Anda di halaman 1dari 7

Riyadhoh : Jurnal Pendidikan Olahraga

Volume….Nomor…..,Tahun
Tersedia Online: https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/riyadhohjurnal
ISSN. XXX-XXXX

HUBUNGAN VOLUME OXYGEN MAKSIMAL DENGAN DENYUT JANTUNG


KERJA PADA ATLET PERGURUAN PENCAK SILAT CIUNGWANARA

Aldi Rahayu Putra1, Hamidie Ronald D Ray2, Iman Imanudin2, Agus Rusdiana*2, Nurlan
Kusmaedi2, Unun Umaran2, Badruzaman2, Syam Hardwis2, Tono Haryono2
1
Program Sarjana, Prodi Ilmu Keolahragaan, Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan,
Universitas Pendidikan Indonesia
2
Prodi Ilmu Keolahragaan, Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas
Pendidikan Indonesia

E-mail: agusrusdiana@upi.edu

ABSTRAK

Pencak silat itu sendiri merupakan olahraga dengan intensitas yang tinggi. Walaupun dalam
pertandingan pencak silat terdapat jeda atau interval antar jurusnya, namun masa pemulihan
otot tidak mungkin terjadi dengan cepat. Oleh karena itu, pesilat dituntut untuk memiliki
kemampuan bekerja dalam waktu yang relatif lama dan itu artinya sistem energi aerobik
dalam pencak silat juga dibutuhkan sehingga kualitas fisik seorang atlet pencak silat juga
harus baik. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode korelasional. Pada penelitian
ini peneliti akan melakukan tes kepada sampel untuk mencari hubungan antara Vo2 Max
dengan denyut jantung kerja atlet pencak silat dari perguruan Ciungwanara. Partisipan dalam
penelitian ini adalah atlet Ciungwanara yang berusia 19 tahun dengan jumlah lima orang putra
dan lima orang putri. Pertama-tama untuk mengetahui nilai Vo2 Max peneliti menggunakan
instrument bleep test. Kemudian dilanjut dengan RAST test untuk mengetahui penurunan
denyut jantung atlet tersebut. Hasil perhitungan dari uji korelasi menunjukan bahwa nilai Sig.
(2-tailed) memiliki nilai 0,001 yang artinya lebih kecil daripada 0,05. Karena nilai Sig. (2-
tailed) 0,001 < 0,05 maka dapat dikatakan bahwasannya terdapat hubungan antara Vo2 Max
dengan denyut jantung kerja. Dari hasil di atas dapat kita simpulkan bahwasannya terdapat
hubungan Vo2 Max dengan denyut jantung kerja atlet pencak silat Ciungwanara.
Kata Kunci: Vo2 Max, pencak silat, denyut jantung kerja.

Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 1
Riyadhoh : Jurnal Pendidikan Olahraga
Volume….Nomor…..,Tahun
Tersedia Online: https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/riyadhohjurnal
ISSN. XXX-XXXX

ABSTRACT

Pencak silat is a sport with high intensity. Even though in pencak silat matches there are
pauses or intervals between moves, the muscle recovery period cannot occur quickly.
Therefore, fighters are required to have the ability to work for a relatively long time and that
means that the aerobic energy system in pencak silat is also needed so that the physical
quality of a pencak silat athlete must also be good. The method in this study uses the
correlational method. In this study, researchers will conduct tests on samples to look for a
relationship between Vo2 Max and the working heart rate of pencak silat athletes from
Ciungwanara college. Participants in this study were 19-year-old Ciungwanara athletes with
five sons and five daughters. First of all, to find out the Vo2 Max value, the researcher used
the bleep test instrument. Then proceed with the RAST test to determine the decrease in the
athlete's heart rate. The calculation results from the correlation test show that the value of
Sig. (2-tailed) has a value of 0.001 which means it is smaller than 0.05. Because the value of
Sig. (2-tailed) 0.001 <0.05, it can be said that there is a relationship between Vo2 Max and
working heart rate. From the results above, we can conclude that there is a relationship
between Vo2 Max and the working heart rate of Ciungwanara pencak silat athletes.
Keywords: Vo2 Max, pencak silat, working heart rate.

Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 2
Nama Penulis
Riyadhoh : Jurnal Pendidikan Olahraga
Volume….Nomor…..,Tahun
Tersedia Online: https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/riyadhohjurnal
ISSN. XXX-XXXX

PENDAHULUAN
Dalam melakukan olahraga dengan intensitas yang tinggi seperti dalam pencak silat tentunya
seseorang memerlukan energi yang besar juga pada saat melakukannya (Bean, 2015). Pada
dasarnya ada dua sitem energi yang diperlukan dalam setiap aktivitas manusia, yaitu sitem
energi aerobik dan sistem energi anaerobik. Namun dalam olahraga itu sendiri terdapat tiga
sistem energi yaitu: ATP-CP, The lactid acid system, dan Oxidative phosphorylation (Reuter
& National Strength & Conditioning Association (U.S.), 2012). Sistem energi anaerobic
berarti energi yang dihasilkan dari makanan tanpa memerlukan oksigen yang simultan.
Sedangkan energi aerobic adalah energi yang dihasilkan dari makanan dan memerlukan
oksigen (Bompa, 2015). Kedua sistem energi ini terdapat dalam setiap cabang olahraga, hanya
saja tergantung mana yang lebih dominan menggunakan salah satu sistem energi tersebut
yang tentunya hal tersebut dipengaruhi juga oleh karakteristik kecabangan olahraganya
masing-masing (Bompa, 2015).
Dalam peraturan pencak silat kategori seni itu sendiri, baik itu kategori tunggal, ganda,
maupun regu, mereka diharuskan menampilkan setiap jurusnya dengan ekspresif dan
bertenaga hingga tiga menit lamanya. Jika dilihat dari peraturan tersebut jenis energi yang
dominan dalam hal ini adalah jenis energi asam laktat (lactic acid system). Karena dalam
jangka waktu tiga menit mereka diharuskan melakukan gerakan setiap jurusnya dengan
bertenaga dan konstan (Bompa, 2015).
Meskipun demikian, sistem energi aerobik tetap diperlukan meskipun relative kecil dan
pesilat yang memiliki kemampuan aerobik yang baik akan mampu melaksanakan aktivitas
dalam jangka waktu yang relative lama (Reuter & National Strength & Conditioning
Association (U.S.), 2012) (Physical Activity  Guidelines Advisory  Committee, 2008).
Walaupun dalam pertandingan pencak silat terdapat jeda atau interval antar jurusnya, namun
masa pemulihan otot tidak mungkin terjadi dengan cepat. Oleh karena itu, pesilat dituntut
untuk memiliki kemampuan bekerja dalam waktu yang relative lama dan itu artinya sistem
energi aerobik dalam pencak silat juga dibutuhkan sehingga kualitas fisik seorang atlet pencak
silat juga harus baik (Bompa, 2015) (Tekin & Tekin, 2015).
Kualitas fisik yang baik merupakan salah satu faktor pendukung dalam melakukan olahraga,
selain itu untuk atlet sendiri berperan penting untuk meraih prestasi olahraga yang optimal
(Jones, Bampouras, & Marrin, 2009). Kualitas fisik yang baik salah satu indikatornya dapat
dilihat melalui Vo2 Max (Jay Hoffman, 2002). Vo2 Max adalah volume oxygen maksimal
yang dapat diangkut dan disebarkan ke seluruh tubuh pada saat melakukan suatu aktivitas
tertentu dengan intensitas yang tinggi (ACSM’s, 2012). Semakin tinggi Vo2 Max seseorang
maka tingkat aktivitasnya akan semakin tinggi juga dan tingkat kelelahannya akan semakin
rendah (Jay Hoffman, 2002). Semakin rendah tingkat kelelahan seorang atlet maka semakin
optimal juga mereka dalam melakukan berbagai macam latihan untuk menopang kebutuhan
fisik mereka dan salah satu cara agar atlet tidak cepat lelah adalah dengan meningkatkan
kapasitas volume oksigen atlet tersebut atau yang sering kita dengar dengan istilah Vo2 Max
dengan cara latihan daya tahan aerobik (Bompa, 2015) (Coats et al., 2003).
Daya tahan aerobik adalah salah satu dari empat komponen fisik dasar yaitu daya
tahan, kekuatan, fleksibelitas, dan kecepatan (Bompa, 2015). Daya tahan ini adalah komponen
fisik yang paling dasar dan penting bagi seorang atlet karena untuk melakukan berbagai
macam latihan dengan intensitas yang bervariasi setiap harinya tentunya diperlukan daya
tahan yang tinggi pula karena mustahil seorang atlet dapat melakukan suatu latihan dengan

Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 3
Nama Penulis
Riyadhoh : Jurnal Pendidikan Olahraga
Volume….Nomor…..,Tahun
Tersedia Online: https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/riyadhohjurnal
ISSN. XXX-XXXX

intensitas yang tinggi tanpa di iringi oleh kemampuan daya tahan yang tinggi (Bompa, 2015)
(Wolinsky, 2007). Meskipun kemampuan daya tahan ini sangat penting pada kenyataanya
yang sering ditemukan dilapangan masih banyak pelatih yang tidak paham akan hal ini salah
satunya dalam perguruan pencak silat Ciungwanara yang mana mereka lebih banyak melatih
komponen yang lain seperti kecepatan daripada menguatkan dasarnya terlebih dahulu
akibatnya atlet tersebut tidak optimal dalam latihan seperti cepat lelah sehingga hasil yang
didapat pun menjadi kurang optimal.
Nantinya dalam penelitian ini dapat dilihat apakah seseorang dengan kemampuan Vo2
Max yang tinggi ketika diberikan perlakuan yang sama apakah akan lebih cepat turun pada
jumlah denyut jantungnya atau tidak dan perlakuan yang diberikan adalah perlakuan yang
memiliki intensitas yang sama pada saat pertandingan dalam pencak silat.

METODE
a. Desain Penelitian
Dalam sebuah penelitian diperlukan suatu desain penelitian yang sesuai dengan
variabel-variabel yang terkandung dalam tujuan penelitian dan hipotesis yang akan diuji
kebenarannya. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode korelasinal.
Pada penelitian ini peneliti akan melakukan tes kepada sampel untuk mencari hubungan
antara Vo2 Max dengan denyut jantung kerja atlet pencak silat dari perguruan Ciungwanara.
b. Partisipan
Partisipan dari penelitian ini adalah para atlet pencak silat dari perguruan
cinugwanara. Populasi dari penelitian ini adalah atlet pencak silat dari perguruan
Ciungwanara yang berjumlah 30 orang. Sedangkan untuk sampel dari penelitian ini adalah
atlet pencak silat dari perguruan Ciungwanara yang berjumlah 10 orang dengan ketentuan
usia 19 tahun dan dalam menentukan sampel ini peneliti menggunakan teknik Purposive
Sampling.
c. Instrument
Instrument penelitian adalah alat atau suatu metode untuk mengumpulkan data.
Menurut (freankel, 2015) bahwasanya semua alat dan metode yang digunakan peneliti untuk
mengambil data disebut dengan instrument. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Multistage Fitness Test (Bleep Tes) yang digunakan untuk mengetahui Vo2 Max atlet
yang akan di tes dan RAST (Running-based Anaerobic Sprint Test) yang digunakan untuk
meningkatkan denyut jantung atlet kedalam intensitas yang tinggi yang nantinya akan
dihitung penurunan denyut jantungnya setelah mencapai denyut jantung yang tinggi.
d. Prosedur
Adapun prosedur penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
Membuat surat perizinan untuk melakukan penelitian ke perguruan pencak silat Ciungwanara.
Pengambilan data Vo2 Max melalui multistage fitness test (bleep test) kemudian jeda untuk
istirahat dilanjut dengan test RAST (Running-based Anaerobic Sprint Test). Setelah itu
langsung dilakukan tes denyut nadi secara berkala setiap 10 detik selama 5 kali berturut
turut.Analisis. Pada tahap ini peneliti melakukan analisis terhadap hasil yang diperoleh setelah
adanya test yang dilakukan. Kemudian data diolah untuk menghasilkan hasil dari penelitian
tersebut dan disajikan dalam bentuk statistik yang selanjutnya akan dianalisis. Kesimpulan,
pada tahap ini peneliti menyimpulkan hasil penelitian tersebut secara terperinci dan jelas.

Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 4
Nama Penulis
Riyadhoh : Jurnal Pendidikan Olahraga
Volume….Nomor…..,Tahun
Tersedia Online: https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/riyadhohjurnal
ISSN. XXX-XXXX

Merumuskan simpulan hasil analisis data akan memberikan kesimpulan penelitian yang
merupakan kegiatan akhir penelitian.
e. Statistika Analisis
Analisis data meliputi: (1) deskripsi data, (2) uji persyaratan analisis yaitu uji normalitas data
dengan menggunakan Saphiro-Wilk dan kriteria penerimaan data berdistribusi normal apabila
nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, jika tidak memenuhi kriteria tersebut maka data
dinyatakan berdistribusi tidak normal, (3) kemudian dilanjut dengan uji hipotesis
menggunakan uji correlate bivariate & Pearson. Penentuan hipotesis diterima apabila nilai
sig.F change lebih kecil atau sama dengan dari 0,05 (sig.F change≤ 0,05).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berikut adalah data deskriptif berdasarkan karakteristik responden berdasarkan jumlah
responden, nilai minimum Vo2 Max, nilai maksimum Vo2 Max, penurunan denyut jantung
minimum, penurunan denyut jantung maksimum, rata-rata Vo2 Max, rata-rata penurunan
denyut jantung.
Tabel 1. Deskripsi Data
Variabel Minimum Maksimum Mean Std.
Deviation
Vo2 Max 28,4 50,0 40,8 7,7471
Denyut jantung 3,7 8.0 5,4 1,4586
kerja
Total Data 10

Dari tabel 1 diatas dapat diketahui penelitian ini menggunakan sampel yang berjumlah
10 orang. Pada variabel Vo2 Max memperoleh nilai minimal = 28,4 dan nilai maksimal =
50,0 dengan nilai rata-rata = 40,8 dan nilai standar deviasi = 7,7471. Selanjutnya pada
variabel Denyut jantung kerja memperoleh nilai minimal = 3,7 dan nilai maksimal = 8,0
dengan nilai rata-rata = 5,4 dan nilai standar deviasi = 1,4586.
Setelah uji normalitas dan data dinyatakan normal maka selanjutnya data akan diuji hipotesis
dengan menggunakan uji correlate bivariate.
1. Uji Hipotesis
Tabel 2. Uji Korelasi Bivariate

Vo2 Max Sig (2-tailed) H1 Kesimpulan


Hubungan Vo2 0,001 H0 ditolak Terdapat
Max denyut pengaruh
jantung kerja yang
signifikan

Berdasarkan nilai Sig. (2-tailed) dari uji korelasi pada table diatas kita dapat melihat
bahwa nilai Sig. (2-tailed) memiliki nilai 0,001 yang artinya lebih kecil daripada 0,05. Karena
nilai Sig. (2-tailed) 0,001 < 0,05 maka dapat diambil keputusan H0 ditolak yang artinya

Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 5
Nama Penulis
Riyadhoh : Jurnal Pendidikan Olahraga
Volume….Nomor…..,Tahun
Tersedia Online: https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/riyadhohjurnal
ISSN. XXX-XXXX

terdapat hubungan antara Vo2 Max dengan denyut jantung kerja atlet pencak silat perguruan
Ciungwanara.
2. Koefisien Determinasi
Selanjutnya untuk mengetahui derajat hubungan antar variabel dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 3. Nilai Koefisien Determinasi
Vo2 Max Pearson Tingkat
Correlation Hubungan
Hubungan Vo2 0,858 Sempurna
Max denyut
jantung kerja

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan IBM SPSS versi 22


menunjukkan nilai R2 sebesar 0,858. Nilai tersebut berarti kurang lebihnya sebesar 86%
besaran hubungan antara Vo2 Max dengan denyut jantung kerja atlet pencak silat perguruan
Ciungwanara dengan tingkat hubungan sempurna. Sedangkan untuk sisanya sekitar 14 %
dipengaruhi oleh variable lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

PENUTUP
Dari hasil di atas dapat kita simpulkan bahwasannya terdapat hubungan Vo2 Max
dengan denyut jantung kerja atlet pencak silat Ciungwanara. Dari hasil tersebut juga dapat
dikatakan bahwasannya untuk menjadikan seorang atlet cepat dalam penurunan denyut
jantung setelah melakukan suatu aktivitas tertentu seperti latihan dengan intensitas yang tinggi
seorang pelatih seharusnya lebih menguatkan fondasinya terlebih dahulu yaitu dengan
meningkatkan Vo2 Max atlet nya tersebut terlebih dahulu sehingga seorang pelatih dapat
memberikan variasi latihan yang lebih banyak lagi yang tentunya dapat membuat latihan
semakin efektif dan efisien.

REFERENSI
ACSM’s. (2012). ACSM’s Advanced Exercise Physiology (American College of Sports Med) 
( PDFDrive ).
Bean, A. (2015). Food for fitness : how to eat for maximum performance.
Bompa. (2015). Periodization Theory and Methodology of Training Fifth Edition.
Coats, E. M., Rossiter, H. B., Day, J. R., Miura, A., Fukuba, Y., Whipp, B. J., & Rossiter, H. B.
(2003). Intensity-dependent tolerance to exercise after attaining V ˙ O 2 max in humans
Intensity-dependent tolerance to exercise after attaining V ˙ O2 max in humans
Downloaded from. J Appl Physiol, 95, 483–490. https://doi.org/10.1152/japplphysiol.01142
Jay Hoffman, P. (2002). Physiological Aspects of Sport Training and Performance ( PDFDrive ).
Jones, P. A., Bampouras, T. M., & Marrin, K. (2009). Article in The Journal of sports medicine
and physical fitness. Retrieved from https://www.researchgate.net/publication/23972989
Physical Activity  Guidelines Advisory  Committee. (2008). Physical Activity Guidelines Advisory.
Reuter, B., & National Strength & Conditioning Association (U.S.). (2012). Developing
endurance.

Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 6
Nama Penulis
Riyadhoh : Jurnal Pendidikan Olahraga
Volume….Nomor…..,Tahun
Tersedia Online: https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/riyadhohjurnal
ISSN. XXX-XXXX

Tekin, G., & Tekin, A. (2015, January 1). Heart rate recovery and methodological issues. Anadolu
Kardiyoloji Dergisi, Vol. 15, pp. 77–90. AVES Ibrahim Kara.
https://doi.org/10.5152/akd.2014.6021
Wolinsky. (2007). SPORTS NUTRITION Energy Metabolism and Exercise.
 

Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 7

Anda mungkin juga menyukai