Anda di halaman 1dari 9

Psikologi olahraga

Disusun oleh :
Arum Dayana (201860016)
Susi Triananingsih (201860046)
Lisa Ariyani (201860047)
Sejarah Panahan
Panahan merupakan cabang olahraga yang memiliki sejarah yang panjang. Pada awalnya,
panahan digunakan bukan sebagai olahraga melainkan untuk berburu (Maxson,
2013).Olahraga panahan merupakan salah satu olahraga tertua didunia, namun demikian
tidak ada seorangpun mengetahui secara pasti kapan busur dan anak panah kemudian
ditemukan untuk pertama kali. Sejak jaman prasejarah kedua alat ini sudah digunakan
untuk berburu dan melindungi diri dari serangan musuh. Sejarah membuktikan penggunaan
busur dan anak panah dapat dilihat peninggalannya pada zaman prasejarah manusia,
diperkirakan sekitar 50.000 tahun lalu. Salah satu bukti peninggalannya adalah lukisan-
lukisan atau gambar-gambar berburu binatang yang terdapat di goa-goa. Tentu saja pada
masa itu perlengkapan memanah masih sangat sederhana. Dalam sejarah PON, Panahan
merupakan cabang yang selalu diperlombakan, walaupun secara resminya Persatuan
Panahan Indonesia (Perpani) baru terbentuk pada tanggal 12 Juli 1953 di Yogyakarta atas
prakarsa Sri Paku Alam VIII. Kini boleh dikatakan bahwa hampir di setiap penjuru tanah
air, Panahan sudah mulai dikenal.
Di Indonesia, olahraga panahan belum berkembanga cukup baik . Yang paling membanggakan adalah
ketika Srikandi-Srikandi berhasil memperoleh medali perak dalam ajang Olimpiade Seoul 1988.
Dan sekarang ini telah berhasil menelurkan atlet-atlet terbaik pula (Indahwati & Ristanto, 2016).
Pada ajang Olimpiade 2016 dan SEA Games 2017, panahan menjadi salah satu cabang olahraga
unggulan yang digadang-gadang mampu menyumbang medali bagi Indonesia (Haniy, 2016;
Shabrina, 2017). Meski kemudian panahan gagal meraih medali di Olimpiade 2016 (Christian,
2016), panahan menjadi cabang olahraga yang menyumbang 4 medali emas bagi tim Indonesia di
SEA Games 2017 (Diah, 2017). Dalam cabang olahraga panahan dibutuhlan konsentrasi yang
tinggi, Abernathy (2001) menjelaskan bahwa konsentrasi merupakan aspek mental yang penting
bagi kesuksesan atlet dalam menampilkan performa terbaik. Tanpa konsentrasi yang baik, atlet
dapat melakukan berbagai kesalahan dalam performanya seperti gagal menampilan teknik yang
telah dipelajari, kurang akuratnya gerakan-gerakan olahraga yang seharusnya dilakukan, atau
dalam panahan dapat juga berarti gagalnya atlet memanah sasaran dengan poin tinggi
(Indahwati & Ristanto, 2016; Jannah, 2017). Ketidakmampuan atlet dalam berkonsentrasi dapat disebabkan oleh adanya stimulus-
stimulus pengganggu yang berasal dari luar dan dalam diri atlet (Komarudin, 2013; Wilson, Peper, Schmid, 2006). Stimulus
pengganggu konsentrasi yang berasal dari luar diri atlet disebut juga stimulus eksternal. Contoh stimulus eksternal yang dapat
mengganggu konsentrasi atlet adalah kompetitor atau atlet lain, pelatih, panitia kompetisi, penonton, dan lokasi kompetisi
dilaksanakan. Sementara itu, stimulus pengganggu konsentrasi yang berasal dari dalam diri atlet disebut stimulus internal.
Contoh dari stimulus internal ini dapat berupa kondisi fisik (misalnya atlet sedang tidak fit atau mengalami cedera) maupun
kondisi emosional atlet. Contoh stimulus eksternal yang dapat mengganggu konsentrasi atlet adalah kompetitor atau atlet lain,
pelatih, panitia kompetisi, penonton, dan lokasi kompetisi dilaksanakan. Sementara itu, stimulus pengganggu konsentrasi yang
berasal dari dalam diri atlet disebut stimulus internal. Contoh dari stimulus internal ini dapat berupa kondisi fisik (misalnya atlet
sedang tidak fit atau mengalami cedera) maupun kondisi emosional atlet. Kecemasan sebetulnya merupakan aspek psikologis
yang normal dialami oleh seseorang (Jannah, 2016). Namun bagi atlet, jika kecemasan tersebut dialami dalam intensitasi tinggi
dan atlet kurang mampu mengelolanya, maka kecemasan dapat menghambat performa atlet di lapangan (Humara, 1999).
Gunarsa (2008) menjelaskan bahwa kecemasan mempengaruhi performa atlet melalui dua hal, yakni fisik (seperti mudah
berkeringat, jantung berdegup lebih cepat, otot-otot terasa kaku dan tegang, serta pernapasan tidak teratur) dan psikologis
(misalnya sering gelisah, mudah emosi, dan konsentrasinya terganggu). Lebih lanjut Jannah (2016) menambahkan bahwa
pengaruh kecemasan terhadap fisik dan psikologis atlet bergantung pada jenis kecemasannya; apakah kecemasan somatik
(somatic anxiety) ataukah kecemasan kognitif (cognitive anxiety).
KASUS
Dijelaskan bahwa atlet panahan putra indonesia yang bernama Riau Ega Agatha atau kerap disapa Riau Ega telah
dicoret dari pelatnas olimpiade Tokyo sebab dinilai telah melakukan tindakan indisipliner dan tidak mematuhi
aturan federasi. Dengan alasan bahwa dia hanya meminta ijin untuk dapat berlatih dengan pelatih Denny Trisjoyo
dari Jawa Timur sebab, ia telah menjalankan program latihan bersama Denny selama delapan bulan terakhir
sebelum dimulainya pelatnas panahan tersebut.

Akan tetapi PB Perpani tidak mengijinkan jika atlet mendatangkan pelatih sendiri dikarenakan federasi telah
menyeleksi tiga pelatih untuk pelatnas Olimpiade Tokyo sehingga memutuskan untuk mencoret tiga atletnya dari
Pelatnas Olimpiade Tokyo. Keputusan tersebut disampaikan dalam surat resmi PB Perbani bernomor
210/KU/PB.PERPANI/VIII/2020 pada tanggal 8 Agustus 2020 yang ditandatangani Ketua Umum Illiza
Sa’aduddin Djamal.

Setelah diberikan kesempatan terakhir hingga 6 Agustus, ketiga atlet tak kunjung datang sehingga federasi
memutuskn untuk mencoret tiga nama tersebut dari tim pelatnas Olimpiade.
ANALISIS KASUS
Kasus dari 3 atlet yang di coret dari olimpiade karena dirasa melanggar aturan dimana atlet
meminta pelatih dari jawa timur sedangkan dari pengurus PB Perpani sudah menyediakan
pelatih yang sudah diseleksi. Atas permintaan itu, ke tiga atlet di coret namun masih diberi
kesempatan lagi. Tetapi mereka menyepelekan kesempatan dan tidak menghormati pihak
pengurus PB Perbani karena tidak menjawab dan masih tidak jelas ajakan komunikasi, maka
PB Perbani memutuskan mencoret mereka.

Menurut Baron Piere de courbertin dalam Royana, tujuan akhir olahraga dan pendidikan
jasmani terletak dalam peranannya sebagai wadah untuk penyempurnan watak, untuk
memiliki dan membentuk kepribadian yang kuat, watak yang baik, sifat yang mulia (Lutan,
2002 : 1). Mengacu pada penjelasan tersebut, olahraga adalah sebagai media untuk
menciptakan mnusia yang bersikap dan berperilaku manusiawi, menghormati, dan
menghargai sesama. Menjadi seorang atlet bukan sebagai ajang untuk pamer dan sombong
METODE
Menggunakan metode Semangat, kecemasan dan prestasi olahraga dimana para atlet awalnya semangat
untuk mengikuti olimpiade tersebut tetapi gagal dikarenakan atlet yang tidak ingin adanya pelatih yang
sudah disiapkan oleh tim pelatnas dengan alasan dia sudah menjalankan program latihan bersama Denny
selama delapan bulan terakhir sebelum dimulainya pelatnas panahan tersebut.

Ajzen & Fishbein (1980) telah menghasilkan model hubungan antara sikap dan perilaku yang terbukti
populer dalam psikologi olahraga. Ini disebut theory of reasoned action (TRA). Dalam theory of reasoned
action (TRA) , dua faktor menentukan niat individu untuk mengambil bagian dalam olahraga: sikap umum
mereka terhadap olahraga dan seberapa diinginkan secara sosial mereka menganggap olahraga itu. Oleh
karena itu, bahkan sebelum kita berniat untuk berpartisipasi dalam olahraga, kita perlu memiliki perasaan
dan keyakinan yang positif tentang olahraga dan kita perlu melihat olahraga sebagai aktivitas yang
diinginkan secara sosial. Disini berhubungan dengan sikap mereka dimana atlet tersebut menganggap
olahraga ini sangat penting tetapi dilain sisi dia juga tidak akan menggunakan pelatih yang telah disediakan
sehingga dia di coret dari olimpiade tersebut.
METODE
Pendekatan yang sangat berbeda terhadap perubahan sikap dikemukakan oleh Bem (1967), yang
mengusulkan bahwa sikap kita ditentukan oleh perilaku kita. Bem menggunakan contoh, 'Karena saya
makan roti coklat, saya pasti suka roti coklat.' Implikasi dari hal ini adalah kita dapat mengubah sikap kita
sendiri terhadap olahraga menjadi lebih baik jika kita lebih banyak berpartisipasi, dan kita dapat mengubah
sikap orang lain jika kami dapat membujuk mereka untuk berpartisipasi. Dapat terlihat jelas kalau atlet ini
sangat nyaman dengan pelatih sebelumnya dan ingin tetap menggunakan jasa pelatih tersebut hingga ke
olimpiade karena dirasa dia akan menjadi lebih baik dengan pelatih yang sebelumnya tetapi PB Perbani
tidak mengijinkan jika atlet menggunakan pelatih sendiri sehingga itu membuat sang atlet menjadi kecewa
dan akhirnya atlet tersebut dicoret dari olimpiade tersebut.
EXPERIENCE
01 Here you could describe the
topic of the section

EDUCATION
02 Here you could describe the
topic of the section

SKILLS
03 Here you could describe the
topic of the section

INTERESTS
04 Here you could describe the
topic of the section

Anda mungkin juga menyukai