TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Depresi
2.1.1.
Pengertian
Menurut PPDGJ III, depresi adalah adanya gangguan suasana
perasaan, kehilangan minat, menurunnya kegiatan dan pesimisme
menghadapi masa yang akan datang.
2.1.2.
Gejala Klinis
Gejala klinis depresi merupakan gangguan kejiwaan pada alam
perasaan yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah
hidup, perasaan tidak berguna, putus asa, dan lain sebagainya. Gejalagejala depresi termasuk kesedihan mendalam dan/atau ketidakmampuan
untuk mengalami kenikmatan. Gejala fisik dari depresi juga umum,
termasuk energi kelelahan dan merasa sakit fisik. Meskipun orang-orang
dengan depresi biasanya merasa lelah, mereka mungkin merasa sulit untuk
tertidur, dan mungkin sering terbangun (Davison, dkk, 2010).
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV
Text Revision (DSM-IV-TR), kriteria diagnosis untuk episode depresif
mayor adalah sedikitnya lima gejala harus dijumpai selama periode dua
minggu dan harus ada perubahan dari fungsi sebelumnya. Diantara gejala
yang harus ada adalah depressed atau irritable mood atau kehilangan
minat atau kegembiraan. Gejala lain adalah kegagalan kenaikan berat
badan, insomnia atau hypersomnia, agitasi atau retardasi psikomotor,
kelelahan atau hilang tenaga, perasaan tidak berharga atau rasa bersalah
yang tidak sesuai, berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau
konsentrasi dan pemikiran tentang kematian (Sadock BJ, Sadock VA,
2007).
Keltner, dkk (1999) menjelaskan bahwa individu menderita gangguan
depresi jika satu atau lebih gejala depresi telah ada selama periode dua
minggu dan merupakan perubahan dari keadaan biasa seseorang. Gejala
depresi ialah keadaan emosi yang tertekan sebagian besar waktu dalam
satu hari, hampir setiap hari, yang ditandai oleh laporan subjektif (misal:
5
rasa sedih atau hampa) atau pengamatan orang lain (misal: terlihat seperti
ingin menangis).
Beberapa gejala yang mungkin terjadi pada seseorang yang mengalami
depresi (Keltner, dkk, 1999) yaitu:
Kehilangan minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua
kegiatan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari
2.1.3.
Etiologi Depresi
Penyebab terjadinya depresi dapat dibagi ke dalam beberapa sudut
pandang. Sudut pandang tersebut yaitu sudut pandang psikologi, sudut
pandang kognitif dan sudut pandang interpersonal (Fausiah dan Widury,
2005).
Menurut sudut pandang psikologi, penyebab depresi menggunakan
pendekatan psikoanalisis. Proses pembentukan depresi berawal setelah
anak mengalami kehilangan seseorang yang sangat dicintai karena
meninggal, perpisahan, atau penarikan afeksi. Periode ini diikuti periode
berduka, dimana ia akan mengingat kenangan dari orang yang hilang dan
memisahkan diri darinya dengan orang lain tersebut yang di anggap
meninggalkannya dan melepaskan pula ikatan yang tadinya digabungkan.
Periode berduka akan menjadi periode berkelanjutan untuk menyiksa diri,
menyalahkan diri, dan berakhir pada kondisi depresi (Fausiah dan Widury,
2005).
Pada sudut kognitif terdapat empat pendekatan kognitif untuk
menjelaskan tentang depresi, yaitu teori Depresi Beck, teori Learned
Helplessness, teori atribusi, dan teori hopelessness. Teori Depresi Beck
menjelaskan bahwa depresi terjadi karena pemikiran individu tersebut
dibiaskan pada interpretasi negatif. Interpretasi negatif tentang diri seperti
gambaran pesimis tentang diri, dunia, dan masa depan. Keyakinan negatif
dipicu oleh peristiwa-peristiwa hidup yang negatif seperti asumsi bahwa
saya harus sempurna. Sikap-sikap negatif akan membuat bias-bias
kognitif dan memicu depresi.
Teori Learned Helplessness menjelaskan bahwa depresi muncul akibat
peristiwa menyakitkan yang tidak dapat dikontrol. Peristiwa yang
menyakitkan tersebut diperoleh dari pengalaman hidup yang tidak
menyenangkan dan trauma yang gagal dikontrol oleh individu. Kondisi
seperti itu akan menghasilkan ketidakberdayaan yang memicu depresi.
Teori atribusi merupakan penjelasan yang dimiliki seseorang tentang
tingkah laku. Orang akan mengalami depresi apabila mengatribusi
peristiwa
negatif
dengan
atribusi
global
(mengumumkan
semua
2.1.5.
Penatalaksanaan Depresi
Individu yang mengalami depresi harus mendapatkan penanganan
segera. Jika dibiarkan lebih lanjut akan memicu perilaku tindakan bunuh
diri (Hawari, 2010). Salah satu penanganan depresi ialah melalui
konseling. Konseling merupakan proses bantuan penyelesaian masalah,
bersifat terbuka dengan bertemu muka yang diberikan oleh tenaga
profesional. Konseling dilakukan dengan pendekatan konsep holistik yang
mencangkup
enam
kesejahteraan
yaitu
kesejahteraan
akademik,
10
11
12
13
14
kebutuhan
fisiologi,
pemenuhan
keamanan
dan
kenyamanan,
15
16
normal,
14-19
menunjukkan
depresi
ringan,
nilai
20-28
Perawat
Faktor Eksternal
Faktor Internal
Beban kerja
Masa kerja
Depresi
17