ini juga menghasilkan produk lain yang belum begitu banyak
dimanfaatkan yaitu limbah, baik limbah padat, limbah cair, dan limbah gas.
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak
negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan masyarakat di lingkungan pabrik
Menurut data di lapangan jumlah limbah padat pulp di PT. TPL Porsea cukup
besar yaitu mencapai hampir 7 ton perharinya, berupa grits, dregs, dan biosludge
sehingga timbul suatu pemikiran bagaimana caranya memanfaatkan limbah ini
menjadi material baru yang berguna dan bernilai positif untuk meningkatkan ekonomi
masyarakat.
Limbah padat pulp grits dan dregs diharapkan dapat menjadi material pengisi
keramik, dimana telah diketahui dari analisis senyawa kimia bahwa Grits dan dregs
mengandung senyawa – senyawa kimia penyusun keramik, seperti SiO2 dan Al2O3.
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
1.2 BATASAN MASALAH
1. Limbah padat pulp yang digunakan adalah Grits dan Dregs yang
merupakan sisa olahan industri PT.TOBA PULP LESTARI (TPL) Porsea.
2. Bahan pengikat yang digunakan adalah kaolin ( 0%, 5%, 10%, 20%, 25%
30%, 40%, 50%).
3. Pembakaran dilakukan pada suhu sintering 1100 0 C dengan waktu
penahanan selama ± 1 jam.
4. Karakterisasi keramik diperoleh dari hasil :
a. Pengujian fisis yaitu porositas dan susut bakar.
b. Pengujian mekanik yaitu uji kuat tekan dan uji kekerasan
1. Mengolah dan memanfaatkan limbah padat pulp (Grits dan Dregs) menjadi
bahan baku pembuatan keramik konstruksi.
2. Mengetahui pengaruh suhu sintering terhadap karakterisasi keramik.
3. Mengetahui pengaruh variasi limbah padat pulp (Grits dan Dregs) terhadap
karakterisasi pembuatan keramik konstruksi.
Limbah padat pulp yang diolah menjadi bahan baku pada pembuatan keramik,
diharapkan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, selain dapat meningkatkan
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
perekenomian masyarakat, dapat juga mengurangi dampak-dampak pencemaran
lingkungan akibat limbah industri.
Penulisan laporan tugas akhir ini terdiri dari lima bab dengan sistematika
sebagai berikut:
1. Bab I merupakan pendahuluan, yang menjelaskan tentang latar belakang,
permasalahan, batasan masalah, tujuan, manfaat penelitian, lokasi penelitian,
dan sistematika penulisan.
2. Bab II berisi tentang teori yang mendasari penelitian.
3. Bab III berisi tentang metodologi penelitian yang merupakan penjelasan.
Tentang prosedur penelitian yaitu peralatan, bahan dan cara kerja.
4. Bab IV merupakan hasil analisis dan pembahasan.
5. Bab V merupakan kesimpulan hasil penelitian dan saran untuk penelitian
selanjutnya.
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah liat mempunyai sifat-sifat fisis dan kimia yang penting untuk
pembuatan keramik. Sifat-sifat itu adalah:
1. Sifat Liat (Plastis)
Tanah liat harus dapat dibentuk dengan mudah. Besar kecilnya partikel-partikel
(butir-butir) tanah dan juga zat-zat organis seperti akar tumbuh-tumbuhan, sisa-
sisa binatang kecil, zat-zat yang telah membusuk serta bakteri lainya yang ada
dalam tanah itu sangat mempengaruhi sifat plastisnya.
2. Sifat Porous
Tanah liat mengandung patikel-partikel pembentuk tanah yang terdiri dari partikel
halus dan partikel kasar. Perbandingan dan besar butir dalam tanah sangat
mempengaruhi sifat tanah tersebut.
Tanah liat harus cukup porous, agar:
- Air plastis(air pembentuk: yaitu sejumlah air ang diberikan pada tanah liat
untuk dapat dibentuk) menguap dengan mudah pada waktu dikeringkan. Pada saat
ini akan terjadi penyusutan karena hilangnya air pembentuk tadi.
- Air yang terikat secara kimia (air kimia : yaitu air yang terkandung di dalam
tanah liat itu sendiri secara alami) dengan mudah dapat dkeluarkan pada waktu
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
permulaan pembakaran sehingga terhindar dari letusan-letusan uap dan retak-
retak.
3. Sifat Menggelas
Tanah liat mengandung mineral-mineral lain yang dapat bertindak sebagai bahan
pembentuk bahan gelas saat dibakar. Tanah liat harus menjadi padat, keras dan
kuat (menggelas) pada suhu yang diperlukan untuk pembuatan keramik. Yang
dinamakan penggelasan sebenarnya adalah suatu proses pencairan dalam mana
bagian-bagian tertentu dari tanah liat mulai mencair menjadi gelas. Jika waktu dan
suhu pembakaran bertambah, maka bagian-bagian yang mencair tadi sedikit demi
sedikit melarutkan sisa komposisi tanah liat itu.
4. Sifat Pada Pembakaran
Tanah liat mengandung senyawa-senyawa besi yang memberikan warna merah
setelah dibakar. Misalnya:
a. Kaolin dengan kandungan oksida besi sebanyak 0,5% memberi hasil bakar
dengan warna yang sangat putih.
b. Kaolin endapan dengan kandungan besinya sebanyak 0,7% akan berwarna
sedikit krem setelah dibakar.
Kaolin berasal dari bahasa Cina yaitu Kaoling dan disebut juga China Clay.
Kaolin merupakan jenis tanah liat primer yang digunakan sebagai bahan utama dalam
pembuatan keramik putih, dan mengandung mineral kaolinit Al2Si2O5(OH)4 sebagai
bagian yang terbesar. Dalam lempung alam, mineral-mineral ini terbentuk secara
sendiri-sendiri atau bersama.
Dilihat dari sifat dan keadaan bahan, kaolin berwarna putih karena kandungan
besinya sangat rendah, tidak plastis, berbutir kasar, berat jenis 2,60-2,63 g/cm3, titik
lebur1850 0 C, daya hantar panas dan listrik yang rendah. Kaolin juga mempunyai
tingkat keplastisan yang rendah sehingga taraf penyusutan dan kekuatan keringnya
pun lebih rendah dan sangat tahan api. Oleh karena itu kaolin tidak dapat dipakai
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
begitu saja untuk membuat barang-barang keramik, melainkan harus dicampur dahulu
dengan bahan lain..
Sumber: LIPI
Kaolin banyak dipakai dalam berbagai industri, baik sebagai bahan baku
utama maupun sebagai bahan pembantu. Hal ini karena adanya sifat-sifat kaolin
seperti kehalusan, kekuatan, warna, daya hantar listrik dan panas yang rendah, dan
lain-lain..Dalam industri, kaolin dapat berfungsi sebagai pelapis (coater), pengisi
(filler), barang-barang tahan api dan isolator. Penggunaan kaolin yang utama adalah
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
dalam industri-industri kertas, keramik, cat, karet/ban, plastik, semen, pestisida,
pupuk, absorbent, kosmetik, pasta gigi, detergent, tekstil, dan lain-lain.
2.3 Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis.
Seiring dengan peningkatan industri, juga akan terjadi peningkatan jumlah limbah.
Bermacam limbah industri yang dapat mencemari lingkungan antara lain: limbah
industri tekstil, limbah agroindustri (limbah kelapa sawit, limbah industri karet remah
dan lateks pekat, limbah industri tapioka, dan limbah pabrik pulp dan kertas ), limbah
industri farmasi, dan lain-lain. Selain kegiatan industri, diperkotaan limbah juga
dihasilkan oleh hotel, rumah sakit dan rumah tangga. Bentuk limbah yang dihasilkan
oleh komponen kegiatan tersebut di atas adalah limbah padat dan limbah cair, yang
menimbulkan dampak merugikan bagi lingkungan dan selanjutnya akan mengganggu
atau mempengaruhi kehidupan masyarakat itu sendiri. Dampak dari kegiatan industri
yang berpengaruh buruk tersebut terutama disebabkan oleh bahan-bahan pencemar
yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik industri. Bahan-bahan buangan tersebut dapat
mencemari udara, perairan, dan tanah terutama disekitar kawasan industri tersebut.
Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia organik dan
anorganik. Limbah organik dapat membusuk atau terurai oleh mikroorganisme, dapat
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
berupa sampah padat yang terdiri dari daun-daun kering ataupun sampah rumah
tangga.
Limbah anorganik biasanya tidak dapat membusuk dan sulit terurai oleh
mikroorganisme. Limbah anorganik pada umumnya berasal dari industri yang
menggunakan unsur-unsur logam seperti Arsen(As), Kadmium (Cd), Timbal (Pb), dan
lain-lain.
1. Volume limbah
2. Kandungan bahan pencemar
3. Frekuensi pembuangan limbah
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
Proses pembuatan pulp (bubur) bertujuan untuk memisahkan serat-serat
selulosa dari komponen lain yang tidak diinginkan yang terdapat dalam bahan berserat
selulosa menjadi individu-individu serat. Sumber utama serat selulosa terdapat dalam
tumbuh-tumbuhan, serta serat selulosa sebagai bahan baku pembuatan pulp (bubur)
kertas dapat diperoleh dari bahan baku kayu dan non kayu. Secara kmia,
kandungantiap zat bebeda-beda. Unsur-unsur kimia yan terdapat di dalamnya terdiri
dari karbon, oksigen, hidrogen dan sejumlah kecil nitrogen.
Limbah padat pulp adalah limbah yang diperoleh dari sisa-sisa pengolahan
industri pulp. Limbah ini berupa grits, dregs, dan bio sludge.
Grits berasal dari proses recousstisizing,yang tidak bereaksi antara green liquor dan
kapur tohor, berwarna coklat muda, kandungan utamanya pasir yang mangandung
hidroksida. Grits mempunyai berat jenis 1,88 g/cm3. Komposisi kimia dari grits
ditunjukkan pada tabel 2.2.
Dregs adalah material padat yang berwarna abu-abu kecoklatan yang
merupakan bahan endapan dari green liquor yaitu smelt yang dilarutkan dengan weak
wuash dari lime mud washer. Kandungannya silika dan karbon residu organik yang
tidak sempat terbakar dalam boiler, bahan ini kaya akan karbon karena tidak bereaksi.
Dregs mempunyai berat jenis 1,92 g/cm3. Komposisi kimia dari grits ditunjukkan pada
tabel 2.2.
Biosludge merupakan limbah dari proses pembuatan pulp dan industri kertas
yang berupa campuran dari endapan limbah cair,berwarna cokelat kehitaman,
kandungan utamanya adalah selulosa dan bakteri yang mati. Biosludge mempunyai
berat jenis 1,65 g/cm2.
Komposisi kimia limbah padat pulp PT. TPL Porsea hasil analisa
menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrometer) dapat dilihat pada tabel (2.2)
dibawah ini:
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
Komposisi
(% berat)
No Parameter
Grit Dreg
1 Al2O3 24,74 26,35
2 SiO2 56,42 55,21
3 Na2O 0,33 0,30
4 K2O 0,25 0,27
5 MgO 9,40 9,12
6 CaO 2,12 2,30
7 Fe2O3 2,62 2,34
8 TiO2 3,38 3,31
(Sumber : LIPI)
2.4 Keramik
Keramik berasal dari bahasa Yunani keramos yang artinya suatu bentuk dari
tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Kamus dan ensiklopedi tahun
1950-an mendefinisikan keramik sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk
menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar, seperti gerabah, genteng, porselin,
dan sebagainya. Tetapi saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Definisi
pengertian keramik terbaru mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang
berbentuk padat, yang terikat secara ionik dan kovalen.
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
Bahan ini berupa tanah liat dengan kandungan mineral dan tambahan yang
berasal dari endapan kotoran. Mineral ini berupa silikat, Mg, Fe, bersifat kapur
dan alkalis.
2. Bahan pelebur (Fondan)
Bahan ini berupa feldspar dengan kandungan alumina silikat alkali beraneka
ragam yang terdiri dari
a. Orthose : (SiAl) O8 K,
b. Potassis Albite : (SiAl) O8Na, Sodis
c. Anorthite : (SiAl) O8Ca, Kalsis
3. Bahan Penghilang Lemak
Bahan ini berupa bahan-bahan baku yang mudah dihaluskan dan koefisien
penyusutannya sangat rendah. Biasanya bahan ini berfungsi sebagai penutup
kekurangan-kekurangan yang terjadi karena plastisitas yang eksresif dari tanah liat
dan terdiri dari silika dan quartz yang berbeda-beda bentuknya.
4. Bahan Tahan Panas
Bahan ini terdiri dari bahan yang mengandung Mg dan Silika Aluminium
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
2.4.3 Sifat-Sifat Keramik
1. Gerabah (Earthenware), dibuat dari semua jenis bahan tanah liat yang plastis dan
mudah dibentuk dan dibakar pada suhu maksimum 1000°C. Keramik jenis ini
struktur dan teksturnya sangat rapuh, kasar dan masih berpori. Agar supaya kedap
air, gerabah kasar harus dilapisi glasir, semen atau bahan pelapis lainnya. Gerabah
termasuk keramik berkualitas rendah apabila dibandingkan dengan keramik batu
(stoneware) atau porselin. Bata, genteng, kendi, gentong dan sebagainya termasuk
keramik jenis gerabah. Genteng telah banyak dibuat berglasir dengan warna yang
menarik sehingga menambah kekuatannya.
2. Keramik Batu (Stoneware), dibuat dari bahan lempung plastis yang dicampur
dengan bahan tahan api sehingga dapat dibakar pada suhu tinggi (1200°-1300°C).
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
Keramik jenis ini mempunyai struktur dan tekstur halus dan kokoh, kuat dan berat
seperti batu. Keramik jenis ini termasuk kualitas golongan menengah.
3 Porselin (Porcelain), adalah jenis keramik bakaran suhu tinggi yang dibuat dari
bahan lempung murni yang tahan api, seperti kaolin, alumina dan silika. Oleh
karena porselin jenis ini berwarna putih bahkan bisa tembus cahaya, maka sering
disebut keramik putih. Pada umumnya, porselin dipijar sampai suhu 1350°C atau
1400°C, bahkan ada yang lebih tinggi lagi hingga mencapai 1500°C. Porselin yang
tampaknya tipis dan rapuh sebenarnya mempunyai kekuatan karena struktur dan
teksturnya rapat serta keras seperti gelas. Oleh karena keramik ini dibakar pada
suhu tinggi pada porselin terjadi penggelasan atau vitrifikasi. Secara teknis
keramik jenis ini mempunyai kualitas tinggi dan bagus, disamping mempunyai
daya tarik tersendiri karena keindahan dan kelembutan khas porselin. Juga
bahannya sangat peka dan cemerlang terhadap warna-warna glasir.
4 Keramik Baru (New Ceramic), adalah keramik yang secara teknis, diproses untuk
keperluan teknologi tinggi seperti peralatan mobil, listrik, konstruksi, komputer,
cerobong pesawat, kristal optik, keramik metal, keramik multi lapis, keramik multi
fungsi, komposit keramik, silikon, bioceramic, dan keramik magnit. Sifat khas dari
material keramik jenis ini disesuaikan dengan keperluan yang bersifat teknis
seperti tahan benturan, tahan gesek, tahan panas, tahan karat, tahan suhu kejut
seperti isolator, bahan pelapis dan komponen teknis lainnya
2.5.2 Pembentukan
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
Pada umumnya pembentukan keramik dilakukan dengan pengadukan serbuk
dengan air plastis, selanjutnya dimasukkan kedalam cetakan sampai kering tertentu.
Ada beberapa proses atau cara pembentukan keramik, diantaranya:
a. Dry Pressing
Metode ini merupakan pembentukan terhadap serbuk halus yang mengandung
sedikit air atau penambahan bahan organik dengan pemberian tekanan yang
dibatasi oleh cetakan menjadi produk padat yang kuat. Pada metode ini bahan
(serbuk) dicampur dengan air (7-10 %) agar tetap lembab sehingga menambah
sifat plastis bahan. Proses pembentukan ini banyak digunakan oleh pabrik
refraktori untuk menghaslkan produk–produk seperti ubin lantai dan dinding.
b. Extrussion Molding
Pembentukan keramik dengan metode ini dilakukan untuk bahan yang
memiliki plastisitas yang tinggi, dengan cara mendorong bahan plastis (kadar
air antara 12-20%) melalui ruang kosong sehingga diperoleh bentuk dengan
penampang melintang yang tetap. Metode ini digunakan pada pembentukan
batu bata, pipa, dan tegel berlubang.
c. Injection Molding
Plastik dicampur dengan bubuk dan proses pembentukan sama dengan pada
plastic.
d. Rubber Mold Pressing
Pembentukan terhadap serbuk halus dengan menggunakan pembungkus yang
terbuat dari karet serta diberi tekanan ke keseluruh permukaan karet, dan
menghasilkan bahan yang padat.
e. Slip casting
Pembentukan dengan cara suatu suspensi dengan kekentalan dan kandungan
padatan tertentu, kemudian dituang kedalam cetakan plaster berpori-pori cair
atau cetakan penyerap yang biasanya disebut gips.
2.5.3 Pengeringan
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
Pada umumnya, pengeringan zat padat berarti pemisahan sejumlah kecil air
atau zat cair lainnya dari bahan padat, sehinnggga mengurangi kandungan sisa zat cair
di dalam zat padat tersebut. Proses ini harus dikontrol, karena melibatkan penekanan
yang diakibatkan oleh perbedaan shrinkage atau tekanan gas dapat menyebabkan cacat
pada produk yang dihasilkan. Pada sistem pengeringan, energi panas harus melewati
permukaan produk, yang selanjutnya akan menghasilkan uap air. Selama pengeringan,
pemanasan akan meningkatkan tekanan uap air dari cairan dan kapasitas penyerapan
dari udara kering.
Benda-benda yang akan dibakar harus dikeringkan terlebih dahulu, karena jika
masih basah, kemungkinan akan terjadi ledakan uap air sewaktu dibakar, sehngga
dapat terjadi keretakan. Mengeringkan benda keramik berarti menghilangkan apa yang
disebut air plastisnya saja, sedangkan air yang terikat dalam molekul bahan keramik
(air kimia) hanya dapat dihilangkan melalui pembakaran. Proses pengeringan dapat
juga diikuti dengan proses penyusutan.
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
Proses sintering dipengaruhi oleh faktor-faktor ukuran partikel, temperatur,
waktu, energi permukaan, dan lain-lain. Melalui proses ini terjadi perubahan struktur
mikro seperti pengurangan jumlah dan ukuran pori, pertumbuhan butiran, peningkatan
densitas dan penyusutan. Sedangkan pada bahan keramik, terjadi beberapa perubahan
pokok yaitu berkurangnya luas permukaan, berkurangnya volume bulk dan
bertambahnya kekuatan.
Seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.1, terdapat dua permukaan diantara
setiap dua partikel sebelum pensinteran. Setelah pensinteran, terdapat batas butir
tunggal. Kedua permukaan merupakan batas-batas energi tinggi; batas butir memiliki
energi yang jauh lebih rendah. Jadi, reksi ini terjadi dengan sendirinya jika suhu cukup
tinggi sehingga atom-atom dalam jumlah yang signifikan dapat berdifusi. Partikel-
partikel tersebut menjadi lebih rapat sehingga menghasilkan penyusutan dan reduksi
porositas.
(a) (b)
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
2. Adanya sumber energi yang daat mengaktifkan transfer materi, energi tersebut
digunakan untuk menggerakkan butiran hingga terjadi kontak dan ikatan
sempurna.
Difusi adalah aktivitas termal yang berarti bahwa terdapat energi minimum yang
dibutuhkan untuk pergerakan atom atau ion dalam mencapai energi yang sama atau di
atas energi aktivasi untuk membebaskan dari letaknya semula dan bergerak ke tempat
yang lain yang memungkinkannya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Peralatan
3.1.2 Bahan-bahan
1. Grits dan Dregs, yaitu limbah padat PT.Toba Pulp Lestari Porsea
2. Kaolin
3. Air PDAM Tirtanadi Medan
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
3.2.1 Diagram Alir Analisa Senyawa Kimia Bahan
Pembutiran/
Pengayakan 200mesh
Analisis Senyawa
Kimia AAS
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
3.2.2 Diagram Alir Pembuatan Sampel
Kaolin AirPlastisan
Dregs 0%, 5%, 10%, 20%, 25%,
Grits 30%, 40% , 50%
Pencampuran
Pencetakan
Tekanan : 5000 kgf
Pengeringan
Pembakaran
Suhu : 11000C selama ± 1 jam
Pengujian Keramik :
- Susut Bakar
- Porositas
- Kuat Tekan
- Kekerasan
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
3.3 Prosedur Pembuatan Sampel Keramik
Bahan limbah padat (grits dan dregs) dan kaolin yang berbentuk serbuk
dianalisis dengan metode AAS (Atomic Absorption Spectrometer) untuk mengetahui
komposisi senyawa kimia penyusunnya. Untuk mengetahui sifat-sifat dan komposisi
pulp terlebih dulu dilakukan preparasi sample dengan prosedur sebagai berikut:
W2
Kadar abu = ----------- x 100 %..................................(3)
W1
6. Sampel yang telah dibakar sebelumnya dengan massa sebesar W2 gram,
selanjutnya diproses pemanasan (dibakar) sampai suhu 1300oC dengan
menggunakan tungku listrik, kemudian didinginkan kembali sampai suhu
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
ruang. Massa sampel yang telah dibakar pada suhu 1300oC kemudian
ditimbang dan disebut sebagai W3 gram.
7. Untuk mengetahui nilai Lost of Ignition (LOI) digunakan persamaan sebagai
berikut :
W2 – W3
LOI = ------------- x 100 %.............................(4)
W2
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
b. Limbah padat Grits dan Dregs dihaluskan kemudian disaring dengan
ayakan 200 mesh sampai terbentuk serbuk (powder).
Pencetakan sampel uji dilakukan dengan alat tekan atau menggunakan metode
dry pressing. Serbuk yang telah dicampur merata dituang ke dalam cetakan berbentuk
silider dengan ukuran diameter = 4cm dan tinggi 1 cm kemudian ditekan dengan
beban sebesar 5000 kgf selama 60 detik hingga padat.
d = 4 cm
t = 0,5 cm
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
3.3.5 Pengeringan
Sebelum melakukan proses ini, terlebih dahulu diukur diameter sampel dengan
jangka sorong, sebagai data untuk uji susut bakar. Kemudian dimasukkan ke tungku
pembakaran dengan suhu sintering 1100 0C dan waktu penahanan 60 menit.
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
3.4 Prosedur Pengujian Sampel Keramik
Susut Bakar adalah perubahan dimensi atau volume bahan yang telah dibakar.
Salah satu parameter yang menunjukkan terjadinya proses sintering adalah penyusutan
akibat adanya perubahan mikrostruktur (butir atau batas butir). Sebelum dan sesudah
dibakar, diameter sampel diukur dengan jangka sorong. Persamaan yang dipakai
untukmenentukan besarnya susut bakar adalah:
d 0 − d1
Susut Bakar (%) = x 100 % (3.1)
d0
dengan:
d0 = Diameter sampel uji sebelum dibakar (mm)
d1 = Diameter sampel uji sesudah dibakar (mm)
Porositas dalam suatu material keramik dinyatakan dalam % rongga atau fraksi
volume dari suatu rongga yang ada dalam bahan tersebut. Porositas dinyatakan dalam
% yang menghubungkan antar volume pori terbuka terhadap volume benda
keseluruhan, yang memenuhi persamaan:
Mb − Mk 1
Porositas (%) = x x 100% (3.2)
Vb ρ air
Dengan:
Mb = Massa kering benda uji (gram)
Mk = Massa basah benda uji, setelah direndam dalam air selama 2x24 jam (gram)
Vb = Volum benda uji (cm3)
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
3.4.3 Pengujian Kuat Tekan
Pengujian kuat tekan dilakukan dengan cara menyalakan alat UTM (Universal
Testing Machine), kemudian memposisikan jarum skala gaya pada skala 0. Sampel
keramik diletakkan pada dasar alat UTM. Setelah itu dinyalakan tombol penekan.
Ketika sampel sudah menunjukkan keadaan retak (tampak pada penglihatan mata)
maka tombol penekan UTM dimatikan.
P
fc = (3.3)
A
dengan:
fc = Tekanan (Pa)
P = Beban maksimum (N)
A = Luas bidang permukaan (m2)
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
4. Sampel diuji kekerasannya dengan metode vickers. Sampel diletakkan di tempat
sampel, kemudian dilakukan penekanan hingga intan piramid tepat mengenai
sampel tersebut.
5. Jejak yang terbentuk setelah proses penekanan, diukur diagonalnya dan dapat
diketahui nilai kekerasannya.
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
BAB IV
Komposisi
(% berat)
No Parameter
Grit Dreg
1 Al2O3 24,74 26,35
2 SiO2 56,42 55,21
3 Na2O 0,33 0,30
4 K2O 0,25 0,27
5 MgO 9,40 9,12
6 CaO 2,12 2,30
7 Fe2O3 2,62 2,34
8 TiO2 3,38 3,31
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
Nilai hasil perhitungan:
Kode sampel Berat Kering Bahan yang Kadar abu LOI
(%) terbakar (%) (%)
(%)
Bio Sludge 81,43 69,97 30,03 0,91
Grit 92,45 19,72 80,28 0,74
Dreg 94,66 40,07 59,93 0,80
Formula / Pers. (1) Pers. (2) Pers. (3) Pers. (4)
Rumus
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
4.1.2 Pengujian Susut Bakar
Hasil pengujian susut bakar terhadap sampel keramik diperoleh sesuai dengan
persamaan (3.1) sebagai berikut:
d 0 − d1
Susut Bakar = x 100 %
d0
dengan:
d0 = Diameter sampel uji sebelum dibakar (mm)
d1 = Diameter sampel uji sesudah dibakar (mm)
0 4,1 - - -
5 4,1 - - -
10 4,1 - - -
20 4,1 - - -
4,035 1,58
25 4,1 4,033 1,63 1,55
4,040 1,46
4,025 1,82
30 4,1 4,027 1,78 1,81
4,024 1,85
4,020 1,95
40 4,1 4,017 2,02 2,01
4,015 2,07
3,997 2,51
50 4,1 3,995 2,56 2,56
3,993 2,63
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
Contoh perhitungan pengujian susut bakar adalah sebagai berikut
= 2,51 %
= 2,56 %
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
4.1.3 Pengujian Porositas
Dengan:
Mb = Massa kering benda uji (gram)
Mk = Massa basah benda uji, setelah direndam dalam air selama 2x24 jam (gram)
Vb = Volum benda uji (cm3)
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
Contoh perhitungan pengujian Porositas adalah sebagai berikut:
= 37,23 %
= 37,40%
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
4.1.4 Pengujian Kuat Tekan
P
=
'
fc
A
dengan:
f c = Tekanan N
'
( m) 2
4 85,01
40 3470 34006 4 867,5 85,26 85,21
3480 34104 4 870 85,38
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
3485 34153 871,25
= 96,04 x 106 Pa
= 96,04 MPa
= 96,28 MPa
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
4.1.5 Pengujian kekerasan
Dari hasil pengujian kekerasan sampel keramik, nilai kekerasan hanya diperoleh
pada persentase kaolin 50 % dan Limbah 50 %, yaitu sebesar 7,243 MPa.
Contoh perhitungannya adalah:
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
(25 x10 3 )kgf
= 1,854 x
6400mm 2
46,350 x10 3 kgf
=
6400mm 2
HV = 7,243 MPa
4.2 Pembahasan
2,5 2,56
Susut Bakar (%)
2 2,01
1,81
1,5 1,55
0,5
0
0 10 20 30 40 50 60
Dari grafik diperoleh nilai susut bakar yaitu antara 1,55 % – 2,56 %. Pada
persentase kaolin 25% dan limbah 75% susut bakarnya 1,55%. Pada persentase kaolin
30% dan limbah 80 %, susut bakarnya 1,81 %. Pada persentase kaolin 40% dan
limbah 60 %, susut bakarnya 2,01 %. Pada persentase kaolin 50% dan limbah 50 %,
susut bakarnya 2,56 %. Penyusutan tertinggi terdapat pada persentase kaolin 50 %,
dan terendah pada persentase kaolin 25 %. Jadi, semakin banyak kaolin yang
dicampurkan maka nilai susut bakarnya semakin besar juga.
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
Dari hasil pengujian diketahui bahwa penyusutan tidak terjadi pada sampel
keramik dengan persentase kaolin 0%, 5%, 10%, dan 20 %.
Dilihat dari komposisinya, limbah padat dregs adalah bahan yang kaya akan karbon
karena tidak bereaksi, sehingga pada saat pembakaran, sampel dengan komposisi
limbahnya cukup besar, akan cepat terbakar atau menguap. Persentase kaolin yang
kecil dapat mengakibatkan kaolin tidak mampu berperan sebagai pengikat.
Selain komposisi, suhu pembakaran juga mempengaruhi terbentuknya keramik. Tidak
tercapainya suhu sinter dan waktu pembakaran yang terlalu singkat membuat proses
sintering tidak terjadi secara maksimal.
Salah satu parameter yang menunjukkan terjadinya proses sintering adalah
penyusutan, yang dapat dilihat dari berkurangnya ukuran volume atau diameter
sampel setelah dibakar. Penyusutan terjadi akibat proses pemadatan dan pengurangan
pori setelah sintering. Pada sampel keramik terjadi perubahan mikrostruktur (butir
atau batas butir) sehingga berkurangnya ukuran dan jarak partikel dalam sampel.
60
50 44,8 43,31
41,6
Porositas (%)
40 37,4
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60
Persentase Kaolin (%)
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
Dari pengujian diperoleh hasil porositas pada persentase kaolin 25%, 30%,
40% dan 50% berturut-turut adalah 44,8% , 43,31% , 41,6% , dan 37,4%.
Dari grafik diperoleh nilai porositas berkisar antara 37,4% – 44,8 %. Porositas
terbesar diperoleh pada persentase kaolin 25%, yaitu 44,8 %, dan terendah pada
persentase kaolin 50 % yaitu 37,4 %. Hal ini menunjukkan bahwa persentase
campuran kaolin berbanding terbalik dengan porositas. Jika persentase kaolin
bertambah maka porositas akan semakin kecil, dan sebaliknya.
120
100
96,28
Kuat Tekan (MPa)
85,2
80
60
40
34,25
23,9
20
0
0 10 20 30 40 50 60
Persentase Komposisi Kaolin (%)
Dari pengujian diperoleh kuat tekan pada persentase kaolin 25%, 30%, 40%,
dan 50% berturut-turut adalah 23,9MPa, 34,25MPa, 85,2MPa dan 96,28MPa. Kuat
tekan tertinggi yaitu 96,28MPa dengan komposisi limbah 50 % dan Kaolin 50%.
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
Sedangkan kuat tekan terendah yaitu 23,9 MPa dengan komposisi limbah 75 % dan
kaolin 25 %.
Nilai kuat tekan mengalami kenaikan yang sangat besar mulai dari persentase
kaolin 30% yaitu dari 34,95 MPa menjadi 85,21 MPa pada persentase kaolin 40 % ,
hal ini disebabkan oleh pengaruh suhu pembakaran yang belum mencapai suhu
sintering, dimana pada suhu 11000C keramik dengan persentase kaolin dibawah 40%
belum mengalami sintering sehingga tidak mengalami penyusutan dan kuat tekan
rendah. Sedangkan keramik dengan campuran kaolin 40% dan 50% dianggap telah
sintering sehingga sampel mengalami penyusutan dan kekuatan semakin bertambah.
Dari hasil pengujian, nilai kekerasan hanya diperoleh pada sampel keramik
dengan komposisi kaolin 50% dan limbah 50% yaitu 7,243 MPa.
Hasil ini menunjukkan bahwa apabila dilihat dari kekerasannya yaitu 7,243
MPa, limbah padat pulp grits dan dregs dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan keramik konstruksi pada komposisi persentase kaolin 50% dan limbah
pulp 50% tetapi dengan nilai kekerasan yang sangat rendah untuk dapat digunakan
sebagai keramik konstruksi.
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
BAB V
5.1 Kesimpulan
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
5.2 Saran
1. Perlu kiranya diteliti lebih lanjut penggunaan limbah padat pulp sebagai bahan
pembuatan keramik dengan persentase yang berbeda untuk mendapatkan
keramik konstruksi dengan sifat fisis dan mekanis yang lebih baik sehingga
lebih menguntungkan dan dapat dipakai dalam kehidupan sehari-hari
2. Sebaiknya diperhatikan suhu pembakaran dan waktu penahanannya, karena
dapat mempengaruhi sifat keramik yang dihasilkan.
3. Diharapkan pada penelitian lanjutan dilakukan pengujian lainnya seperti
koefisien ekspansi termal dan SEM (Scanning Electron Microscope).
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
LAMPIRAN 1
GAMBAR ALAT-ALAT PERCOBAAN
2. Tungku Pembakaran
3. Neraca Analitik
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
4. Jangka sorong
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
LAMPIRAN 2
GAMBAR BAHAN-BAHAN PERCOBAAN
1. Kaolin
2. Grit
3. Dregs
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
Contoh Sampel
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009
Fani Besprina Harefa : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Grits Dan Dregs Dengan Penambahan Kaolin Sebagai
Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi, 2009.
USU Repository © 2009