Gangguan –
Gangguan Psikologis
Gangguan Mood
07
Psikologi Psikologi W611700024 M. Zulfan Reza, M.Si, Psikolog
Abstract Kompetensi
Menurut The DSM-5, ada dua tipe umum gangguan Mampu menjelaskan gangguan –
mood, yakni Depressive Disorders dan Bipolar gangguan yang tergolong dalam
Disorders. Gangguan mood terkait dengan fenomena gangguan mood, etiologi dari
bunuh diri. Orang yang mengalami depresi gangguan – gangguan tersebut dan
menunjukkan gejala - gejala utama berupa cara – cara atau treatmen untuk
kesedihan mendalam dan / atau ketidakmampuan mengatasinya
untuk mengalami kesenangan. Gejala manik adalah
ciri khas dari gangguan bipolar. Etiologi gangguan
mood adalah faktor neurobiologi, social dan
psikologis. Treatmennya adalah terapi kognitif,
interpersonal, terapi keluarga dan obat antidepresan.
Pembahasan
Pada modul ini kita akan membahas tentang gangguan – gangguan psikologis yang
tergolong dalam gangguan mood (mood disorder). Setelah mempelajari modul ini,
mahasiswa/wi akan dapat menjelaskan gangguan – gangguan yang tergolong dalam
gangguan mood, etiologi dari gangguan – gangguan tersebut dan cara – cara atau treatmen
untuk mengatasinya.
Tulisan dalam modul ini disusun berdasarkan atau merujuk pada dua literatur utama, yakni
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi 5 (DSM 5) dan Kring, A.M,
Johnson, S.L., Davidson, G.C., & Neale, J.M (2014) Abnormal Psychology. Wiley (Asia)
Pte.LTD.
I. Pengertian
Sebelum kita lanjutkan pembahasan tentang gangguan mood, berikut disampaikan
beberapa istilah terkait gangguan mood yang dikutip dari APA dictionary of psychology
tahun 2015 dan DSM 5 sebagai berikut:
1. Depresi.
Depresi merupakan keadaan afektif negatif, mulai dari ketidakbahagiaan dan
ketidakpuasan sampai dengan perasaan kesedihan, pesimisme, dan kedukaan yang
ekstrim, yang mengganggu kehidupan sehari-hari. Berbagai perubahan fisik, kognitif, dan
sosial juga cenderung terjadi bersamaan, termasuk kebiasaan makan atau tidur yang
berubah, kurangnya energi atau motivasi, sulit berkonsentrasi atau mengambil
keputusan, dan menarik diri dari kegiatan sosial.
2. Mania
Mania merupakan keadaan kegembiraan, aktivitas yang berlebihan, dan agitasi
psikomotorik, sering disertai dengan optimisme yang berlebihan, atau penilaian yang
terganggu.
4. Affect (Afek)
Sebuah pola perilaku yang dapat diamati yang merupakan ekspresi dari pengalaman
subyektif keadaan/kondisi perasaan (emosi). Contoh afek adalah diantaranya adalah
kesedihan, kegembiraan, dan kemarahan. Berbeda dengan dengan suasana hati (mood)
yang mengacu pada "iklim" emosional yang meresap dan berkelanjutan, afek mengacu
pada perubahan yang lebih berfluktuasi dalam "cuaca" emosional. Jadi ibaratnya mood
adalah “iklim” dan afek adalah “cuaca”.
5. Emotion (Emosi) pola reaksi yang kompleks, yang melibatkan elemen pengalaman,
perilaku, dan fisiologis, yang dengannya seseorang berupaya menangani/menghadapi
sesuatu atau peristiwa yang signifikan. Kualitas spesifik dari emosi (mis., takut, malu)
ditentukan oleh signifikansi/makna peristiwa tersebut bagi dirinya. Misalnya, jika peristiwa
dimaknai ancaman, rasa takut mungkin akan muncul.
Menurut The DSM-5, ada dua tipe umum gangguan mood, yakni Depressive Disorders
dan Bipolar Disorders. Berikut akan dijelaskan secara lebih rinci terkait gangguan tersebut.
1. Depressive Disorders
Orang yang mengalami depresi menunjukkan gejala - gejala utama berupa kesedihan
mendalam dan / atau ketidakmampuan untuk mengalami kesenangan. Mungkin sebagian
besar dari kita pernah mengalami hal tersebut, dan menganggap kita mengalami depresi.
Namun, tanpa intensitas dan durasi yang ada sesuai kriteria di DSM, gejala tersebut
belum cukup untuk menegakkan diagnosa bahwa seseorang mengalami gangguan
depresif.
Ketika gangguan depresi berkembang dalam diri seseorang, ada beberapa gejala yang
mungkin muncul sebagai berikut:
Sering melihat hal-hal dengan cara yang sangat negatif, dan cenderung kehilangan
harapan.
Di dalam benak mereka mungkin bergema tuduhan negatif terhadap diri sendiri.
Sulit untuk berkonsentrasi sehingga kesulitan menyerap apa yang mereka baca dan
dengar.
Gangguan Depresif Utama adalah gangguan yang bersifat episodik, karena gejalanya
cenderung hadir untuk jangka waktu tertentu dan kemudian hilang. Meskipun episode
gangguan cenderung menghilang dengan berjalannya waktu, episode gangguan yang tidak
diobati (treatment) dapat berlangsung selama 5 bulan atau bahkan lebih lama. Bagi
sebagian kecil orang, depresi bisa menjadi kronis — orang tersebut tidak sepenuhnya
kembali ke tingkat fungsi sebelumnya. Episode-episode Gangguan Depresif Utama
cenderung berulang — setelah episode gangguan hilang, seseorang mungkin akan
mengalami episode yang lain.
2. Bipolar Disorders
Berdasarkan DSM-5, ada beberapa gangguan Bipolar Disorders sebagai berikut.
a. Bipolar I Disorder
b. Bipolar II Disorder
c. Cyclothymic Disorder
d. Substance/Medication-Induced Bipolar and Related Disorder
e. Bipolar and Related Disorder Due to Another Medical Condition
f. Other Specified Bipolar and Related Disorder
g. Unspecified Bipolar and Related Disorder
Yang akan kita bahas dalam modul ini adalah pon a – c.
Gejala manik atau mania adalah ciri khas dari masing-masing gangguan ini. Gangguan
bipolar dibedakan berdasarkan seberapa parah dan lama gejala mania tersebut.
Gangguan ini diberi label "bipolar" karena kebanyakan orang yang mengalami mania juga
akan mengalami depresi selama hidup mereka (mania dan depresi dianggap kutub yang
berlawanan). Episode depresi tidak diperlukan untuk diagnosis bipolar I, tetapi diperlukan
untuk diagnosis gangguan bipolar II.
Mania adalah keadaan kegembiraan yang intens atau lekas marah disertai dengan gejala
lain yang ditunjukkan dalam kriteria diagnostik. Mania biasanya datang tiba-tiba selama
satu atau dua hari. Selama episode manik, orang mungkin akan menunjukkan gejala
sebagai berikut:
Bertindak dan berpikir dengan cara yang sangat tidak biasa dibandingkan dengan diri
mereka sendiri.
Menjadi lebih keras dan membuat aliran komentar yang tak henti-hentinya, kadang-
kadang penuh dengan permainan kata-kata, lelucon, sajak, dan kata seru tentang
rangsangan terdekat yang telah menarik perhatian mereka.
Sulit untuk diinterupsi Ketika berbicara dan dapat bergeser dengan cepat dari satu
topik ke topik lainnya (flight of ideas)
Menjadi sangat percaya diri.
Menyadari konsekuensi potensial yang membawa petaka dari perilaku mereka, yang
dapat mencakup aktivitas seksual yang tidak bijaksana, pengeluaran berlebihan, dan
mengemudi sembrono.
Tidak tidur tetapi tetap sangat energik.
Bisa dengan cepat menjadi kesal dan bahkan marah Ketika ada upaya orang lain
untuk mengekang perilakunya.
a. Bipolar I Disorder
Dalam DSM-5, kriteria untuk diagnosis gangguan bipolar I (sebelumnya dikenal sebagai
manic-depressive disorder) termasuk episode mania tunggal selama masa hidup
seseorang. Episode bipolar cenderung berulang. Lebih dari setengah orang dengan
gangguan bipolar I mengalami empat episode atau lebih (Goodwin & Jamison, 1990
dalam kring et.al, 2014).
b. Bipolar II Disorder
DSM-5 juga memasukkan bentuk gangguan bipolar yang lebih ringan, yang disebut
gangguan bipolar II. Untuk dapat didiagnosis dengan gangguan bipolar II, seseorang
harus mengalami setidaknya satu episode depresi mayor dan setidaknya satu episode
hypomania yakni kelainan mood yang menyerupai mania tetapi intensitasnya lebih
rendah.
c. Cyclothymic Disorder
Gangguan cyclothymic adalah gangguan mood kronis kedua (yang lainnya adalah
gangguan depresi persisten). Seperti diagnosis gangguan depresi persisten, kriteria
DSM-5 mensyaratkan bahwa gejala hadir setidaknya selama 2 tahun. Pada gangguan
cyclothymic, orang tersebut memiliki gejala depresi yang sering tetapi ringan, bergantian
dengan gejala mania ringan. Meskipun gejalanya tidak mencapai tingkat keparahan yang
penuh dari episode hipomanik atau depresi, orang dengan gangguan dan orang-orang
yang dekat dengan mereka biasanya melihat naik turun suasana hatinya. Selama posisi
terendah, seseorang mungkin sedih, merasa tidak mampu, menarik diri, dan tidur selama
10 jam. Selama masa puncak, seseorang mungkin riuh (heboh), terlalu percaya diri, suka
berteman, dan perlu sedikit tidur.
b. Cognitive Theories
Menurut teori kognitif, pikiran dan kepercayaan negatif dipandang sebagai penyebab
utama depresi. Misalnya pikiran pesimistis dan kritis terhadap diri sendiri. Ada tiga teori
kognitif terkait depresi yakni; Teori Beck, teori keputusasaan dan Teori ruminasi.
Beck’s Theory
Aaron Beck yang teorinya dikenal dengan nama Beck’s Theory menjelaskan bahwa
depresi terkait dengan triad negatif: yang pandangan negatif yang dimiliki seseorang
tentang diri, dunia, dan masa depannya. Sebagai contoh, orang mungkin berpikir
Rumination Theory
Menurut Susan Nolen-Hoeksema, cara berpikir tertentu yang disebut ruminasi dapat
meningkatkan risiko depresi. Ruminasi adalah kecenderungan untuk terus-menerus
memikirkan pengalaman dan pikiran sedih, atau untuk mencerna materi berulang-
ulang. Bentuk ruminasi yang paling merugikan mungkin kecenderungan untuk
merenung atau untuk menyesal merenungkan mengapa peristiwa sedih terjadi
(Treynor, Gonzalez, & Nolen-Hoeksema, 2003 dalam Kring et.al, 2014).
Mitos Fakta
Orang yang membahas bunuh diri tidak Hingga tiga perempat dari mereka yang bunuh diri
akan melakukan bunuh diri. mengkomunikasikan niat mereka sebelumnya.
Bunuh diri dilakukan tanpa peringatan. Orang biasanya memberikan banyak peringatan,
seperti mengatakan bahwa dunia akan lebih baik
tanpa mereka atau memberikan hadiah harta
benda yang tak terduga dan yang sangat berharga
yang tak bisa dijelaskan.
Orang yang ingin bunuh diri ingin mati. Kebanyakan orang bersyukur setelah bunuh diri
dapat dicegah.
Orang yang mencoba bunuh diri Banyak orang tidak mengetahui dengan baik
dengan cara yang tidak mematikan tentang dosis pil atau anatomi manusia. Karena
V.1.b.Neurobiological Models
Studi pada orang kembar menunjukkan bahwa 48 % percobaan bunuh diri terjadi karena
faktor keturunan. Studi tentang adopsi juga menunjukkan bukti yang mendukung factor
hereditas terhadap bunuh diri.
Level serotonin yang rendah nampaknya berhubungan dengan depresi. Oleh karena itu
ada hubungan antara kadar serotonin dan bunuh diri. Penemuan lain menunjukkan
disfungsi serotonin dapat meningkatkan risiko bunuh diri.
V.1.d.Psychological Models
Bunuh diri mungkin memiliki banyak arti yang berbeda pada tiap orang yang mencoba
melakukannya. Bunuh diri mungkin dimaksudkan untuk menimbulkan rasa bersalah pada
orang lain, untuk memaksa cinta dari orang lain, untuk menebus kesalahan kesalahan,
untuk melepaskan diri dari perasaan yang tidak dapat diterima, untuk bergabung kembali
dengan orang yang dicintai yang sudah meninggal, atau untuk melarikan diri dari rasa sakit
emosional atau kekosongan emosional.
Defisit kemampuan pemecahan masalah juga memprediksi upaya bunuh diri secara
prospektif Keputusasaan, yang dapat didefinisikan sebagai harapan bahwa kehidupan di
masa depan tidak akan lebih baik dari sekarang, sangat kuat terkait dengan bunuh diri.
Sementara itu, Orang dengan lebih banyak alasan untuk hidup cenderung tidak terlalu ingin
bunuh diri daripada mereka yang memiliki sedikit alasan untuk hidup (Ivanoff, Jang, Smyth,
et al., 1994 dalam Kring et.al 2014). banyak orang berpikir tentang bunuh diri tetapi relatif
sedikit yang melakukan tindakan bunuh diri. Penelitian mendokumentasikan bahwa orang-
orang yang lebih impulsif lebih mungkin untuk mencoba bunuh diri atau mati karena bunuh
Daftar Pustaka
Kring, A.M, Johnson, S.L., Davidson, G.C., & Neale, J.M (2014) Abnormal Psychology.
Wiley (Asia) Pte.LTD