Anda di halaman 1dari 11

BORDERLINE

PERSONALITY DISORDER
ANGGOTA KELOMPOK

AUDREY CHESILIA
RATIH

HASYIM GANJARWATI
200811640901
MAGDALENA
200811640935

OLVINA L.H
200811640841
BORDERLINE PERSONALITY

DISORDER (BPD)
Dalam DSM-5, Borderline Personality Disorder / kepribadian

ambang didefinisikan sebagai suatu gangguan dengan kriteria

ketidakstabilan dalam hubungan interpersonal,

citra/gambaran diri yang kabur, dan impulsivitas yang diawali

pada masa dewasa.

Kepribadian ambang tergolong dalam gangguan kepribadian

aksis II serta termasuk dalam gangguan kepribadian kelompok

B, yaitu orang dengan perilaku yang terlalu dramatis,

emosional, dan eratik/tidak menentu.

Baru bisa dinyatakan apabila orang tersebut telah berusia 18

tahun
gejala umum
borderline personality disorder
Suasana hati yang sering berubah dalam
Sering melakukan tindakan atau
hitungan jam atau hitungan hari
perilaku yang dapat menyakiti diri
Takut berlebihan bahwa dirinya akan
sendiri atau bahkan melakukan
ditinggalkan atau diabaikan
percobaan bunuh diri
Gangguan identitas diri
Sering merasa sangat kesepian
Sering berperilaku impulsif
Mudah marah dan mudah tersinggung
Sering mengalami hubungan yang tidak
Selalu curiga terhadap orang lain
stabil dengan orang lain
STUDI KASUS
FDG (19 tahun), Mahasiswa
Mengalami masalah di sekolah, dan ketika mencoba
speak up pada keluarga, keadaan jadi semakin parah.
Merasa tidak ada yang ada di pihaknya dan tidak ada
tempat yang aman bagi dirinya.

Mengurung diri dan Suicidal Thought


Berhari-hari mengurung diri di kamar gelap dan tidak
makan. FDG juga menyatakan pernah melakukan self-
harm. "Rasanya aku hampir mati"

Berinisiatif pergi ke Psikolog dan Psikiater pada


2019
Ketika meminta dibawa ke Psikiater malah disuruh untuk
melakukan ruqyah oleh keluarganya. Kecuali sang kakak
dan ibu yang akhirnya memahami dia.
STUDI KASUS
Berpindah ke Psikiater
Pada awalnya mencoba ke psikolog dan merasa kurang

karena dia juga membutuhkan obat (gejala sudah terlalu

parah)

Gejala yang dirasakan


Mengisolasi diri, merasa cemas, halusinasi, jantung berdebar

terlalu cepat, tidak makan dan minum, melakukan upaya

menyakiti diri sendiri, berimbas ke kondisi fisik (sakit-sakitan)

Terapi dan Obat


Obat yang dikonsumsi pada saat itu adalah obat untuk
meredakan jantung yang berdebar cepat, obat tidur, obat
penenang. Dan pada saat itu diminta untuk kontrol 2 minggu
sekali.
Untuk terapi yang digunakan DBT (Dialectical Behavioral
Therapy) dan Client-Centered (psikiater mengajak FDG
untuk berbicara tentang dirinya dan perasaan-perasaannya)
Dialectical Behavioral ThERAPY (DBT)
Dialectical behavior therapy adalah salah satu jenis terapi wicara. Terapi ini biasa dipakai untuk
membantu pengobatan pengidap gangguan mental yang mengalami kesulitan untuk mengontrol
emosi mereka. Cara kerja DBT hampir sama dengan terapi kognitif dan perilaku (CBT), tapi lebih
dikhususkan bagi orang-orang yang mempunyai masalah dalam mengendalikan emosi.
Fokus dari terapi ini yaitu membantu pengendalian emosi dan menghilangkan kebiasaan yang bisa
berdampak buruk dan berbahaya pada pengidap gangguan mental.

client centered ThERAPY


Konseling client centered merupakan teknik konseling dimana yang berperan adalah konseli
sendiri, konseli dibiarkan untuk menemukan solusi masalah mereka sendiri terhadap masalah yang
tengah mereka hadapi
STUDI KASUS
Dukungan orang sekitar
FDG mengaku sudah bercerita pada beberapa temannya,

dan mendapatkan respon yang positif berupa dukungan

seperti berkala menanyakan keadaannya, dll .


di keluarga juga masih ada kakak dan ibunya yang

mendukung dia

Trigger
Beberapa tahun ini sudah jarang kambuh, tapi bisa ke trigger oleh

hal-hal yang sangat menyakiti perasaannya.


Seperti beberapa bulan yang lalu, FDG harus kembali ke psikiater

karena ditinggalkan oleh pasangannya sedangkan ia juga sedang

dituntut sibuk dalam organisasinya

Cara mengatasi jika kambuh


jika sudah merasa kurang enak dia akan melakukan me-time
(makan, nonton, atau healing) dan selama ini hal tersebut
cukup membantu mengurangi gejala yang akan muncul.
Namun jika dirasa kurang membantu, tanpa berpikir panjang
dia akan langsung menemui psikiater.
imbas pada kehidupan sehari-hari
FGD merasa jika sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja atau
gangguan tersebut sedang muncul ia cenderung menjauh dari orang-orang
dan mengurung dirinya. Ketika ia benar-benar sedang dalam mode seperti itu
ia akan benar-benar tidak mau bertemu dengan orang lain dan hanya berdiam
diri di kamar saja. Dia akan menghabiskan waktunya sendirian hingga ia
merasa lebih baik.
Penerimaan diri
FDG telah menyadari bagaimana kondisinya dan karena telah rutin ke psikiater dan juga mendapatkan

dukungan sosial dari ibu, kakak, dan teman-temannya, pelan-pelan FDG mulai bisa berdamai dengan

kondisinya dan tidak mudah ter-trigger oleh hal-hal kecil yang dulu sangat berimbas pada dirinya. FDG

juga bersyukur jika mengingat bagaimana dia berhasil survive pada tahun 2019 lalu
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai