BPD sering menyebabkan gejala seperti perubahan suasana hati yang ekstrim dan
ketidakpastian dalam cara seseorang memandang diri sendiri dan orang lain.
Orang dengan BPD cenderung mengalami kesulitan mengatur emosi, perasaan
tidak stabil, dan pola hubungan yang intens.
Pada intinya, BPD memengaruhi cara berpikir dan perasaan seseorang tentang
diri mereka sendiri dan orang lain sehingga berdampak negatif pada kehidupan
sehari-hari, menurut Mayo Clinic.
3. Gangguan kepribadian borderline dan gangguan bipolar bukanlah hal yang sama.
Kedua gangguan ini memang memiliki beberapa kesamaan, yaitu perubahan
suasana hati dan perilaku yang ekstrim.
Namun, pada bipolar, perubahan tersebut terjadi antara episode depresi dan
manik (memiliki suasana hati yang meningkat dan energik secara tidak normal)
atau episode hipomanik, yang juga melibatkan tingkat energi dan aktivitas yang
sangat tinggi tetapi pada tingkat yang lebih rendah.
Selain itu, ketakutan akan pengabaian dan hubungan pribadi yang tidak stabil
pada BPD tidak termasuk dalam kriteria diagnostik gangguan bipolar.
4. Orang dengan BPD berada pada risiko tinggi untuk melukai diri sendiri dan
bunuh diri karena campuran emosi dan impulsif yang intens.
Seiring dengan keinginan menyakiti diri sendiri, ide dan perilaku bunuh diri secara
signifikan lebih lazim di antara orang dengan BPD, menurut NIMH.
5. Tidak ada penyebab tunggal BPD, tetapi para ahli yakin ada beberapa faktor
risiko utama yang terlibat.
NIMH mencatat, penelitian menunjukkan kombinasi faktor keturunan, neurologis
dan lingkungan meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami BPD.
Gangguan bipolar dan borderline personality disorder adalah dua jenis gangguan kepribadian yang kerap
dikira sama, lantaran memiliki gejala yang serupa. Padahal keduanya berbeda, lho. Apa saja perbedaan
antara gangguan bipolar dan borderline personality disorder? Berikut akan diulas terlebih dahulu satu
persatu.
Gangguan Bipolar
‘Bipolar’ memiliki arti ‘dua kutub’, dan seperti namanya pula gangguan bipolar dijelaskan sebagai suatu
kondisi ketika seseorang memiliki atau menunjukkan 2 kutub emosi yang sangat berbeda. Gangguan ini
terdiri atas 2 fase, yaitu mania dan depresi. Fase mania ditandai dengan episode kebahagiaan yang meluap-
luap, sedangkan fase depresi adalah kebalikannya, ditunjukkan dengan rasa sedih dan depresi yang
berlebihan.
Lebih spesifik, gejala yang ditunjukkan ketika seorang pengidap gangguan bipolar
mengalami fase mania adalah:
Jadi lebih waspada terhadap lingkungan sekitarnya, mulai dari barang jatuh, sentuhan
orang lain, hingga suara-suara yang didengarnya.
Tidak bisa tidur, begadang semalaman tapi tidak merasa mengantuk atau lelah di pagi
hari.
Sementara itu, ketika pengidap gangguan bipolar mengalami fase depresi, beberapa gejala
yang ditunjukkan adalah:
Kehilangan tenaga dan energi secara drastis, biasanya pengidap tidak bisa
meninggalkan tempat tidur hingga berjam-jam atau berhari-hari.
Terobsesi terhadap kematian, ingin bunuh diri, atau percobaan bunuh diri.
Perubahan pola makan secara drastis, entah nafsu makan hilang atau meningkat.
Memiliki sejarah asmara yang tidak stabil (berubah drastis) dari cinta yang amat
sangat berubah menjadi kebencian.
Mengalami perubahan mood yang terus-menerus, berlangsung selama beberapa hari atau hanya
beberapa jam.
Perilaku impulsif, berisiko, merusak diri sendiri yang berbahaya. Misalnya suka
menyakiti diri sendiri secara fisik, mengemudi dengan sembrono, atau melakukan
penyalahgunaan narkoba dan alkohol.
Paranoid.
Selain itu, gangguan bipolar bisa terjadi tanpa pemicu yang jelas alias muncul tiba-tiba. Berbeda
dengan borderline personality disorder, yang dapat muncul ketika dipicu oleh faktor-faktor seperti konflik
dengan orang terdekat.