Anda di halaman 1dari 25

GIZI UNTUK ATLET

LAPORAN PENGUKURAN BIA PADA ATLET SEPAK TAKRAW DI


KONI JAWA TIMUR

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Gizi Olahraga

Disusun oleh:

RIRIN KRISTIANI 101611223002


DINI GINANJAR MUKTI 101611223020

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI (ALIH JENIS)


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA

2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Olahraga merupakan aktivitas untuk meningkatkan stamina tubuh yang
mempunyai dampak positif terhadap derajat kesehatan, oleh karena itu olahraga
dianjurkan untuk dilaksanakan secara teratur sesuai dengan kondisi seseorang.
Kebutuhan gizi para atlet mempunyai kekhususan karena tergantung cabang olahraga
yang dilakukan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan atlet yang berprestasi faktor gizi
sangat perlu diperhatikan sejak pembinaan di tempat pelatihan sampai pada saat
pertandingan (Latief, 2000). Pembinaan berbagai macam cabang olahraga di Indonesia
sekarang ini sudah semakin berkembang dengan diadakannya pusat-pusat pelatihan
atau klub olahraga yang pembinaannya dimulai sejak usia dini (DepKes, 2002).
Atlet berprestasi didukung oleh banyak faktor diantaranya latihan dan
pembinaan terprogram secara berkesinambungan serta gizi yang memadai. Pengaturan
gizi olahraga bertujuan untuk memperoleh latihan dan performa yang baik. Dalam
pengaturan gizi atlet, kebutuhan zat gizi akan berbeda dibandingkan dengan kelompok
bukan atlet. Zat gizi yang dibutuhkan pada dasarnya tidak berlebihan namun
disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, aktifitas serta jenis
olahraga yang ditekuninya (Depkes 1993). Konsumsi pangan yang dapat memenuhi
tingkat kecukupan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh dapat mempengaruhi status gizi
atlet. Konsumsi dan status gizi pada atlet memiliki peran penting selain
mempertahankan kebugaran, juga untuk meningkatkan prestasi pada cabang olahraga
yang ditekuninya.
Pemenuhan asupan gizi merupakan kebutuhan dasar bagi atlet. Berdasarkan
teori olahraga dijelaskan bahwa gizi dan latihan fisik menghasilkan prestasi. Bahkan
federasi sepak bola dunia telah mengeluarkan pernyataan bahwasanya gizi berperan
dalam keberhasilan satu tim. Namun demikian sebagian besar asupan gizi atlet tidak
tepat karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman atlet dalam memilih makanan,
kurangnya edukasi tentang pentingnya gizi olahraga prestasi bagi atlet. pelatih,
pengurus serta kurangnya ketersediaan tenaga gizi dan kesehatan yang memahami dan
memiliki kompetensi dalam ilmu gizi olahraga prestasi. Peranan gizi dalam olahraga
prestasi menuntut tenaga gizi dan kesehatan yang terampil untuk menjaga secara
khusus dan intensif kebutuhan zat gizi atlet.
Pada dasarnya Tata Gizi Atlet dan Non-Atlet adalah sama, bedanya hanya pada
jumlah kalori yang dibutuhkan. Atlet oleh karena aktivitas fisiknya yang lebih banyak
daripada non-atlet dan dengan intensitas yang biasa lebih berat, membutuhkan jumlah
kalori yang lebih banyak.
Hal yang perlu dipahami adalah kelebihan gizi tidak meningkatkan prestasi
olahraga, bahkan lebih banyak merugikan, misalnya pada obesitas. Sebaliknya
kekurangan atau tata gizi yang tidak seimbang menurunkan prestasi olahraga.

B. Tujuan
1. Mengetahui pentingnya gizi bagi atlet
2. Mengetahui gambaran umum cabang olahraga sepak takraw
3. Menganalisis hasil pengukuran BIA pada atlet sepak takraw
4. Mengetahui kebutuhan zat gizi makro dan mikro pada atlet sepak takraw
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Cabang Olahraga (Cabor)


1. Jenis Cabang Olahraga
Sepak takraw adalah jenis olahraga campuran dari sepak bola dan bola voli,
dimainkan di lapangan ganda bulu tangkis, dan pemain tidak boleh menyentuh bola
dengan tangan. Kejuaraan paling bergengsi dalam cabang ini adalah King's Cup World
Championships, yang terakhir diadakan di Bangkok, Thailand.
2. Sejarah Sepak Takraw
Bukti sejarah menunjukkan bahwa permainan sepak takraw telah dimainkan di
abad ke-15 oleh Kesultanan Malaka, karena disebutkan dalam teks sejarah Melayu
yang terkenal Sejarah Melayu. Sejarah Melayu yang dijelaskan secara rinci tentang
Raja Muhammad, seorang putra Sultan Mansur Shah yang tak sengaja terkena bola
rotan dari Tun Besar, putra Tun Perak, dalam permainan sepak raga. Bola itu
mengenai tutup kepala Raja Muhammad dan membuatnya terjatuh ke tanah. Dalam
kemarahan, Raja Muhammad segera menikam dan membunuh Tun Besar, sehingga
beberapa saudara Tun Besar ingin balas dendam dan membunuh Raja Muhammad.
Namun, Tun Perak berhasil menahan mereka dan mengatakan bahwa ia tidak akan
mengangkat Raja Muhammad sebagai pewaris Sultan. Oleh karena hal itu, Sultan
Mansur Shah memerintahkan anaknya meninggalkan Malaka dan mengangkatnya
sebagai penguasa di Pahang.
Di Bangkok, tepatnya di Wat Phra Kaeo terdapat bangunan yang didirikan
tahun 1785 yang menggambarkan dewa Hindu, Hanuman bermain sepak takraw di
cincin dengan pasukan kera. Catatan sejarah lain menyebutkan permainan awal sepak
takraw selama pemerintahan Raja Naresuan (1590-1605) dari Ayutthaya. Permainan
tetap dalam bentuk lingkaran selama ratusan tahun, dan versi modern sepak takraw
dimulai di Thailand pada awal tahun 1740-an.
Pada tahun 1866 dengan Asosiasi Olahraga Malaysia merancang aturan
pertama untuk pertandingan sepak takraw. Empat tahun kemudian, asosiasi ini
memperkenalkan pertandingan gaya voli pertama. Dalam beberapa tahun, sepak
takraw dimasukkan ke dalam kurikulum di sekolah-sekolah di Malaysia. Pada tahun
1940-an, versi modern sepak takraw telah tersebar di Asia Tenggara bersama dengan
aturan formalnya.
Olahraga ini secara resmi dikenal sebagai sepak takraw. Sepak adalah
bahasa Melayu untuk menendang dan takraw adalah kata Thai untuk bola anyaman.
Oleh karena itu sepak takraw secara harafiah berarti menendang bola. Pemilihan nama
ini untuk olahraga pada dasarnya merupakan kesepakatan antara dua negara lokomotif
sepak takraw yakni Malaysia dan Thailand.
Di Indonesia, khususnya di Sulawesi Selatan, sepak raga/takraw disebut
meraga/maddaga yang dalam bahasa Bugis yang diambil dari kata siraga-raga yang
berarti saling menghibur. Meskipun sudah ada sejak dulu kala, tapi permainan sepak
takraw resmi berkembang di Indonesia tahun 1970. Bermula dari kunjungan muhibah
Singapura dan Malaysia yang memperkenalkan permainan sepak raga maka tidak sulit
dikembangkan di Indonesia, berdasarkan instruksi Depdikbud tahun 1970, untuk
mengembangkan permainan sepak takraw, di Sulsel, Sumut, Sumbar dan Riau. Tahun
1971 berdiri secara resmi induk organisasi olahraga dengan nama Perserasi,
mempunyai empat anggota, yaitu Pengda Sumut, pengda Sumbar, Pengda Riau, dan
Pengda Sulsel.
Kemudian sejak itu perkembangan sepak takraw semakin pesat. Dari empat
Pengda tumbuh menjadi 14 Pengda pada tahun 1980 bertepatan dengan
diselenggarakannya Kejurnas ke-3. Dua tahun kemudian, di seluruh daerah tingkat I
sudah berdiri Perserasi.
Pada tanggal 6-8 Oktober 1986 PB PERSERASI menyelenggarakan Kongres
yang dihadiri 24 utusan daerah. Salah satu keputusan penting dari Kongres itu adalah
istilah Sepak Raga diganti dengan istilah sepak takraw, sehingga dengan sendirinya
Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia (PERSETRASI) berubah menjadi Persatuan
Sepak takraw Seluruh Indonesia (PERSETASI). PERSETASI telah menjadi anggota
International Sepak Takraw Federation (ISTAF) dan Asian Sepak Takraw Federation
(ASTAF).
3. Karakteristik cabor
Permainan sepak takraw merupakan cabang olahraga beregu yang
pelaksanaannya seperti pada bentuk permainan-permainan dengan menggunakan net,
bola, serta lapangan dan juga peraturan-peraturan lainnya. Azhari (2008) mengatakan
permainan sepak takraw menggunakan bagian-bagian tubuh seperti: kepala, bahu,
punggung, dada, paha, kaki, kecuali tangan. Secara sederhana maka permainan sepak
takraw dapat dikatakan memiliki persamaan perpaduan antara sepak bola, bola voli,
atau bulu tangkis. Menyerupai sepak bola karena dalam permainan sepak takraw
dalam memainkan bola dengan menggunakan bagian-bagian tubuh seperti halnya
dalam permainan sepak bola (yaitu; kaki, kepala atau bagian tubuh lainnya kecuali
lengan). Menyerupai bola voli dan bulu tangkis karena sama-sama menggunakan net
dan ukuran lapangan mendekati permainan bulutangkis (Engel, 2010: 23).
Dalam permainan Sepak takraw ada dua kemungkinan yang dapat
dikembangkan, yaitu aspek seni dan prestasi. Aspek seni dapat kita kembangkan dari
cara memainkan bola yang sangat unik yaitu dengan menggunakan kaki seperti sepak
sila, sepak kuda, sepak badak, sepak cungkil, sepak mula, sepak samping, memaha,
kedeng, smash,dengan badan (mendada, membahu, blocking) dan dengan kepala
(heading) yang dipantul-pantulkan, sedangkan aspek prestasinya yaitu olahraga ini
dipertandingan diberbagai event baik itu regional, nasional maupun internasional.
Permainan sepak takraw dilakukan oleh dua regu yang berhadapan di lapangan
yang dipisahkan oleh jaring (net) yang terbentang membelah lapangan menjadi dua
bagian. Setiap regu yang berhadapan terdiri atas 3 orang pemain. Permainan sepak
takraw berlangsung tanpa menggunakan tangan untuk memukul bola bahkan bola
tidak boleh menyentuh lengan. Bola hanya boleh menyentuh atau dimainkan oleh
kaki, pada dada bahu dan kepala.
4. Kebutuhan Zat Gizi Khusus Bagi Cabor Sesuai Karakteristik
Perhitungan dan pemenuhan kebutuhan energi dan zat gizi bagi atlet harus
mempertimbangkan jenis olahraga, tahapan pemenuhan gizi untuk periode latihan,
kompetisi dan pemulihan. Selain itu perlu juga diperhatikan variasi makanan,
kesukaan dan daya terima atlet agar asupannya dapat memenuhi kebutuhan atlet.
Energi dihasilkan dari zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein dan lemak.
Permainan olahraga sepak takraw memerlukan kemampuan fisik dan
keterampilan gerak (Skill) yang sangat prima, khusus untuk pencapaian prestasi. Hal
ini berkaitan dengan kondisi internal berupa struktur anatomis, fungsi fisiologis, dan
sistem persyarafan. Ketiga faktor tersebut memiliki dampak yang sangat berarti dalam
hal penguasaan suatu keterampilan.
Sepak takraw merupakan salah satu olahraga yang masuk dalam jenis olahraga
aerobik-anaerobik. Pada aktivitas olahraga yang dilakukan dengan intensitas tinggi
dan membutuhkan power secara cepat seperti saat berlari untuk mengejar bola, saat
memukul bola dengan keras maka metabolisme energi tubuh akan berjalan secara
anaerobik melalui sumber energi yang diperoleh dari simpanan PCr dan glikogen.
Sedangkan saat melakukan aktivitas dengan intensitas rendah seperti saat berjalan
secara aerobik maka sumber energi diperoleh dari simpanan karbohidrat, lemak dan
protein.
Asupan makanan yang berlebihan ataupun kurang akan menyebabkan
perubahan komposisi tubuh yaitu peningkatan/penurunan berat badan, persen lemak
tubuh dan massa otot. Asupan makanan terutama protein sangat berpengaruh pada
masa otot yang pada akhirnya berpengaruh pada kekuatan otot mengingat protein
merupakan salah satu bahan baku pada sintesis protein otot. Peningkatan asupan
protein harus diimbangi dengan asupan energi yang cukup, asupan energi akan
berdampak pada pada peningkatan massa otot (Rozenek, 2002).
Makanan seorang atlet harus mengandung semua zat gizi makro dan mikro.
Secara umum menu makanan harus mengandung:
Tabel 1. Kebutuhan zat gizi makro
No. Zat Gizi Kandungan Gizi (%)
1. Karbohidrat 40-70
2. Lemak 20-45
3. Protein 12-20
Sumber :
1. Medicine and Science ini Sport dan exercise vol 41-issue3, pp709,31, Nutrition and athletic
performance ,March 2009
2. Bernadot, advanced sports nutrition, 2007
3. Lippincot Williams and Wilkins ,Publikasi Iowa State University, Training Diet,
4. Hamm M, Brouns F. Essentials of Sports of Nutrition West Sussex. John Wiley and Sons Ltd.,
2002.

Untuk menentukan kebutuhan energi dan zat gizi semua cabang olahraga
maka olahraga dapat dikelompokkan menjadi:
Tabel 2. Pengelompokkan Olahraga berdasarkan sistem kerja syaraf dan otot untuk
penentuan kebutuhan energi dan zat gizi makro
Zat Gizi Olahraga
Power Endurance Sprint Permainan
Karbohidrat 45-50% 60-65% 50-60% 50-60%
Lemak 30-35% 25-30% 25-30% 30-35%
Protein 17-20% 12-15% 16-18% 12-15%
Cabang angkat besi, marathon, lari lari 100, 200 sepak bola, bola
Olahraga tolak peluru, jarak menengah, meter, renang voli, bola basket,
tinju lari jarak jauh, 25 meter, sepak takraw,
renang diatas 400 sepeda bulu tangkis,
meter, sepeda road velodrome tenis meja, tenis
race lapangan
A. Energi
Kebutuhan energi ditentukan oleh tiga komponen yaitu energi Basal
Metabolic Rate (BMR), Specific Dynamic Action (SDA), Aktivitas fisik, dan
Energy Expenditure untuk setiap jenis dan lama latihan.
1. BMR (Basal Metabolic Rate)
Basal Metabolic Rate (BMR) adalah jumlah energi yang dikeluarkan
untuk aktivitas vital tubuh. BMR untuk setiap orang dipengaruhi oleh umur,
massa tubuh, komposisi tubuh dan jenis kelamin. BMR juga dipengaruhi oleh
perubahan faktor lingkungan, seperti suhu, kelembaban, ketinggian tempat
berlatih, dan keadaan emosi tertentu, seperti rasa takut, cemas dan ketegangan.
Tabel 3. Perhitungan Basal Metabolisme Rate (BMR) menurut usia dan jenis kelamin

Umur (Tahun) Rumus


Pria
39 (22.7 x Berat Badan*) + 495
10 17 (17.5 x Berat Badan) + 651
18 29 (15.3 x Berat Badan) + 679
30 60 (11.6 x Berat Badan) + 879
> 60 (13.5 x Berat Badan) + 487
Wanita
39 (22.5 x Berat Badan) + 499
10 17 (12.2 x Berat Badan) + 746
18 29 (14.7 x Berat Badan) + 496
30 60 (8.7 x Berat Badan) + 829
> 60 (10.5 x Berat Badan) + 496
Keterangan : *Berat Badan dalam kilogram (kg)
(Sumber: Melvin H. Williams ; Nutrition for Health, Fitness, & Sport (Eight Edition); McGraw
Hill; p. 93; 2007)

2. SDA (Specific Dynamic Action)


Specific Dynamic Action (SDA) SDA adalah energi yang dibutuhkan
untuk mencerna zat zat gizi makro. Untuk mencerna karbohidrat dibutuhkan
sebesar 6-7% dari BMR, untuk mencerna protein 20-30% dari BMR dan untuk
mencerna lemak dibutuhkan sebesar 4-14% dari BMR. Untuk bahan makanan
campuran yang terdiri dari karbohidrat, protein dan lemak SDAnya adalah
10% dari BMR.
3. Tingkat Aktifitas Fisik
Setiap aktivitas fisik memerlukan energi untuk bergerak. Pengeluaran
energi untuk aktivitas fisik harian ditentukan oleh jenis, intensitas dan lama
aktivitas fisik. Estimasi energi yang dikeluarkan oleh berbagai aktivitas fisik
sangat sulit dilakukan secara teliti. Perhitungan kasar biasa menggunakan
formulasi sebagai berikut:
Tabel 4. Kategori Tingkatan Aktivitas Fisik
Kategori Tingkatan aktivitas Koefisien aktivitas
fisik fisik
Pria/Wanita
Tidak aktif (Sedentary) 1.0 - < 1.4 1.00/1.00
Aktif ringan (Low 1.4 - < 1.6 1.11/1.12
Active)
Aktif (Active) 1.0 - < 1.4 1.24/1.27
Sangat aktif (Very 1.0 - < 1.4 1.48/1.45
Active)
Sumber: Melvin H. Williams ; Nutrition for Health, Fitness, & Sport (Eight Edition); McGraw
Hill; p. 100; 2007

4. Pengeluaran Energi (Energy Expenditure) Untuk Setiap Jenis, Intensitas


dan Lama Olahraga
Pengeluaran energi untuk latihan fisik dan olahraga ditentukan oleh
jenis olahraga, intensitas dan lamanya latihan fisik dan olahraga. Kebutuhan
energi berdasarkan setiap jenis dan lama olahraga lihat tabel:
Tabel 4. Kebutuhan Energi (kalori/menit) pada Beberapa Jenis Olahraga
Jenis Olahraga Berat Badan (kg)
50 60 70 80 90
Balap Sepeda:
- 9 km/jam 3 4 4 5 6
- 15 km/jam 5 6 7 8 9
- bertanding 8 10 12 13 15
Bulutangkis 5 6 7 7 9
Bola basket 7 8 10 11 12
Bola voli 2 3 4 4 5
Dayung 5 6 7 8 9
Golf 4 5 6 7 8
Hockey 4 5 6 7 8
Jalan kaki:
- 10 menit/km 5 6 7 8 9
- 8 menit/km 6 7 8 10 11
- 5 menit/km 10 12 15 17 19
Lari:
- 5,5 menit/km 10 12 14 15 17
- 5 menit/km 10 12 15 17 19
- 4,5 menit/km 11 13 15 18 20
- 4 menit/km 13 15 18 21 23
Renang:
- Gaya bebas 8 10 11 12 14
- Gaya punggung 9 10 12 13 15
- Gaya dada 8 10 11 13 15
Senam 3 4 5 5 6
Senam aerobik:
- Pemula 5 6 7 8 9
- Terampil 7 8 9 10 12
Tenis lapangan:
- Rekreasi 4 4 5 5 6
- Bertanding 9 10 12 14 15
Tenis meja 3 4 5 5 6
Tinju:
- Latihan 11 13 15 18 20
- Bertanding 7 8 10 11 12
Yudo 10 12 14 15 17
Sumber: Buku Pelatihan Gizi Olah Raga untuk Prestasi, Depkes, 2000
Untuk cabang olahraga yang tidak termasuk di dalam tabel di atas, seperti catur,
bridge dan lainnya yang sejenis dapat menggunakan perhitungan kebutuhan energi
dan zat gizi berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang (PGS).

B. Kebutuhan Zat Gizi


Berdasarkan Nutritional Guidelines for Female Athletes, kebutuhan gizi atlet
perempuan adalah sebagai berikut:
1. Karbohidrat
Berat badan atlet, total kebutuhan energi, specific metabolic untuk kepentingan
olahraga, tingkat latihan maupun pertandingan akan ditentukan oleh kuantitas
dari kebutuhan karbohidrat. Karbohidrat merupakan sumber energi utama.
Untuk bahan bakar aktivitas otot dan otak. Kebutuhan karbohidrat adalah 4
kalori per gram atau 50-65% dari kebutuhan total energi sehari.
2. Protein
Fungsi utama protein adalah untuk memelihara, memperbaiki, dan
pertumbuhan otot setelah intens beraktivitas fisik. Keseimbangan yang tepat
antara asupan protein nabati dan protein hewani akan membantu atlet menjaga
enzim dan hormone yang diperlukan untuk program latihan. Selain itu
mempertahankan keseimbangan nitrogen positif sangat penting untuk atlet
untuk membangun otot.
Atlet dengan karakteristik olahraga Strenght dan Conditioning harus
selalu memastikan kecukupan protein untuk menjaga keseimbangan nitrogen
positif. Kebutuhan atlet untuk menjaga keseimbangan nitrogen positif adalah
1,2 1,7 gr/kg BB protein atau sekitar 15-20% dari total energi sehari.
Tabel 5. Estimasi Kebutuhan Protein bagi Atlet
Kelompok Asupan protein (gr/kg/hr)
Laki-laki & perempuan yang tidak aktif 0.80 1.0
Atlet remaja masa pertumbuhan 1.5
Atlet perempuan olahraga endurans 1.4 1.5
Atlet laki-laki olahraga endurans 1.6
Atlet olahraga endurans intensitas 1.2
a
sedang
Atlet olahraga rekreasionalb 0.80 1.0
Sepak bola, olahraga power 1.4 1.7
Atlet olahraga beban (awal pelatihan) 1.5 1.7
Atlet olahraga beban (steady state) 1.0 1.2
Atlet wanita 15% lebih rendah dari atlet pria
Atlet remaja masa pertumbuhan 1.5
a
Latihan rata-rata 4 sampai 5 kali per minggu selama 45-60 menit
b
Latihan 4 sampai 5 kali per minggu selama 30 menit pada <55% VO2peak
(Sumber : Melvin H. Williams ; Nutrition for Health, Fitness, & Sport ; McGraw
Hill; 2007)

3. Lemak
Kebutuhan lemak berkisar antara 20 - 45% dari kebutuhan kalori total.
Bila mengonsumsi lemak kurang 20% kurang dari kebutuhan kalori total tidak
akan memberi keuntungan pada kinerja fisik. Demikian pula bila mengonsumsi
lemak lebih 45% dari kebutuhan kalori total maka akan berbahaya bagi
kesehatan atlet.
Meskipun tidak secara langsung berperan dalam peningkatan prestasi,
lemak dalam jumlah tertentu masih sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk fungsi
organ dan pembentukan hormon. Kebutuhan lemak pada atlet dianjurkan 20-
45% dari total kalori yang dibutuhkan. Kebutuhan lemak ini harus dicukupi
untuk membentuk jaringan lemak. Jaringan lemak harus cukup terutama pada
atlet wanita. Menstruasi dapat terjadi bila kadar lemak tubuh minimal 8%. Bila
kadar lemak tubuh kurang dari 8%, maka menstruasi tidak terjadi karena
rendahnya hormon estrogen. Rendahnya kadar hormon estrogen juga dapat
menyebabkan osteoporosis. (Kemenkes RI, 2014)
4. Vitamin, Mineral, dan Cairan
Atlet membutuhkan vitamin dan mineral untuk:
- Metabolisme energi
- Membangun jaringan tubuh
- Keseimbangan cairan
- Membawa oksigen untuk kerja metabolisme
- Menurunkan stress oksidatif terutama pada otot dan tulang.
a. Vitamin
Vitamin adalah zat organik yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit
(mikrogram dan miligram sehari) untuk mencegah defisiensi vitamin dan
gangguan kesehatan. Vitamin dapat dibagi menjadi 2 golongan, yang larut
dalam air (B kompleks dan C), dan yang larut dalam lemak (A, D, E dan
K).
Tabel 6. Fungsi vitamin larut air yang dapat mempengaruhi kinerja atlet
Vitamin Kofaktor & Metab Metabo Sintesis Fungsi Sintesis Absorbsi Fungsi Fungsi
Larut Kebutuhan activator olisme lisme Lemak saraf, hemo Fe & pemb. imuno Antiok
Air Atlet metabolism KH Protein kontrak globin epinephrine logi sidan
energi si otot
Tiamin 1,5-3
(B1) mg/hr
Riboflavin 1,1 mg/
(B2) 1000 kal
Niasin (B3) 14-20
mg/hr
Piridoksin 1,5-2
(B6) mg/hr
Cobalamin 2,4-2,5
(B12) mcg/hr
Ascorbat 200
acid (C) mg/hr

Tabel 7. Fungsi vitamin larut air yang dapat mempengaruhi kinerja atlet
Vitamin Fungsi Fungsi Proses Membantu Metabolis Fungsi Absorbsi
Larut Kebutuhan imuno antioksi glukoneo kapasitas me tulang osteokalsin Ca & P
Lemak Atlet logi dan genesis oksidatif (bahan
penguat
tulang)
K 700-900
mcg/hr
D 5-15 mcg/hr
A*) 500-
600mcg/hr
E*) 15 mg/hr
Keterangan : *) Tidak ada peningkatan kebutuhan
Sumber :
1). Medicine dan Sciene ini Sport dan exercise,Nutrition and athletic performance, March
2009
2). Williams MH, Nutrition for Fitness and Sport, 4th edition, Brown and Benchmark, 1995

b. Mineral
Mineral adalah zat inorganik yang dibutuhkan untuk memelihara
berbagai fungsi dalam tubuh. Seperti vitamin, mineral juga dapat dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu makromineral dan trace elements. Contoh
makromineral adalah natrium, kalium, kalsium, fosfor, dan magnesium.
Sedangkan trace elements adalah besi, seng, tembaga, kromium, dan
selenium. Kebutuhan mineral dalam sehari tidak lebih dari 100mg/hari, dan
kebutuhan trace elements tidak lebih dari 20 mg/hari.
Natrium. Berfungsi untuk Kekuatan dan kecepatan kontraksi otot,
keseimbangan cairan tubuh, asam basa. Kebutuhan >1500 mg/hr.
Kalium. Berfungsi untuk Kekuatan dan kecepatan kontraksi otot,
keseimbangan cairan dan asam basa, pengangkut glukosa dalam sel.
Kebutuhan >4700 mg/hr.
Kalsium. Berfungsi pada proses kontraksi otot (termasuk otot rangka),
keseimbangan asam basa, struktur tulang. 1300-1500 mg/hr.
Magnesium. Sebagai kofaktor dan aktivator metabolism energi,
metabolisme glukosa, sintesis protein, kekuatan dan kecepatan kontraksi
otot, imunologi, metabolisme dan struktur tulang. Kebutuhan 400-450
mg/hr.
Fosfor. Berfungsi untuk kekuatan dan kecepatan kontraksi otot,
keseimbangan asam basa, struktur tulang, komposisi ATP, meningkatkan
fungsi vitamin B. Kebutuhan 1250-1500 mg/hr.
Klorida. Bekerja sama dengan Natrium menjaga keseimbangan cairan
tubuh serta fungsi sel tubuh, produksi HCL. Kebutuhan >2300 mg/hr.
Besi. Sebagai kofaktor dan aktivator metabolisme energi, sintesis
hemoglobin dan mioglobin, transportasi oksigen jaringan otot. Kebutuhan
15-18 mg/hr.
Seng (Zn). Sebagai kofaktor dan aktivator metabolisme energi, komposisi
enzim dalam metabolism energi, sintesis protein, imunologi, antioksidan.
Kebutuhan 11-15 mg/hr.
Tembaga. Sebagai kofaktor dan aktivator metabolisme energi dan sebagai
antioksidan. Kebutuhan 795-900 mg/hr.
Kromium. Sebagai kofaktor dan aktivator metabolisme energi , untuk
meningkatkan sensitivitas insulin. Kebutuhan L = 30-35 mcg/hr atau P =
24-25 mcg/hr.
Selenium. Berfungsi sebagai antioksidan dan melindungi kerusakan
dinding sel tubuh. Kebutuhan 30 mcg/hr.
Asam folat*). Berfungsi untuk pengendalian ketersediaan sel darah
merah dalam jumlah normal. Kebutuhan 180 mcg/hr.
Asam pantotenat*). Berfungsi dalam proses metabolisme energi dan
kontraksi otot. Kebutuhan 4,7 mg/hr.
Biotin*). Berfungsi dalam proses glukoneogenesis. Kebutuhan 10-200
mcg/hr.
Yodium *). Berhubungan dengan fungsi tiroid, bagian dari tri dan
tetraiodotironin (T3 dan T4), berpengaruh dalam konsumsi oksigen dan
tingkat metabolism serta meningkatkan utilisasi ATP dan merangsang
pelepasan asam-asam lemak dari jaringan adipose. Kebutuhan 150 mg/hr.
Keterangan : *) Tidak ada peningkatan kebutuhan pada atlet
Sumber :
1). Medicine dan Sciene ini Sport dan exercise,Nutrition and athletic
performance, March 2009
2). Williams MH, Nutrition for Fitness and Sport, 4th edition, Brown and
Benchmark, 1995

c. Cairan
Kekurangan konsumsi cairan dapat mengakibatkan dehidrasi yang
dapat menurunkan performa olahraga. Berkurangnya 1 sampai 2% berat
tubuh akibat dari keluarnya cairan tubuh melalui keringat dapat
menurunkan performa olahraga sebesar 10%, berkurangnya 5% berat
badan dapat menurunkan performa 30%. Khusus untuk olahraga dengan
intensitas tinggi dan olahraga yang bersifat ketahanan (endurance) seperti
maraton atau balap sepeda (road cycling), berkurang 2,5% berat badan
akibat dari keluarnya cairan tubuh melalui keringat dapat menurunkan
performa olahraga hingga 45%. Pada peningkatan suhu atau latihan
berlebihan pada saat panas yang ekstrim dapat terjadi heat stroke.
Rehidrasi sulit dilakukan pada saat dehidrasi derajat sedang atau
tinggi (defisit cairan sebesar 2 - 5% atau lebih) dan interval antara sesi
latihan kurang dari 6-8 jam. Rehidrasi optimal mensyaratkan adanya
rencana terjadwal dalam memberikan asupan cairan. Cairan harus
dikonsumsi secara berkelanjutan dan segera setelah berlatih seperti tertera
di atas. Secara umum rekomendasi pemberian cairan pada atlet adalah:
1) Pemberian cairan pada atlet lebih didasarkan intensitas dan durasi
latihan.
2) Kegiatan berolahraga harus dimulai dalam keadaan dalam keadaan
hidrasi yang baik/normal.
3) Hidrasi tubuh yang baik sebelum pertandingan dapat memelihara
keseimbangan cairan tubuh.
4) Cairan yang hilang harus selalu diberikan setiap waktu setiap sesi
pertandingan.
5) Pemberian cairan dilakukan secara bertahap, selama dan setelah
latihan/pertandingan mengonsumsi cairan 150-250 cc dengan interval
waktu tertentu.
6) Sebaiknya membiasakan atlet untuk memenuhi kebutuhan cairannya
ketika masa pelatihan, sehingga ketika musim pertandingan laju
pengosongan lambung tetap terpelihara.
7) Cairan yang diberikan untuk menggantikan cairan yang hilang adalah
cairan yang mengandung glukosa 5-7%, maksimal diberikan dalam
waktu 1 jam setara dengan 30-60 gram glukosa, dan dengan suhu 15
200.
8) Suhu terlalu dingin dan terlalu panas mengganggu proses penyerapan di
gastrointestinal.
9) Gunakan cairan yang biasa diberikan pada fase latihan karena atlet
sudah terbiasa dengan cairan tersebut.
10) Cairan yang mengandung sukrosa, glukosa, fruktosa dan maltodextrin
adalah cairan yang dapat diterima dengan mudah oleh lambung dan
tidak akan menyebabkan rasa tidak nyaman pada lambung. Cairan yang
mengandung laktosa sering kali menyebabkan rasa tidak nyaman pada
lambung terutama atlet yang intoleransi laktosa.
11) Pada pertandingan endurans dengan durasi lama dapat terjadi
hiponatremia (<135 meq) dan hipokalemia (<3,5 meq). Karena itu atlet
dianjurkan untuk mengonsumsi minuman atau makanan yang
mengandung natrium (Na) dan kalium (K). Kehilangan natrium dan
kalium dapat diganti dengan minuman yang mengandung elektrolit
seperti sports drinks. Kandungan natrium yang dianjurkan dalam sport
drink adalah 80-90 meq.
12) Jenis cairan yang bisa diberikan adalah air putih, sport drink atau jus
buah dengan karbohidrat 5-7%.
13) Hindari cairan yang mengandung kafein dan alkohol karena
mempunyai efek diuretik.
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam menentukan kebutuhan
energi dan zat gizi :
1) Pemeriksaan ureum untuk menentukan cukup tidaknya asupan dan
simpanan karbohidrat. Ureum merupakan hasil metabolisme dari
protein. Protein akan dipecah menjadi energi ketika ketersediaan
karbohidrat rendah.
2) Pemeriksaan elektrolit darah meliputi natrium, kalium, dan magnesium
untuk menentukan cukup tidaknya elektrolit tubuh.
3) Pengukuran berat badan sebelum dan sesudah latihan untuk
menentukan kehilangan cairan.

5. Hasil dan Pembahasan


a. Profil atlet
- Nama : Siti Juariyah
- Tanggal lahir : 25 September 1997
- Usia : 20 tahun
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Cab Olahraga : Sepak Takraw
- Klasemen : tidak ada
- Peringkat : tidak ada
b. Pola hidup
Berdasarkan hasil recall 1x24 jam yang dilakukan kepada atlet, kebiasaan
makan atlet tidak teratur. Atlet hanya makan pada siang hari pukul 13.00 dan
malam hari pada pukul 19.30 WIB.
Pemilihan makanan yang dikonsumsi juga kurang tepat karena atlet lebih
suka jajan di luar seperti bakso, mie ramen. Atlet menyukai semua jenis masakan
dan tidak ada alergi. Konsumsi air putih atlet tergolong cukup, tetapi lebih
menyukai minuman manis. Atlet mengkonsumsi beberapa suplemen, salah satunya
suplemen Surbex-T yang merupakan suplemen wajib.
c. Pola latihan/Aktifitas fisik
Pola latihan yang biasa digunakan oleh atlet sepak takraw di Puslatda KONI Jatim
adalah:
Latihan utama : Pagi pukul 08.00 12.00 WIB
Siang pukul 13.00 13.30 WIB
Latihan tambahan : Sore pukul 15.00 17.00 WIB
Sehingga untuk rata-rata durasi latihan adalah 6,5 jam per hari. Biasa melakukan
latihan 5 6 hari dalam seminggu.
d. Antropometri dan Komposisi Tubuh
Pengukuran atlet dilakukan pada hari Sabtu, 21 Mei 2017
Tabel 1. Hasil pengukuran menggunakan BIA
Pengukuran Hasil Pengukuran Hasil
Tinggi Badan 155 kg Distribusi Body Fat
(TB)
Berat Badan (BB) 58,3 cm - Tangan kanan 29,8 %
BMI 24,3 kg/m2 - Tangan kiri 27,5 %
Body Fat (BF) 30 % - Badan 29,4 %
Total Body Water 49,7 % - Kaki kanan 31,2 %
(TBW)
Muscle Mass 46,4 kg - Kaki Kiri 30,8 %
Physique Ratting 8 Distribusi Muscle
Mass
Bone Mass 1,7 kg - Tangan kanan 2,2
BMR 1267 kJ - Tangan kiri 2,1
BMR 5059 - Badan 21,8
Metabolic Age 20 - Kaki kanan 10,3
Visceral Fat Level 1 - Kaki kiri 10,1

e. Interpretasi
Berdasarkan tabel pengukuran antropometri dan komposisi tubuh yang dilakukan pada
atlet cabang olahraga sepak takraw, maka dapat diketahui bahwa:
1. BMI (Body Mass Index)
BMI (Body Mass Index) merupakan rasio antar berat badan dan tinggi
badan, yang digunakan sebagai indikator untuk mengetahui status gisi seseorang.
BMI diperoleh dari perhitungan berat badan dibagi tinggi badan dalam meter
kuadrat. Kriteria Asia Pasifik :
BMI < 18,5 (Underweight)
BMI 18,5 s/d < 23 (Healthy Weight)
BMI 23 s/d < 25 (Overweight)
BMI 25 s/d < 30 (Obese Class I)
BMI >= 30 (Obese Class II)
BMI atlet Siti adalah 24,3 kg/m2 yang masuk dalam kategori Overweight (Asia
Pasifik).
2. Body Fat (%)
Adalah jumlah lemak tubuh sebagi proporsi dari berat badan. Lemak
dibutuhkan untuk pengaturan suhu tubuh, penyimpanan vitamin dan pelumas sendi.
Terlalu banyak lemak dapat membahayakan kesehatan. Mengurangi kelebihan
lemak dalam tubuh mampu menurunka resiko dari penyakit darah tinggi, jantung
dan kanker. Berikut adalah cut off point pengukuran body fat % :
Tabel 5. Cut Off Point Pengukuran Body Fat (%)
Kategori Wanita Laki-laki
Atlet 15-20% 6-15%
Semi olahragawan 20-25% 15-20%
Biasa 25-30% 20-25%

Hasil pengukuran Body Fat dari atlet Siti adalah 30%. Persentase lemak
tubuh ini tergolong tinggi karena lebih dari 15-20%.
3. Total Body Water (%)
Adalah jumlah total cairan dalam tubuh yang ditampilkan sebagai
persentase berat badan. Air memegang peranan penting dalam proses pengaturan
tubuh dan ditemukan dalam setiap sel, jaringan dan organ. Dengan menjaga
kesehatan TBW% memastikan fungsi tubuh dapar berjalan efisien dan mengurangi
resiko perkembangan masalah kesehatan. Pengukuran bervariasi pada siang dan
malam hari. Dipengaruhi banyak faktor seperti: sakit, pola makan, aktivitas fisik
dapat menjadi indikator perubahan berat badan atlet. Berikut cut off point dari Total
Body Water(%):
Tabel 4. Cut Off Point Persentase Total Body Water
Jenis Kelamin Persentase (%)
Wanita: 45 60
Laki 50 65

Hasil dari Total Body Water dari atlet Siti adalah 49,7% dan tergolong
normal karena masuk dalam range persentase Total Body Water.
4. Muscle Mass
Hasil pengukuran muscle mass atlet Siti adalah 46,4 kg. Semakin banyak
melakukan latihan, maka masa otot semakin meningkat. Meningkatkan masa otot
juga akan meningkatkan metabolisme rate, yang akan membantu mengurangi
kelebihan lemak tubuh dan mengurangi berat badan dengan cara yang sehat.
5. Physique Rating
Hasil pengukuran Physique Rating dari atlet adalah 8. Angka 8
menunjukkan bahwa atlet memiliki % lemak tubuh yang lebih rendah dan massa
otot yang adekuat (Thin & Muscular). Physique Rating dari tiap individu akan
berbeda sesuai dengan aktivitas fisik yang dilakukan dan bukan berdasarkan berat
badan yang dimiliki oleh setiap individu. Semakin tinggi tingkat aktivitas
seseorang, berat badan mungkin tidak berubah tapi keseimbangan komposisi
lemak tubuh dan otot mungkin berubah dan nilai dari physique rating akan
berubah juga sesuai dengan komposisi tubuh yang berubah tersebut.
6. Bone Mass
Hasil pengukuran Bone Mass dari atlet adalah 1,7 kg. Untuk seorang atlet
wanita dengan berat badan 58,3 kg, angka dari bone mass 1,7 kg masih tergolong
rendah. Karena utnuk wanita dengan berat badan 50-75 kg normal bone mass
adalah 2,4 kg.
Bone mass mengindikasikan berat dari tulang kering (kadar mineral tulang
termasuk kalsium, dll) dalam tubuh. Penelitian telah menunjukkan bahwa latihan
dan pembentukan jaringan otot berkaitan dengan kesehatan dan kekuatan tulang.
Meskipun struktur tulang tidak dapat berubah dalam waktu yang cepat, akan
sangat penting untuk menjaga kesehatan tulang dengan diet seimbang dan banyak
olahraga.
7. BMR (kcal)
Hasil BMR dari atlet adalah 1267 kcal. BMR merupakan kebutuhan
minimum energi/kalori harian yang dibutuhkan saat istirahat untuk berfungsi
secara optimal.
8. BMR (kJ)
BMR hasil konversi dari satuan kkal ke satuan kilojoule sebesar 5059 kJ.
9. Metabolic Age
Usia metabolik dari atlet adalah 20. Usia metabolik ini terlihat sama
dengan usia sesungguhnya. Kesesuaian ini dipengaruhi oleh BMR dan aktifitas
fisiknya.
10. Visceral Fat
Visceral fat dari atlet adalah pada level 1 yang menandakan bahwa lemak
dalam perut tergolong sehat (Healthy visceral fat) dengan nilai normal Healthy
visceral fat adalah 1-12 sedangkan dikatakan kelebihan persentase visceral fat jika
nilainya 13-59.
11. Distribusi Fat Mass (Tangan Kanan, Tangan Kiri, Badan, Kaki Kanan, Kaki kiri)
Tangan Kanan : 29,8%
Tangan Kiri : 27,5%
Badan : 29,4%
Kaki Kanan : 31,2%
Kaki kiri : 30,8%
Distribusi dari massa lemak terlihat sebanding antara tangan kanan dan kiri, kaki
kanan dan kaki kiri.
12. Distribusi Muscle Mass (Tangan Kanan, Tangan Kiri, Badan, Kaki Kanan, Kaki
kiri)
Tangan Kanan : 2,2
Tangan Kiri : 2,1
Badan : 21,8
Kaki Kanan : 10,3
Kaki kiri : 10,1
Distribusi dari massa otot terlihat sebanding antara tangan kanan dan kiri, kaki
kanan dan kaki kiri.
f. Analisis masalah
Atlet Siti merupakan atlet yang telah lama bergabung dengan KONI Jawa
Timur dan selalu mengikuti kejuaraan sepak takraw. Dia juga telah mengetahui apa
saja peraturan yang diterapkan untuk seluruh atlet yang berada di Pusat Pelatihan
KONI. Masalah yang ditemukan untuk atlet Siti adalah pola makan yang kuran tepat
yang kemudian berdampak pada hasil pengukuran antropometri dan komposisi tubuh
atlet.
Setelah dilakukan wawancara, diketahui bahwa atlet lebih sering makan di luar
(jajan) daripada harus makan di rumah (memasak) pada saat berada di kampong
halamannya di Blitar. Pemilihan makanan pun kurang tepat. Dia lebih sering jajan
makanan seperti bakso dan mie. Sehingga hasil recall menunjukkan bahwa asupan
atlet tinggi lemak, dan cenderung rendah serat.
Hasil perhitungan BIA juga dapat diketahui bahwa atlet Siti memiliki BMI
Overweight (kriteria Asia Pasific) sehingga atlet harus dipantau agar masalah terkait
berat badan bisa diatasi.
g. Food Recall
- Data Food Recall
(terlampir)
- Kebutuhan Gizi Sehari (makro dan mikro)
Perhitungan BMR untuk perempuan usia 18 29 tahun = (14,7 x BB) + 496
Menggunakan SDA 10%
Aktivitas Fisik = aktif ringan ( 1,4 - < 16)
Sehingga, kebutuhan gizi sehari adalah:
BMR = (14,7 x 58,3 kg) + 496
= 1353,01
SDA = 10% x 1353,01
= 13,5301
BMR + SDA = 1353,01 + 13,5301
= 1366,54
AF = 1366,54 x 1,4
= 1913,1
Pengeluaran energi:
Untuk latihan = (5 hari x 390 menit x 3) / 7
= 5850 / 7
= 835,7
Dihasilkan energi = ((BMR + SDA) x AF) + keluaran energi
= 835,7 + 1913,1
= 2748,8 kkal
Protein 15% x 2748,8 kkal / 4 = 103,08 gram
Lemak 30% x 2748,8 kkal / 9 = 91,6 gram
Karbohidrat 55% x 2748,8 kkal / 4 = 377,96 gram
h. Perencanaan menu 1 hari
(terlampir)

i. Monitoring dan evaluasi


Parameter Waktu Metode Target
Asupan makan Saat kunjungan Pemberian jadwal Memenuhi asupan makan
berikutnya makan, wawancara sesuai anjuran
food recall
Berat Badan 1 minggu/ saat Pengukuran BIA Adanya penurunan BB
kunjungan mencapai IMT normal
berikutnya
Total Body Water 1 minggu/ saat Pengukuran BIA Total Body Water tetap
kunjungan dalam keadaan Normal
berikutnya
Body Fat 1 minggu/ saat Pengukuran BIA Fat Mass tetap dalam
kunjungan keadaan normal
berikutnya
Physique ratting 1 minggu/ saat Pengukuran BIA Physique ratting dapat
kunjungan bertahan
berikutnya
Bone Mass 1 minggu/ saat Pengukuran BIA Adanya peningkatan
kunjungan pada massa tulang
berikutnya
Sikap dan perilaku Setelah atlet Konseling Adanya perubahan sikap
atlet diberikan konseling dan perilaku atlet tentang
makanan dan pola hidup
yang tepat
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan bahan yang telah dibahas di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pemenuhan asupan gizi merupakan kebutuhan dasar bagi atlet. Pengaturan gizi
olahraga bertujuan untuk memperoleh latihan dan performa yang baikagar setiap atlet
dapat mencapai prestasi yang tinggi, kepada mereka juga harus diberikan gizi yang
tepat dan memadai pada setiap menu makanan yang disajikan. Dengan menu makanan
yang disajikan dengan gizi yang tepat dan memadai, diharapkan akan menghasilkan
jumlah kalori yang diperlukan sesuai dengan tuntutan dalam mempertahankan dan
menigkatkan stamina yang dipersyaratkan.
2. Sepak takraw adalah jenis olahraga campuran dari sepak bola dan bola voli, dimainkan
di lapangan ganda bulu tangkis, dan pemain tidak boleh menyentuh bola dengan
tangan. Permainan sepak takraw dilakukan oleh dua regu yang berhadapan di lapangan
yang dipisahkan oleh jaring (net) yang terbentang membelah lapangan menjadi dua
bagian. Setiap regu yang berhadapan terdiri atas 3 orang pemain. Permainan sepak
takraw berlangsung tanpa menggunakan tangan untuk memukul bola bahkan bola
tidak boleh menyentuh lengan. Bola hanya boleh menyentuh atau dimainkan oleh
kaki, pada dada bahu dan kepala.
3. Berdasar pengukuran BIA dapat diketahui atlet Siti memiliki status gizi Overweight
(BMI 24,3), Body fat normal, total body water normal, bone mass rendah, distribusi
muscle mass dan body fat (kaki kanan, kaki kiri, tangan kanan, tangan kiri) seimbang.
4. Kebutuhan zat gizi atlet Siti adalah:
Zat Gizi Kebutuhan
Energi (Kkal) 2748,8
Protein (g) 103,08
Lemak (g) 91,6
Karbohidrat (g) 377,96
B. Saran
Berdasarkan analisis masalah yang telah dibahas, maka disarankan untuk atlet Siti agar
lebih memperhatikan pola makan dan pemilihan bahan makanan yang dikonsumsi. Jika
hasil recall dan perhitungan kebutuhan atlet, diketahui asupan makan atlet masih belum
sebanding sehingga konsumsi makanan harus dipantau agar atlet memiliki asupan makan
yang sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu untuk BMI yang masuk dalam kategori
overweight, disarankan atlet dapat menurunkan berat badannya.
DAFTAR PUSTAKA

Anies Setiowati. (2014). Hubungan Indeks Massa Tubuh, Persen Lemak Tubuh, Asupan Zat
Gizi dengan Kekuatan Otot . Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia Volume 4.
Nomor 1.
Citra, Anisyah. Ongko, Jansen. 2015. Cek Komposisi Tubuh Dengan Bioimpedance Analysis
(BIA). [Online]. Tersedia : http://www.apki.or.id/cek-komposisi-tubuh-dengan-
bioimpedance-analysis-bia/ [tanggal akses 1 April 2017]
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pedoman Gizi Olahraga Prestasi. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Louise Burke, Greg Cox. (2010). The Complete Guide to food for sports performance.
Australia: Allen & Unwin.
Nutrition Guideline for Female. Diunduh dari
http://www.cscc.edu/campus-
life/pdf/Nutritional%20Guidelines%20for%20Female%20Athletes.pdf

Sejarah Sepak Takraw. Diunduh dari


http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/197603082005011-
SUHERMAN_SLAMET/takraw_Research.pdf

http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-6211-BABI.pdf

Anda mungkin juga menyukai