Anda di halaman 1dari 14

Dead Space dan

Shunting

Wita Zahara/G1A219027
Pembimbing : dr. Dedy Fachrian, Sp.An

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU ANESTESI
RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
facebook.com UNIVERSITAS JAMBI
twitter.com mail@mail.com +81 12 3456 7890
2020
Ventilasi
 Jumlah udara atau gas yang megadakan pertukaran dalam alveoli setiap menit..
 Ventilasi dipengaruhi oleh : 1. Patensi Jalan Napas
2. Posisi Tubuh
3. Volume Paru
4. Dead Space
5. Shunting

The Power of PowerPoint | thepopp.com 2


Dead Space

 Dead space atau ruang rugi, merupakan olume udara yang di hirup/inspirasi dalam
satu kali bernafas yang tidak turut berdifusi dalam alveolus, sehingga tidak terjadi
proses pertukaran gas disini.
Dead Space :
1. Anatomical, terdiri atas hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus,
namun tidak termasuk alveoli.
2. Fisiologis, yaitu beberapa alveoli tidak berfungsi karena suplai darah tidak ada
atau hanya ada sebagian saja (parsial)
The Power of PowerPoint | thepopp.com 3
Anatomical DEAD SPACE

 Tidak semua udara inspirasi masuk ke dalam alveoli. Dari sekitar 500 ml udara yang masuk,
sekitar 350 ml dapat mencapai alveoli dan 150 ml hanya sampai saluran nafas dan tidak
pernah mencapai alveoli sehingga tidak ikut dalam pertukaran udara dengan darah.
 Jadi, ventilasi alveolar per menit setara dengan ventilasi paru per menit dikurangi ruang
rugi, yaitu setara dengan 500 – 150 = 350mL/menit dikalikan frekuensi napas, misalnya
frekuensi napas 12 :
500-150 =350 Ml/menit x 12 = 4200 mL/menit.

The Power of PowerPoint | thepopp.com 4


Ventilasi Alveolar
 Merupakan jumlah volume udara yang masuk alveoli per menit. Ventilasi alveolar lebih
kecil dari pada volume respirasi semenit karena adanya udara yang tidak mencapai alveoli
tapi tetap berada di dead space paru-paru.

The Power of PowerPoint | thepopp.com 5


Shunting
 Terjadinya penurunan ventilasi namun perfusi normal atau tidak menurun seperti ventilasi,
sehingga rasio V/Q (ventilasi dan perfusi) menurun.
 shunt / campuran vena adalah bagian darah vena yang kembali ke jantung yang lolos ke
sirkulasi arteri tanpa terkena unit paru yang berventilasi normal.
 Dampaknya adalah sirkulasi yang melalui area ini tidak mendapatkan oksigenasi yang
adekuat dan menyebabkan hipoksemia (rendahya kadar oksigen dalam darah) dan
hiperkapnia ( peningkatan PaCO2).

The Power of PowerPoint | thepopp.com 6


Shunt :
 1. Shunt EkstraPulmonal
 2. Shunt IntraPulmonal

The Power of PowerPoint | thepopp.com 7


Shunt EkstraPulmonal

Darah vena yang tidak melewati paru-paru.


Ada 2 sumber normal shunt ini : pembuluh darah thebesian di jantung kiri dan sirkulasi
bronkial
Jenis shunt ekstrapulmonal abnormal meliputi defek jantung kongenital dengan komunikasi
kanan-kiri.

The Power of PowerPoint | thepopp.com 8


Shunt IntraPulmonal
 yaitu darah vena yang melewati daerah paru-paru dengan ventilasi alveolar yang menurun
atau malah tidak ada.

The Power of PowerPoint | thepopp.com 9


Right to the left shunt
 Shunt dari kanan ke kiri atau Right to the left shunt terjadi akibat sirkulasi paru (sirkulasi
kanan) yang langsung masuk ke sirkulasi sistemik (sirkulasi kiri) tanpa melewati alveolus
sehingga darah tidak mengalami oksigenasi.
 Semakin besar aliran pada shunt ini, maka akan semakin berat hipoksemia yang terjadi.
 Dengan kata lain, rasio ventilasi/ perfusi (rasio udara mencapai alveoli dengan darah yang
membuat perfusi) adalah nol.
 Merupakan penyebab tersering hipoksemia selama anestesi.

The Power of PowerPoint | thepopp.com 10


Premedikasi
Dexamethasone
Wita Zahara/G1A219027
Pembimbing : dr. Dedy Fachrian, Sp.An

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU ANESTESI
RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
facebook.com UNIVERSITAS JAMBI
twitter.com mail@mail.com +81 12 3456 7890
2020
- Reaksi hipersensitivitas selama periode perioperatif meningkat dan mungkin berpotensi mengancam
jiwa.

- Karena itu, penekanan utama diberikan pada pencegahan.

- Pengobatan profilaksis dengan kortikosteroid saja atau dalam kombinasi dengan antihistamin HI
dan / atau antihistamin H2 adalah yang paling sering digunakan untuk mencegah reaksi anafilaksis
yang disebabkan oleh anestesi.

ICON ICON ICON ICON


- Pemberian premedikasi pada pasien yang membutuhkan pembedahan atau pada pasien yang
sebelumnya memiliki reaksi perioperatif terhadap zat yang tidak diketahui harus
dipertimbangkan.

- Secara umum, premedikasi tidak mencegah reaksi anafilaksis tetapi dalam beberapa kasus telah
berguna dalam mengurangi keparahan kejadian hipersensitivitas.

- Regimen pretreatment dapat mengurangi insiden dan tingkat keparahan reaksi yang dimediasi
IgE. Pemberian steroid dapat mengurangi kejadian dan keparahan gejala pernapasan dan
kombinasi gejala pernapasan dan hemodinamik (bronchospasm, laryngeal edema, and
hypotension)

ICON ICON ICON ICON


- Dalam populasi umum, premedikasi tidak sepenuhnya mencegah reaksi intraoperatif yang
parah, tetapi mungkin berguna dalam mengurangi keparahan reaksi yang tidak terduga .

- Steroid juga memiliki efek antinflamasi, steroid seperti prednison, prednisolon,


metilprednison, desametason, betametason adalah yang paling sering digunakan.

- Selain itu, deksametasone telah terbukti efektifitasnya dalam mengurangi kejadian PONV
(Post Operative Nausea Vomiting)

ICON ICON ICON ICON

Anda mungkin juga menyukai