Disusun oleh:
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Olahraga merupakan aktivitas untuk meningkatkan stamina tubuh yang
mempunyai dampak positif terhadap derajat kesehatan, oleh karena itu olahraga
dianjurkan untuk dilaksanakan secara teratur sesuai dengan kondisi seseorang.
Kebutuhan gizi para atlet mempunyai kekhususan karena tergantung cabang olahraga
yang dilakukan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan atlet yang berprestasi faktor gizi
sangat perlu diperhatikan sejak pembinaan di tempat pelatihan sampai pada saat
pertandingan (Latief, 2000). Pembinaan berbagai macam cabang olahraga di Indonesia
sekarang ini sudah semakin berkembang dengan diadakannya pusat-pusat pelatihan
atau klub olahraga yang pembinaannya dimulai sejak usia dini (DepKes, 2002).
Atlet berprestasi didukung oleh banyak faktor diantaranya latihan dan
pembinaan terprogram secara berkesinambungan serta gizi yang memadai. Pengaturan
gizi olahraga bertujuan untuk memperoleh latihan dan performa yang baik. Dalam
pengaturan gizi atlet, kebutuhan zat gizi akan berbeda dibandingkan dengan kelompok
bukan atlet. Zat gizi yang dibutuhkan pada dasarnya tidak berlebihan namun
disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, aktifitas serta jenis
olahraga yang ditekuninya (Depkes 1993). Konsumsi pangan yang dapat memenuhi
tingkat kecukupan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh dapat mempengaruhi status gizi
atlet. Konsumsi dan status gizi pada atlet memiliki peran penting selain
mempertahankan kebugaran, juga untuk meningkatkan prestasi pada cabang olahraga
yang ditekuninya.
Pemenuhan asupan gizi merupakan kebutuhan dasar bagi atlet. Berdasarkan
teori olahraga dijelaskan bahwa gizi dan latihan fisik menghasilkan prestasi. Bahkan
federasi sepak bola dunia telah mengeluarkan pernyataan bahwasanya gizi berperan
dalam keberhasilan satu tim. Namun demikian sebagian besar asupan gizi atlet tidak
tepat karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman atlet dalam memilih makanan,
kurangnya edukasi tentang pentingnya gizi olahraga prestasi bagi atlet. pelatih,
pengurus serta kurangnya ketersediaan tenaga gizi dan kesehatan yang memahami dan
memiliki kompetensi dalam ilmu gizi olahraga prestasi. Peranan gizi dalam olahraga
prestasi menuntut tenaga gizi dan kesehatan yang terampil untuk menjaga secara
khusus dan intensif kebutuhan zat gizi atlet.
Pada dasarnya Tata Gizi Atlet dan Non-Atlet adalah sama, bedanya hanya pada
jumlah kalori yang dibutuhkan. Atlet oleh karena aktivitas fisiknya yang lebih banyak
daripada non-atlet dan dengan intensitas yang biasa lebih berat, membutuhkan jumlah
kalori yang lebih banyak.
Hal yang perlu dipahami adalah kelebihan gizi tidak meningkatkan prestasi
olahraga, bahkan lebih banyak merugikan, misalnya pada obesitas. Sebaliknya
kekurangan atau tata gizi yang tidak seimbang menurunkan prestasi olahraga.
B. Tujuan
1. Mengetahui pentingnya gizi bagi atlet
2. Mengetahui gambaran umum cabang olahraga sepak takraw
3. Menganalisis hasil pengukuran BIA pada atlet sepak takraw
4. Mengetahui kebutuhan zat gizi makro dan mikro pada atlet sepak takraw
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk menentukan kebutuhan energi dan zat gizi semua cabang olahraga
maka olahraga dapat dikelompokkan menjadi:
Tabel 2. Pengelompokkan Olahraga berdasarkan sistem kerja syaraf dan otot untuk
penentuan kebutuhan energi dan zat gizi makro
Zat Gizi Olahraga
Power Endurance Sprint Permainan
Karbohidrat 45-50% 60-65% 50-60% 50-60%
Lemak 30-35% 25-30% 25-30% 30-35%
Protein 17-20% 12-15% 16-18% 12-15%
Cabang angkat besi, marathon, lari lari 100, 200 sepak bola, bola
Olahraga tolak peluru, jarak menengah, meter, renang voli, bola basket,
tinju lari jarak jauh, 25 meter, sepak takraw,
renang diatas 400 sepeda bulu tangkis,
meter, sepeda road velodrome tenis meja, tenis
race lapangan
A. Energi
Kebutuhan energi ditentukan oleh tiga komponen yaitu energi Basal
Metabolic Rate (BMR), Specific Dynamic Action (SDA), Aktivitas fisik, dan
Energy Expenditure untuk setiap jenis dan lama latihan.
1. BMR (Basal Metabolic Rate)
Basal Metabolic Rate (BMR) adalah jumlah energi yang dikeluarkan
untuk aktivitas vital tubuh. BMR untuk setiap orang dipengaruhi oleh umur,
massa tubuh, komposisi tubuh dan jenis kelamin. BMR juga dipengaruhi oleh
perubahan faktor lingkungan, seperti suhu, kelembaban, ketinggian tempat
berlatih, dan keadaan emosi tertentu, seperti rasa takut, cemas dan ketegangan.
Tabel 3. Perhitungan Basal Metabolisme Rate (BMR) menurut usia dan jenis kelamin
3. Lemak
Kebutuhan lemak berkisar antara 20 - 45% dari kebutuhan kalori total.
Bila mengonsumsi lemak kurang 20% kurang dari kebutuhan kalori total tidak
akan memberi keuntungan pada kinerja fisik. Demikian pula bila mengonsumsi
lemak lebih 45% dari kebutuhan kalori total maka akan berbahaya bagi
kesehatan atlet.
Meskipun tidak secara langsung berperan dalam peningkatan prestasi,
lemak dalam jumlah tertentu masih sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk fungsi
organ dan pembentukan hormon. Kebutuhan lemak pada atlet dianjurkan 20-
45% dari total kalori yang dibutuhkan. Kebutuhan lemak ini harus dicukupi
untuk membentuk jaringan lemak. Jaringan lemak harus cukup terutama pada
atlet wanita. Menstruasi dapat terjadi bila kadar lemak tubuh minimal 8%. Bila
kadar lemak tubuh kurang dari 8%, maka menstruasi tidak terjadi karena
rendahnya hormon estrogen. Rendahnya kadar hormon estrogen juga dapat
menyebabkan osteoporosis. (Kemenkes RI, 2014)
4. Vitamin, Mineral, dan Cairan
Atlet membutuhkan vitamin dan mineral untuk:
- Metabolisme energi
- Membangun jaringan tubuh
- Keseimbangan cairan
- Membawa oksigen untuk kerja metabolisme
- Menurunkan stress oksidatif terutama pada otot dan tulang.
a. Vitamin
Vitamin adalah zat organik yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit
(mikrogram dan miligram sehari) untuk mencegah defisiensi vitamin dan
gangguan kesehatan. Vitamin dapat dibagi menjadi 2 golongan, yang larut
dalam air (B kompleks dan C), dan yang larut dalam lemak (A, D, E dan
K).
Tabel 6. Fungsi vitamin larut air yang dapat mempengaruhi kinerja atlet
Vitamin Kofaktor & Metab Metabo Sintesis Fungsi Sintesis Absorbsi Fungsi Fungsi
Larut Kebutuhan activator olisme lisme Lemak saraf, hemo Fe & pemb. imuno Antiok
Air Atlet metabolism KH Protein kontrak globin epinephrine logi sidan
energi si otot
Tiamin 1,5-3
(B1) mg/hr
Riboflavin 1,1 mg/
(B2) 1000 kal
Niasin (B3) 14-20
mg/hr
Piridoksin 1,5-2
(B6) mg/hr
Cobalamin 2,4-2,5
(B12) mcg/hr
Ascorbat 200
acid (C) mg/hr
Tabel 7. Fungsi vitamin larut air yang dapat mempengaruhi kinerja atlet
Vitamin Fungsi Fungsi Proses Membantu Metabolis Fungsi Absorbsi
Larut Kebutuhan imuno antioksi glukoneo kapasitas me tulang osteokalsin Ca & P
Lemak Atlet logi dan genesis oksidatif (bahan
penguat
tulang)
K 700-900
mcg/hr
D 5-15 mcg/hr
A*) 500-
600mcg/hr
E*) 15 mg/hr
Keterangan : *) Tidak ada peningkatan kebutuhan
Sumber :
1). Medicine dan Sciene ini Sport dan exercise,Nutrition and athletic performance, March
2009
2). Williams MH, Nutrition for Fitness and Sport, 4th edition, Brown and Benchmark, 1995
b. Mineral
Mineral adalah zat inorganik yang dibutuhkan untuk memelihara
berbagai fungsi dalam tubuh. Seperti vitamin, mineral juga dapat dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu makromineral dan trace elements. Contoh
makromineral adalah natrium, kalium, kalsium, fosfor, dan magnesium.
Sedangkan trace elements adalah besi, seng, tembaga, kromium, dan
selenium. Kebutuhan mineral dalam sehari tidak lebih dari 100mg/hari, dan
kebutuhan trace elements tidak lebih dari 20 mg/hari.
Natrium. Berfungsi untuk Kekuatan dan kecepatan kontraksi otot,
keseimbangan cairan tubuh, asam basa. Kebutuhan >1500 mg/hr.
Kalium. Berfungsi untuk Kekuatan dan kecepatan kontraksi otot,
keseimbangan cairan dan asam basa, pengangkut glukosa dalam sel.
Kebutuhan >4700 mg/hr.
Kalsium. Berfungsi pada proses kontraksi otot (termasuk otot rangka),
keseimbangan asam basa, struktur tulang. 1300-1500 mg/hr.
Magnesium. Sebagai kofaktor dan aktivator metabolism energi,
metabolisme glukosa, sintesis protein, kekuatan dan kecepatan kontraksi
otot, imunologi, metabolisme dan struktur tulang. Kebutuhan 400-450
mg/hr.
Fosfor. Berfungsi untuk kekuatan dan kecepatan kontraksi otot,
keseimbangan asam basa, struktur tulang, komposisi ATP, meningkatkan
fungsi vitamin B. Kebutuhan 1250-1500 mg/hr.
Klorida. Bekerja sama dengan Natrium menjaga keseimbangan cairan
tubuh serta fungsi sel tubuh, produksi HCL. Kebutuhan >2300 mg/hr.
Besi. Sebagai kofaktor dan aktivator metabolisme energi, sintesis
hemoglobin dan mioglobin, transportasi oksigen jaringan otot. Kebutuhan
15-18 mg/hr.
Seng (Zn). Sebagai kofaktor dan aktivator metabolisme energi, komposisi
enzim dalam metabolism energi, sintesis protein, imunologi, antioksidan.
Kebutuhan 11-15 mg/hr.
Tembaga. Sebagai kofaktor dan aktivator metabolisme energi dan sebagai
antioksidan. Kebutuhan 795-900 mg/hr.
Kromium. Sebagai kofaktor dan aktivator metabolisme energi , untuk
meningkatkan sensitivitas insulin. Kebutuhan L = 30-35 mcg/hr atau P =
24-25 mcg/hr.
Selenium. Berfungsi sebagai antioksidan dan melindungi kerusakan
dinding sel tubuh. Kebutuhan 30 mcg/hr.
Asam folat*). Berfungsi untuk pengendalian ketersediaan sel darah
merah dalam jumlah normal. Kebutuhan 180 mcg/hr.
Asam pantotenat*). Berfungsi dalam proses metabolisme energi dan
kontraksi otot. Kebutuhan 4,7 mg/hr.
Biotin*). Berfungsi dalam proses glukoneogenesis. Kebutuhan 10-200
mcg/hr.
Yodium *). Berhubungan dengan fungsi tiroid, bagian dari tri dan
tetraiodotironin (T3 dan T4), berpengaruh dalam konsumsi oksigen dan
tingkat metabolism serta meningkatkan utilisasi ATP dan merangsang
pelepasan asam-asam lemak dari jaringan adipose. Kebutuhan 150 mg/hr.
Keterangan : *) Tidak ada peningkatan kebutuhan pada atlet
Sumber :
1). Medicine dan Sciene ini Sport dan exercise,Nutrition and athletic
performance, March 2009
2). Williams MH, Nutrition for Fitness and Sport, 4th edition, Brown and
Benchmark, 1995
c. Cairan
Kekurangan konsumsi cairan dapat mengakibatkan dehidrasi yang
dapat menurunkan performa olahraga. Berkurangnya 1 sampai 2% berat
tubuh akibat dari keluarnya cairan tubuh melalui keringat dapat
menurunkan performa olahraga sebesar 10%, berkurangnya 5% berat
badan dapat menurunkan performa 30%. Khusus untuk olahraga dengan
intensitas tinggi dan olahraga yang bersifat ketahanan (endurance) seperti
maraton atau balap sepeda (road cycling), berkurang 2,5% berat badan
akibat dari keluarnya cairan tubuh melalui keringat dapat menurunkan
performa olahraga hingga 45%. Pada peningkatan suhu atau latihan
berlebihan pada saat panas yang ekstrim dapat terjadi heat stroke.
Rehidrasi sulit dilakukan pada saat dehidrasi derajat sedang atau
tinggi (defisit cairan sebesar 2 - 5% atau lebih) dan interval antara sesi
latihan kurang dari 6-8 jam. Rehidrasi optimal mensyaratkan adanya
rencana terjadwal dalam memberikan asupan cairan. Cairan harus
dikonsumsi secara berkelanjutan dan segera setelah berlatih seperti tertera
di atas. Secara umum rekomendasi pemberian cairan pada atlet adalah:
1) Pemberian cairan pada atlet lebih didasarkan intensitas dan durasi
latihan.
2) Kegiatan berolahraga harus dimulai dalam keadaan dalam keadaan
hidrasi yang baik/normal.
3) Hidrasi tubuh yang baik sebelum pertandingan dapat memelihara
keseimbangan cairan tubuh.
4) Cairan yang hilang harus selalu diberikan setiap waktu setiap sesi
pertandingan.
5) Pemberian cairan dilakukan secara bertahap, selama dan setelah
latihan/pertandingan mengonsumsi cairan 150-250 cc dengan interval
waktu tertentu.
6) Sebaiknya membiasakan atlet untuk memenuhi kebutuhan cairannya
ketika masa pelatihan, sehingga ketika musim pertandingan laju
pengosongan lambung tetap terpelihara.
7) Cairan yang diberikan untuk menggantikan cairan yang hilang adalah
cairan yang mengandung glukosa 5-7%, maksimal diberikan dalam
waktu 1 jam setara dengan 30-60 gram glukosa, dan dengan suhu 15
200.
8) Suhu terlalu dingin dan terlalu panas mengganggu proses penyerapan di
gastrointestinal.
9) Gunakan cairan yang biasa diberikan pada fase latihan karena atlet
sudah terbiasa dengan cairan tersebut.
10) Cairan yang mengandung sukrosa, glukosa, fruktosa dan maltodextrin
adalah cairan yang dapat diterima dengan mudah oleh lambung dan
tidak akan menyebabkan rasa tidak nyaman pada lambung. Cairan yang
mengandung laktosa sering kali menyebabkan rasa tidak nyaman pada
lambung terutama atlet yang intoleransi laktosa.
11) Pada pertandingan endurans dengan durasi lama dapat terjadi
hiponatremia (<135 meq) dan hipokalemia (<3,5 meq). Karena itu atlet
dianjurkan untuk mengonsumsi minuman atau makanan yang
mengandung natrium (Na) dan kalium (K). Kehilangan natrium dan
kalium dapat diganti dengan minuman yang mengandung elektrolit
seperti sports drinks. Kandungan natrium yang dianjurkan dalam sport
drink adalah 80-90 meq.
12) Jenis cairan yang bisa diberikan adalah air putih, sport drink atau jus
buah dengan karbohidrat 5-7%.
13) Hindari cairan yang mengandung kafein dan alkohol karena
mempunyai efek diuretik.
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam menentukan kebutuhan
energi dan zat gizi :
1) Pemeriksaan ureum untuk menentukan cukup tidaknya asupan dan
simpanan karbohidrat. Ureum merupakan hasil metabolisme dari
protein. Protein akan dipecah menjadi energi ketika ketersediaan
karbohidrat rendah.
2) Pemeriksaan elektrolit darah meliputi natrium, kalium, dan magnesium
untuk menentukan cukup tidaknya elektrolit tubuh.
3) Pengukuran berat badan sebelum dan sesudah latihan untuk
menentukan kehilangan cairan.
e. Interpretasi
Berdasarkan tabel pengukuran antropometri dan komposisi tubuh yang dilakukan pada
atlet cabang olahraga sepak takraw, maka dapat diketahui bahwa:
1. BMI (Body Mass Index)
BMI (Body Mass Index) merupakan rasio antar berat badan dan tinggi
badan, yang digunakan sebagai indikator untuk mengetahui status gisi seseorang.
BMI diperoleh dari perhitungan berat badan dibagi tinggi badan dalam meter
kuadrat. Kriteria Asia Pasifik :
BMI < 18,5 (Underweight)
BMI 18,5 s/d < 23 (Healthy Weight)
BMI 23 s/d < 25 (Overweight)
BMI 25 s/d < 30 (Obese Class I)
BMI >= 30 (Obese Class II)
BMI atlet Siti adalah 24,3 kg/m2 yang masuk dalam kategori Overweight (Asia
Pasifik).
2. Body Fat (%)
Adalah jumlah lemak tubuh sebagi proporsi dari berat badan. Lemak
dibutuhkan untuk pengaturan suhu tubuh, penyimpanan vitamin dan pelumas sendi.
Terlalu banyak lemak dapat membahayakan kesehatan. Mengurangi kelebihan
lemak dalam tubuh mampu menurunka resiko dari penyakit darah tinggi, jantung
dan kanker. Berikut adalah cut off point pengukuran body fat % :
Tabel 5. Cut Off Point Pengukuran Body Fat (%)
Kategori Wanita Laki-laki
Atlet 15-20% 6-15%
Semi olahragawan 20-25% 15-20%
Biasa 25-30% 20-25%
Hasil pengukuran Body Fat dari atlet Siti adalah 30%. Persentase lemak
tubuh ini tergolong tinggi karena lebih dari 15-20%.
3. Total Body Water (%)
Adalah jumlah total cairan dalam tubuh yang ditampilkan sebagai
persentase berat badan. Air memegang peranan penting dalam proses pengaturan
tubuh dan ditemukan dalam setiap sel, jaringan dan organ. Dengan menjaga
kesehatan TBW% memastikan fungsi tubuh dapar berjalan efisien dan mengurangi
resiko perkembangan masalah kesehatan. Pengukuran bervariasi pada siang dan
malam hari. Dipengaruhi banyak faktor seperti: sakit, pola makan, aktivitas fisik
dapat menjadi indikator perubahan berat badan atlet. Berikut cut off point dari Total
Body Water(%):
Tabel 4. Cut Off Point Persentase Total Body Water
Jenis Kelamin Persentase (%)
Wanita: 45 60
Laki 50 65
Hasil dari Total Body Water dari atlet Siti adalah 49,7% dan tergolong
normal karena masuk dalam range persentase Total Body Water.
4. Muscle Mass
Hasil pengukuran muscle mass atlet Siti adalah 46,4 kg. Semakin banyak
melakukan latihan, maka masa otot semakin meningkat. Meningkatkan masa otot
juga akan meningkatkan metabolisme rate, yang akan membantu mengurangi
kelebihan lemak tubuh dan mengurangi berat badan dengan cara yang sehat.
5. Physique Rating
Hasil pengukuran Physique Rating dari atlet adalah 8. Angka 8
menunjukkan bahwa atlet memiliki % lemak tubuh yang lebih rendah dan massa
otot yang adekuat (Thin & Muscular). Physique Rating dari tiap individu akan
berbeda sesuai dengan aktivitas fisik yang dilakukan dan bukan berdasarkan berat
badan yang dimiliki oleh setiap individu. Semakin tinggi tingkat aktivitas
seseorang, berat badan mungkin tidak berubah tapi keseimbangan komposisi
lemak tubuh dan otot mungkin berubah dan nilai dari physique rating akan
berubah juga sesuai dengan komposisi tubuh yang berubah tersebut.
6. Bone Mass
Hasil pengukuran Bone Mass dari atlet adalah 1,7 kg. Untuk seorang atlet
wanita dengan berat badan 58,3 kg, angka dari bone mass 1,7 kg masih tergolong
rendah. Karena utnuk wanita dengan berat badan 50-75 kg normal bone mass
adalah 2,4 kg.
Bone mass mengindikasikan berat dari tulang kering (kadar mineral tulang
termasuk kalsium, dll) dalam tubuh. Penelitian telah menunjukkan bahwa latihan
dan pembentukan jaringan otot berkaitan dengan kesehatan dan kekuatan tulang.
Meskipun struktur tulang tidak dapat berubah dalam waktu yang cepat, akan
sangat penting untuk menjaga kesehatan tulang dengan diet seimbang dan banyak
olahraga.
7. BMR (kcal)
Hasil BMR dari atlet adalah 1267 kcal. BMR merupakan kebutuhan
minimum energi/kalori harian yang dibutuhkan saat istirahat untuk berfungsi
secara optimal.
8. BMR (kJ)
BMR hasil konversi dari satuan kkal ke satuan kilojoule sebesar 5059 kJ.
9. Metabolic Age
Usia metabolik dari atlet adalah 20. Usia metabolik ini terlihat sama
dengan usia sesungguhnya. Kesesuaian ini dipengaruhi oleh BMR dan aktifitas
fisiknya.
10. Visceral Fat
Visceral fat dari atlet adalah pada level 1 yang menandakan bahwa lemak
dalam perut tergolong sehat (Healthy visceral fat) dengan nilai normal Healthy
visceral fat adalah 1-12 sedangkan dikatakan kelebihan persentase visceral fat jika
nilainya 13-59.
11. Distribusi Fat Mass (Tangan Kanan, Tangan Kiri, Badan, Kaki Kanan, Kaki kiri)
Tangan Kanan : 29,8%
Tangan Kiri : 27,5%
Badan : 29,4%
Kaki Kanan : 31,2%
Kaki kiri : 30,8%
Distribusi dari massa lemak terlihat sebanding antara tangan kanan dan kiri, kaki
kanan dan kaki kiri.
12. Distribusi Muscle Mass (Tangan Kanan, Tangan Kiri, Badan, Kaki Kanan, Kaki
kiri)
Tangan Kanan : 2,2
Tangan Kiri : 2,1
Badan : 21,8
Kaki Kanan : 10,3
Kaki kiri : 10,1
Distribusi dari massa otot terlihat sebanding antara tangan kanan dan kiri, kaki
kanan dan kaki kiri.
f. Analisis masalah
Atlet Siti merupakan atlet yang telah lama bergabung dengan KONI Jawa
Timur dan selalu mengikuti kejuaraan sepak takraw. Dia juga telah mengetahui apa
saja peraturan yang diterapkan untuk seluruh atlet yang berada di Pusat Pelatihan
KONI. Masalah yang ditemukan untuk atlet Siti adalah pola makan yang kuran tepat
yang kemudian berdampak pada hasil pengukuran antropometri dan komposisi tubuh
atlet.
Setelah dilakukan wawancara, diketahui bahwa atlet lebih sering makan di luar
(jajan) daripada harus makan di rumah (memasak) pada saat berada di kampong
halamannya di Blitar. Pemilihan makanan pun kurang tepat. Dia lebih sering jajan
makanan seperti bakso dan mie. Sehingga hasil recall menunjukkan bahwa asupan
atlet tinggi lemak, dan cenderung rendah serat.
Hasil perhitungan BIA juga dapat diketahui bahwa atlet Siti memiliki BMI
Overweight (kriteria Asia Pasific) sehingga atlet harus dipantau agar masalah terkait
berat badan bisa diatasi.
g. Food Recall
- Data Food Recall
(terlampir)
- Kebutuhan Gizi Sehari (makro dan mikro)
Perhitungan BMR untuk perempuan usia 18 29 tahun = (14,7 x BB) + 496
Menggunakan SDA 10%
Aktivitas Fisik = aktif ringan ( 1,4 - < 16)
Sehingga, kebutuhan gizi sehari adalah:
BMR = (14,7 x 58,3 kg) + 496
= 1353,01
SDA = 10% x 1353,01
= 13,5301
BMR + SDA = 1353,01 + 13,5301
= 1366,54
AF = 1366,54 x 1,4
= 1913,1
Pengeluaran energi:
Untuk latihan = (5 hari x 390 menit x 3) / 7
= 5850 / 7
= 835,7
Dihasilkan energi = ((BMR + SDA) x AF) + keluaran energi
= 835,7 + 1913,1
= 2748,8 kkal
Protein 15% x 2748,8 kkal / 4 = 103,08 gram
Lemak 30% x 2748,8 kkal / 9 = 91,6 gram
Karbohidrat 55% x 2748,8 kkal / 4 = 377,96 gram
h. Perencanaan menu 1 hari
(terlampir)
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan bahan yang telah dibahas di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pemenuhan asupan gizi merupakan kebutuhan dasar bagi atlet. Pengaturan gizi
olahraga bertujuan untuk memperoleh latihan dan performa yang baikagar setiap atlet
dapat mencapai prestasi yang tinggi, kepada mereka juga harus diberikan gizi yang
tepat dan memadai pada setiap menu makanan yang disajikan. Dengan menu makanan
yang disajikan dengan gizi yang tepat dan memadai, diharapkan akan menghasilkan
jumlah kalori yang diperlukan sesuai dengan tuntutan dalam mempertahankan dan
menigkatkan stamina yang dipersyaratkan.
2. Sepak takraw adalah jenis olahraga campuran dari sepak bola dan bola voli, dimainkan
di lapangan ganda bulu tangkis, dan pemain tidak boleh menyentuh bola dengan
tangan. Permainan sepak takraw dilakukan oleh dua regu yang berhadapan di lapangan
yang dipisahkan oleh jaring (net) yang terbentang membelah lapangan menjadi dua
bagian. Setiap regu yang berhadapan terdiri atas 3 orang pemain. Permainan sepak
takraw berlangsung tanpa menggunakan tangan untuk memukul bola bahkan bola
tidak boleh menyentuh lengan. Bola hanya boleh menyentuh atau dimainkan oleh
kaki, pada dada bahu dan kepala.
3. Berdasar pengukuran BIA dapat diketahui atlet Siti memiliki status gizi Overweight
(BMI 24,3), Body fat normal, total body water normal, bone mass rendah, distribusi
muscle mass dan body fat (kaki kanan, kaki kiri, tangan kanan, tangan kiri) seimbang.
4. Kebutuhan zat gizi atlet Siti adalah:
Zat Gizi Kebutuhan
Energi (Kkal) 2748,8
Protein (g) 103,08
Lemak (g) 91,6
Karbohidrat (g) 377,96
B. Saran
Berdasarkan analisis masalah yang telah dibahas, maka disarankan untuk atlet Siti agar
lebih memperhatikan pola makan dan pemilihan bahan makanan yang dikonsumsi. Jika
hasil recall dan perhitungan kebutuhan atlet, diketahui asupan makan atlet masih belum
sebanding sehingga konsumsi makanan harus dipantau agar atlet memiliki asupan makan
yang sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu untuk BMI yang masuk dalam kategori
overweight, disarankan atlet dapat menurunkan berat badannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anies Setiowati. (2014). Hubungan Indeks Massa Tubuh, Persen Lemak Tubuh, Asupan Zat
Gizi dengan Kekuatan Otot . Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia Volume 4.
Nomor 1.
Citra, Anisyah. Ongko, Jansen. 2015. Cek Komposisi Tubuh Dengan Bioimpedance Analysis
(BIA). [Online]. Tersedia : http://www.apki.or.id/cek-komposisi-tubuh-dengan-
bioimpedance-analysis-bia/ [tanggal akses 1 April 2017]
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pedoman Gizi Olahraga Prestasi. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Louise Burke, Greg Cox. (2010). The Complete Guide to food for sports performance.
Australia: Allen & Unwin.
Nutrition Guideline for Female. Diunduh dari
http://www.cscc.edu/campus-
life/pdf/Nutritional%20Guidelines%20for%20Female%20Athletes.pdf
http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-6211-BABI.pdf