Anda di halaman 1dari 7

PSIKOLOGI KONSELING

Dosen pengampu : Tinon Citraning Harisuci, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Disusun oleh :

Lisa Ariyani (201860047)/3A

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2021
A. Deskripsi Kasus
JN merupakan seorang artis musical yang sedang naik daun berkat peran
utamanya dalam project musical. JN dari keluarga yang tidak utuh. Orang tuanya
bercerai saat dirinya masih kecil dan dia dirawat oleh ibunya. Bukannya merawat,
ibunya malah bersenang-senang dengan pria lain dan tidak perduli pada JN. Bahkan
ibunya tega mengunci JN diluar rumah karena teman pria ibunya akan menginap. JN
kerap kali dipukuli karena kesalahan yang tidak dia lakukan. Kemudian dia diasuh
neneknya.
Di tengah namanya yang mulai melambung, ada beberapa rekan kerjanya yang
tidak menyukainya. Awalnya untuk peran utama adalah SN, rekan kerja sekaligus
sahabat JN. Ketika itu ada acara dengan sesama rekan kerja lainnya dan Jena ijin ke
toilet. Saat akan memasuki toilet, Jena mendengar suara SN sedang berbicara dengan
seseorang di telepon. Bukan bermaksud menguping, tetapi percakapan selanjutnya SN
dan orang diseberang sana membuat JN terkejut. Pasalnya SN sedang berbicara dengan
kekasihnya dan seseorang itu juga yang saat ini menjadi kekasih JN, SN tau itu. Setelah
mendengar percakapan mereka, ditarik kesimpulan bahwa kekasih JN selingkuh
dengan sahabatnya sendiri. Kemudian JN melangkah kearah SN merebut teleponnya.
JN berbicara pada orang diseberang sana jika JN sangat membencinya dan mengakhiri
hubungan mereka. JN marah besar pada SN sampai mengatakan hal-hal kasar juga
menampar SN. Kemudian JN pergi meninggalkan SN, pada saat yang sama SN masih
ingin berbicara pada JN tetapi baru beberapa langkah SN terpeleset dan kakinya terkilir.
JN berhenti dan melihat SN yang kesakitan tapi tidak berniat membantu. Tiba-tiba ada
beberapa rekan yang memasuki toilet, SN menangis dan berpura-pura jika dirinya jatuh
akibat JN. JN tidak terima itu, dan mengatakn jika SN pantas mendapatkannya serta
sumpah serapah. Rekan lainnya lainnya kasihan pada SN dan menganggap JN memang
melukai SN agar JN yang menjadi pemeran utama. Kemudian JN keluar dari toilet
dengan marah-marah merusak segala apa yang dilihatnya.
Pada perjalanan pulang dia melihat anak kecil menangis dan seorang ibu. Ibu
itu kemudian meninggalkan anak itu sendiri di depan toko. JN kemudian marah dan
menghampiri Ibu tersebut dan memakinya kemudian memberikan anak itu padanya
untuk dibawa pulang kembali.
Pada kasus lain, JN melihat rekan kerjanya yang sedang dimarahi karena
meminta kenaikan gaji. Rekannya itu bukan sekedar dimarahi tapi juga dipukul dan
dimaki. JN tidak terima itu dan protes dengan sikap atasannya tersebut. JN mulai
bertengkar dengan atasannya dan puncaknya Ketika atasannya mengatakan jika sikap
JN terus seperti itu maka lebih baik JN keluar dari pekerjaan ini.
JN pernah pergi untuk berkonsultasi pada dokter karena merasa ada yang salah
pada dirinya, dan dia didiagnosisi mengalami Gangguan Kepribadian Ambang
(Borderline Personality Disorder). JN melakukan beberapa kali konsultasi tetapi
dirinya belum merasa baik. Dirinya masih sulit untuk mengontrol emosinya, mudah
tersinggung, bahkan sempat melakukan percobaan bunuh diri dengan melukai dirinya
sendiri.

B. Tinjauan Teori
1. Pengertian Gangguan Borderline Personality Disorder (BPD)
Borderline personality disorder adalah kondisi psikologis di
mana seseorang mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosinya.
Borderline personality disorder adalah suatu gangguan yang bisa
membuat pengidapnya hampir selalu merasa khawatir, rendah diri
(minder), dan ketakutan. Kondisi yang juga dikenal dengan sebutan
gangguan kepribadian ambang ini umumnya ditandai dengan perubahan
mood yang mendadak, tidak percaya diri, dan kesulitan menjalin
hubungan sosial.
Gangguan kepribadian ambang adalah sebuah pola kepribadian yang
ditandai oleh ketidakstabilan hubungan dengan orang lain, citra diri, afek-afek
dan ditandai adanya impulsivitas yang berlebihan (American Psychiatic
Association, 2013). Berdasarkan DSM V (American Psychiatic Association,
2013), gangguan kepribadian ambang dialami oleh 1,6% hingga 5.9% dari
populasi. Namun, insiden dan prevalensi, atau berapa persisnya jumlah kasus
yang telah teridentifikasi di Indonesia masih belum diketahui.
Mengutip dari laman hlodoc.com, Gangguan kepribadian ambang
adalah gangguan kepribadian yang ditandai dengan hubungan yang tidak
stabil dengan orang lain. Pengidap gangguan ini biasanya memiliki emosi
yang labil. Selain itu, mereka juga memiliki dorongan atau kencenderungan
untuk menyakiti dirinya. Di samping itu, pengidap gangguan kepribadian
ambang juga sulit berinteraksi dengan orang lain. Sebab, mereka dianggap tidak
memiliki kepribadian yang baik dalam lingkungan atau keluarga.
2. Gejala Gangguan
Individu mengalami perubahan tiba-tiba dan dramatis dalam citra
dirinya. Perubahan citra diri ditunjukkan dari perubahan tujuan, nilai-nilai, dan
aspirasi pekerjaan. Individu dapat juga mengalami perubahan dalam hal opini
dan rencana karir, identitas seksual, nilai-nilai, dan jenis-jenis teman. Individu
dapat beralih peran dari seseorang yang memohon-mohon bantuan hingga
berperan sebagai orang yang balas dendam atas penganiayaan yang telah ia
alami di masa lalu (American Psychiatic Association, 2013).
Gangguan kepribadian ambang juga dicirikan oleh ketidakstabilan
relasi-relasi yang dimiliki oleh individu tersebut. Individu memiliki pola relasi
yang tidak stabil dengan pengasuhnya atau kekasihnya. Individu dapat berubah
dari sangat mengidolakan pengasuh atau kekasihnya, lalu menjadi
mendevaluasi atau menganggap mereka tidak cukup dalam memberikan
perhatian, kurang peduli, atau kurang meluangkan waktu lebih banyak untuk
bersamanya.
Ciri kepribadian ambang yang paling menonjol adalah perilaku bunuh diri atau
melukai diri sendiri. Individu menunjukkan perilaku, gesture, ancaman perilaku
bunuh diri atau perilaku memutilasi diri sendiri.
DSM V seseorang dapat didiagnosis mengalami gangguan kepribadian
ambang apabila ia memenuhi lima (atau lebih) kriteria BPD yaitu:
1. adanya usaha yang histeris atau kepanikan untuk menghindari
pengabaian yang nyata atau sekedar imajinasi (catatan: tidak mencakup
perilaku bunuh diri dan mutilasi diri sendiri);
2. adanya sebuah pola dari relasi interpersonal yang tidak stabil dan
ditandai dengan perubahan antara meneladani atau mengidolakan, dan
mendevaluasi; 3) gangguan identitas, yang ditandai oleh citra diri yang
tidak stabil atau rasa diri yang berubah-ubah;
3. impulsivitas dalam paling tidak dua area yang berpotensi untuk merusak
dirinya sendiri (contohnya: pengeluaran uang yang berlebihan, seks,
penyalahgunaan obat-obatan, menyetir sembarangan, atau binge
eating);
4. perilaku bunuh diri, gerak tubuh, ancaman, atau perilaku memutilasi diri
sendiri yang berulang
5. ketidakstabilan emosi yang ditandai oleh suasana hati yang reaktif
seperti: episode dysphoria yang intens, mudah marah, atau kecemasan,
yang biasanya berlangsung hingga beberapa jam dan jarang melebihi
beberapa hari)
6. perasaan kesepian yang kronis
7. kemarahan yang intens dan tidak jelas atau kesulitan untuk
mengendalikan kemarahan, contohnya: sering marah, kemarahan yang
konstan, atau sering melakukan perkelahian fisik
8. memiliki ide-ide paranoid yang terkait dengan stress yang dialaminya,
atau simtom-simtom disosiatif yang parah, yang hanya bersifat
sementara.

3. Intervensi
Intervensi yang akan digunakan untuk gangguan kepribadian ambang
adalah dengan konseling psikodinamik singkat. Psikodinamika dengan jelas
menekankan pada interpretasi tingkah laku sebagai hasil dari interplay dari
motif-motif, dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan dan konflik- konflik.

C. Program Intervensi
Konseling Psikodinamik Singkat mendasarkan pada aspek pragmatis, frame
work kesehatan masyarakat (yang menuntut perubahan minimal yaitu pada suatu
tingkah laku bermasalah yang spesifik. Salah satu dasar pemikirannya adalah
mewujudkan efisiensi. Secara umum konseling psikodinamik singkat memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. menekankan pada keterbatasan waktu,
b. memfokuskan pada problem-problem spesifik yang dapat diintegrasikan secara
baik
c. konselor aktif, fleksibel, dan menjaga kesadaran penuh terhadap waktu
d. klien secara aktif terlibat dalam treatmen baik dalam sessi konseling, maupun
di luar suasana konseling untuk mencoba mempraktekkan tingkah laku-tingkah
laku baru yang dipelajari dalam konseling
e. klien harus memiliki kekuatan-kekuatan dan kualitas penyesuaian yang baik
seperti memiliki motivasi yang tinggi untuk berubah, memiliki hubungan sosial
yang baik
f. konselor harus memiliki keterampilan yang luar biasa
g. klien dan konselor secara aktif terlibat dalam pemecahan suatu problem
psikologis secara tepat
h. tujuan tidak berusaha untuk merekonstruksi kepribadian atau juga tidak untuk
menyembuhkan sakit mental.

Sebelum melakukan intervensi, Konselor terlebih dulu menyiapakn tempat


yang tidak terlalu luas namun juga tidak sempit dengan pencerahan yang cukup dan
tempat yang nyaman serta tenang. Biasanya kondisi tata ruang adalah kursi Konselor
dan klien yang saling berhadapan yang dibatasi oleh meja. Kemudian terdapat rak buku
tentang konseling juga terdapat kursi nyaman yang tampak seperti sofa yang biasanya
ditempati klien untuk proses selama intervensi.
Pada pertemuan pertama, seorang Konselor membangun raport terlebih dulu
dengan klien dengan obrolan-obrolan ringan dan juga wawancara pra-koneslingpada
klien untuk menggali informasi klien. Begitu problem klien sudah didapat, konselor
menyampaikan kesepakatan/kontrak untuk intervensi kedepannya seperti apa. Kontrak
berisi dua komponen yaitu persyaratan structural/structural requirements (menjelaskan
peran tanggung jawab minimal dari klien dan konselor dalam konseling yang akan
diselenggarakan seperti wakyu, biaya dan berapa kali intervensi) dan fokus
konseling/therapeutic focus (menekankan pada problem psikologis yang akan
dipecahkan).
Kemudian dilanjutkan dengan intervensi-intervensi psikoanalitik kedepannya.
Ciri utama dalam intervensi ini adalah Interpretasi. Interpretasi merupakan roda
penggerak dalam serangkaian teknik dari empat teknik: konfrontasi, klarifikasi,
interpretasi, dan working through. Konfrontasi dilakukan dengan menghadirkan bukti
tingkah laku atau pengalaman kepada klien, atau membawa suatu fenomena ke dalam
kesadaran klien. Klarifikasi biasanya tercampur dalam konfrontasi. Klarifikasi meliputi
suatu elaborasi dari fenomena yang telah dikonfrontasikan. Interpretasi menekankan
pada fenomena yang dapat diamati melalui pemaknaan dari makna dan penyebab
psikologis. Konselor yang menggunakan psikodinamika singkat mengiterpretasikan
ketidak sadaran yang dihipotesiskan dan impuls-impuls asli yang muncul secara
langsung.
Terminasi merupakan bagian akhir dari kegiatan konseling psikodinamika
singkat. Aktivitas rerminasi berupa pengakhiran dari kegiatan konseling. Terdapat dua
makna terminasi yaitu: Adanya saling kesepakatan antara klien dan konselor bahwa
tugas-tugas konseling telah dilakukan secara baik. Untuk menunjukkan bahwa tugas-
tugas itu telah dilaksanakan dengan baik, dibutuhkan bukti berupa perubahan-
perubahan pada diri klien seperti yang telah ditargetkan dalam kontrak konseling.
Terminasi terjadi karena waktu yang terbatas telah dijalani/ telah habis waktu.

D. Daftar Pustaka
Suwarjo. Konseling Psikodinamika Singkat (Brief Psychodynamic Counselling) .
Universitas Negeri Yogyakarta (Konseling Psikodinamika Singkat (Brief
Psychodinamic).pdf (uny.ac.id))
Suprapto,M.H.Dialectical Behavior Therapy: Sebuah Harapan bagi Individu dengan
Gangguan Kepribadian Ambang. Fakultas Psikologi, Universitas Pelita Harapan
SurabayaJawa Timur.
Gangguan Kepribadian Ambang - Pengertian, Gejala, Penyebab, Faktor Risiko,
Diagnosis, Pengobatan dan Efek Samping, Pencegahan, Kapan Harus ke Dokter |
Halodoc.com

Anda mungkin juga menyukai