Epidemiologi
Secara umum prevalensi osteomielitis lebih tinggi pada negara
berkembang. Di Indonesia osteomielitis masih merupakan
masalah karena tingkat higienis yang masih rendah, diagnosis
yang terlambat, pengobatan osteomielitis yang memerlukan
biaya yang tinggi dengan waktu yang lama, serta banyak pasien
dengan fraktur terbuka yang datang terlambat dan sudah
menjadi osteomielitis.
Osteomielitis
Etiologi
Penyebab osteomielitis yang paling umum, baik
osteomielitis akut, osteomielitis sub-akut, osteomielitis
kronik, adalah Staphylococcus aureus (89-90%)
2.Osteomielitis subakut
Osteomielitis subakut terjadi dalam dua minggu sampai tiga bulan.
3.Osteomielitis Kronik
Osteomielitis kronik adalah infeksi yang terjadi lebih dari 3 bulan, merupakan lanjutan dari
osteomielitis akut yang tidak ditangani secara adekuat.
MANIFESTASI KLINIS
Osteomielitis Akut
Gejala klinis osteomielitis akut sangat cepat, diawali dengan nyeri lokal hebat yang terasa berdenyut. Dapat
pula disertai gejala sistemik seperti demam, menggigil, letargi, dan nafsu makan menurun pada anak. Nyeri
terus bertambah hebat dan disertai pembengkakan. Setelah beberapa hari, infeksi yang keluar dari tulang
dan mencapai subkutan akan menimbulkan selulitis sehingga kulit akan menjadi kemerahan.
Osteomielitis subakut
Osteomielitis subakut terjadi dalam dua minggu sampai tiga bulan. Pada osteomielitis hematogenik
subakut, gambaran klinis yang ditunjukkan bersifat lebih ringan, bisa diakibatkan virulensi rendah dari
patogen atau daya tahan tubuh pasien yang lebih resisten atau kombinasi keduanya dengan lokasi
predileksi yang sama dengan osteomielitis hematogenik akut. Gambaran klinis bisa berupa nyeri pada area
mendekati sendi untuk beberapa minggu. Dari pemeriksaan fisik bisa didapatkan terlihat lemas, bengkak
minimal, atrofi otot, dan nyeri tekan lokal. Suhu tubuh biasanya normal.
Osteomielitis Kronik
Penderita osteomielitis kronik gejala klinisnya berupa nyeri lokal yang hilang timbul disertai demam, malaise, fatigue,
dan adanya cairan yang keluar dari suatu luka pascaoperasi atau bekas patah tulang. Pada pemeriksaan dapat
ditemukan fistel kronik yang mengeluarkan nanah dan kadang sekuester kecil. Pemeriksaan rontgen memperlihatkan
gambaran sekuster dan penulangan baru.
DIAGNOSIS
Anamnesis
Pada anamnesis dilakukan observasi terhadap keluhan utama, serta riwayat perjalanan
penyakit, dan ditemukan gejala berupa nyeri hebat yang berdenyut, riwayat jatuh sebelumnya yang
dikaitkan dengan pseudoparalisis. Dan disertai gejala sistemik berupa demam, menggigil, malaise,
dan anoreksia/penurunan nafsu makan. Nyeri terus bertambah hebat dan disertai pembengkakan.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik biasanya ditemukan nyeri tekan lokal dan pergerakan sendi yang
terbatas, edema, nyeri pada daerah yang terinfeksi, teraba hangat, dan setelah beberapa hari
infeksi yang keluar dari tulang dan mencapai subkutan akan menimbulkan selulitis sehingga kulit
akan menjadi kemerahan. Gangguan pergerakan sendi juga dapat disebabkan oleh efusi sendi atau
infeksi sendi.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
- Pada pemeriksaan labor hematologi didapatkan hasil leukositosis dengan predominasi sel-sel PMN, LED dan
CRP meningkat.
- Pemeriksaan kultur atau biakan kuman sangat diperlukan untuk pemberian antimikroba yang rasional. Yaitu
kultur darah tepi, ditemukan organisme penyebab infeksi. Kultur darah akan sangat bermakna pada
osteomielitis hematogen.
- Kultur tulang dapat menegakkan diagnosis lebih baik daripada kultur darah
2. Pemeriksaan Radiologi
Foto Polos
3. Histopatologi
Mikroorganisme penyebab osteomielitis dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan kultur dan
histopatologi yang berasal dari tulang yang terkena. Biopsi dan kultur untuk osteomielitis harus
mencakup tulang yang terkena, dan tidak melalui daerah sinus atau ulkus karena rawan
terkontaminasi bakteri flora normal kulit.
Pada kasus akut, didapatkan sel-sel inflamasi akut, edema, kongesti vaskular, dan thrombosis
pembuluh darah. Pada kasus lanjut dapat ditemukan tulang nekrotik, jaringan granulasi, sel PMN
leukosit, macrofag, dan osteoklas. Sequestrum terbentuk bila tulang mati terpisah komplit dari
tulang hidup disekitarnya. Pada kasus kronik, dapat ditemukan sel limfosit,histiosit, dan sel plasma.
DIAGNOSIS BANDING
1. Sarkoma Ewing
2. Artritis Sepsis
3. Fraktur Stres
Tatalaksana
Osteomielitis kronik
1. Pemberian antibiotic ditujukan untuk menekan infeksi, dan mencegah infeksi menyebar pada jaringan tulang
yang sehat. Vancomycin digunakan pada kasus Methicillin Resistant Staphylococcus aureus Infection (MRSA),
diberikan selama 4-6 minggu sebelum mempertimbangkan tindakan operatif. Pemberian antibiotic dilanjutkan
kembali selama 4 minggu setelah tindakan operatif.
2. Tindakan operatif
Tindakan operatif debridement dilakukan bila fase eksaserbasi akut telah reda setelah pemberian antibiotik
yang adekuat. Operasi yang dilakukan bertujuan :
• Mengeluarkan seluruh jaringan nekrotik, baik jaringan lunak maupun jaringan tulang (sekuestrum) sampai ke
jaringan sehat sekitarnya. Selanjutnya dilakukan drainase dan irigasi secara kontinu selama beberapa hari.
• Sebagai dekompresi pada tulang dan memudahkan antibiotik mencapai sasaran dan mencegah penyebaran
osteomielitis lebih lanjut.
KOMPLIKASI
Prognosisnya tergantung dari diagnosa dini dan terapi yang adekuat. Ketika pengobatan
didapatkan, hasil akhir dari osteomielitis biasanya bagus. Pada osteomielitis kronis
kemungkinan kekambuhan infeksi masih besar, bahkan jika dilakukan pembedahan,
abses dapat terjadi sampai beberapa minggu, bulan atau tahun setelahnya. Ini biasanya
disebabkan oleh tidak komplitnya pengeluaran semua daerah parut jaringan lunak yang
terinfeksi atau tulang nekrotik yang tidak terpisah.
KESIMPULAN
Osteomielitis adalah infeksi tulang dan sumsum tulang. Proses inflamasi terjadi akut
maupun kronik yang mengenai tulang dan strukturnya yang diakibatkan infeksi kuman
piogenik. Osteomielitis hematogenik akut merupakan penyakit yang terutama terjadi
pada anak-anak. Osteomielitis karena trauma langsung dan osteomielitis
perkontinuitatum umum sering terjadi pada usia dewasa dan remaja dibandingkan usia
anak-anak. Staphylococcus aureus merupakan agen infeksi yang paling umum
ditemukan pada osteomielitis pada saat. Manajemen pasien dengan osteomielitis
adalah pengobatan analgetik suportif untuk nyeri dan dehidrasi, mengistirahatkan area
yang terkena, mengidentifikasi organisme yang terlibat dan memberikan terapi
antibiotik yang efektif, mengeluarkan pus sedini mungkin, menstabilisasi tulang bila
terjadi fraktur, debridement jaringan nekrosis dan avascular, mempertahankan jaringan
kulit yang sehat.
TERIMA KASIH