dibutuhkan, maka kelebihan protein disimpan dalam bentuk lemak badan. Dengan kata lain
badan menjadi gemuk, bukan otot yang bertambah besar. Pada metabolisme protein,
dikeluarkan bahan sis yang bersifat toksik yaitu ammonia dan urea. Kedua bahan sisa ini
harus dikeluarkan dari tubuh di dalam urine. Jika protein yang dikonsumsi terlalu banyak,
maka atlet akan lebih banyak kencing untuk mengeluarkan bahan toksis tsb, sehingga ginjal
akan bekerja lebih keras demikian pula hati untuk menormalkan bahan toksis yang t ersisa di
dalam tubuh. Selain itu bersama urine akan keluar pula potassium dan mineral lainnya.
Sehingga atlet akan beresiko terhadap dehidrasi, dan kekurangan zat-zat mineral, dan
menurun performa atlet.
Penggunaan energy drink atau sports drinks sering sekali diiklankan, diyakini bahwa
minuman ini lebih cepat masuk ke dalam peredaran daran daripada air biasa untuk segera
dapat menyediakan energi. Hasil penelitian membuktikan malah sebaliknya. Sport drink
masuk ke dalam peredaran darah lebih lambat daripada air biasa. Jadi sesungguhnya yang
dibutuhkan atlet adalah air, air dan lebih banyak air bukan sport drink. Sports drinks
mengandung gula artifisial sebagai pemanis, dan yang mengandung natrium dan kalium
berlebih akan mengganggu kontraksi otot sehingga terjadi kejang otot atau cramp otot. Selain
itu, konsumsi natrium yang berlebihan mempunyai risiko terjadinya hipertensi pada atlet.
Sesungguhnya, prestasi yang dicapai seorang atlet sangat ditentukan oleh latihan,
fasilitas olahraga, konsumsi makanan gizi seimbang sehari-hari, kemampuan, sikap, mental,
cukup tidur, dan lingkungan yang mendukung. Penggunaan suplemen makanan hanya
dibutuhkan pada atlet yang:
1. Pola makannya tidak teratur, sehingga makanan yang dikonsumsi tidak memenuhi
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kesimpulan yang dapat ditarik ialah, untuk meningkatkan prestasi atlet harus mempunyai
kesempatan belajar tentang makanan, gizi dan kesehatan, serta mempraktekkannya sehingga
terbentuk perilaku sehat.
Sumber:
Husaini MA (2000). Mitos makanan dan minuman untuk atlet. Dalam Pedoman pelatihan
gizi olahraga untuk prestasi. Bogor: Puslitbang Gizi. Hal: 95-101
Kemenkes RI (2013). BAB V Suplemen makanan pada atlet. Dalam Pedoman gizi
olahraga prestasi. Jakarta: Kemenkes RI. Hal: 36-39.