V. Jenis LRM
A. LRM dengan Inflasi Berkelanjutan
Inflasi yang berkelanjutan adalah manuver perekrutan yang mungkin paling
sering digunakan. Pendekatan yang umum adalah mengatur ventilator ke mode
CPAP dan meningkatkan tekanan menjadi 30-40 cm H2O selama 30-40 detik
sambil memantau pasien untuk melihat tanda-tanda efek samping seperti gangguan
hemodinamik. Teknik yang lebih agresif menambahkan napas yang dikendalikan
oleh tekanan selama peningkatan PEEP (misalnya, kontrol tekanan 10-20 cmH2O
dengan frekuensi pernapasan 10 kali/menit dan rasio inspirasi-ekspirasi 1: 1).19
ARDS Network meneliti penggunaan LRM. Pada 69 subyek, mereka
menerapkan LRM (CPAP 35-45 cm H2O selama 30 detik) yang dibandingkan
dengan LRP palsu (tidak ada perubahan dalam pengaturan ventilator). Respons
terhadap LRM sangat bervariasi. Pada 10 kasus, SpO2 meningkat 5–9% selama 10
menit pertama, tetapi pada 14 kasus, SpO2 menurun 1-4% setelah memulai LRM
dan tidak kembali ke SpO2 awal dalam 10 menit. Setelah 6 jam, komplians sistem
pernapasan meningkat secara signifikan setelah LRM palsu. Hipotensi dan
desaturasi lebih lazim dengan penerapan LRM daripada LRM palsu. Karena hasil
ini, penggunaan rutin LRM tidak dilanjutkan dalam penelitian ARDS Network.19
Meade dkk melakukan penelitian fisiologis prospektif multi-pusat mengenai
LRM dengan inflasi berkelanjutan pada 28 subyek berturut-turut dengan
PaO2/FIO2 <250. LRM diterapkan pada tekanan 35 cmH2O selama 20 detik. Jika
respons awal tidak jelas, maka diterapkan LRM kedua pada tekanan 40 cmH2O dan
yang ketiga pada 45 cmH2O atau untuk periode yang lebih lama (30 detik dan
kemudian 40 detik). Tidak ada efek pada oksigenasi atau mekanika paru setelah
LRM pertama atau selanjutnya. Menambah tekanan atau durasi inflasi tidak
berpengaruh signifikan. Untuk 122 LRM yang diterapkan, 5 subyek mengalami
asinkroni ventilator, 3 tampak tidak nyaman, 2 mengalami hipotensi transien, dan
4 mengalami barotrauma yang memerlukan intervensi. Hasil ini tidak mendukung
penggunaan LRM selain perawatan biasa untuk ARDS.25
Analisis sekunder dilakukan oleh Fan dkk yang meliputi data dari uji coba
terkontrol secara acak dari strategi ventilasi paru terbuka mengenai LRM dengan
inflasi berkelanjutan. Desaturasi dan hipotensi akibat LRM terjadi pada 22% dari
semua subyek, tetapi kebocoran udara baru melalui chest tube yang ada jarang
terjadi (<5%). Jumlah LRM dikaitkan dengan peningkatan risiko. Para peneliti
menyimpulkan bahwa komplikasi yang berkaitan dengan LRM umum terjadi tetapi
komplikasi serius jarang terjadi. Mereka merekomendasikan bahwa, mengingat
manfaatnya yang tidak pasti dan potensi komplikasi dengan aplikasi berulang,
penggunaan rutin LRM dengan inflasi berkelanjutan tidak dibenarkan.26
Durasi optimal dari LRM dengan inflasi berkelanjutan pada subyek dengan
ARDS dievaluasi oleh Arnal dkk yang menerapkan inflasi berkelanjutan pada
tekanan 40 cmH2O selama 30 detik pada 50 subyek yang memenuhi kriteria ARDS
dalam 24 jam pertama. Mereka menemukan bahwa sebagian besar perekrutan
terjadi selama 10 detik pertama, tetapi penurunan hemodinamik signifikan terjadi
setelah 10 detik LRM inisiasi.27
B. LRM dengan titrasi PEEP
Suatu pendekatan yang telah diadvokasi adalah penerapan LRM yang diikuti
dengan titrasi PEEP dekremental (pendekatan paru terbuka). Dengan pendekatan
ini, LRM diterapkan, setelah itu PEEP ditetapkan pada tingkat tinggi (misalnya 20–
25 cmH2O). PEEP kemudian dikurangi dengan penurunan 2 cmH2O dan
komplians diukur pada setiap langkah untuk menentukan komplians terbaik.
Peneliti lain telah menggunakan oksigenasi arteri25-27 atau ruang rugi28 dibanding
komplians untuk mengidentifikasi PEEP terbaik selama titrasi PEEP dekremental.
Setelah menggunakan komplians atau oksigenasi untuk mengidentifikasi tekanan
di mana perekrutan tidak dipertahankan, LRM kemudian diulangi, setelah itu PEEP
diatur 2 cmH2O lebih besar dari tingkat yang diidentifikasi sebagai komplians
terbaik. Dalam sebuah editorial provokatif, Marini menunjukkan bahwa terdapat
alasan yang tepat untuk menghentikan LRM dengan inflasi berkelanjutan pada
praktik klinis. Ia menyarankan bahwa pendekatan bertahap mungkin lebih efektif
daripada aplikasi mendadak tekanan puncak yang sama. Selain itu, kenaikan
tekanan bergradasi lebih dapat ditoleransi dari sudut pandang hemodinamik.19
Contoh manuver perekrutan bertahap ditunjukkan pada Gambar 2.
Pendekatan ini menggunakan titrasi PEEP tambahan dan menyeimbangkan
perekrutan terhadap overdistensi. PEEP meningkat dengan peningkatan tekanan 2–
5 cmH2O dengan volume tidak tetap 6 ml/kg berat badan ideal menggunakan
ventilasi kontrol volume. Tekanan pendorong (Pplat - PEEP), komplians, SpO2,
dan tekanan darah dimonitor pada setiap langkah. PEEP ditingkatkan jika ada bukti
rekrutmen: penurunan tekanan pendorong, Pplat <30 cm H2O, atau peningkatan
SpO2. PEEP (atau mungkin volume tidal) diturunkan ke langkah sebelumnya jika
ada indikasi overdistensi: peningkatan tekanan pendorong, Pplat >30 cm H2O,
hipotensi, atau penurunan SpO2. Setiap langkah dilakukan selama 3-5 menit
kecuali jika terdapat efek buruk (hipotensi, desaturasi) yang mendorong penurunan
PEEP ke langkah sebelumnya. 19
Gambar 2. Representasi skematik langkah manuver perekrutan
(Dikutip dari: Hess DR. Recruitment maneuvers and PEEP titration. Resp Care.
2015;60(11):1688-704)
C. HFOV
Ventilasi osilasi frekuensi tinggi (HFOV) juga telah digunakan untuk
meningkatkan tekanan jalan napas dan meningkatkan rekrutmen alveolar.
Diharapkan bahwa pemberian volume tidal kecil dan tekanan jalan nafas rata-rata
yang tinggi dengan HFOV akan meningkatkan rekrutmen alveolar dengan risiko
lebih rendah daripada overdistensi. Akan tetapi, manfaat terhadap harapan hidu
belum dibuktikan dengan HFOV. Dalam satu uji klinis acak, Young dkk tidak
menemukan perbedaan yang signifikan antara ventilasi konvensional dan HFOV.
Ferguson dkk secara acak menunjuk orang dewasa dengan ARDS baru-awal,
sedang hingga berat ke HFOV atau ke strategi kontrol yang menargetkan perekrutan
paru dengan penggunaan volume tidal rendah dan PEEP tinggi. Penelitian ini
dihentikan lebih awal dengan mortalitas di rumah sakit 47% pada kelompok HFOV
dibandingkan dengan 35% pada kelompok kontrol.19
D. Posisi Tengkurap
Posisi tengkurap mendorong perekrutan alveoli non-aerasi, yang
menghasilkan oksigenasi yang lebih baik dan membuat paru lebih homogen. Posisi
tengkurap dapat mengurangi tekanan dan regangan paru pada ARDS berat. Dengan
demikian, posisi tengkurap mungkin dianggap sebagai manuver perekrutan. Sebuah
uji coba terkontrol secara acak dan beberapa meta-analisis melaporkan manfaat
bertahan hidup untuk posisi tengkurap, terutama pada ARDS berat.19
A. Pertukaran Gas
Oksigenasi adalah target yang umum digunakan ketika memilih PEEP untuk
pasien dengan ARDS. Namun, target fisiologis ini harus dilihat dengan hati-hati.
Goligher dkk melakukan analisis sekunder dari penelitian Ventilasi Paru Terbuka51
dan penelitian ExPress untuk menguji hubungan antara respons awal terhadap
perubahan PEEP setelah pengacakan dan mortalitas. Peningkatan PaO2/FIO2
ketika PEEP meningkat dikaitkan dengan penurunan mortalitas untuk peningkatan
PaO2/FIO2 sebesar 25, terutama pada subyek dengan PaO2/FIO2 150. Penurunan
PaO2/FIO2 setelah peningkatan PEEP dikaitkan dengan peningkatan mortalitas
(Gambar 3). Respon PaO2/FIO2 setelah PEEP menurun atau tidak berubah tidak
terkait dengan kematian. Hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan oksigenasi
setelah peningkatan PEEP mungkin dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih
rendah. Dengan demikian, respon oksigenasi terhadap PEEP dapat digunakan untuk
memprediksi apakah seorang pasien akan mendapat manfaat dari pengaturan PEEP
yang lebih tinggi dan lebih rendah.19
B. Komplians
Pendekatan umum yang digunakan untuk menentukan PEEP optimal
didasarkan pada titrasi PEEP inkremental atau decremental dan memilih tingkat
PEEP dengan komplians tertinggi. Suter dkk pertama kali menggambarkan hal ini
pada tahun 1975. Mereka melakukan penelitian fisiologis terhadap 15 subyek pada
gagal napas akut; karena beberapa subyek dilaporkan menghirup FIO2
0,21, mungkin beberapa tidak mengalami ARDS. Mereka melakukan sejumlah
pengukuran fisiologis ketika mereka melakukan titrasi PEEP tambahan dari 0 ke
tingkat di mana ada penurunan yang nyata dalam curah jantung. Tidal volum
ditetapkan pada 13-15 ml/kg (penulis tidak menunjukkan apakah ini adalah berat
badan ideal atau berat badan aktual). Mereka menemukan bahwa PEEP terkait
dengan pemberian oksigen maksimum sesuai dengan VD/VT terendah dan
komplians tertinggi. PEEP terbaik bervariasi dari 0 hingga 15 cm H2O di antara
subyek.19
Pintado dkk mengevaluasi efek pengaturan PEEP pada komplians tertinggi
pada oksigenasi, disfungsi multi-organ, dan kelangsungan hidup pada subyek
dengan ARDS. Tidal volum ditetapkan pada 6-8 ml/ kg berat badan ideal, dan Pplat
dipertahankan <30 cm H2O. Subyek diacak untuk titrasi PEEP menggunakan tabel
PEEP/FIO2 rendah dari ARDS Network atau PEEP yang dipandu komplians.
Untuk kelompok komplians, PEEP ditingkatkan 2 cmH2O, dimulai pada 5 cmH2O
dan tanpa batas atas. PEEP disesuaikan sekali sehari di pagi hari. Subyek pada
kelompok yang dipandu komplians memiliki angka mortalitas 28-hari yang lebih
rendah, meskipun tidak mencapai signifikansi statistik karena ukuran sampel yang
kecil (n = 70). Hari bebas disfungsi multi-organ, hari bebas gagal pernapasan, dan
hari bebas kegagalan hemodinamik pada hari ke-28 secara signifikan lebih rendah
pada subyek dengan pengaturan PEEP yang dipandu komplians.19
C. Kurva Tekanan-Volume
Kurva tekanan-volume (PV) menampilkan hubungan antara volume dan
tekanan saat paru mengembang dan mengempis (Gbr.4) . Hal ini dapat diukur
dengan supersyringe, inflasi lambat konstan (<10 L/mnt), atau pengukuran Pplat
pada berbagai volume inflasi. Penafsiran yang benar dari kurva PV selama ventilasi
aliran yang tidak konstan (misalnya, ventilasi yang dikendalikan oleh tekanan),
selama pernapasan spontan, dan dengan aliran inspirasi yang tinggi merupakan
masalah. Beberapa ventilator mengukur kurva P-V dengan inflasi yang lambat
secara konstan, dan beberapa dapat mengukur kurva inflasi dan kurva deflasi.19
Gambar 4. Gambaran CT yang diperoleh pada saat kurva berada dalam keadaan statis.
(Dikutip dari: Hess DR. Recruitment maneuvers and PEEP titration. Resp Care.
2015;60(11):1688-704)
D. Stress-Index (SI)
SI didasarkan pada bentuk kurva waktu-tekanan selama ventilasi kontrol
volume aliran konstan (Gbr. 5). Peningkatan tekanan linear (SI = 1) menunjukkan
perekrutan alveolar tanpa overdistensi. Penurunan komplians karena paru
meningkat (konkavitas ke atas, SI> 1) menunjukkan overdistensi, dan
rekomendasinya adalah untuk mengurangi PEEP, tidal volum, atau keduanya.
Peningkatan komplians saat paru meningkat (konkavitas ke bawah, SI <1)
menunjukkan rekrutmen tidal dan potensi rekrutmen tambahan, dan
rekomendasinya adalah untuk meningkatkan PEEP. SI dapat ditentukan dengan
pemasangan kurva dan dimasukkan ke dalam perangkat lunak dari satu ventilator
yang tersedia secara komersial.19
Pada 15 subyek dengan ARDS, Grasso dkk menerapkan PEEP secara acak
menggunakan tabel ARDS Network PEEP/FIO2 rendah atau SI. Tidal volum yang
diberikan sebesar 6 ml/kg pada semua subyek. Pada semua subyek, SI menunjukkan
hiperinflasi alveolar dengan strategi ARDS Network. Dengan demikian, PEEP
lebih rendah dengan pendekatan SI dibandingkan dengan pendekatan ARDS
Network. Komplians juga lebih baik dengan pendekatan SI. Konsentrasi mediator
inflamasi plasma secara signifikan lebih rendah selama pendekatan SI. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa, setidaknya dalam subyek ini, tabel PEEP/FIO2
ARDS Network yang rendah dapat berkontribusi pada overdistensi.19
Pada 30 subyek dengan ARDS, Huang dkk secara acak menetapkan PEEP
sesuai dengan SI, oksigenasi, komplians, atau kurva P-V. Tidal volum ditetapkan
sebesar 6 ml/ kg dan semua subyek dilumpuhkan. PEEP yang ditentukan oleh SI
mirip dengan yang ditentukan oleh oksigenasi, tetapi lebih tinggi dari yang dititrasi
oleh komplians dan kurva PV. Pada sebuah penelitian fisiologis, Terragni dkk
memeriksa keakuratan Pplat dan SI untuk mengidentifikasi ventilasi berbahaya
pada subyek dengan ARDS. Menggunakan CT untuk mengidentifikasi overdistensi,
mereka menemukan bahwa ventilasi berbahaya dikaitkan dengan Pplat >25 cmH2O
dan SI >1,05. Sangat menarik untuk dicatat bahwa PEEP rata-rata lebih tinggi pada
pengaturan overdistensi, meskipun nilai tidal volum serupa. Para penulis juga
menemukan bahwa konsentrasi mediator inflamasi bilasan bronkoalveolar lebih
tinggi pada subyek dengan overdistensi.19
E. Manometri Esofagus
Komplians dinding dada dapat dikurangi pada pasien dengan ARDS. Hal ini
dapat mengakibatkan peningkatan tekanan pleura dan jika tekanan pleura relatif
tinggi terhadap tekanan alveolar, terdapat potensi kolaps alveolar. Dengan demikian,
mungkin diinginkan untuk membuat PEEP lebih besar daripada tekanan ekspirasi
akhir pleura. Penggunaan balon esofagus untuk memperkirakan tekanan pleura
telah dianjurkan untuk memungkinkan pengaturan PEEP yang lebih tepat (Gbr.
6).19
Dalam sebuah penelitian oleh Talmor dkk, sebanyak 61 subyek dengan
ARDS secara acak diberikan PEEP yang disesuaikan menurut pengukuran tekanan
esofagus atau menurut tabel PEEP rendah ARDS Network. Strategi menggunakan
tekanan esofagus menghasilkan oksigenasi dan komplians yang jauh lebih besar.
Sebuah penelitian multi-pusat sedang dilakukan untuk menentukan apakah
penggunaan tekanan esofagus untuk mengatur PEEP meningkatkan luaran pasien.
Terlepas dari apakah manometri esofagus terbukti bermanfaat untuk pengaturan
PEEP rutin, manometri esofagus mungkin bermanfaat pada pasien tertentu, seperti
pasien dengan obesitas morbid atau hipertensi abdomen.19
Gambar 6. Tekanan esofagus dengan tekanan jalan napas, dapat digunakan untuk
menentukan tekanan akhir inspirasi dan ekspirasi transpulmonal. (Dikutip dari: Hess DR.
Recruitment maneuvers and PEEP titration. Resp Care. 2015;60(11):1688-704)
F. Volume Paru
Volume paru ekspirasi akhir (EELV) dapat diukur selama ventilasi mekanik
menggunakan teknik pelarutan helium atau nitrogen. Teknik pencucian nitrogen
yang dimodifikasi tersedia pada sebuah ventilator yang tersedia secara komersial.
Jika EELV diukur pada PEEP 0 dan diukur sekali lagi setelah PEEP ditambahkan,
memungkinkan untuk menghitung regangan, penentu penting dari cedera paru. Hal
ini akan tampak menarik selama titrasi PEEP. Namun, PEEP yang menginduksi
peningkatan EELV mungkin merupakan hasil rekrutmen, atau mungkin karena
terlalu banyak alveoli yang sudah terbuka. Dengan demikian, EELV dengan
sendirinya mungkin tidak berguna untuk menilai respon PEEP. Nilai EELV untuk
menilai respon PEEP dapat ditingkatkan jika dikombinasikan dengan pengukuran
komplians. Komplians dapat digunakan untuk memperkirakan kenaikan EELV jika
tidak terjadi perekrutan. Misalnya, jika kompliansnya adalah 30 ml/cmH2O,
peningkatan EELV dari 150 mL dapat diprediksi jika PEEP ditingkatkan dari 5
cmH2O menjadi 10 cmH2O. Pada contoh ini, jika EELV naik >150 ml, volume
tambahan bisa dikaitkan dengan volume yang direkrut.19
G. Pencitraan
Teknik pencitraan menjanjikan untuk menetapkan PEEP karena
memungkinkan penilaian heterogenitas dalam paru, tidak seperti pada evaluasi
mekanika. Pencitraan CT telah lama menjadi standar yang diterima untuk penilaian
perekrutan dan overdistensi alveolar. Radiografi dada digital yang dilakukan di
tempat pasien dirawat dengan PEEP 5 dan 15 cmH2O mungkin berguna untuk
mendeteksi volume paru yang direkrut. Ultrasonografi menggunakan frekuensi
emisi 5-7 MHz untuk visualisasi paru. Probe harus memiliki ujung cembung kecil
yang dapat dengan mudah ditempatkan pada ruang interkosta untuk memungkinkan
jendela akustik pada parenkim. Pola ultrasonografi berhubungan dengan derajat
aerasi paru. Hal ini memungkinkan potensi penggunaan ultrasonografi untuk
memantau respon manuver rekrutmen dan titrasi PEEP.19
Pada 40 subyek dengan ARDS, Bouhemad dkk membandingkan kurva PV
dan ultrasonografi pada PEEP 0 dan 15 cmH2O. Korelasi yang signifikan
ditemukan antara perekrutan paru yang diinduksi PEEP dinilai oleh kurva P-V dan
skor reaerasi USG, menunjukkan bahwa perekrutan paru yang diinduksi PEEP
dapat diperkirakan secara memadai dengan USG bedside. Keterbatasan USG paru
adalah tidak dapat mendeteksi overdistensi dan dengan demikian harus
dikombinasikan dengan penilaian lain, seperti komplians.19
EIT adalah alat pemantauan non-invasif, bebas radiasi yang memungkinkan
pencitraan ventilasi real-time. Tomografi impedansi listrik menggunakan frekuensi
tinggi dan arus listrik amplitudo rendah, biasanya melalui 16 atau 32 elektroda di
sekitar toraks untuk mendapatkan gambar penampang paru. Ultrasonografi paru
dan tomografi impedansi listrik menjanjikan sebagai teknologi untuk
memungkinkan penerapan ventilasi mekanik. Teknologi ultrasonik tersedia secara
luas di ICU. Terapis pernapasan harus mengembangkan keterampilan untuk
menggunakan ultrasonografi paru untuk menilai aerasi paru real-time dan respon
terhadap perubahan dalam pengaturan ventilator. Tomografi impedansi listrik
belum tersedia secara luas, tetapi ini juga merupakan teknologi di mana terapis
pernapasan dapat memperoleh keahlian.19
IX. Ringkasan
LRM dapat digunakan untuk terapi ARDS, tetapi bukti penggunaan LRM
meningkatkan luaran pasien masih kurang. Perekrutan alveolar ditargetkan jika
dapat dicapai dengan aman, tetapi terdapat potensi variabel untuk perekrutan pada
pasien dengan ARDS Manuver perekrutan bertahap lebih disukai daripada inflasi
yang berkelanjutan. Komplikasi rekrutmen seperti hipotensi dan desaturasi umum
terjadi tetapi bersifat sementara. Komplikasi seperti barotrauma tampaknya jarang
terjadi. Jika manuver rekrutmen efektif, PEEP yang memadai diperlukan untuk
mempertahankan rekrutmen. Tidak cukup bukti untuk merekomendasikan
penggunaan rutin manuver perekrutan sebagai praktik standar.
PEEP harus dipilih sebagai keseimbangan antara perekrutan alveolar dan
overdistensi. PEEP <5 cmH2O mungkin berbahaya pada awal ARDS. Uji coba
terkontrol secara acak telah gagal menunjukkan manfaat bertahan hidup untuk
penggunaan PEEP tinggi dibandingkan dengan PEEP rendah. Analisis post hoc dari
uji coba terkontrol secara acak dan alasan fisiologis yang kuat mendukung level
PEEP yang lebih rendah untuk ARDS ringan dan level PEEP yang lebih tinggi
untuk ARDS sedang dan berat: 5-10 cm H2O pada ARDS ringan, 10–15 cm H2O
pada ARDS sedang, dan 15-20 cm H2O pada ARDS berat.. Belum ada bukti yang
menunjukkan bahwa pendekatan menetapkan PEEP yang satu memberikan hasil
yang lebih baik daripada pendekatan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kung SC, Hung YL, Chen WL, Wang CM, Chang HC, Liu WL. Effects of
stepwise lung recruitment maneuvers in patients with early acute respiratory
distress syndrome: a prospective, randomized, controlled trial. J Clin Med.
2019;8(231):1-11.
2. Santos RS, Silva PL, Pelosi P, Rocco PRM. Recruitment maneuvers in acute
respiratory distress syndrome: the safe way is the best way. World J Crit Care
Med. 2015; 4(4):278-86.
3. Gattinoni L, Caironi P, Cressoni M, Chiumello D, Ranieri VM, Quintel M,
Russo S, Patroniti N, Cornejo R, Bugedo G. Lung recruitment in patients with
the acute respiratory distress syndrome. N Engl J Med. 2006;354:1775–86.
4. Tsuchida S, Engelberts D, Peltekova V, Hopkins N, Frndova H, Babyn P, et al.
Atelectasis causes alveolar injury in nonatelectatic lung regions. Am J Respir.
Crit Care Med. 2006;174:279–89.
5. Slutsky AS. Lung injury caused by mechanical ventilation. Chest.
1999;116(Suppl 1):9S–15S.
6. Lachmann B. Open up the lung and keep the lung open. Intensive Care Med.
1992;18:319–21.
7. Pelosi P, Cadringher P, Bottino N, Panigada M, Carrieri F, Riva E, et al. Sigh
in acute respiratory distress syndrome. Am. J. Respir. Crit Care Med.
1999;159:872–80.
8. The Acute Respiratory Distress Syndrome Network: Brower RG, Matthay MA,
Morris A, Schoenfeld D, Thompso BT, Wheeler A. Ventilation with lower tidal
volumes as compared with traditional tidal volumes for acute lung injury and
the acute respiratory distress syndrome. N Engl J Med. 2000;342:1301–8.
9. Muscedere JG, Mullen JB, Gan K, Slutsky AS. Tidal ventilation at low airway
pressures can augment lung injury. Am J Respir. Crit Care Med.
1994;149:1327–34.
10. Crotti S, Mascheroni D, Caironi P, Pelosi P, Ronzoni G, Mondino M, Marini
JJ, Gattinoni L. Recruitment and derecruitment during acute respiratory failure:
a clinical study. Am J Respir Crit Care Med. 2001;164:131–40.
11. Borges JB, Okamoto VN, Matos GFJ, Caramez MPR, Arantes PR, Barros F,
et al. Reversibility of lung collapse and hypoxemia in early acute respiratory
distress syndrome. Am J Respir Crit Care Med. 2006;174:268–78.
12. Goligher EC, Hodgson CL, Adhikari NKJ, Mmeade MO, Wunsch H, Uleryk
E. Lung recruitment maneuvers for adult patients with acute respiratory distress
syndrome. Ann Am Thorac Soc. 2017;14(4):S304-11.
13. Gattinoni L, Marini JJ, Pesenti A, Quintel M, Mancebo J, Brochard L. The
“baby lung” became an adult. Intensive Care Med. 2016;42:663–73.
14. Ranieri VM, Rubenfeld GD, Thompson BT, et al. Acute respiratory distress
syndrome: the Berlin definition. JAMA. 2012;307:2526–33.
15. Kao KC, Hu HC, Chang CH, et al. Diffuse alveolar damage associated
mortality in selected acute respiratory distress syndrome patients with open
lung biopsy. Crit Care. 2015;19:228.
16. Gattinoni L, Pelosi P, Suter PM, Pedoto A, Vercesi P, Lissoni A. Acute
respiratory distress syndrome caused by pulmonary and extrapulmonary
disease. Different syndromes? Am J Respir Crit Care Med. 1998;158:3–11.
17. Caironi P, Carlesso E, Cressoni M, et al. Lung recruitability is better estimated
according to the Berlin definition of acute respiratory distress syndrome at
standard 5 cmH2O rather than higher positive end-expiratory pressure: a
retrospective cohort study. Crit Care Med. 2015;43:781–90.
18. Van der Zee P, Gommers D. Recruitment maneuvers and higher PEEP, the so-
called open lung concept, patients with ARDS. Crit Care. 2019;23(73):1-7.
19. Hess DR. Recruitment maneuvers and PEEP titration. Resp Care.
2015;60(11):1688-704.
20. Chiumello D, Cressoni M, Carlesso E, Caspani ML, Marino A, Gallazzi E, et
al. Bedside selection of positive end-expiratory pressure in mild, moderate, and
severe acute respiratory distress syndrome. Crit Care Med. 2014;42(2):252-64.
21. Suzumura EA, Amato MBP, Cavalcanti AB. Understanding recruitment
maneuvers. Intensive Care Med. 2015:1-5.
22. Borges JB, Costa EL, Suarez-Sipmann F, Widstro¨m C, Larsson A, Amato M,
Hedenstierna G. Early inflammation mainly affects normally and poorly
aerated lung in experimental ventilator-induced lung injury. Crit Care Med.
2014;42:e279–87.
23. Matthay MA. Resolution of pulmonary edema. Thirty years of progress. Am J
Respir Crit Care Med. 2014;189:1301–8.
24. Jabaudon M, Hamroun N, Roszyk L, Gue´rin R, Bazin JE, Sapin V, Pereira B,
Constantin JM. Effects of a recruitment maneuver on plasma levels of soluble
RAGE in patients with diffuse acute respiratory distress syndrome: a
prospective randomized crossover study. Intensive Care Med. 2015;41:846–55.
25. Meade MO, Cook DJ, Griffith LE, Hand LE, Lapinsky SE, Stewart TE, et al.
A study of the physiologic responses to a lung recruitment maneuver in acute
lung injury and acute respiratory distress syndrome. Respir Care.
2008;53(11):1441-9.
26. Fan E, Checkley W, Stewart TE, Muscedere J, Lesur O, Granton JT, et al.
Complications from recruitment maneuvers in patients with acute lung injury:
secondary analysis from the lung open ventilation study. Respir Care.
2012;57(11):1842-9.
27. Arnal JM, Paquet J, Wysocki M, Demory D, Donati S, Granier I, et al. Optimal
duration of a sustained inflation recruitment maneuver in ARDS patients.
Intensive Care Med. 2011;37(10):1588-94.
28. Santa Cruz R, Rojas JI, Nervi R, Heredia R, Ciapponi A. High versus low
positive end-expiratory pressure (PEEP) levels for mechanically ventilated
adult patients with acute lung injury and acute respiratory distress syndrome.
Cochrane Database Syst Rev. 2013;6:CD009098.
29. Goligher EC, Kavanagh BP, Rubenfeld GD, Adhikari NK, Pinto R, Fan E, et
al. Oxygenation response to positive end-expiratory pressure predicts mortality
in acute respiratory distress syndrome. A secondary analysis of the LOVS and
ExPress trials. Am J Respir Crit Care Med. 2014;190(1):70-6.
30. Albaiceta GM, Blanch L, Lucangelo U. Static pressure-volume curves of the
respiratory system: were they just a passing fad? Curr Opin Crit Care.
2008;14(1):80-6.