Anda di halaman 1dari 58

KESEHATAN JIWA KELUARGA

SILFIA NUZULUS SA’IDAH, S.ST., M.KEB


Gangguan jiwa

kumpulan gejala dari gangguan pikiran, gangguan perasaan


dan gangguan tingkah laku yang menimbulkan penderitaan dan
terganggunya fungsi sehari-hari Seperti fungsi pekerjaan dan
sosial dari orang tersebut

Gangguan Gangguan Gangguan Gangguan Fungsi


Gejala Fisik
Pikiran Perasaan Perilaku Pekerjaan /Sosial
• Sulit konsentrasi • Cemas • Menyendiri • Gangguan tidur • Tidak mampu
• Pikiran berulang berlebihan dan • Gaduh gelisah dan makan kerja/sekolah
• Bingung, kacau, tdk masuk akal • Perilaku yg terus • Pusing, tegang, • Sering bolos
ketakutan yang • Sedih yang diulang sakit kepala sekolah/kerja
tidak beralasan berlarut • Perilaku kacau berdebar-debar, • Prestasi menurun
• Gangguan • Marah tdk • hiperaktif keringat dingin • Tdk mampu
penerimaan beralasan • Sakit ulu hati, bergaul
pancaindera yang diare, mual • Menarik diri dari
ada • Kurang gairah pergaulan
objek/sumbernya kerja dan seksual
4 JENIS GANGGUAN JIWA TERBANYAK
DI MASYARAKAT

GANGGUAN GANGGUAN
CEMAS DEPRESI

GANGGUAN
GANGGUAN
PSIKOTIK/
BIPOLAR
SKIZOFRENIA
GANGGUAN CEMAS
Gejala Utama:
Rentang emosi: mudah tersinggung, tidak sabar,
gelisah, tegang, frustasi
Ciri Fisik : gelisah, berkeringat, jantung berdegup
kencang, kepala seperti diikat, gemetar dan sering
buang air kecil
Ciri Perilaku: gelisah, tegang, gemetar, gugup, bicara
cepat dan kurang koordinasi
Ciri Kognitif: sulit konsentrasi, gejala panik, merasa
tidak bisa mengendalikan semua, merasa ingin
melarikan diri dari tempat tersebut, serasa ingin mati
GANGGUAN DEPRESI

Gejala Utama:
Merasa sedih berkepanjangan
lebih dari 2 minggu dan
bertahan selama 2 bulan
Hilang minat dan ketertarikan
terhadap aktivitas yang
biasanya menyenangkan
Mudah lelah
• Depresi sering disertai dengan keluhan fisik seperti
nyeri kepala, gangguan lambung, dan keluhan fisik lain
yang kronis atau tidak sembuh-sembuh dengan
pengobatan fisik biasa.
Gejala tambahan:
Rasa bersalah
Merasa tidak berguna
Pandangan masa depan suram/
pesimis
Harga diri dan kepercayaan diri
berkurang
Gangguan tidur
Gagasan/perbuatan yang
membayakan diri (ide bunuh diri)
Gangguan pola makan
GANGGUAN BIPOLAR
Definisi: gangguan suasana perasaan yang berganti-ganti
antara episode manik dan depresi dalam periode
waktu yang berbeda
EPISODE MANIK: EPISODE DEPRESI:
 Suasana hati yang Murung (sedih) sepanjang
gembira berlebihan waktu
 Sangat Kehilangan minat/keinginan
bersemangat Mudah lelah/tak bertenaga
 Tidak mudah Lelah
 Harga diri tinggi
 Gagasan/ide yang Gejala tambahan :
melompat-lompat Rasa bersalah
 Banyak bicara Merasa tidak berguna
 Perhatian mudah Pandangan masa depan
teralih suram/ pesimis
 Kebutuhan tidur Harga diri dan kepercayaan
diri berkurang
berkurang
Gangguan tidur
 Dorongan untuk Gagasan/perbuatan yang
membelanjakan membayakan diri (ide bunuh
sesuatu tanpa diri)
perhitungan Gangguan pola makan
 Pengendalian diri
kurang
GANGGUAN PSIKOTIK/SKIZOFRENIA
Gejala Utama
• Perilaku aneh atau kacau (pembicaraan
tidak nyambung /tidak relevan)
• Rentang emosi labil, mudah
tersinggung, gelisah sampai tidak
terkontrol
• Menarik diri dari lingkungan (diam dan
atau mengurung diri),
• Kecurigaan atau keyakinan yang jelas
keliru dan dipertahankan
(delusi/waham)
• Halusinasi (mendengar suara / melihat
sesuatu tidak nyata), kadang terlihat
bicara sendiri dan sulit tidur
• Tidak dapat bertanggung jawab
terhadap yang biasa dikerjakan
(aktivitas pekerjaan, sekolah, rumah
tangga, dan sosial)
FAKTOR RISIKO GANGGUAN JIWA

Faktor Biologik
Faktor Psikologik
Faktor Sosial:
• Genetik/Keturunan
• perubahan struktur • Tipe kepribadian
• Relasi interpersonal
otak dan (dependen,
yang kurang baik
keseimbangan kimia perfeksionis,
(disharmoni
otak introvert) kurang
keluarga)
• penyakit fisik motivasi
• Stress yang
(kondisi medis • kurang dapat
berlangsung lama
kronis dan kondisi menyesuaikan diri
• Masalah kehidupan
penggunaan terhadap
• Kurangnya
obat2an/narkoba) perubahan
dukungan keluarga
kehidupan
dan lingkungan
DETEKSI DINI GANGGUAN JIWA
 Adakah anggota keluarga yang sering mengalami:
» marah-marah tanpa alasan yang jelas, memukul, merusak
barang, mudah curiga berlebihan, tampak bicara sendiri,
bicara kacau atau pikiran yang aneh?
» sedih terus menerus lebih dari 2 minggu, berkurangnya minat
terhadap hal-hal yang dulunya dinikmati, dan mudah lelah
atau tenaganya berkurang sepanjang waktu?
» cemas, khawatir, was-was. Kurang konsentrasi disertai
dengan keluhan fisik seperti sering berkeringat, jantung
berdebar, sesak, mual?
» gembira berlebihan, merasa sangat bersemangat, merasa
hebat dan lebih dari orang lain, banyak bicara dan mudah
tersinggung?
» gejala tersebut di atas mengalami pengekangan kebebasan
berupa pengikatan fisik atau pengurungan/pengisolasian?
Penanganan awal dan perawatan ODGJ
(Orang Dengan Gangguan Jiwa) di keluarga

Gangguan Jiwa dapat 1. Tanyakan riwayat gangguan


diobati jika diketahui jiwa sebelumnya atau dalam
dan ditangani sejak keluarga
awal 2. Tanyakan apa yang dipikirkan
dan dirasakan? Apakah ada
Peran keluarga dalam pikiran yang mengganggu?
memperhatikan 3. Keluarga dapat menjadi
tingkah laku anggota tempat berbagi cerita dan rasa
keluarga lain, kalau 4. Kalau sulit /tidak teratasi minta
ada perubahan,
segera telusuri: bantuan kader kesehatan,
dokter atau datang ke PKM
5. Jika ada ODGJ dipasunglapor
kader/pamong setempat
INFORMASI PENTING BAGI KELUARGA

Jelaskan bahwa gejala dari keluhan di atas merupakan gejala


gangguan mental, yang juga termasuk penyakit medis.
Pengobatan tergantung kepada jenis, berat-ringannya
penyakit/gangguan jiwa yang dialami.
Dukungan keluarga penting untuk kepatuhan berobat
(compliance) dan rehabilitasi.Organisasi masyarakat dapat
menyediakan dukungan yang berharga untuk pasien dan
keluarga.
KONSELING PASIEN DAN KELUARGA

Bicarakan rencana pengobatan dengan anggota keluarga,


minum obat secara teratur dapat mencegah kekambuhan.
Informasikan obat tidak dapat dikurangi atau dihentikan tiba-
tiba tanpa persetujuan dokter.

Informasikan juga tentang efek samping yang mungkin


timbul dan cara penanggulangannya (bagi dokter).

Dorong pasien untuk melakukan fungsinya dengan


seoptimal mungkin di pekerjaan dan aktivitas harian lain.
KONSELING PASIEN DAN KELUARGA
Dorong pasien untuk menghargai norma dan harapan
masyarakat (berpakaian, berpenampilan dan berperilaku
pantas).
Menjaga keselamatan pasien dan orang yang
merawatnya pada fase akut
Meminimalisasi stres dan stimulasi
Gaduh gelisah yang berbahaya untuk pasien, keluarga dan
masyarakat memerlukan rawat inap atau pengamatan
ketat di tempat yang aman.
KEHILANGAN DAN BERDUKA

copy right 2010 by putra pasbar


www.rafani.co.cc
KEHILANGAN
■ Kehilangan (loss) adalah suatu situasi
aktual maupun potensial yang dapat
dialami individu ketika terpisah dengan
sesuatu yang sebelumnya ada, baik
sebagian atau keseluruhan, atau terjadi
perubahan dalam hidup sehingga
terjadi perasaan kehilangan.

copy right 2010 by putra pasbar


www.rafani.co.cc
Tipe dan Sumber Kehilangan
1. Kehilangan Aktual (dapat diketahui org
lain).
2. Persepsi Kehilangan (kehilangan
psikologis)
■ kehilangan yang dialami seseorang tetapi
tidak dapat dipastikan oleh org lain
Ex. : Wanita yang berhenti bekerja untuk
merawat anak di rumah dapat merasakan
kehilangan kemandirian dan kebebasan.
Seseorang yg berhenti sekolah karena
tidak ada biaya.
copy right 2010 by putra pasbar
www.rafani.co.cc
3. Kehilangan yang Diantisipasi
Dialami sebelum kehilangan benar-
benar terjadi.
Ex. : Wanita yang suaminya sedang
menjelang ajal/sekarat dapat
mengalami kehilangan aktual sbg
antisipasi terhadap kematian
suaminya.
Seorang remaja yang sebentar lagi
akan menjalani operasi amputasi pada
kakinya.
copy right 2010 by putra pasbar
www.rafani.co.cc
Kehilangan dapat dianggap sbg:
■ Kehilangan Situasional :
Hilangnya pekerjaan (PHK), kematian
anak, kehilangan kemampuan fungsi
tubuh karena penyakit atau karena
cidera.
■ Kehilangan Developmental :

Kehilangan yang terjadi dalam proses


perkembangan normal. Seperti : pensiun
dari pekerjaan, perginya anak yang sudah
dewasa dari rumah, kematian orangtua yang
sudah lansia, yan pd derajat tertentu dapat
dipersiapkan copy right 2010 by putra pasbar
www.rafani.co.cc
Jenis kehilangan
1. Kehilangan objek eksternal
a. Benda mati yang bermakna :
kehilangan uang, barang kesayangan,
kebakaran.
b. Benda hidup yang bermakna :
binatang peliharaan,
tanaman kesayangan yang
mati.
copy right 2010 by putra pasbar
www.rafani.co.cc
BERDUKA
■ Berduka (grieving) adalah respon total
terhadap pengalaman emosional akibat
kehilangan.
■ Berduka diwujudkan dalam pikiran,
perasaan, dan perilaku yg berhubungan
dengan kesedihan yang mendalam.
■ Duka cita adalah respon subjektif yang
dialami oleh orang yang ditinggalkan
setelah kematian/kehilangan.
■ Berkabung adalah proses perilaku yang
pada akhirnya akan menyelesaikan atau
mengubah berduka. (seringkali dipengaruhi
oleh budaya, keyakinan spiritu a l
www.rafani.co.cc
■ Berduka adalah proses sosial, yang lebih baik bila
dibagi dan dijalani dengan bantuan org lain.
■ Mengatasai rasa berduka sangat penting karena
duka cita berpotensi mengganggu kesehatan.
■ Gejala yg menyertai berduka : ansietas, depresi,
penurunan berat badan, kesulitan menelan,
muntah, keletihan, sakit kepala, pusing,
berkunang-kunang, pandangan kabur,
keringat berlebih, gangguan menstruasi, nyeri
dada, dispnea, palpitasi.
■ Orang yg berduka cita dapat mengalami
perubahan libido, konsentrasi, pola makan, pola
tidur, aktifitas dan komunikasi.
copy right 2010 by putra pasbar
www.rafani.co.cc
Walaupun duka cita dapat
mengancam kesehatan, tapi
resolusi yg positif dalam proses
berduka dapat memperkaya
individu dengan pemahaman,
nilai, tantangan, keterbukaan, dan
kepekaan baru.

copy right 2010 by putra pasbar


www.rafani.co.cc
Tipe Respon Berduka
1. Berduka Singkat/ Berduka Adaptif
Berlangsung secara singkat, bisa krn objek yg
hilang tdk begitu penting atau bisa juga krn telah
digantikan segera oleh yg lain, yg nilainya setara
dgn objek yg hilang, dan krn berduka antisipatif.
2. Berduka Tertutup
Seseorang tdk mampu mengakui kehilangan ke org
lain krn kerap kali terkait dgn kehilangan yg tdk
dapat diterima secara sosial, spt : bunuh diri,
aborsi, atau memberikan ank pd org lain utk
diadopsi.
copy right 2010 by putra pasbar
www.rafani.co.cc
3. Berduka yang Tidak Selesai (Maladaptif/
Disfungsional)
Berlangsung lama dan parah, bisa karena traumatik di
masa lalu dan kehilangan saat ini. Tandanya : bisa
menyangkal atau mengingkari kehilangan, gejala
berduka yg berulang saat peringatan kematian atau
selama liburan, terus merasa bersalah, terus mencari
org yang meninggal, hubungan dengan kerabat dan
teman buruk setelah kematian, berpikir untuk bunuh
diri agar dapat bertemu kembali
4. Berduka Terhambat
Banyak gejala berduka normal yang ditekan
copy right 2010 by putra pasbar
www.rafani.co.cc
RESPON BERDUKA
Tahap respon berduka menurut Kubler -
Ross :
■ Denia

■ l

■ Anger
Bargainnin
■ g

■ Depression

Acceptance

copy right 2010 by putra pasbar


www.rafani.co.cc
1. Denial (Penolakan)
■ Reaksi pertama
■ Syok, tidak percaya, tidak mengerti,
atau mengingkari kenyataan.
■ Reaksi fisik :

- Leti - lema - pucat


h h - menangi
-- mual - diare
gangguan pernafasan s
- detak jantung cepat - gelisah
- tidak tahu berbuat
apa
■ Berlangsung beber a p a m e n i t h i n gga
co py rig ht 2 010 by pu tr a p asb a r
www.rafani.co.cc
2. Anger (Marah)
■ Individu menolak kehilangan.
■ Kemarahan yg timbul sering diproyeksikan
kepada orang lain atau dirinya sendiri.
■ Perilaku :
- agresif - bicara kasar
- menyerang orang lain - menolak
pengobatan
- menuduh dokter atau perawat tidak kompeten
■ -Respon
muka fisik : - denyut nadi
merah cepat
-- gelisah
tangan mengepa l - susah tidur
co py right 2010 by putra
pasbar www.rafani.co.cc
3. Bargainning (Tawar – menawar)
■ Penundaan kesadaran atas kenyataan
terjadinya kehilangan.
■ Berupaya melakukan tawar – menawar
dengan memohon kemurahan Tuhan.

copy right 2010 by putra pasbar


www.rafani.co.cc
4. Depression ( Depresi)
■ Menunjukan sikap menarik diri
■ Kadang bersikap sangat penurut
■ Tidak mau bicara
■ Menyatakan keputusasaan
■ Rasa tidak berharga
■ Bisa muncul keinginan bunuh
diri
■ -Gejala fisik :
menolak - susah tidur
makan - libido turun
- letih
copy right 2010 by putra pasbar
www.rafani.co.cc
5. Acceptance ( Penerimaan)
■ Reorganisasi perasaan kehilangan
■ Pikiran tentang objek yang hilang akan
mulai berkurang atau hilang beralih ke
objek baru.
■ Menerima kenyataan kehilangan
■ Mulai memandang ke depan.
■ Apabila dapat memulai tahap ini dan
menerima dengan perasaan damai  tuntas
■ Apabila kegagalan masuk ketahap penerimaan
 mempengaruhi dalam mengatasi perasaan
kehilangan selanjutnya
copy right 2010 by putra pasbar
www.rafani.co.cc
Askep kehilangan dan berduka
Pengkajia
n Faktor Predisposisi

1. Genetik
Indv yg dibesarkan dlm kelg yg
mempunyai riwayat depresi sulit
mengembangkan sikap optimis dlm
menghadapi masalah.
2. Kesehatan Jasmani
Individu yg keadaan fisik sehat, pola hidup
teratur cenderung mempunyai
fisi
kemampuan
copy right 2010 by putra pasbar
www.rafani.co.cc
■ Faktor Presipitasi
Berupa : stress nyata, imajinasi indiv spt:
kehilangan kes, kehilangan fs seksual,
kehilangan harga diri, kehilangan
pekerjaaan, peran, kehilangan posisi di
kehilangan
■ masy Perilaku

Individu yg mengalami kehilangan


cenderung menggunakan mekanisme
koping : denail, regresi, disosiasi, supresi,
proyeksi. copy right 2010 by putra pasbar
www.rafani.co.cc
Diagnosa keperawatan
1. Berduka b.d kehilangan aktual atau
kehilangan yang dirasakan
2. Berduka antisipatif b.d perpisahan
atau kehilangan
3. Berduka disfungsional b.d kehilangan
orang/benda yang dicintai atau memiliki
arti besar

copy right 2010 by putra pasbar


www.rafani.co.cc
Secara umum :
1. Membina dan meningkatkan hubungan
saling percaya dengan cara :
■ Mendengarkan pasien berbicara

■ Memberi dorongan agar pasien


mau mengungkapkan perasaannya.
■ Menjawab pertanyaan pasien secara
langsung
■ Menunjukkan sikap menerima dan
empati copy right 2010 by putra pasbar
www.rafani.co.cc
1. Mengingkari (Denial)
Tindakan keperawatan:
■ Memberi kesempatan kepada pasien untuk

mengungkapkan perasaannya:
a. Secara verbal mendukung pasien tetapi tidak
mendukung denialnya
b. Tidak membantah denial pasien, tetapi menyampaikan
fakta - fakta, seperti pemakaman dilakukan jam lima sore
c. duduk disamping pasien
d. teknik komunikasi diam dan sentuhan
e. perhatikan kebutuhan dasar pasien

copy right 2010 by putra pasbar


www.rafani.co.cc
3. Tahap Bargainning
Membantu pasien mengungkapkan rasa bersalah
dan takut :
■ Mendengarkan ungkapan dengan penuh perhatian

■ Mendorong pasien untuk membicarakan rasa


takut atau rasa bersalahnya
■ Bila psien selalu mengungkapkan “kalau” atau
“seandainya ….” beritahu pasien bahwa
perawat hanya dapat melakukan sesuatu yang
nyata.
■ Membahas bersama pasien mengenai penyebab
rasa bersalah dan rasa takutnya.
copy right 2010 by putra pasbar
www.rafani.co.cc
4. Tahap Depression
- Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah
dan takut :
■ Mengamati perilaku pasien dan bersama
dengannya membahas perasaannya
■ Mencegah tindakan bunuh diri atau merusak
diri sesuai derajat risikonya
- Membantu pasien mengurangi rasa bersalah :
■ Menghargai perasaan pasien
■ Membantu pasien menemukan dukungan yang
positif dengan mengaitkan pada kenyataan
■ Memberi kesempatan menangis dan mengungkapkan
perasaan
■ Bersama pasien membahas pikiran negatif
yang selalu timbul
copy right 2010 by putra pasbar
www.rafani.co.cc
5. Tahap Acceptance
Membantu pasien menerima kehilangan
yang tidak bisa dielakan :
■ Membantu keluarga mengunjungi
pasien secara teratur
■ Membantu keluarga berbagi rasa

■ Membahas rencana setelah masa


berkabung terlewati
■ Memberi informasi akurat tentang
kebutuhan pasien dan keluarga.
copy right 2010 by putra pasbar
www.rafani.co.cc
Intervensi Berduka Disfungsional Individu

■ Membina hubungan saling percaya dengan


■ klien Berdiskusi mengenai kondisi klien saat
ini (kondisi pikiran, perasaan, fisik, sosial, dan
spiritual sebelum/ sesudah mengalami
peristiwa kehilangan dan hubungan antara
kondisi saat ini dengan peristiwa kehilangan
yang terjadi).

copy right 2010 by putra pasbar


www.rafani.co.cc
■ Berdiskusi cara mengatasi berduka yang
dialami :
- Cara verbal (mengungkapkan perasaan)
- Cara fisik (memberi kesempatan aktivitas
fisik)
- Cara sosial (sharing melalui self help group)

Memberi informasi tentang sumber-sumber
- Cara spiritual
komunitas yang (berdoa, berserah
tersedia untuk diri)memberikan
saling
pengalaman dengan seksama.
■ Membantu klien memasukkan kegiatan dalam
jadual harian.
■ Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa di
Puskesmas
copy right 2010 by putra pasbar
www.rafani.co.cc
Intervensi Berduka Disfungsional
Keluarga
■ Berdiskusi dengan keluarga tentang masalah kehilangan
dan berduka serta dampaknya pada klien.
■ Berdiskusi dengan keluarga cara-cara mengatasi berduka
yang dialami oleh klien
■ Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien
dengan berduka disfungsional
■ Berdiskusi dengan keluarga sumber-sumber
bantuan yang

kehilangan yang di a l la c o p y

m ii o l e h k l li ie e n
r ight 20 10 b y putr a p a s b ar
Sekarat dan Kematian
■ Sekarat (dying) merupakan kondisi pasien
yang sedang menghadapi kematian, yang
memiliki berbagai hal dan harapan tertentu
untuk meninggal,
■ Kematian ( death) merupakan kondisi
terhentinya pernafasan, nadi, dan tekanan
darah, serta hilangnya respon terhadap stimulus
eksternal, ditandai denagn terhentinya aktifitas
listrik otak, atau dapat juga dikatakan
terhentinya fungsi jantung dan paru secara
menetap ataukerja o t a k s e c a r
terhentinya co py ri gh t 201 0 by pu tr a
www.rafani.co.cc
Perubahan tubuh setelah kematian
■ Algor mortis (dingin)
suhu tubuh perlahan – lahan turun
■ Rigor mortis ( kaku mayat)

terjadi sekitar 2 – 4 jam setelah kematian.


■ Livor mortis (lebam mayat)

sel darah mengalami hemolisis dan darah


turun kebawah
■ Pembekuan darah
■ Putrefaction (Pembusukan) dan autolisis

copy©right 2010 by putra pasbar www.rafani.co.cc


Kesehatan Mental Menghadapi Persalinan
• Salah satu upaya pelayanan kesehatan terpenting
adalah meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
melalui pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil,
misalnya dengan Program Gerakan Sayang Ibu (GSI).
GSI ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
perempuan sebagai sumber daya manusia,
khususnya pada saat kehamilan dengan
merencanakan kehamilan dan persalinan yang sehat
(Depkes RI, 2007).
• Kecemasan atau ansietas ibu hamil yang akan
menghadapi proses persalinan salah satu masalah
gangguan emosional yang sering ditemui dan
menimbulkan dampak psikologis cukup serius
• Menjelang persalinan, banyak hal mengkhawatirkan
muncul dalam pikiran ibu hamil seperti takut bayi cacat,
takut harus operasi, takut persalinannya lama, dan
sebagainya. Puncak kekhawatiran muncul bersamaan
dengan dimulainya tanda-tanda akan melahirkan.
Kontraksi yang lama-kelamaan meningkat menambah
beban ibu, sehingga kekhawatiran pun bertambah. Pada
kondisi inilah perasaan khawatir, bila tidak ditangani
dengan baik, bisa merusak konsentrasi ibu sehingga
persalinan yang diperkirakan lancar dapat menjadi tidak
lancar akibat ibu panik (Amalia, 2009).
• Ketidaktahuan terhadap proses persalinan menyebabkan
ketakutan yang sangat mempengaruhi proses kelahiran. Ketakutan
menyebabkan kegelisahan dan respons endokrin yang
menyebabkan retensi natrium, ekskresi kalium, dan penurunan
glukosa yang dibutuhkan oleh kontraksi uterus. Respon-respon ini
juga menyebabkan disekresinya epinefrin, yang menghambat
aktivitas miometrial, dan melepaskan norepinefrin yang
menyebabkan tidak terkoordinasinya aktivitas uterus. Peningkatan
distress fisik dan inefektif persalinan lebih menyebabkan ketakutan
dan rasa tidak nyaman. Penelitian keperawatan menemukan
bahwa rasa sakit dan hilang kontrol merupakan faktor-faktor yang
paling tidak menyenangkan dalam persalinan (Butane, 1973
dikutip dari Hamilton, 1995).
• Ibu multipara juga mengalami kecemasan akibat dari
permasalahan terhadap kelahiran yang terjadi sebelumnya
seperti seorang wanita yang pernah mengalami masalah
dalam mendapatkan keturunan akan menjadi sangat cemas
mengenai apakah mereka akan mampu mempertahankan
kehamilannya kali ini, wanita yang pernah mengalami
keguguran akan terus-menerus ketakutan sampai usia
kehamilannya melewati tanggal dimana sebelumnya mereka
kehilangan bayi serta wanita yang pernah melahirkan seorang
bayi yang kemudian meninggal atau mengalami kelainan.
Namun, beberapa wanita lainnya tetap tenang dan percaya
diri (Nolan, 2003).
• Kecemasan menjelang persalinan pada ibu multipara
juga akan semakin meningkat. Pertanyaan dan
bayangan apakah dapat melahirkan normal, cara
mengejan, apakah akan terjadi sesuatu saat
melahirkan, atau apakah bayi lahir selamat, akan
semakin sering muncul dalam pikiran ibu (Restyla,
2009).
• Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas
dan tidak didukung oleh situasi. Individu yang merasa
cemas akan merasa tidak nyaman atau takut, namun
tidak mengetahui alasan kondisi tersebut terjadi.
Kecemasan tidak memiliki stimulus yang jelas yang
dapat diidentifikasi (
Tingkat Kecemasan

• Terdapat empat tingkat kecemasan, yaitu:


1. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan
dalam kehidupan sehari – hari. Ansietas ringan
merupakan perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda
dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensoris
meningkat dan dapat membantu memusatkan
perhatian untuk belajar menyelesaikan masalah,
berfikir, bertindak, merasakan dan melindungi diri
sendiri
Ansietas sedang

• Merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada


sesuatu yang benar – benar berbeda yang
menyebabkan agitasi atau gugup. Hal ini
memungkinkan individu untuk memusatkan
perhatian pada hal yang penting dan
mengesampingkan hal lain, kecemasan tingkat ini
mempersempit lahan persepsi.
Ansietas berat

• Ansietas berat dapat dialami ketika individu yakin


bahwa ada sesuatu yang berbeda dan terdapat
ancaman, sehingga individu lebih fokus pada sesuatu
yang rinci dan spesifik dan tidak berfikir tentang hal
yang lainnya
Ansietas sangat berat

• Ansietas sangat berat, merupakan tingkat tertinggi


ansietas dimana semua pemikiran rasional berhenti
yang mengakibatkan respon fight, flight atau freeze,
yaitu kebutuhan untuk pergi secepatnya, tetap di
tempat dan berjuang atau tidak dapat melakukan
apapun. Ansietas sangat berat berhubungan dengan
terperangah, ketakutan dan teror (Videbeck, 2012)
58

Anda mungkin juga menyukai