Anda di halaman 1dari 12

GIZI OLAHRAGA

LAPORAN HASIL ANALISA KEBUTUHAN ZAT GIZI ATLET

OLEH :
Geni Febri Rahmi
Hafizah Husna

DOSEN PEMBIMBING :
DEFRIANI DWIYANTI, S.ST, M.Kes
RINA HASNIYETI, SKM, M.Kes
KASMIYETTI, DCN, M.Biomed

PROGRAM STUDI DIV JURUSAN GIZI


POLTEKKES KEMENKES PADANG
2015

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PPLP atau Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar merupakan sekolah
Pembibitan olahraga nasional, yang digunakan untuk mencari dan membina bakat
olahraga pada usia sekolah. Setiap tahunnya diadakan kejuaraan nasional antar PPLP
yang diselenggarakan Kementerian Pemuda dan Olahraga. Kegiatan ini adalah bagian
dari sistem kompetisi olahraga pelajar secara nasional yang berjenjang dan
berkelanjutan. Tujuan dari kejuaraan nasional antar PPLP adalah sebagai puncak
pembinaan prestasi olahraga pelajar dan evaluasi terhadap berbagai bentuk pembinaan
PPLP.
Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu
keprihatinan tersendiri bagi kondisi olahragawan profesional di Indonesia. Untuk
membina seorang atlet yang berprestasi memang diperlukan suatu sistem yang
melingkupi atlet, pelatih, sarana latihan, dan kondisi kesehatan yang optimum.
Menangani suatu tim memang lebih sulit daripada sebuah olahraga individu, karena di
dalamnya melibatkan banyak orang yang memiliki berbagai tingkat kesadaran dan
kedisiplinan baik dalam kesehatan maupun latihan. Untuk itu perlu sekali penanganan
dan pengembangan dari pakar kesehatan agar olahraga tersebut dapat berhasil.
Kebutuhan kalori untuk atlet ditentukan oleh jenis kelamin, berat badan, dan beratringannya olahraga yang dilakukan. Disamping itu perlu pula dipertimbangkan kebutuhan
kalori untuk mendukung pertumbuhan atlet (pada usia tumbuh), dan pertumbuhan otot
pada masa pembentukan.
1.2 Tujuan
1.2.1

Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui status gizi pada atlet di PPLP Sumbar,

serta memahami kebutuhan atlet baik pada masa latihan ( training).


1.2.2

Tujuan khusus
Secara Khusus makalah ini bertujuan :

1.

Untuk mengetahui pola makan atlet di PPLP Sumbar

2.

Untuk mengetahui asupan makanan pada atlet di PPLP Sumbar.

3.

Untuk mengetahui status gizi atlet di PPLP Sumbar

4.

Untuk mengetahui perbandingan asupan atlet pada saat latihan dengan


kebutuhan yang sebenarnya

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Olahraga merupakan serangkaian aktivitas fisik yang dilakukan secara terstruktur


dengan berpedoman pada aturan-aturan atau kaidah-kaidah tertentu tetapi tidak
terikat pada intensitas dan waktunya. Berdasarkan sudut pandang tertentu, olahraga
dapat dibagi menjadi dalam beberapa kelompok. Contohnya dalam segi prestasi,
olahraga dibagi

menjadi olahraga prestasi dan olahraga non prestasi, sedangkan

berdasarkan kontak badan pelakunya, olahraga dibagi menjadi kontak penuh, kontak
sebagian dan non kontak .
Proses pembinaan olahraga prestasi yang baik dan benar dilakukan sejak usia dini.
Pelaksanaan pembinaan

olahraga

secara dini dapat

dilakukan mulai tingkat

prasekolah, sekolah dasar, dan sekolah menengah, karena selain jumlahnya yang
cukup

banyak,

siswa

juga

mempunyai

kelebihan

untuk

dapat menyerap

pengetahuan dan tekhnologi, perubahan, pembaharuan (inovasi), dan informasi. Salah


satunya adalah Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP)

yang

merupakan wadah bagi calon-calon olahragawan untuk mengembangkan bakat


olahraganya dengan tidak mengabaikan prestasi akademik. Calon olahragawan yang
masuk dan diterima sebagai olahragawan pelajar di PPLP dihasilkan dari seleksi
yang ketat, kompetitif, dan di peroleh melalui sebuah program yang terencana,
teratur dan berkelanjutan (Kementerian Pemuda dan Olahraga, 2012).
Pada dasarnya makanan olahragawan tidak jauh berbeda dengan makanan bukan
olahragawan, kecuali hanya jumlah karbohidrat dan air yang lebih besar. Tak ada
makanan khusus yang dapat meningkatkan prestasi. Vitamin dalam jumlah besar tidak
akan berpengaruh pada prestasi atlet yang memang sudah berada dalam kondisi latihan
yang baik. Peran utama makanan adalah mendukung tercapainya dan terpertahankannya
kondisi badan yang telah diperoleh dari latihan, serta menyediakan tenaga yang
diperlukan sewaktu melakukan latihan maupun pertandingan. Pengaturan makan
disamping ditujukan untuk maksud tersebut, juga harus mempertimbangkan ukuran

antropometrik, faal dan metabolisme tubuh, cita-rasa, kebiasaan dan kepercayaannya,


selera dan daya cernanya.
Gulat merupakan salah satu cabang olahraga beladiri individu. Olahraga gulat
identik dengan dua orang yang saling berhadapan dan berusaha saling menyerang
lawannya dengan cara menarik, mendorong, menjegal dan membanting sampai salah satu
dari kedua pegulat berada pada posisi kedua bahu menempel pada matras. Dalam olahraga
gulat terdapat dua gaya yang di pertandingkan serta mempunyai peraturan yang berbeda,
kedua gaya tersebut yaitu gaya bebas (free style) dan gaya greco-roman (RomawiYunani).
Perbedaan kedua gaya ini terletak pada daerah yang boleh diserang dan anggota
tubuh yang digunakan baik melakukan serangan maupun bertahan. Pada gulat gaya bebas
pegulat diperbolehkan untuk menggunakan seluruh anggota tubuh secara aktif, baik untuk
menyerang lawan atau bertahan dari

serangan lawan. Pegulat gaya bebas dapat

menggunakan seluruh anggota tubuhnya untuk menyerang seluruh anggota tubuh


lawannya kecuali daerah tubuh yang vital seperti mata dan kemaluan. Jadi seorang
pegulat gaya bebas dapat menggunakan seluruh anggota tubuhnya untuk menyerang
lawannya seperti menjegal, mengunci, menangkap dua kaki, menangkap satu kaki,
menggulung, dan membanting.
Sedangkan pada gulat gaya greco-roman, pegulat dilarang menyerang anggota
tubuh bagian bawah dari pinggang sampai ujung kaki dan tidak boleh menyerang atau
bertahan dengan menggunakan kaki. Jadi seorang pegulat gaya greco-roman dilarang
menggunakan anggota tubuh bagian bawah untuk melakukan teknik serangan seperti
menangkap kaki lawan, menjegal lawan. Apabila pegulat gaya greco-roman menggunakan
kaki secara aktif untuk menyerang anggota tubuh lawannya seperti gerakan menjegal
lawan atau menangkap kaki lawan maka akan dikenakan sangsi dari wasit.
Gulat adalah olahraga beladiri yang memerlukan kondisi fisik yang prima yang
berguna untuk melakukan teknik-teknik serangan dan bertahan yang baik sehingga dapat
menjatuhkan lawannya. Selain kondisi fisik yang baik pada saat latihan dan bertanding,
diperlukan juga beberapa faktor penting yang harus dilatih untuk mencapai prestasi yang
maksimal, diantaranya latihan teknik, latihan taktik, dan latihan mental. Dengan memiliki
kondisi fisik yang prima maka atlet akan sanggup melakukan penyesuaian terhadap
latihan pembebanan fisik yang diberikan saat latihan tanpa menimbulkan kelelahan yang

berlebihan. Olahraga gulat juga sangat dominan dengan cidera, maka dalam melakukan
olahraga ini harus benar-benar mempersiapkan fisik yang prima.
Peraturan Pertandingan Gulat
Sesuai dengan unsur, maka olahraga gulat dibagi dalam kelompok sebagai berikut :
1. Gulat Mini : 6 12 tahun
2. Gulat Anak-Anak : 13 16 tahun
3. Gulat Yunior : 17 20 tahun
4. Gulat Senior : di atas 20 tahun
Pertandingan olahraga gulat dilakukan di atas matras, berukuran 12 x 12 meter
sesuai dengan peraturan gulat internasional. Peraturan pertandingan gulat internasional.
Peraturan pertandingan yang dipakai juga peraturan pertandingan gulat internasional dari
FILA yang sudah disahkan oleh PB. PGSI. Pegulat selama bertanding harus memakai
baju internasional (wrestlingsuit) sesuai dengan warna dari sudut mana dia berada, biru
atau merah. Wasit berada diantara kedua pegulat di lingkaran tengah, satu tangan
diluruskan ke depan, kemudian peluit dibunyikan dan lengan wasit ditarik kembali.
Pada waktu bertanding, bilamana kedua pegulat tinggal diam beberapa saat maka
wasit berteriak open agar supaya daerah serangan dibuka untuk memberi kesempatan
pada lawannya melakukan serangan. Setelah itu diharapkan kedua pegulat mengadakan
kontak satu sama lain. Setelah kedua pegulat itu mengadakan kontak maka diharuskan
adanya serangan salah satu pihak, kalau tidak maka wasit harus berteriak action. Setiap
kali wasit berteriak open, action, ataupun contact, pegulat harus mengerjakan hal itu.
Kalau pegulat itu tidak bereaksi maka wasit wajib menghentikan pertandingan dan
memberikan peringatan kepada kedua pegulat itu. Bila hal ini terulang setujuan juri atau
pres met wajib memberikan suatu angka hukuman.
Pemberian angka hukuman ini secara jelas dilakukan oleh wasit sedemikian rupa
sehingga juri dan ketua pertandingan serta umum jelas melihatnya. Wasit memanggil
kedua pegulat pada lingkaran tengah menghadap ketua pertandingan, salah satu tangan
wasit memegang pergelangan tangan pegulat yang mendapat hukuman lurus ke bawah di

sisi badan. Sedangkan tangan terbuka, semua jari lurus ke atas dan rapat satu sama lain.
Juri dan ketua pertandingan mengangkat papan angka satu yang berwarna sesuai dengan
tangan wasit yang diangkat. Ini menunjukkan bahwa satu angka diberikan kepada pegulat
yang berwarna merah, maka juri mengangkat papan merah yang berangka.
PENGATURAN MAKAN PADA HARI LATIHAN
Seorang pelatih akan memberi program latihan yang lebih berat dari pada
pertandingan, meskipun dengan intensitas dan volume yang meningkat secara bertahap.
Dengan dasar inilah maka pemenuhan kebutuhan energi pada hari latihan menjadi fokus
utama. Secara umum prinsip pengaturan makan pada hari latihan adalah sebagai berikut:
1. Memperhatikan keseimbangan energi antara yang keluar dan yang masuk. Hari
latihan berat pasti membutuhkan energi lebih besar. Keseimbangan energi ini juga
perlu dipertimbangkan sewaktu mengatur berat badan atlet, baik menambah,
mengurangi, maupun mempertahankan berat badan. Pada cabang olahraga dengan
klasifikasi berat badan tentu harus mempertimbangkan pemasukan energi ini lebih
10 ketat. Pemenuhan kebutuhan energi tersebut lebih mudah dilakukan dengan
pengaturan konsumsi karbohidrat kompleks.
2. Memperhatikan variasi makanan untuk memenuhi seluruh unsur gizi yang
diperlukan. Disamping itu, pembiasaan makan yang bervariasi sangat perlu
dilakukan pada hari-hari latihan, agar pada hari pertandingan tidak mengalami
kesulitan untuk mengkonsumsi menu apa pun yang disajikan. Apabila atlet
dipersiapkan untuk bertanding di luar kota atau bahkan di luar negeri, penyajian
makan selama hari latihan harus disesuaikan dengan menu dan citarasa daerah
tersebut, agar terjadi adaptasi baik pada lidah maupun perut. Hari latihan
merupakan hari yang membolehkan ahli gizi bereksperimen, sebab pada hari
bertanding, eksperimen tidak boleh lagi dilakukan.
3. Memperbaiki kebiasaan makan yang kurang benar dan menghilangkan berbagai
mitos yang dipercaya oleh atlet.
Pengelompokan cabang olahraga menurut itensitasnya diberikan contoh sebagai berikut;
a.
b.
c.
d.

Ringan : catur, gerak jalan, bowling.


Sedang : Tennis meja, tennis lapangan, golf, bulutangkis.
Berat : Renang, Balap sepeda, Sepak bola, Bola voli.
Sangat berat : Marathon. Angkat besi, Gulat, Kempo, Dayung, Tinju,CrossCountry.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
- Hasil
a. Gambaran umum PLPP :

b. Hitung Kebutuhan :
TB = 159,2 cm
BB = 69,3 kg
IMT =

69,3
=27,39 kg/m 2
(Status gizi atlit termasuk overweight)
2,53

Penghitungan kebutuhan :
BMI = 159,2-100=59,2 90% = 53,28 kg
BMR = 17,5 53,28 + 651

= 1583,4

AF harian

= 2691,78 kal

= 1,7 1583,4

AF latihan lari =

4 60 7 14
7

3360 kal

Pertumbuhan = 0,5 69,3 kg

= 34,65 kal
= 7669,83 kal

SDA = 10% 7669,83

= 766,983 kal

JUMLAH ENERGI

= 8436,83 kkal

Protein

= 1,5 gr 69,3 kg = 103,95 gr 4 = 415,8 kal

Lemak

= 25% 8436,83 = 2109,20 : 9 = 234,35 gr

KH

= 8436,83 ( 415,8 + 2109,20)


= 5496,03 : 4 = 1374,0075 gr

Cairan

c. Data Recall :
Energi
2549,9

Protein
89,905

Lemak
109,823

Karbohidrat
304,46

Pembahasan

Pada dasarnya makanan olahragawan tidak jauh berbeda dengan makanan bukan
olahragawan, kecuali hanya jumlah karbohidrat dan air yang lebih besar. Tak ada
makanan khusus yang dapat meningkatkan prestasi. Vitamin dalam jumlah besar tidak
akan berpengaruh pada prestasi atlet yang memang sudah berada dalam kondisi latihan
yang baik. Peran utama makanan adalah mendukung tercapainya dan terpertahankannya
kondisi badan yang telah diperoleh dari latihan, serta menyediakan tenaga yang
diperlukan sewaktu melakukan latihan maupun pertandingan. Pengaturan makan
disamping ditujukan untuk maksud tersebut, juga harus mempertimbangkan ukuran
antropometrik, faal dan metabolisme tubuh, cita-rasa, kebiasaan dan kepercayaannya,
selera dan daya cernanya.
Pada praktikum ini kami mengukur tinggi badan dan berat badan, untuk menghitung
indeks masa tubuh atlit ini. Dari hasil pengukuran ini didapatkan IMT atlit yaitu 27,39
kg/m2. Ini termasuk kategori overweight. Namun, jika kategori ini diberikan pada atlit
bukan berarti status gizi nya tidak baik. Karena badan atlit itu ada otot yang komposisinya

lebih berat. Setelah kami mewawancarai atlit ini mengenai asupan yang dia makan,
mengenai waktu makannya sudah teratur. Namun, para atlit ini tidak mengetahui apa yang
akan ia konsumsi berikutnya. Ini karena lauk pauk nya berasal dari catering yang sudah
bekerja sama dengan PPLP ini. Jadi, para petugas memasak yang ada di asrama atlit ini
hanya menghidangkan apa yang diantar oleh petugas catering ke lokasi mereka.
Para petugas juga mengatakan bahwa ukuran dari potongan lauk hewani ini sudah
ditentukan oleh petugas catering tersebut. Juga para atlit ini jarang mengkonsumsi lauk
nabati karena pihak asrama dan pihak PPLP hanya menyerahkan semuanya kepada
catering. Yang jelas ada 2 protein yang akan dikomsumsi oleh para atlit tersebut. Para atlit
ini juga sedikit mengkonsumsi sayur.
Berdasarkan hasil recall atlit yang kami lakukan yaitu atlit yang kami wawancarai ini
sedang dalam proses penurunan berat badan. Jadi atlit ini hanya mengonsumsi sedikit dari
makanan yang disediakan. Dari hasil recall nya, asupan atlit itu hanya energinya hanya
terpenuhi 30,23% dari kebutuhan, proteinnya 86,5% dari kebutuhan, lemak 46,87% dari
kebutuhan, karbohidrat 22,16% dari kebutuhan. Jadi atlit ini belum memenuhi kebutuhan
yang ia butuhkan. Mungin ini dikarenakan atlit ini akan ada pertandingan jadi ia
menurunkan berat badannya sehingga ia mengurangi asupan makanannya. Jadi ini sangat
jauh dari kebutuhan atlit ini seharusnya. Karena bidang olahraga yang ia geluti yaitu gulat
yang merupakan salah satu olahraga yang sangat berat dan membutuhkan energi yang
sangat banyak. Kemudian kurangnya asupan atlit ini disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan atlit tentang makanan yang sesuai dengan olahraga yang ia geluti.

BAB IV
PENUTUP

Berdasarkan hasil recall atlit yang kami lakukan yaitu atlit yang kami wawancarai ini
sedang dalam proses penurunan berat badan. Jadi atlit ini hanya mengonsumsi sedikit dari
makanan yang disediakan. Dari hasil recall nya, asupan atlit itu hanya energinya hanya
terpenuhi 30,23% dari kebutuhan, proteinnya 86,5% dari kebutuhan, lemak 46,87% dari
kebutuhan, karbohidrat 22,16% dari kebutuhan. Jadi atlit ini belum memenuhi kebutuhan
yang ia butuhkan.Mungin ini dikarenakan atlit ini akan ada pertandingan jadi ia
menurunkan berat badannya sehingga ia mengurangi asupan makanannya. Jadi ini sangat
jauh dari kebutuhan atlit ini seharusnya. Karena bidang olahraga yang ia geluti yaitu gulat
yang merupakan salah satu olahraga yang sangat berat dan membutuhkan energi yang
sangat banyak. Kemudian kurangnya asupan atlit ini disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan atlit tentang makanan yang sesuai dengan olahraga yang ia geluti.

DAFTAR PUSTAKA
Asmuni Rachmat, 2001; Gizi Olahraga; Departemen Pendidikan dan Nasional.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat.1997. Gizi Olahraga untuk Prestasi. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan RI.
Olson RE, 2007; Energi dan Zat-zat Gizi; Penerbit PT Gramedia, Jakarta
Smith NJ, 1989; Food For Sport; Bull Publishing Company, Palo Alto California
Taylor TG, 2002; Nutrition and Health; Edward Arnold Publisher, London
Dari website: Anwari,M, 2007; Journal of Sports Nutrition, pdf

Anda mungkin juga menyukai