Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah


Pencak silat merupakan seni beladiri yang berasal dari Indonesia yang memiliki
beragam teknik dan kaidah-kaidah seni yang khas dan memiliki nilai-nilai luhur yang
tidak dimiliki oleh beladiri lainnya. Pencak silat sendiri awalnya merupakan suatu seni
bela diri yang melibatkan anggota tubuh seperti tangan, kaki, dan badan yang
diperuntukkan seseorang untuk mempertahankan/membela diri dari ancaman-ancaman
yang dapat membahayakan bagi diri pesilat itu sendiri.
Namun, dalam perkembangannya pencak silat sekarang ini sudah menjadi olahraga
beladiri kompetitif yang dipertandingkan dan menjadi olahraga prestasi yang
dipertandingkan diberbagai macam kejuaraan seperti PON, Seagame, Asian games,
hingga World Pencak Silat Championship.
Dalam pencak silat prestasi ada beberapa kategori yang dipertandingkan yaitu
kategori seni dan kategori tanding, untuk kategori seni yang dipertandingkan sendiri ada
3 nomer yang ditampilkan yaitu seni tunggal, seni ganda, dan seni regu.
Pada kategori seni pesilat akan memperagakan rangkaian gerakan baku yang
berurutan dan sesuai dengan ketentuan tergantung dari seni yang akan ditampilkan dan
dilakukan selama 3 menit dimulai dari sejak bunyi gong pertama hingga bunyi gong
terakhir tanda telah 3 menit sejak gong pertama dibunyikan.
Pada seni jurus tunggal yang dipertandingkan terdiri dari 7 jurus tangan kosong, 3
jurus senjata golok dan 4 jurus senjata tongkat dengan total 100 gerakan. Seni jurus
ganda menampilkan 2 pesilat memperagakan 4 jurus tangan kosong kemudian interval
dilanjutkan 1 jurus golok dan tangan kosong kemudian interval dilanjutkan 2 jurus golok
dan toya kemudian interval dan terakhir dilanjutkan 1 jurus toya dan celurit dengan total
100 gerakan. Seni jurus regu menampilkan 3 orang pesilat yang memperagakan 12 jurus
dengan total 100 gerakan(Amjad & Mega, 2016).
Pada kategori tanding akan mempertandingkan 2 orang pesilat dari kubu yang
berbeda, kedua pesilat akan berhadapan satu sama lain untuk bertanding dengan
mencoba untuk menyerang dan bertahan dengan cara menendang, memukul, menangkis,
mengelak hingga membanting lawan untuk mendapatkan poin dengan tetap
memperhatikan ciri khas dari pencak silat yaitu menggunakan kaidah-kaidah dan pola
langkah dalam pencak silat(Amjad & Mega, 2016).
Untuk menjadi atlit pencak silat dalam olahraga prestasi dibutuhkan daya tahan fisik
yang kuat ketika bertanding, oleh karena itu atlit pencak silat membutuhkan pola hidup
yang sehat dan latihan yang berkelanjutan untuk menunjang performa terbaiknya ketika
bertanding digelanggang.
Didalam berolahraga ada tahapan-tahapan yang harus dilakukan seseorang ketika akan
masuk kedalam inti latihan, yaitu pemanasan(warming-up), inti latihan, dan
pendinginan(cooling-down). Semua itu harus dilakukan sesuai urutannya untuk
menghindari cidera yang tidak diinginkan. Melakukan pemanasan(warming-up)sebelum
berolahraga dapat meningkatkan kelenturan dan kelentukan otot dan tendon, merangsang
aliran darah ke perifer, meningkatkan suhu otot dan untuk meningkatkan fleksibilitas
gerakan pada sendi yang semua itu dapat meminimalisir terjadinya cidera pada otot dan
sendi (Craig A. Smith, 1994). Melakukan pendinginan(cooling-down) setelah melakukan
latihan olahraga atau aktifitas fisik juga tidak kalah pentingnya bagi atlit, karena ketika
kita melakukan aktifitas fisil atau berolahraga detak jantung, metabolisme tubuh dan
sistem saraf sedang dalam keadaan kondisi aktifitas yang tinggi, dengan kita melakukan
pendinginan (cooling-down) efektif kita dapat mencegah tubuh kita dari DOMS (delayed
onset muscle soreness) atau yang kita kenal dengan rasa nyeri yang terjadi dalam kurun
waktu 12-24 jam setelah berolahraga dan biasanya akan terasa selama 3 hari kemudian
(Fadzali, 2020).
Walaupun seorang atlit memiliki fisik yang cukup kuat dari rata-rata orang biasa,
seorang atlit tetap memiliki batasan fisik, seorang atlit yang berlatih terlalu berlebihan
dapat menimbulkan kelelahan dan cidera pada tubuh oleh karena itu atlit membutuhkan
pemulihan (Recovery) untuk mengembalikan kembali energi dan memulihkan jaringan
tubuh yang rusak pada atlit. Atlit sering kali mengabaikan hal ini padahal dalam olahraga
pemulihan sangat penting bagi atlit untuk memulihkan kembali masa otot ke kondisi saat
atlit belum melakukan aktivitas fisik (Hajar, 2013:43) dan juga untuk mengurangi asam
laktat yang menumpuk pada otot yang terjadi akibat dari latihan fisik maksimum
(Pradipta, 2015:6).
Asam laktat sendiri merupakan hasil dari proses pembakaran didalam otot yang aktif
atau dari metabolisme pembentukan energi (Pradipta, 2015:6) yang merupakan salah satu
faktor yang membuat tubuh kelelahan dan juga indikator kelelahan karena
menumpuknya asam laktat didalam otot.
Pada cabang olahraga pencak silat ketika berada dalam kompetisi/turnamen atlit bisa
bertanding hingga sampai tiga kali dalam sehari yang mana ketika melakukan aktifitas
fisik tersebut tubuh akan menggunakan energi yang cukup banyak sehingga energi yang
dikeluarkan pada tubuh akan berkurang dan juga asam laktat pada otot yang menumpuk
dapat menimbulkan kelelahan pada atlit sehingga seorang atlit membutuhkan
pemulihan /recovery agar atlit tetap bisa berada pada performa terbaiknya.
Ada berbagai metode yang bisa dilakukan atlit dalam pemulihan setelah aktifitas fisik
sesuai fungsi dan manfaatnya, adapun metode yang dapat dilakukan adalah dengan
menggunakan metode recovey aktif (Pradipta, 2015:5), recovery corstability (Hajar,
2013:54) recovery pasif (Hajar, 2013:54) dan juga menurut ( IK Sudiana, 2010:42)
makanan dan minuman dapat memberikan tenaga dan energi yang diperlukan untuk
pemulihan ketika akan melakukan latihan dan pertandingan dengan kondisi tubuh yang
terbaik.
Oleh karena itu berdasarkan tulisan diatas penulis mengambil judul “Metode
Recovery/Pemulihan Yang Dilakukan Pasca Pertandingan Pencak Silat Oleh Atlet
Pencak Silat Di Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar Kota Semarang”.
Demikian dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber referensi bagi
atlit PPLP dan diluar PPLP yang belum mengetahui manfaat dari Recovery sesuai dengan
jenis dan manfaatnya.
1.2 Identifikasi Masalah
Hasil dari latar belakang masalah yang sudah diuraikan diatas dapat ditarik beberapa
masalah yang dapat diidentifikasikan yaitu:
1) Masih banyak atlit pencak silat yang belum mengetahui pentingnya pemulihan setelah
aktifitas fisik.
2) Jenis dan bentuk pemulihan yang digunakan pada atlit PPLP pencak silat kota Semarang.
3) Jenis dan bentuk yang paling sering dipakai oleh atlit PPLP pencak silat kota Semarang.
1.3 Pembatasan Masalah
Batasan masalah yang dikaji pada penelitian ini terbatas pada metode pemulihan yang
dilakukan atlit pasca pertandingan karena cakupan masalah yang luas agar terhindar dari
pembahasan yang terlalu jauh dari topik penelitan. Dalam penelitian ini penulis sangat
terbatas oleh tempat dan waktu mengingat dalam penelitiannya dilakukan saat pandemi yang
mana tidak memungkinkan untuk mengumpulkan para atlit dalam satu tempat dan waktu.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diuraikan beberapa rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu:
1) Apa metode dan jenis pemulihan yang paling efektif pada atlit PPLP pencak silat kota
Semarang.
2) Apa metode dan jenis pemulihan yang paling sering dipakai oleh atlit PPLP pencak silat
kota Semarang.
3) Bagaimana pengaruh pemulihan pada atlit PPLP pencak silat kota Semarang pasca
pertandingan.
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa hal sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui jenis recovery yang paling sering digunakan oleh atlit PPLP pencak
silat kota Semarang.
2) Untuk mengetahui jenis recovery yang paling efektif digunakan oleh atlit PPLP pencak
silat kota semarang.
3) Untuk mengetahui jenis recovery yang paling berpengaruh dalam memulihkan kondisi
tubuh atlit PPLP pencak silat kota Semarang.
1.6 Manfaat Penelitian
1) Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat secara ilmiah tentang metode recovery
pada atlit pencak silat sehingga bisa bermanfaat sebagai dasar pertimbangan dalam
melakukan penyusunan program latihan dan juga dapat menjadi sumber bacaan dan referensi
kepada pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut dalam pengembangannya pada
cabang ilmu keolahragaan.
2) Manfaat Praktis
1. Bagi atlit dapat dijadikan referensi untuk melakukan recovey pasca pertandingan
dengan cara yang baik dan benar serta efesien untuk atlit
2. Bagi pelatih dapat dijadikan pedoman untuk membuat program latihan ketika setelah
atlit bertanding
3. Bagi pembaca dan masyarakat umum penelitian ini dapat menambah informasi tentang
cara melakukan recovery yang baik dan efektif.

Anda mungkin juga menyukai