1
MEMBRAN RESPIRATORIUS
2
Gambar 1. Potongan melintang ultrastruktur membran respiratorius
Dikutip dari (6)
Fungsi biologis membran respiratorius saling terkait oleh konfigurasi
anatomis khas dari barier darah dan gas yang terdiri dari tiga lapisan yaitu epitel
alveolar, endotel kapiler dan lamina densa. Penampakan ultrastruktur barier darah-
gas seperti terlihat pada gambar 1 menunjukkan satu sisi membran lebih tipis dari
yang lain. Perbedaan ini terutama terkait dengan komposisi interstitium. Bagian
membran tipis ini terutama terlibat dalam proses difusi gas dinamis. Bagian tebal
merupakan membran basalis antara lapisan endotel dan kapiler, berfungsi sebagai
pengontrol aliran cairan dan regulasi permeabilitas membran respiratorius serta
memberikan ketahanan yang lebih tinggi terhadap tekanan hidrostatik mekanik
dan pembengkakan cairan.8
3
Keadaan Yang Menyebabkan Kelainan Membran Respiratorius
Membran respiratorius terlibat dalam proses difusi gas dinamis. Kelainan
membran respiratorius akan mempengaruhi difusi gas. Difusi gas di seluruh
membran respiratorius dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:5,6,10
1. Tebal membran respiratorius. Rata-rata difusi (Vgas) melalui membran
berbanding terbalik dengan ketebalan membran (d) seperti yang terlihat pada
persamaan berikut:
4
terbentuk jauh lebih besar daripada alveoli sebenarnya. Hilangnya dinding
alveolus mengakibatkan jumlah total permukaan membran respiratorius
seringkali berkurang sampai lima kali lipat. Pertukaran gas melalui membran
sangat terganggu bahkan dalam keadaan istirahat sekalipun apabila jumlah
total luas permukaan dikurangi sampai mendekati sepertiga atau sepermpat
normal.
3. Koefisien difusi. Koefisien difusi untuk transfer masing-masing gas melalui
membran respiratorius tergantung pada kelarutan gas dalam membran.
Koefisien difusi berbanding terbalik dengan akar pangkat dua berat molekul
gas sedangkan rata-rata difusi berbanding lurus dengan koefisien difusi gas (D)
seperti yang terlihat pada persamaan berikut:
Kecepatan difusi dalam membran respiratorius hampir sama dengan dalam air.
Kecepatan difusi CO2 melalui membran kira-kira 20 kali kecepatan O2 pada
berbagai tekanan. Kecepatan difusi O2 kira-kira dua kali kecepatan nitrogen.
4. Perbedaan tekanan parsial gas. Perbedaan tekanan melalui membran
respiratorius adalah suatu perbedaan antara tekanan parsial gas di alveoli
dengan tekanan parsial gas di kapiler darah paru. Tekanan parsial menyatakan
jumlah total molekul gas yang membentur suatu satuan luas permukaan
membran alveolus pada satu satuan waktu sedangkan tekanan gas dalam darah
menyatakan jumlah molekul yang membentur luas membran yang sama dari
sisi berlawananan. Rata-rata difusi melalui membran respiratorius berbanding
lurus dengan perbedaan tekanan antara tekanan parsial gas di alveoli (pA) dan
di kapiler paru (pC) seperti yang terlihat pada persamaan berikut ini:
Vgas = (pC-pA) Persamaan (iv)
Dari persamaan (i), (ii), (iii) and (iv) didapatkan bahwa:
Vgas = pC-pA DA
d
Rumus ini dikenal sebagai hukum Fick. Rata-rata difusi gas di paru
misalnya volume gas yang melewati membran respiratorius per menit ditentukan
oleh beberapa faktor seperti yang ditentukan oleh hukum Fick.5
5
ALVEOLAR-ARTERIAL OXYGEN DIFFERENCE (AaDO2)
6
arteri (SaO2). Hubungan antara PaO2 dan SaO2 ditunjukkan dengan kurva
disosiasi oksigen yang khas berbentuk sigmoid. Saturasi oksigen arteri adalah
persentase lokasi ikatan hemoglobin dengan oksigen dalam darah arteri. Kurva
disosiasi O2 dipengaruhi oleh PaCO2, suhu tubuh, pH dan berbagai faktor lain.
Anemia tidak mempengaruhi SaO2 karena SaO2 tidak terpengaruh oleh kandungan
hemoglobin.12 Kurva disosiasi oksihemoglobin seperti yang terlihat pada gambar
2, memperlihatkan ciri-ciri yang menarik. Kurva meninggi pada PO2 sekitar 50
mmHg dan mendatar pada PO2 sebesar 70 mmHg, pada tekanan parsial di bawah
60 mmHg O2 siap berikatan dengan Hb sehingga PO2 mengalami peningkatan
(bagian linear dari kurva). Hemoglobin tersaturasi 90% pada PO2 sebesar 60
mmHg, peningkatan PO2 di atas nilai ini akan memberikan sedikit pengaruh
terhadap saturasi Hb dan peningkatan PO2 dari 60-100 mmHg akan meningkatkan
saturasi Hb sebesar 7%.15
7
Tekanan Parsial Oksigen Alveolar (PAO2)
Oksigen terus diabsorpsi ke dalam darah paru dan O2 baru terus memasuki
alveolar dari atmosfer. Konsentrasi dan PO2 alveolar diatur oleh keseimbangan
absorpsi ke dalam darah dan proses ventilasi. Tekanan parsial O2 normal dalam
alveolar adalah 104 mmHg dan perbedaan tekanan gas tersebut dapat dilihat pada
tabel 1.17
Tabel 1. Komposisi gas di alveoli dan udara atmosfir
Udara atmosfir Udara yang dilembabkan Udara alveolus
(mmHg) (mmHg) (mmHg)
Tekanan parsial gas dalam gas campuran sama seperti saat gas tersebut
menempati ruang sendiri sehingga tekanan parsial akan berbanding lurus dengan
konsentrasi fraksional dari gas. Gas dalam saluran pernapasan di bawah glotis
akan dihangatkan sampai mencapai suhu tubuh dan dilembabkan sepenuhnya.
Konsentrasi fraksional dinyatakan dalam bentuk gas kering maka perlu
dipertimbangkan tekanan uap air. Tekanan parsial oksigen akhir inspirasi dalam
trakea adalah:20
8
Kombinasi persamaan 1 dan persamaan 2 didapatkan:18,19
R=1.0
R=0.71
Dikutip dari (21)
Tekanan parsial oksigen arterial yang diharapkan dapat ditentukan dengan
menghitung PAO2. Tekanan parsial oksigen alveolar lebih besar daripada PaO2
bahkan pada orang normal sekalipun oleh suatu jumlah yang disebut AaDO2.25
Oksigen masuk ke dalam kapiler paru dengan cara difusi sehingga PAO2 harus
menjadi penentu utama dari PaO2 dan kapiler paru. Tekanan parsial oksigen
alveolar menentukan batas atas dari PaO2 sehingga nilai PaO2 tidak dapat lebih
tinggi daripada PAO2.9
Tekanan parsial oksigen alveolar dapat diperkirakan dengan cepat
menggunakan rumus praktis sebagai berikut: 14
9
Bernapas dengan udara ruang,
PAO2 = 145 PaCO2
Bernapas dengan oksigen tambahan,
PAO2 = 6 x %O2
atau
PAO2 = (7 x %O2) PaCO2
10
Ya Tidak
Apakah PACO2 meningkat?
Ya Tidak
Apakah PAO2-PaO2 meningkat
1. Di
Hanya Hipoventilasi ditambah Tidak Ya ketinggian
hipoventilasi mekanisme lain 2. FiO2
menurun
1. Penurunan
respiratory drive Shunt ketidaksesuaian V/Q
2. Penyakit
neuromuskular 1. Kolaps alveolar (atelektasis) 1. Penyakit saluran napas
2. Intraalveolar filling (asma, PPOK)
(pneumonia, edema paru) 2. Penyakit interstitial paru
3. Pintas intrakardiak 3. Penyakit alveolar
4. Pintas intraparu 4. Penyakit pembuluh darah
paru
11
Nilai Normal AaDO2
Perbedaan PAO2 dan PaO2 pada orang muda yang menghirup udara
ruangan normalnya 5 sampai 15 mmHg. Nilai ini meningkat sekitar 3 mmHg
setiap dekade sepanjang hidup sehingga AaDO2 di bawah 25 mmHg dianggap
sebagai batas atas dari nilai normal.2,16
Nilai AaDO2 bervariasi menurut usia dan konsentrasi oksigen inspirasi.
Pertambahan usia akan meningkatan AaDO2 dikarenakan PaO2 menurun secara
progesif tanpa perubahan PAO2 seperti terlihat pada gambar 4. Pada usia 20-70
tahun AaDO2 meningkat sekitar 20 mm Hg.9,16,19
12
Tabel 3. Batas atas nilai normal AaDO2 berdasarkan usia
Usia (tahun) Batas atas normal
20 17
30 21
40 24
50 27
60 31
70 34
80 38
Dikutip dari( 9)
60
1,0
50 A/a PO2
40 0,8
A/a PO2
A-a PO2
(mm Hg)
30 0,6
10 0,2
20 40 60 100
FiO2 (%)
Gambar 5. Pengaruh FiO2 terhadap alveolar-arterial PO2 gradien (A-a PO2) dan
rasio PO2 arterial-alveolar (a/A PO2) pada subyek normal
Dikutip dari (19)
Alveolar-arterial oxygen difference dapat ditemukan bahkan pada individu
normal karena dua alasan. Pertama terdapat hubungan anatomis yang
menyebabkan masuknya sejumlah kecil darah vena sistemik dari vena Thebesian
ventrikel kiri dan vena bronkialis ke dalam darah vena pulmonal. Darah yang
sudah terdesaturasi dari berbagai sumber ini akan menurunkan tegangan O2 pada
darah arteri. Alasan kedua karena gradien ventilasi-perfusi dari atas sampai dasar
paru menghasilkan darah yang kurang memperoleh oksigenasi pada bagian basal
13
paru dikombinasikan dengan darah yang memperoleh oksigenasi lebih baik pada
apek paru. Efek gravitasi pada sirkulasi pulmonal dengan tekanan rendah
merupakan salah satu mekanisme penting yang menyebabkan ketidaksesuaian
V/Q pada manusia normal.20,25
Penghitungan AaDO2
Penilaian efisiensi oksigenasi membutuhkan pengetahuan mengenai
konsentrasi O2 yang dihirup, PaO2 dan PaCO2 dalam darah arteri. Alveolar-
arterial oxygen difference dapat dihitung jika fraksi oksigen udara yang dihirup
(FiO2), PB dan PH2O diketahui.13
Alveolar-arterial oxygen difference dapat dihitung dengan mengukur PaO2
dan PaCO2 dalam gas darah arteri, menghitung PAO2 menggunakan persamaan 3
kemudian mengurangi PaO2 terukur dari PAO2.11 Nilai AaDO2 dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 26
Alveolar-arterial oxygen difference orang sehat yang bernapas pada udara ruang
setinggi permukaan laut, FiO2 = 0.21, PB = 760 mm Hg, PH2O = 47 mmHg, PaO2
= 95 mm Hg, PaCO2 = 40 mm Hg dan R = 0.8 adalah sebagai berikut:26
14
desaturasi akan bercampur darah dengan saturasi penuh dan menurunkan PO2
pada darah arteri. Penyebab umum pirai adalah sebagai berikut:25
1. Lesi intrakardiak dengan adanya pirai kanan ke kiri di atrium atau ventrikel,
misal pada defek septum atrium atau ventrikel. Pirai kiri ke kanan dapat
menghasilkan efek jangka panjang pada jantung namun hal ini tidak
mempengaruhi AaDO2 atau PO2 arteri karena efek dasarnya adalah mengolah
kembali darah yang sudah mengalami oksigenasi melalui pembuluh darah paru
dan bukan mengencerkan darah yang sudah mengalami oksigenasi
menggunakan darah yang sudah mengalami desaturasi.
2. Abnormalitas struktural pembuluh darah paru yang menyebabkan terjadinya
hubungan langsung antara sistem arteri dan vena pulmonal, misalnya
malformasi arteriovenosa pulmonal.
3. Penyakit pulmonal yang menyebabkan ruang alveolar terisi cairan misal edema
pulmonal atau kolaps alveolar total. Kedua proses ini dapat menyebabkan
hilangnya proses ventilasi di alveoli yang mengalami kelainan walaupun
sejumlah proses perfusi melalui kapiler di sekelilingnya mungkin masih
berlanjut.
Faktor kedua adalah ketidaksesuaian V/Q dapat menjadi lebih besar secara
kuantitatif dibandingkan individu normal. Prakteknya, pirai yang sesungguhnya
(V/Q = 0) dan ketidaksesuaian V/Q (dengan adanya area V/Q yang rendah namun
tidak mencapai 0) dapat dibedakan dengan meminta pasien menghirup 100% O2.
Meningkatkan PO2 inspirasi tidak menyebabkan O2 pada darah yang masuk lebih
banyak dan kandungan O2 tidak mengalami peningkatan secara bermakna pada
pirai. Tekanan parsial oksigen alveolar dan kapiler mengalami peningkatan cukup
besar dengan penambahan O2 pada kasus ketidaksesuaian V/Q. Darah dengan
saturasi penuh akan diperoleh bahkan dari daerah dengan rasio V/Q rendah dan
PO2 arteri akan mengalami peningkatan cukup besar pada kasus ketidaksesuaian
V/Q.25 Faktor ketiga adalah keterbatasan difusi dari pengangkutan oksigen
melewati barier alveolar-kapiler yang menyebabkan PO2 dalam kapiler darah paru
tidak mencapai keseimbangan dengan gas alveolar dapat menjadi faktor yang
bermakna.20,25
15
Nilai AaDO2 juga meningkat selama latihan akibat sejumlah faktor
termasuk keterbatasan difusi transfer gas, penurunan PO2 vena campuran (PVO2),
peningkatan PAO2, dan penggeseran aksis di kurva disosiasi oksihemoglobin.
Nilai AaDO2 lebih besar dari 15 mmHg pada subyek yang bernapas dengan O2
ruangan menunjukkan adanya ketidaksesuaian V/Q pada penyakit saluran napas,
parenkim paru, atau pembuluh darah paru.13
Nilai AaDO2 mendekati nol atau negatif menunjukkan adanya kesalahan
laboratorium.20 Nilai AaDO2 negatif bisa disebabkan karena pasien baru saja
menghirup suplementasi oksigen sebelum pengambilan sampel darah arteri,
adanya gelembung udara didalam suntikan sampel arteri, kontrol kualitas, atau
pelaporan kesalahan dari laboratorium.27
PENATALAKSANAAN UMUM
Oksigen Tambahan
Mekanisme yang menyebabkan hipoksemia (PaO2 < 60 mmHg) pada
pasien dengan penyakit kritis mungkin tidak akan nampak jelas. Pemberian
oksigen tambahan dianggap sangat penting. Sedikit peningkatan PaO2 dapat
menghasilkan peningkatan saturasi dan pengiriman oksigen ke jaringan yang
cukup bermakna karena kurva disosiasi oksigen bergeser ke kanan. Semakin
banyak kejadian hiperkapnia dan asidosis respiratorik yang ditemui pada pasien
dengan penyakit kritis tidak disebabkan oleh terapi oksigen namun oleh
perkembangan masalah pernapasan yang mendasari dan ketidakmampuan pasien
untuk mempertahankan usaha pernapasan. Berkurangnya oksigen akan
meningkatkan hipoksemia dan risiko henti kardiorespirasi kecuali pada penyakit
paru obstruktif kronik yang memerlukan oksigen terkontrol untuk menghindari
retensi karbondioksida.28
16
Hipoksia yang disebabkan oleh gangguan difusi membran alveolus, terapi
oksigen dapat meningkatkan PO2 dalam paru dari nilai normal sekitar 100 mmHg
sampai 600 mmHg. Hal ini meningkatkan gradien difusi oksigen antara alveoli
dan darah dari nilai normal 60 mmHg menjadi 560 mmHg.29 Manfaat yang besar
dari terapi oksigen pada hipoksia difusi dilukiskan pada gambar 6.
Gambar 6. Absorpsi oksigen ke dalam darah kapiler paru pada edema paru
dengan dan tanpa terapi oksigen
Dikutip dari (29)
17
Tabel 4. Konsentrasi oksigen berdasarkan alat yang digunakan
Alat yang digunakan O2 (l/menit) FiO2
Kanula hidung 2 0,21-0,24
2 0,23-0,28
3 0,27-0,34
4 0,31-0,38
5-6 0,32-0,44
Rebreathing 7 0,35-0,75
10 0,65-1,00
Fisioterapi
Tujuan fisioterapi adalah untuk memperbaiki hubungan ventilasi dan
perfusi sehingga mengurangi risiko kolaps alveolar dan infeksi paru.31 Kolaps
alveolar dan hipoventilasi dapat meningkatkan ketidaksesuaian V/Q dan dapat
dikoreksi dengan melakukan mobilisasi, meningkatkan pembersihan sekret.
Meningkatkan pernapasan tidal dengan menempatkan pasien dalam posisi duduk
guna memperbaiki penurunan diafragma dan menggunakan bantuan pernapasan
seperti spirometer insentif juga dapat memperbaiki hubungan ventilasi dan perfusi
pada kolaps alveolar.28
18
berisiko mengalami gas trapping. Continuous positive airway pressure adalah
positive end expiratory pressure (PEEP) tanpa adanya dorongan udara oleh mesin
sehingga inspirasi dicapai seluruhnya oleh usaha otot pasien sendiri.28, 32
Non-invasine positive pressure ventilation (NIPPV) diberikan melalui
ventilator portabel dengan kompresor yang memasukkan udara ruangan untuk
menghasilkan tekanan lebih dari 20 cm H2 O selama inspirasi. Hal ini
meningkatkan volume tidal dan volume menit serta mengurangi beban kerja
pernapasan pasien. Teknik ini cocok untuk pasien dengan kegagalan pompa
pernapasan dan penyakit paru obstruktif kronik. Masker hidung sering digunakan
namun perlu digunakan pengikat dagu untuk mencegah terjadinya aliran berlebih
melalui mulut. Pasien memerlukan penyesuaian secara tepat antara waktu dan
tekanan ventilasi dengan pola pernapasan mereka. 28
Biphasic positive airway pressure (BiPAP) mengkombinasikan manfaat
dari kedua teknik di atas. Teknik ini memberikan dua tingkat tekanan dengan fase
sesuai pernapasan. Tekanan yang lebih tinggi akan memberikan bantuan tekanan
pernapasan inspirasi dan tekanan yang lebih rendah dapat dipertahankan selama
ekspirasi, dengan meningkatkan kapasitas residual fungsional. Terapi ini
diindikasikan untuk pasien yang memerlukan bantuan dengan usaha pernapasan
dan meningkatkan kesesuaian V/Q.28
Ventilasi mekanik
Ventilasi mekanik diindikasikan untuk pasien dengan penurunan ventilasi
alveolar dan/atau oksigenasi yang mengancam jiwa. Metode non-invasif tidak
akan dapat mencapai PaO2 yang adekuat pada lebih dari 60% pasien yang dirawat
di unit perawatan intensif sehingga diperlukan bantuan ventilasi mekanik.
Gangguan pertukaran gas sering kali disebabkan oleh ketidaksesuaian V/Q dan
hipoventilasi alveolar.28, 32
19
Kriteria untuk dilakukan ventilasi mekanik adalah sebagai berikut:32
1. Apnea
2. Gangguan ventilasi alveolar sebagaimana dinilai oleh PaCO2 jika disertai oleh
satu atau lebih hal berikut:
a. perubahan status mental,
b. kelelahan meningkat,
c. PaO2 berkurang dan tidak dapat dikoreksi,
d. pH letal yang tidak dapat dikoreksi,
e. saluran napas atas yang rentan misalnya oleh sekret.
3. PaO2 rendah (misalnya kurang dari 60 mm Hg) yang tidak dapat diperbaiki
dengan FiO2 kurang dari 0,50 dan menyebabkan gejala atau kecacatan serius
fungsi tubuh.
Ventilasi mekanis dapat menyebabkan fungsi jantung, ginjal, atau otak
menjadi lebih baik tetapi tujuan dasar penggunaan ventilasi mekanik adalah untuk
meperbaiki PaO2 dan/atau PaCO2 atau untuk mengurangi FiO2. Waktu, tekanan,
dan karakteristik aliran siklus pernapasan dapat dikendalikan untuk merekrut
alveoli, meminimalkan ketidaksesuaian V/Q, dan memperbaiki oksigenasi arteri.
FiO2 seharusnya kurang dari 0.8 untuk menghindari kolaps unit paru dengan
ventilasi perfusi rendah dan untuk mengurangi risiko toksisitas oksigen dan
fibrosis paru.28, 32
20
diprediksi dan dapat terjadi hipoksemia berulang saat terapi dihentikan.
Manfaat terapi ini belum terbukti secara klinis, dan potensi risiko toksisitas
paru belum dapat dipastikan
b. Posisi telungkup. Hipoksemia dapat terjadi pada pasien yang memperoleh
bantuan pernapasan dalam posisi terlentang yang mengalami severe
dependent consolidation dengan fraksi pirai yang besar. Membalik pasien
dari posisi terlentang menjadi telungkup akan memperbaiki pertukaran gas
pada sekitar separuh pasien melalui redistribusi ventilasi. Posisi ini juga dapat
memperbaiki pembuangan sekret dari daerah paru. Respons biasanya
diperoleh dalam 15 menit.
c. Oksigenasi membran ekstrakorporeal (ECMO) merupakan pilihan terakhir
pada pasien dengan hipoksemia arteri. Oksigenasi membran ekstrakorporeal
adalah salah satu dari beberapa istilah yang digunakan untuk
sirkuit ekstraporeal yang mengoksigenasi dan membuang karbondioksida dari
darah secara langsung seperti yang terlihat pada gambar 7.
21
Darah vena dilewatkan melalui membran oksigenator sampai sebanyak 4
l/menit dan dikembalikan setelah memperoleh saturasi oksigen 100% dan
menjalani pembuangan dari 50% CO2. Teknik ini dapat memberikan 50%
total kebutuhan O2 dan memungkinkan untuk mengurangi FiO2, tekanan
jalan napas dan volume tidal, mengistirahatkan paru, dan mengurangi
risiko cedera paru akibat ventilator. Manfaatnya sudah terbukti pada
neonatus tetapi pada pasien dewasa masih belum jelas.
22
SIMPULAN
1. Pertukaran gas antara alveoli dan peredaran darah paru terjadi melalui
membran pernapasan.
2. Alveolar-arterial oxygen difference merupakan dasar untuk memahami
suatu hipoksemia arterial sehingga nilai AaDO2 harus diukur sebagai bagian
dari setiap analisis gas darah.
3. Pengukuran AaDO2 berguna untuk memprediksi mortalitas jangka pendek,
mengevaluasi penyakit paru, serta menunjukkan progresifitas penyakit paru
sehingga dapat digunakan sebagai petunjuk untuk memberikan bantuan
pernapasan dan memulai penyapihan ventilator.
4. Nilai AaDO2 dapat meningkat sesuai dengan usia, saat kondisi sakit,
maupun selama latihan.
5. Nilai AaDO2 mendekati nol atau negatif dapat disebabkan pasien baru saja
menghirup suplementasi oksigen sebelum pengambilan sampel darah arteri,
adanya gelembung udara didalam suntikan sampel arteri, kontrol kualitas,
atau pelaporan kesalahan dari laboratorium.
6. Penatalaksanaan hipoksemia yang sesuai akibat kegagalan pengambilan
oksigen oleh paru tergantung oleh penyakit dasar.
23