oleh:
Wita Zahara*
G1A219027
UNIVERSITAS JAMBI
PROVINSI JAMBI
2019
LEMBAR PENGESAHAN
2
oleh:
Wita Zahara
Pembimbing
UNIVERSITAS JAMBI
PROVINSI JAMBI
2019
3
BAB I
PENDAHULUAN
Trauma toraks adalah luka atau cedera akibat benda tajam atau tumpul
yang mengenai rongga toraks dan dapat menyebabkan kerusakan baik dinding
toraks maupun isi kavum toraks yang berlanjut sebagai keadaan gawat toraks
akut. Bahaya utama berhubungan dengan trauma toraks biasanya berupa
perdarahan dalam dan tusukan terhadap organ.1
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. A
Umur : 36 Tahun
Berat badan : 80 kg
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : RT 03 JL. Wali Songo. Kota Jambi
Pekerjaan : Pegawai Swasta
MRS : 15 Oktober 2019
Tgl Pemeriksaan : 15 Oktober 2019
2.2 Anamnesis (Autoanamnesis)
Keluhan Utama :
Nyeri di dada sebelah kanan dan perut kanan atas sejak 30 menit SMRS
Riwayat DM (-)
Riwayat Hipertensi (-)
6
Riwayat DM (-)
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat Sosial Ekonomi :
Status Generalisata
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis GCS :15 E=4 V=5 M=6
Vital Sign
TD : 120/80 mmHg HR : 90 x/menit
SpO2 : 98 %
Kepala
Bentuk Kepala : Normocephal
Mata : CA (-/-), SI (-/-), RC (+/+), isokor
Hidung : Deviasi septum (-), Epistaksis (-/-)
Mulut : Sianosis (-)
Telinga : Otore (-/-), Otalgia (-/-), tinnitus (-/-)
Leher
Perbesaran KGB : (-)
Deviasi leher : (-)
Jejas : (-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
7
Pulmo
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, jejas di hemithorax dekstra dengan
ukuran 20x10.
Palpasi : Nyeri tekan (+) di hemithorax dektra ics 8-12, pergerakan
dinding dada simetris kiri dan kanan, fremitus taktil dada kanan = kiri.
Krepitasi (-)
Perkusi : Sonor pada thorax kanan dan kiri (+/+)
Auskultasi : Vesikuler kanan sama dengan kiri, Rhonki (-), Wheezing (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, tampak jejas di kuadran kanan atas.
Palpasi : Nyeri tekan pada kuadran kanan atas. Hepar dan lien tidak
teraba.
Perkusi : Timpani diseluruh lapangan abdomen (+)
Auskultasi : Bising Usus (+) Normal
Ekstremitas
Superior : akral hangat, CRT <2 Detik, Edem (-)
Inferior : akral hangat, CRT <2 Detik,Edem (-)
8
Rectal Toucher
USG Abdomen
2.7 Penatalaksana
- IVFD RL 30 Tpm
- Inj. Ketorolac 3x30 mg
- Inj. Ats 1 ampul
- Pemasangan kateter
- Konsul dokter Sp. B
14
2.8 Prognosis
2.9 Follow Up
Tanggal Perkembangan
16/10/2019 S: Nyeri (+) di hemithorax dektra dan kuadran kanan atas
abdomen
O: TD: 130/80 N : 80x/menit RR: 20x/menit T : 36,2 oC
SpO2 : 99% Uo : 1500cc/12 Jam
Status Lokalis
Paru
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, jejas di hemithorax
dekstra dengan ukuran 20x10.
Palpasi : Nyeri tekan (+) di hemithorax dektra ics 8-12,
pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, fremitus taktil
dada kanan = kiri. Krepitasi (-)
Perkusi : Sonor pada thorax kanan dan kiri (+/+)
Auskultasi : Vesikuler kanan sama dengan kiri, Rhonki (-),
Wheezing (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, tampak jejas di kuadran kanan atas.
Palpasi : Supel di seluruh lapangan abdomen, nyeri
tekan pada kuadran kanan atas. Hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : Timpani diseluruh lapangan abdomen (+)
Auskultasi : Bising Usus (+) Normal
15
P: IVFD RL 20 Tpm
Inj.Ceftriaxone 1x2 gr
Inj.Asam traneksamat 3x500mg
Inj.Vitamin K 3x1gr
Bed rest total
18/10/2019 S: Nyeri (+) di hemithorax dektra dan kuadran kanan atas
abdomen berkurang.
O: TD: 130/80 N : 84x/menit RR: 18x/menit T : 36 oC
SpO2 : 99% UO : 1600cc/ 12 jam
Status Lokalis
Paru
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, jejas di hemithorax
dekstra dengan ukuran 20x10.
Palpasi : Nyeri tekan (+) di hemithorax dektra ics 8-12,
pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, fremitus taktil
dada kanan = kiri. Krepitasi (-)
Perkusi : Sonor pada thorax kanan dan kiri (+/+)
Auskultasi : Vesikuler kanan sama dengan kiri, Rhonki (-),
Wheezing (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, tampak jejas di kuadran kanan atas.
Palpasi : Supel di seluruh lapangan abdomen, nyeri
tekan pada kuadran kanan atas. Hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : Timpani diseluruh lapangan abdomen (+)
Auskultasi : Bising Usus (+) Normal
A: Trauma tumpul thorax + ruptur hepar ec trauma tumpul
abdomen
P: IVFD RL 20 Tpm
Inj.Ceftriaxone 1x2 gr
Inj.Asam traneksamat 3x500mg
17
Inj.Vitamin K 3x1gr
Bed rest total
19/10/2019 S: Nyeri (+) di hemithorax dektra dan kuadran kanan atas
abdomen berkurang.
O: TD: 110/80 N : 80x/menit RR: 18x/menit T : 36,5 oC
SpO2 : 98% UO : 1400cc/ 12 jam
Status Lokalis
Paru
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, jejas di hemithorax
dekstra dengan ukuran 20x10.
Palpasi : Nyeri tekan (+) di hemithorax dektra ics 8-12,
pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, fremitus taktil
dada kanan = kiri. Krepitasi (-)
Perkusi : Sonor pada thorax kanan dan kiri (+/+)
Auskultasi : Vesikuler kanan sama dengan kiri, Rhonki (-),
Wheezing (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, tampak jejas di kuadran kanan atas.
Palpasi : Supel di seluruh lapangan abdomen, nyeri
tekan pada kuadran kanan atas. Hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : Timpani diseluruh lapangan abdomen (+)
Auskultasi : Bising Usus (+) Normal
P: IVFD RL 20 Tpm
Inj.Ceftriaxone 1x2 gr
Inj.Asam traneksamat 3x500mg
Inj.Vitamin K 3x1gr
19
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Dinding toraks secara anatomis tersusun dari kulit, fascia, otot dada,
jurai neurovaskular pada dinding dada, serta kerangka dada. Kerangka dada
sendiri terdiri dati sternum, 12 pasang tulang iga beserta tulang rawan iga, dan
vertebra torakalis beserta diskus intervertebralis. Otot dada terdiri atas dua
bagian yaitu otot ektrinsik dan oto intrinsik. Otot intrinsikyang membentuk
dinding dada yang sesungguhnya, serta oto ekstrinsik yang berperan pada
gerakan dada, seperti otot ekstremitas superior, otot dinding abdomen dan
punggung. 5
Otot intrinsik terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan luar, tengah dan dalam.
Lapisan luar tersusun atas m interkostalis eksternus dan m levator kostarum,
lapisan tengah hanya dibentuk oleh m interkostalis internus, sedangkan lapisan
dalam disusun oleh m interkostalis intimus, m subkostalis, dan m tranversus
kostalis. Jurai neurovaskular pada dinding dada terletak pada sulkus kosta
diantara m interkostalis internus dan m interkostalis intimus. Rongga dada di
atas dibatasi oleh thoraici outlet (pintu dada atas) yaitu bidang yang ibatasi oleh
tulang belakang, iga I, dan manubrium sternum, sedangkan dibawah, rongga
dada (kavum toraks) dipisahkan dari rongga perut oleh diafragma. Fungsi
dinding dada tidak hanya melindungi isi rongga dada tetapi juga menyediakan
fungsi mekanik pernapasan. Isi rongga dada adalah organ vial paru dan
jantung.5
21
Komplikasi yang sering terjadi pada fraktur iga adalah atelektasis dan
pneumonia, yang umumnya disebabkan manajemen analgetik yang tidak
adekuat
b. Fraktur Klavikula6
Fraktur klavikula sering dijumpai tanpa disertai trauma toraks atau
trauma pada sendi bahu, fraktur klavikula umumnya dijumpai pada bagian
tengah atau sepertiga tengah dari tulang klavikula.
Manifestasi klinis dijumpai tanda-tanda peradangan seperti nyeri pada
daerah trauma, perubahan warna pada kulit, pembengkakan pada lokasi
trauma, peningkatan suhu pada daerah trauma, biasanya disertai dengan
deformitas dan krepitasi dilokasi trauma. Pada foto toraks dijumpai garis
fraktur di klavikula.
Penatalaksanaan :
Konservatif: "Figure of eight bandage" sekitar sendi bahu dan
pemberian analgetik.
Operatif: fiksasi internal
Komplikasi yang sering terjadi pada fraktur klavikula berupa malunion
fracture, dapat mengakibatkan penekanan pleksus brakhialis dan
pembuluh darah subklavia.
c. Fraktur Sternum5,6
Fraktur sternum jarang ditemukan pada trauma toraks. Biasanya
ditemukan pada trauma langsung dengan gaya trauma yang cukup
besar.Lokasi fraktur biasanya dijumpai pada bagian tengah atas sternum
dan sering disertai fraktur Iga.
Fraktur sternum dapat disertai beberapa kelainan seperti: kontusio atau
laserasi jantung, perlukaan bronkhus atau aorta. Pada anamnesis dan
pemerikasaan fisik biasanya dijumpai nyeri terutama di area sternum dan
disertai krepitasi.
23
e. Flail Chest5,6
Menurut Sjamsuhidajat (2008), flail chest adalah area toraks yang
melayang, disebabkan adanya fraktur iga multipel berturutan lebih atau
sama dengan 3 iga, dan memiliki garis fraktur lebih atau sama dengan 2
pada tiap iganya.
Akibatnya adalah terbentuk area melayang atau flail yang akan
bergerak paradoksal dari gerakan mekanik pernapasan dinding toraks. Area
24
tersebut akan bergerak masuk pada saat inspirasi dan bergerak keluar pada
saat ekspirasi.
1) Karakteristik
Gerakan "paradoksal" dari (segmen) dinding toraks saat
inspirasi/ekspirasi; tidak terlihat pada pasien dalam
ventilator
Menunjukkan trauma hebat
Biasanya selalu disertai trauma pada organ lain (kepala,
abdomen, ekstremitas)
Komplikasi utama adalah gagal napas, sebagai akibat adanya
ineffective air movement, yang seringkali diperberat oleh edema
atau kontusio paru, dan nyeri. Pada pasien dengan flail chest
tidak dibenarkan melakukan tindakan fiksasi pada daerah flail
secara eksterna, seperti melakukan splint atau bandage yang
melingkari toraks, oleh karena akan mengurangi gerakan
mekanik pernapasan secara keseluruhan.
2) Penatalaksanaan
Sebaiknya pasien dirawat intensif bila ada indikasi atau
tanda-tanda kegagalan pernapasan atau karena ancaman
gagal napas yang biasanya dibuktikan melalui pemeriksaan
AGD (Analisa gas darah) berkala dan takipneu
Pain control
Stabilisasi area flail chest (memasukkan ke ventilator,
fiksasi internal melalui operasi)
Bronchial toilet
Fisioterapi agresif
Tindakan bronkoskopi untuk bronchial toilet
25
Teknik bedah
Pendekatan melalui torakotomi anterior, torakotomi
posterolateral dan sternotomi mediana, selanjutnya dilakukan
reseksi bleb, bulektonomi, subtotal pleurektomi. Parietalis
dan Aberasi pleura melalui Video Assisted Thoracoscopic
surgery (VATS), dilakukan reseksi bleb, aberasi pleura dan
pleurektonomi.
b. Hematotoraks8
Terakumulasinya darah pada rongga toraks akibat trauma
tumpul atau tembus pada toraks. Sumber perdarahan umumnya berasal
dari A. interkostalis atau A. mamaria interna. Perlu diingat bahwa
rongga hemitoraks dapat menampung 3 liter cairan, sehingga pasien
hematotoraks dapat terjadi syok hipovolemik berat yang mengakibatkan
terjadinya kegagalan sirkulasi, tanpa terlihat adanya perdarahan yang
nyata oleh karena perdarahan masif yang terjadi, yang terkumpul di
dalam rongga toraks.
Manifestasi klinis yang ditemukan pada hematotoraks sesuai
dengan besarnya perdarahan atau jumlah darah yang terakumulasi.
Perlu diperhatikan adanya tanda dan gejala dari instabilitas
hemodinamik dan depresi pernapasan.
Pemeriksaan foto toraks boleh dilakukan bila keadaan pasien
stabil. Pada kasus hematotoraks terlihat bayangan difus radio-opak pada
seluruh lapangan paru, dijumpai bayangan air-fluid level pada kasus
hematopneumotoraks.
Penatalaksanaan hematotoraks
1) Penanganan hemodinamik segera untuk menghindari
kegagalan sirkulasi.
2) Pada 90 % kasus hematotoraks tindakan bedah yang dilakukan
hanya dengan Torakostomi + WSD.
29
c. Kontusio Paru8
Kontusio paru sering dijumpai pada kasus trauma tumpul toraks
dandapat pula terjadi pada trauma tajam dengan mekanisme perdarahan
dan edema parenkim konsolidasi. Patofisiologi yang terjadi adalah
kontusio atau cedera jaringan yang menyebabkan edema dan reaksi
inflamasi sehingga terjadinya lung compliance menurun, ventilation-
perfusion mismatch yang hipoksia dan work of breathing yang
meningkat.
Diagnosis dapat dilakukan dengan pemeriksaan foto toraks dan
pemeriksaan laboratorium analisa gas darah yang menunjukan
penurunan nilai PaO2. Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan :
1) Mempertahankan oksigenasi
2) Mencegah/mengurangi edema
3) Tindakan: bronchial toilet, batasi pemberian cairan isotonik
atau hipotonik, terapi oksigen, pain control, diuretika, bila
perlu ventilator dengan tekanan positif (PEEP >5)
30
d. Laserasi Paru6
Robekan pada parenkim paru akibat trauma tajam atau trauma
tumpul keras yang disertai fraktur iga. Manifestasi klinik umumnya
dijumpai hemato + pneumotoraks. Penatalaksanaan umum dengan
Torakostomi + WSD
Indikasi operasi:
Hematotoraks masif (lihat hematotoraks)
Adanya continous buble pada torakostomi yang menunjukkan
adanya robekan paru
Distress pernapasan berat yang dicurigai karena robekan luas
e. Ruptur Diafragma8
Ruptur diafragma pada trauma toraks biasanya disebabkan oleh
trauma tumpul pada daerah toraks inferior atau abdomen atas. Trauma
tumpul di daerah toraks inferior akan mengakibatkan peningkatan
tekanan intra abdominal yang diteruskan ke diafragma. Ruptur terjadi
bila diafragma tidak dapat menahan tekanan tersebut. Dapat pula terjadi
ruptur diafragma akibat trauma tembus pada daerah toraks inferior.
Pada keadaan ini trauma tembus juga akan melukai organ organ
intratoraks atau intraabdominal
Ruptur diafragma umumnya terjadi di puncak atau kubah
diafragma. Kejadian ruptur diafragma sebelah kiri lebih sering daripada
diafragma kanan. Pada ruptur diafragma akan terjadi herniasi organ
viseral abdomen ke toraks dan dapat terjadi ruptur ke intra perikardial.
Diagnostik dapat ditegakkan dari anamnesis, gejala klinis dan
pemeriksaan penunjang, yaitu riwayat trauma tumpul toraks inferior
atau abdomen. Tanda dan gejala klinis sesak atau respiratory distress,
mual-muntah, tanda-tanda akut abdomen. Dari pemeriksaan foto toraks
dengan NGT terpasang dijumpai pendorongan mediastinum
kontralateral dan terlihat adanya organ viseral di toraks.
31
4 Trauma Esofagus
Trauma atau ruptur esofagus umumnya disebabkan oleh trauma tajam
atau tembus. Diagnostik dapat dilakukan dengan pemeriksaan foto toraks
yang menggambarakan pneumomediastinum atau efusi pleura dan dapat
dilakukan dengan esofagografi. Penatalaksanaannya dapat berupa
torakotomi eksplorasi.
5 Trauma Jantung
Kecurigaan terjadinya suatu trauma jantung dapat dinilai apabila dijumpai:
1. Trauma tumpul di daerah anterior
2. Fraktur pada sternum
3. Trauma tembus atau tajam pada area prekordial yaitu parasternal
kanan, sela iga II kiri, garis mid-klavikula kiri, arkus kosta kiri
Diagnostik dapat ditegakkan dari pemerikasan EKG, pemeriksaan enzim
jantung atau CK-CKMB, Troponin T. Pada foto toraks dijumpai
pembesaran mediastinum, gambaran doublecontour pada mediastinum
yang menunjukkan kecurigaan efusi pericardium. Dapat juga dilakukan
Echocardiography untuk memastikan adanya suatu effusi atau tamponade
jantung.
Penatalaksanaan trauma jantung dapat dilakukan apabila dijumpai:
1. Luka tembus pada area prekordial merupakan indikasi dilakukannya
torakotomi eksplorasi emergency
2. Tamponade dengan riwayat trauma toraks merupakan indikasi
dilakukannya torakotomi eksplorasi.
3. Kecurigaan trauma jantung yang mengharuskan perawatan dengan
observasi ketat untuk mengetahui adanya tamponade.
32
6 Empiema8
Empiema adalah efusi pleura yang terinfeksi oleh mikroba. Empiema
paling sering terjadi karena pneumonia atau infeksi paru yang
penanganannya tidak sempurna, dapat juga terjadi karena trauma, ruptur
esophagus, ekstensi infeksi sub diaphragma seperti abses hepar.
Prinsip penanggulangan empiema adalah:
1. Drainase atau mengeluarkan nanah sebanyak-banyaknya.
2. Pemberian antibiotika yang adekuat baik jenis, dosis dan waktu
3. Obliterasi rongga empiema.
Penanggulangan empiema tergantung dari fase empiema.
7 Chylothorax6
Chylothorax adalah akumulasi cairan limphe yang berlebihan di dalam
rongga pleura karena kebocoran dari duktus torasikus atau cabang-cabang
utamanya. Obstruksi atau laserasi duktus torasikus yang paling sering
disebabkan oleh keganasan, trauma, tuberkulosa dan trombosis vena.
Cairan chylus khas putih seperti susu tidak berbau dan bersifat alkalis,
pada kondisi puasa produksi minimal dan menjadi produktif setelah makan
makanan berlemak. Komposisi terutama adalah fat 14-210 mmol/L (60 %-
70% lemak yang diserap usus masuk ke dalam duktus torasikus) protein
dan elektrolit.
Penatalaksanaan Chylothorax:
1. Konservatif, dengan cara: pemberian diet dan nutrisi yang adekuat
atau rendah lemak), koreksi cairan dan elektrolit dan closed
Thoracostomy + WSD.
2. Intervensi bedah
33
Organ pencernaan11
A. Gaster
Gaster (lambung) merupakan bagian saluran pencernaan yang melebar.
Lambung terdiri dari bagian atas fundus yang berhubungan dengan esofagus
melalui ostium cardiacum. 10
Lambung terbagi menjadi beberapa regio, yaitu :
1. Fundus gastricum, bagian yang menonjol keatas terletak sebelah kiri
dari ostium cardium dan biasanya penuh berisi udara.
2. Korpus gastricum, terbentang dari ostium cardiacum sampai incisura
angularis.
3. Incisura angularis, suatu lekukan yang selalu ada pada bagian bawah
curvature minor.
4. Antrum piloricum, bagian lambung berbentuk tubular mempunyai otot
yang tebal membentuk sphincter pylorus.
5. Curvatura minor, terdapat di sebelah kanan lambung, terbentang dari
ostium cardiacum sampai ke pylorus.
6. Curvatura major, lebih panjang dari curvatura minor, terbentang dari
sisi kiri ostium cardiacum sepanjang sisi kiri gaster sampai ke pylorus.
38
1. Duodenum
Duodenum adalah bagian pertama dari usus halus. Memiliki panjang 25 cm
dan melengkung di sisi caput pancreas. Sekitar 2 cm pertama duodenum
terletak intraperitoneal dan selebihnya retroperitoneal. Fungsi utama dari
duodenum adalah absorbsi produk pencernaan. Duodenum adalah organ
penting karena merupakan tempat bermuara dari ductus choledochus dan
ductus pancreaticus.
Setengah bagian atas duodenum diperdarahi oleh arteri
pancreaticoduodenalis superior, cabang arteri gastroduodenalis. Setengah
bagian bawah diperdarahi oleh arteri pancreaticoduodenalis inferior, cabang
arteri mesenterica superior. Drainase vena berasal dari vena
pancreaticoduodenalis superior yang bermuara ke vena porta dan vena
pancreaticodeuodenalis inferior yang bermuara ke vena mesenterica superior.
Hepar
Hepar merupakan kelenjar terbesar didalam tubuh, menempati hampir
seluruh regio hypochondrica dextra, sebagian besar epigastrium dan seringkali
meluas sampai ke regio hypochondrica sinistra sejauh linea mammilaria.
LIEN
Lien Terletak di kuadran kiri atas dorsal abdomen, setinggi costa IX-X
sinistra region hypochondriaca sinistra. Bentuk: piramis 3 sisi (facies).
Ukurannya sekepal tangan dan berwarna merah kebiruan. Panjang: 10-12 cm.
Lebar: 6-8 cm. Tebal 3-4cm. Berat: 75-100 gram.
PANKREAS
Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar dengan panjang dan
tebal sekitar 12,5 cm dan tebal + 2,5 cm (pada manusia). Pankreas terbentang
dari atas sampai ke lengkungan besar dari perut dan biasanya dihubungkan
oleh dua saluran ke duodenum (usus 12 jari), terletak pada dinding posterior
abdomen di belakang peritoneum sehingga termasuk organ retroperitonial
kecuali bagian kecil caudanya yang terletak dalam ligamentum lienorenalis.
Strukturnya lunak dan berlobulus.
1. Vaskularisasi
a. Arteriae
A.pancreaticoduodenalis superior (cabang A.gastroduodenalis )
A.pancreaticoduodenalis inferior (cabang A.mesenterica cranialis)
A.pancreatica magna dan A.pancretica caudalis dan inferior
cabang A.lienalis
b. Venae
Venae yang sesuai dengan arteriaenya mengalirkan darah ke sistem
porta.
2. Aliran Limfatik
Kelenjar limfe terletak di sepanjang arteria yang mendarahi kelenjar.
Pembuluh eferen akhirnya mengalirkan cairan limfe ke nodi limfe coeliaci dan
mesenterica superiores.
3. Inervasi
Berasal dari serabut-serabut saraf simpatis (ganglion seliaca) dan
parasimpatis (vagus).
43
Ginjal
Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri
(karena massa lobus hepar dextra yang besar). Dalam keadaan berbaring ginjal
terletak di T12 (bagian superiornya), hingga L3 (bagian inferiornya). Ginjal
kanan terletak lebih rendah dibanding kiri yakni rusuk ke 12, sedangkan ginjal
kiri terletak sejajar dengan rusuk ke 11 dan berbentuk lebih panjang, lebih kecil
dan lebih dekat dengan midline di banding yang kanan.
Vaskularisasi ginjal
44
Innervasi ginjal
Plexus symphaticus renalis. Serabut-serabut aferen yang berjalan melalui
plexus renalis masuk medulla spinalis melalui nervus thoracicus X, XI, dan
XII.3
1. Pada organ padat seperti hepar dan limpa dengan gejala utama
perdarahan
2. Pada organ berongga seperti usus dan saluran empedu dengan gejala
utama adalah peritonitis
Berdasarkan daerah organ yang cedera dapat dibagi dua, yaitu:
1. Organ Intraperitoneal: Ruptur Hati, Ruptur Limpa, Ruptur Usus
Halus
2. Organ Retroperitoneal: Retroperitoneal abdomen terdiri dari ginjal,
ureter, pancreas, aorta, dan vena cava. Trauma pada struktur ini sulit
ditegakkan diagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik. Evaluasi regio ini
memerlukan CT scan, angiografi, dan intravenous pyelogram. Trauma
pada daerah ini menyebabkan ruptur Ginjal, ruptur Pankreas,ruptur
Ureter
akan mengeluhkan ada sesak nafas, nyeri dada atau horizontal dengan cedera dikenali dan
nyeri bagian abdomen. benang absorbable. diperbaiki dengan
b. Foto rontgen thorax dapat menunjukkan adanya Irigasi kavitas thorax cepat, angka
hemopneumothorax dan peningkatan hemidiafragma dan pasang chest tube. kesakitan dapat
dengan gelembung ussu ataugas usus terlihat di Lakukan perbaikan ditekan.
hemithorax. Pada cedera diafragma 40% foto rontgen melalui thorakotomi
menunjukkan temuan pasti adanya rupture, sementara untuk kasus delayed
40% lagi abnormal namun tak dapat digunakan sebagai (cedera yang baru
dasar diagnosis dan 20% sisanya normal. Pemasangan muncul beberapa
NGT lalu dilakukan lagi foto rongen thorax ulang dapat tahun setelah
mengkonfirmasi displacement dari gaster pada rupture kejadian).
diafragma.
c. Uji DPL tidak snsitif, dan uji pada CT-scan sering tidak
terlihat
d. Pada kasus yang meragukan dapat digunakan
pemeriksaan ultrasound, laparoskopi, thorakoskopi atau
laparotomy
2. Gaster
Insidensi. Cedera gaster akibat trauma tumpul jarang terjadi dengan
angka kejadian 0,9 -1,8%
Anatomi. Secara histologis lapisan dinding gaster memiliki mukosa,
subnukosa, serosa dan otot halus. Perdarahan dari arteri gastrika dekstra
dan sinistra, arteri gastroepiploic dextra dan sinistra dan arteri gastrika
brevis. Normalnya gaster mengandung bakteri karena tingkat keasaman
yang tinggi
Diagnosis Tatalaksana Prognosis
a. Ditemukan tanda-tanda - Beri antibiotic Umumnya baik.
peritonitis kimiawi (pH asam) - Lakukan laparotomi melalui insisi panjang
di pemeriksaan fisik midline
b. Pada rontgen thorax - Debridemen dan perbaiki dinding gaster
ditemukan udara bebas di dengan 2 lapis jahitan. Lapis
49
3. Usus halus
Insidensi. Angka kejadian pada trauma tumpul jarang terjadi sekitar 5-
15%. Umumnya disebabkan dari cedera akibat sabuk pengaman
Diagnosis. Pada pemeriksaan fisik nyeri tekan tidak dapat dipastikan
pada fase awal cedera. Pemeriksaan CT-scan ditemukan
pneumoperitoneum, cairan bebas terutama bila tidak ada cedera organ
padat. Sebagian besar, perlukaan yang merobek dinding usus halus
karena trauma tumpul menciderai usus dua belas jari. Dari pemeriksaan
fisik didapatkan gejala ‘burning epigastric pain’ yang diikuti dengan
nyeri tekan dan defans muskuler pada abdomen. Perdarahan pada usus
besar dan usus halus akan diikuti dengan gejala peritonitis secara umum
pada jam berikutnya. Sedangkan perdarahan pada usus dua belas jari
biasanya bergejala adanya nyeri pada bagian punggung. Diagnosis
ruptur usus ditegakkan dengan ditemukannya udara bebas dalam
pemeriksaan Rontgen abdomen. Sedangkan pada pasien dengan
perlukaan pada usus dua belas jari dan colon sigmoid didapatkan hasil
pemeriksaan pada Rontgen abdomen dengan ditemukannya udara
dalam retroperitoneal.
Tatalaksana. Beri antibiotic preoperative laparotomi. Debridement
laserasi sederhana dan tutup secara transversal untuk menghindari
stenosis.
4. Ruptur Hati
Hati dapat mengalami laserasi dikarenakan trauma tumpul ataupun
trauma tembus. Hati merupakan organ yang sering mengalami laserasi,
sedangkan empedu jarang terjadi dan sulit untuk didiagnosis. Pada
50
5. Ruptur limpa
Limpa merupakan organ yang paling sering cedera pada saat
terjadi trauma tumpul abdomen. Ruptur limpa merupakan kondisi yang
membahayakan jiwa karena adanya perdarahan yang hebat. Limpa
terletak tepat di bawah rangka thorak kiri, tempat yang rentan untuk
mengalami perlukaan. Limpa membantu tubuh kita untuk melawan
infeksi yang ada di dalam tubuh dan menyaring semua material yang
tidak dibutuhkan lagi dalam tubuh seperti sel tubuh yang sudah rusak.
Limpa juga memproduksi sel darah merah dan berbagai jenis dari sel
darah putih. Robeknya limpa menyebabkan banyaknya darah yang ada
di rongga abdomen. Ruptur pada limpa biasanya disebabkan hantaman
pada abdomen kiri atas atau abdomen kiri bawah. Kejadian yang paling
sering meyebabkan ruptur limpa adalah kecelakaan olahraga,
perkelahian dan kecelakaan mobil. Perlukaan pada limpa akan menjadi
robeknya limpa segera setelah terjadi trauma pada abdomen.
6. Ruptur ginjal
Trauma pada ginjal biasanya terjadi karena jatuh dan kecelakaan
kendaraan bermotor. Dicurigai terjadi trauma pada ginjal dengan
adanya fraktur pada costa ke XI – XII atau adanya tendensi pada flank.
Jika terjadi hematuri, lokasi perlukaan harus segera ditentukan. Laserasi
pada ginjal dapat berdarah secara ekstensif ke dalam ruang
retroperitonial. Gejala klinis : Pada ruptur ginjal biasanya terjadi nyeri
saat inspirasi di abdomen dan flank, dan tendensi CVA. Hematuri yang
hebat hampir selalu timbul, tapi pada mikroscopic hematuri juga dapat
menunjukkan adanya ruptur pada ginjal.
Diagnosis, membedakan antara laserasi ginjal dengan memar pada
ginjal dapat dilakukan dengan pemeriksaan IVP atau CT scan. Jika
suatu pengujian kontras seperti aortogram dibutuhkan karena adanya
alasan tertentu, ginjal dapat dinilai selama proses pengujian tersebut.
Laserasi pada ginjal akan memperlihatkan adanya kebocoran pada zat
52
7. Ruptur pancreas
Trauma pada pankreas sangat sulit untuk di diagnosis.
Kebanyakan kasus diketahui dengan eksplorasi pada pembedahan.
Perlukaan harus dicurigai setelah terjadinya trauma pada bagian tengah
abdomen, contohnya pada benturan stang sepeda motor atau benturan
setir mobil. Perlukaan pada pankreas memiliki tingkat kematian yang
tinggi. Perlukaan pada duodenum atau saluran kandung empedu juga
memiliki tingkat kematian yang tinggi. Gejala klinis, kecurigaan
perlukaan pada setiap trauma yang terjadi pada abdomen. Pasien dapat
memperlihatkan gejala nyeri pada bagian atas dan pertengahan
abdomen yang menjalar sampai ke punggung. Beberapa jam setelah
perlukaan, trauma pada pankreas dapat terlihat dengan adanya gejala
iritasi peritonial.
Diagnosis, penentuan amilase serum biasanya tidak terlalu membantu
dalam proses akut. Pemeriksaan CT scan dapat menetapkan diagnosis.
Kasus yang meragukan dapat diperiksa dengan menggunakan ERCP
(Endoscopic Retrogade Canulation of the Pancreas) dan MRCP
(Magnetic Resonance chilangiopancreatography) untuk melihat
kebocoran dari duktus pankreatikus dan ketika perlukaan yang lain
telah dalam keadaan stabil. Terapi, penanganan dapat berupa tindakan
operatif atau konservatif, tergantung dari tingkat keparahan trauma, dan
adanya gambaran dari trauma lain yang berhubungan. Konsultasi
pembedahan merupakan tindakan yang wajib dilakukan.
53
8. Ruptur Ureter
Trauma pada ureter jarang terjadi tetapi berpotensi
menimbulkan luka yang mematikan. Trauma sering kali tak dikenali
pada saat pasien datang atau pada pasien dengan multipel trauma.
Kecurigaan adanya cedera ureter bisa ditemukan dengan adanya
hematuria paska trauma. Mekanisme trauma tumpul pada ureter dapat
terjadi karena keadaan tiba-tiba dari deselerasi/ akselerasi yang
berkaitan dengan hiperekstensi, benturan langsung pada Lumbal 2 – 3,
gerakan tiba-tiba dari ginjal sehingga terjadi gerakan naik turun pada
ureter yang menyebabkan terjadinya tarikan pada ureteropelvic
junction. Pada pasien dengan kecurigaan trauma tumpul ureter biasanya
didapatkan gambaran nyeri yang hebat dan adanya multipel trauma.
Gambaran syok timbul pada 53% kasus, yang menandakan terjadinya
perdarahan lebih dari 2000 cc. Diagnosis dari trauma tumpul ureter
seringkali terlambat diketahui karena seringnya ditemukan trauma lain,
sehingga tingkat kecurigaan tertinggi ditetapkan pada trauma dengan
gejala yang jelas. Pilihan terapi yang tepat tergantung pada lokasi, jenis
trauma, waktu kejadian, kondisi pasien, dan prognosis penyelamatan.
Hal terpenting dalam pemilihan tindakan operasi adalah mengetahui
dengan pasti fungsi ginjal yang kontralateral dengan lokasi trauma
Diagnosis13,14
Pada penderita dengan trauma tumpul abdomen, penilaian berdasarkan pada :
1. Anamnesis dan Riwayat Trauma
Riwayat trauma sangat penting untuk menilai penderita yang cedera.
Misalnya dalam tabrakan kendaraan bermotor meliputi kecepatan
kendaraan, ”mechanism of injury”nya, posisi dan keadaan penderita saat
dan setelah kejadian, dsb. Setelah itu secara anamnesis dilakukan evaluasi,
baik pada penderita sendiri yang sadar, atau pada keluarga penderita dan
orang lain bila penderita tidak sadar. Riwayat AMPLE berguna untuk
melengkapi anamnesis. AMPLE adalah mnemonic untuk Alergi, Medikasi
54
B-Breathing
Pernapasan dan ventilasi
Pasien dengan syok fase awal atau kompensasi mengalami peningkatan
ringan pada laju pernapasan, namun pasien dengan syok hipovolemik yang
lebih berat akan menunjukkan tachypnea.
Nilai thorax
Hitung tingkat pernapasan pasien dan perhatikan kedalaman dan
kecukupan pernapasan mereka. Auskultasi dada untuk bunyi napas dan
menilai adanya wheezing, stridor atau penurunan masuknya udara.
Ingatlah bahwa dalam trauma abdomen, kemungkinan cedera toraks
mungkin terjadi juga. Pecahnya hemidiafragma sering menyebabkai
56
Laparotomi Darurat
Indikasi untuk laparotomi darurat
• Hemodinamik tidak stabil dengan tekanan sistolik <90mHg dengan
FAST positif.
58
3. Secondary survey
Inspeksi
Perut bagian depan dan belakang harus diobservasi secara teliti apabila ada
goresan, robekan, hematom, atau jejas-jejas yang lain, dan apabila terlihat
bertambah kembung atau tidak.
Palpasi
Berupa perabaan pada dinding abdomen, untuk mendapatkan adanya dan
menentukan tempat dari nyeri, baik nyeri tekan superfisial, nyeri tekan
dalam, atau nyeri lepas. Bila sampai terjadi suatu defans muskuler dan
nyeri tekan seluruh perut mungkin sudah terjadi suatu iritasi pada
peritoneumnya. Selain itu dapat pula digunakan untuk menentukan adanya
cairan dalam rongga abdomen (dengan tes undulasi)
• Palpasi perut yang terluka harus dimulai di daerah di mana pasien
tidak mengeluh sakit.
• Perhatikan jika ada penjaga perut, baik secara sukarela dan tidak
disadari, serta kelembutan rebound.
• Kepenuhan ke perut dapat menunjukkan perdarahan, krepitasi tulang
rusuk bawah mungkin terkait dengan cedera hepar atau limpa yang
mendasari.
59
tulang belakang leher, nyeri tekan atau deformitas. Periksa jaringan lunak
untuk memar, laserasi, emfisema, nyeri dan nyeri tekan.
Perhatikan juga yang berikut ini
• Pembuluh darah: cari distensi - distensi vena leher dapat terlihat
pada tension pneumothorax atau pericardial tamponade.
• Esophagus: minta pasien untuk menelan - cedera esofagus dapat
dicurigai jika pasien mengalami nyeri atau kesulitan menelan.
Pasang kembali kerah serviks dengan hati-hati setelah memeriksa leher -
tulang belakang leher umumnya akan dibersihkan setelah dipindahkan ke
layanan trauma besar dan penilaian spesialis.
Thorax
Dada harus dipalpasi untuk melihat nyeri tekan dan deformitas. Auskultasi
lapangan paru-paru; catat adanya kelainan perkusi, suara nafas hilang,
bunyi wheezing atau krepitasi. Jika suara usus terdengar di dada selama
auskultasi, mungkin ada ruptur diafragma. Periksa bunyi jantung: ketukan
apeks dan keberadaan dan kualitas bunyi jantung.
Anggota badan
Periksa semua anggota badan dan sendi, palpasi untuk nyeri tulang dan
jaringan lunak. Perhatikan adanya luka memar, laserasi, otot, dan saraf
atau tendon. Carilah deformitas, luka tembus atau patah tulang terbuka.
Nilai warna distal, kehangatan, gerakan, sensasi dan pengisian kapiler.
Punggung
Gulingkan pasien secara log-rol. Menjaga stabilisasi in-line di seluruh.
Periksa seluruh bagian belakang dan perhatikan adanya deformitas, memar
dan laserasi. Lakukan palpasi tulang belakang untuk setiap kelembutan
atau langkah di antara vertebra. Sertakan pemeriksaan serviks pada tahap
ini.
Pantat dan perineum
Cari cedera jaringan lunak seperti memar atau laserasi. Luka tembus ke
daerah ini memiliki korelasi tinggi cedera intra-abdominal. Pemeriksaan
61
colok dubur dapat dilakukan jika ada cedera yang dicurigai mencari darah
kotor yang menunjukkan perforasi usus dan untuk menilai nada dan posisi
prostat.
Alat kelamin
Cedera jaringan lunak seperti memar atau laserasi harus diperhatikan.
Periksa apakah ada darah di meatus yang dapat mengindikasikan cedera
uretra. Laserasi ke vagina dapat terjadi karena fragmen tulang dari cedera
panggul.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Rontgen
Pada kasus-kasus multitrauma, prioritas utama dapat dilakukan
pemeriksaan rontgen servikal lateral, toraks anteroposterior, dan pelvis.
Foto BOF anteroposterior digunakan untuk mengetahui adanya udara
ekstraluminal di retroperitoneum atau udara bebas di bawah
subdriafragma. Selain itu dalam posisi LLD dapat digunakan untuk
mengetahui udara bebas intraperitoneal. Pada pasien trauma,
serangkaian utama pemeriksaan x-rays yang harus dilakukan: Thorax:
mengidentifikasi haemothoraks, pneumotoraks, dan memar paru. AP
Pelvis: identifikasi fraktur pelvis.
b. Foto kontras
Sistografi (untuk mengetahui robekan buli-buli), Urethrografi (untuk
mengetahui robekan urethra), IVP (untuk mengetahui ruptur ginjal)
c. Studi Diagnostik Khusus
Pasien dengan hemodinamik yang tidak stabil diperlukan evaluasi cepat
yang dapat dilakukan dengan pemeriksaan FAST (Focused Assesment
Sonography in Trauma) atau dengan pemeriksaan DPL (Diagnostic
Peritoneal Lavage). Kontraindikasi untuk pemeriksaan khusus ini
apabila adanya indikasi laparotomi.
i. Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)
62
iii. CT – Scan
Tatalaksana12,13
Perawatan trauma tumpul abdomen dimulai di tempat cedera dan
diteruskan saat pasien tiba di unit gawat darurat rumah sakit. Penatalaksanaan
mungkin melibatkan tindakan nonoperatif atau perawatan bedah, yang sesuai.
Indikasi Laparotomi pada trauma tumpul abdomen:
Berdasarkan Evaluasi Klinik :
1. Trauma tumpul dengan hasil DPL (+) dan USG adanya internal bleeding
66
0%. Pasien-pasien ini dapat diizinkan torakotomi di UGD hanya jika mereka
memiliki tanda kehidupan pada saat kedatangan.
Prognosis12,13
Prognosis secara keseluruhan untuk pasien yang mengalami trauma
tumpul abdomen cukup baik. Angka kematian untuk pasien rawat inap adalah
sekitar 5-10%. National Pediatric Trauma Registry melaporkan bahwa 9%
pasien anak dengan trauma tumpul abdomen meninggal.
Sebuah survey dari Australia tentang cedera usus pada trauma tumpul
melaporkan bahwa 85% cedera terjadi akibat kecelakaan kendaraan. Angka
kematian adalah 6%. Pada seluruh laporan kematian di ruang operasi di mana
trauma tumpul terjadi sebanyak 61% dari semua cedera, trauma abdomen
adalah penyebab utama kematian pada 53,4% kasus.
68
BAB V
KESIMPULAN
Pasien an Tn. A, laki-laki, berusia 36 tahun datang dirujuk ke IGD
RSUD Raden Mattaher dengan keluhan nyeri dada sebelah kanan dan perut
sebelah kanan atas sejak 30 menit SMRS.
DAFTAR PUSTAKA