GANGGUAN DEPRESI
Oleh :
NAMA : NIM :
https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/HIJP/article/view/102/62
1. Klasifikasi Depresi
a. Gangguan Distimia
Gangguan depresi dengan gejala kronis yang terjadi kurang lebih dua tahun
dan berada pada tingkat keparahan, tetapi bisa juga mengakibatkan fungsi normal
yang baik
b. Gangguan Depresi Mayor
Gangguan yang terjadi lebih dari satu episode depresi. Gangguan ini dapat
terjadi tanpa adanya riwayat episode manik atau hipomanik yang alami
c. Gangguan Depresi Bipolar
Gangguan yang melibatkan suasana hati penderitanya menjadi ekstrim
(euphoria). Gangguan ini dapat dipicu oleh stress atau tekanan yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari penderitanya.
2. Tanda dan Gejala Depresi
a. Gejala Fisik
- Gangguan pola tidur; Sulit tidur (insomnia) atau tidur berlebihan
(hipersomnia) dan merasa tidak segar
- Menurunnya tingkat aktivitas, misalnya kehilangan minat, kesenangan atas
hobi atau aktivitas yang sebelumnya disukai.
- Sulit makan atau makan berlebihan (bisa menjadi kurus atau kegemukan)
- Gejala penyakit fisik yang tidak hilang seperti sakit kepala, masalah
pencernaan (diare, sulit BAB dll), sakit lambung dan nyeri kronis
- Terkadang merasa berat di tangan dan kaki
- Energi lemah, kelelahan, menjadi lamban
- Sulit berkonsentrasi, mengingat, memutuskan
b. Gejala Psikis
- Rasa sedih, cemas, atau hampa yang terus – menerus.
- Rasa putus asa dan pesimis
- Rasa bersalah, tidak berharga, rasa terbebani dan tidak berdaya/tidak berguna
- Tidak tenang dan gampang tersinggung
- Berpikir ingin mati atau bunuh diri
- Sensitive
- Kehilangan rasa percaya diri
c. Gejala Perasaan
- Kehilangan minat dalam kegiatan yang dulu merupakan kesenangan
- Penurunan minat dan kesenangan seks
- Perasaan tidak berguna, putus asa dan perasaan bersalah yang besar
- Tidak ada perasaan
- Perasaan akan terjadi malapetaka
- Kehilangan percaya diri
- Perasaan sedih dan murun yang lebih buruk di pagi hari
- Manangis tiba-tiba tanpa alasan yang jelas
- Iritable tidak sabar, marah dan perasaan agresif
d. Gejala Perilaku
- Menarik diri, menyendiri, malas
- Tidak ada motivasi untuk melakukan apapun
- Hilangnya hasrat untuk hidup dan keinginan untuk bunuh diri
- Menghindari mengambil keputusan
- Mengabaikan kewajiban seperti pekerjaan rumah, sekolah dll
- Penurunan dalam perawatan diri
Keterangan :
a. Asertif : Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain
dan memberikan ketenangan
b. Frustasi : Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat
menemukan alternative
c. Pasif : Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya
d. Agresif : Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut
tetapi masih terkontrol
e. Kekerasan : Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol
4. Faktor predisposisi
a. Genetik
Faktor genetik merupakan faktor yang sangat bermakna sebagai penyebab
timbulnya depresi. Penelitian menunjukkan bahwa keluarga generasi pertama
mempunyai resiko delapan sampai 18 kali lebih banyak dibandingkan kontrol
subyek normal oleh penderita deprsi. Pada kembar homozigot untuk dapat terkena
depresi sekitar 50% sedangkan untuk kembar dizigot 10-25%.
b. Faktor personaliti
Telah diketahui sejak lama bahwa kepribadian individu juga berperan dalam
menyumbang terjadinya depresi pada seseorang. Individu yang memiliki
kepribadian yang kuat akan cenderung dapat mengatasi masalah yang dihadapi,
namun individu yang mengalami ketergantungan terhadap orang lain cenderung
mudah mengalami depresi karena kepribadiannya rapuh.
c. Periode perkembangan kritis
Keadaan ini juga dapat menyumbang sebagai faktor penyebab seseorang
mengalami depresi. Selama individu menjalani proses ini, seseorang akan belajar
untuk mengenali dan mencari solusi terbaik dalam menghadapi setiap masalah
yang datang untuk dapat diadaptasikan sesuai dengan keadaan yang sehat.
Sehingga apabila seseorang tidak mampu mengatasi beberapa stresor yang ada
pada periode perkembangan kritis ini akan dapat menimbulkan berbagai masalah
kesehatan jiwa.
5. Faktor presipitasi
a. Faktor fisik
Faktor yang berasal dari gangguan fisik yang dialami oleh individu sehingga
akhirnya mengalami depresi.
b. Faktor psikis
Faktor yang berasal dari mental individu yang dialami secara terus menerus
sehingga akhirnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah tidak dapat lagi
dipertahankan sehingga individu mengalami depresi.
6. Pohon Masalah
7. Faktor Sosial
Faktor Biologi Faktor Psikologis/
• Perubahan Hormon Kepribadian • Kehilangan
• Penyakit fisik yang • Harga diri yang rendah • Pasca Bencana
berkepanjangan • Tidak asertif • Melahirkan
• Kadar Norepinefrin & • Pemikiran irasional seperti • Masalah Keuangan
serotonin menyalahkan diri sendiri • Ketergantungan Narkoba & Alkohol
• Ruminative coping • Trauma masa kecil
• Isolasi sosial
• Usia & gender
• Tuntutan dan peran sosial
• Situasi kehidupan sehari-hari
Keterangan:
Causa
Masalah Utama
(Dirgayunita, 2016)
Risiko Masalah yang Dapat Muncul Akibat Depresi
8. Mekanisme Koping
a. Koping Psikologi
Umumnya gejala yang ditimbulkan akibat cemas dan stress psikologis tergantung
2 (dua) faktor, yaitu :
- Bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap stressor artinya
seberapa berat ancaman yang dirasakan oleh individu tersebut terhadap
stressor yang diterimanya.
- Keefektifan strategi koping yang digunakan oleh individu, artinya dalam
menghadapi stressor jika strategi yang digunakan efektif maka menghasilkan
adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru dalam kehidupan, tetapi jika
sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan fisik maupun psikologis.
b. Koping Psikososial
1) Task Oriented Reaction (Reaksi berorientasi pada tugas)
- Kompromi, digunakan untuk merubah cara melakukan, merubah tujuan
atau memuaskan aspek kebutuhan pribadi seseorang yaitu cara konstruktif
yang digunakan oleh individu dimana dalam menyelesaikan masalahnya
individu menempuh jalan dengan melakukan pendekatan negosiasi atau
bermusyawarah
- Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik atau
psikologis, reaksi fisik yaitu individu lari atau pergi untuk menghindari
sumber stressor misalnya menjauhi populasi. Sedangkan reaksi psikologis
individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat,
sering disertai rasa takut dan bermusuhan
- Perilaku menyerang (fight), reaksi yang ditampilkan oleh individu dalam
menghadapi masalah ini dapat konstruktif atau destruktif. Tindakan yang
konstruktif misalnya, penyelesaian masalah dengan teknik asertif yaitu
antara lain tindakan yang dilakukan dengan mengatakan terus-terang
tentang ketidaksukaannya terhadap perlakuan yang tidak menyenangkan
pada dirinya. Sedangkan cara destruktif yaitu individu melakukan
tindakan penyerangan terhadap stressor, dapat juga merusak dirinya
sendiri, orang lain maupun lingkungan dan bermusuhan.
2) Ego Oriented Reaction (Reaksi Berorientasi pada Ego)
- Rasionalisasi; usaha yang dilakukan untuk menghindari dari masalah
psikologis dengan selalu memberikan alasan secara rasional, sehingga
masalah yang dihadapi dapat teratasi
- Displacement; upaya untuk mengatasi masalah psikologis dengan
melakukan pemindahan tingkah laku kepada objek lain
- Denial; upaya pertahanan diri dengan cara penolakan terhadap masalah
yang dihadapi atau tidak mau menerima kenyataan yang dihadapinya.
- Reaksi formasi; adopsi perilaku atau perasaan yang sangat berlawanan
dengan emosi seseorang yang sebenarnya.
- Sublimasi; mengganti perilaku konstruktif dan dapat diterima masyarakat
dengan impuls yang kuat yang tidak diterima dalam bentuk aslinya.
- Isolasi; memisahkan komponen emosional dari sebuah pemikiran yang
mungkin hanya sementara atau jangka waktu lama.
- Represi; upaya untuk mengatasi masalah dengan cara menghilangkan
pikiran masa lalu yang buruk dengan melupakannya, menahan ke alam tak
sadar atau disengaja.
- Proyeksi; mekanisme pertahanan diri dengan menempatkan sifat batin
sendiri ke dalam sifat batin orang lain.
9. Strategi Pelaksanaan
a. Farmakologi
- Antidepresan
Antidepresan tergolong aman dikarenakan mempunyaiefek samping
ynag minimal daripada golongan antidepresi lainnya. Pongobatan dengan
antidepresan terbukti sebagai terapi yang dapat menurunkan resiko bunuh diri
pada lansia. Beberapa obat antidepresan yaitu :
1) Monoamine Axidase Inhibitors (MAOI)
Penggunaan MAOI hanya pada saat antidepresan lain tidak
bekerja daengan baik. Penggunaan MAOI harus sesuai resep dan tidak
boleh overdosis karena akan menyebabkan stroke bahkan infark
miokard. Efek samping yang biasa terjadi berupa, mual, pusing bibir
kering dan pertambahan berat badan.
2) Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs)
Berfungsi untuk menghambat sistem saraf. SSRIs mempunyai
tingkat keamanan yag lebih baik dari MAOI dan TSA. Efek samping
yang paling umum terjadi adalah sakit kepala, mengantuk, mual, diare
dan mulut kering. Obat SSRIs akan berbahaya jika di konsumsi dengan
obat-obatan lain yang tidak sesuai. Contohnya saat SSRIs dikonsumsi
dengan obat-obatan serotonin lainnya dan akan mnegakibatkan
sindrom serotonin yang dapat mengancam jiwa.
3) Tricyclic Antidepressant (TSA)
Efek samping dalam penggunaan obat ini adalah penglihatan
kabur, keraguan berkemih dan mulut kering. Pada penggunaan yang
berlebihan akan mnegakibatkan melambatkan intracardiac serta
aritmia.
b. Non-Farmakologi
- Terapi Musik
Salah satu terapi komplementer yang digunakan dalam
penatalaksanaan depresi adalah berupa musik. Terapi ini berupa komunikasi
antara pasien dan perawat dalam bentuk musik yang di arahkan pada tujuan
pendekatan partisipatif.
- Pendekatan Psikodinamik
Pendekatan tersebut tidak hanya bertujuan untuk menghilangkan gejala
tetapi juga mengarah kepada perubahan sikap yang diharapkan dapat
mengatasi stresor yang menjadi pemicu depresi. Salah satu pendekatannya
adalah spiritual well-being yang mengarah kepada hubungan batin manusia
dan dunia yang lebih luas seperti kebahagiaan dan hubungan dengan Tuhan.
Metode ini berfokus pada diri sendiri dan bertujuan untuk mendorong pasien
utnuk dapat mengontrol kehidupan dan membangun hubungan yang positif.
Referensi
Dirgayunita, A. (2016). Depresi: Ciri, Penyebab dan Penanganannya. Journal An-nafs:
Kajian dan Penelitian Psikologi, 1(1), 5-6.
Hadi, I., Fitriwijayati, Usman, R. D., & Rosyanti, L. (2017). Gangguan Dperesi Mayor: Mini
Review. Helath Information Jurnal Penelitian, 9 (1), 32.
Irwana, H. (2013). Gangguan Depresi pada Lanjut Usia. CKD, 40 (11), 815-818.
Pratama, R. N., & Puspitosari, W. A. (2019). Terapi Musik dalam Menurunkan Tingkat
Depresi pada Lansia. Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), 606.
https://doi.org/10.35842/jkry.v6i2.302
Rachmani, S., & Mayasari, D. (2017). Kombinasi Farmakoterapi dan Psikoterapi Pada
Pengobatan Episode Depresif Sedang Dengan Gejala Somatis Combination Of
Pharmacotherapy And Psychotherapy On The Treatment Of Moderate Depressive
Episode With Somatic Symptoms. Jurnal Medula Unila, 7(2), 133–139.