Anda di halaman 1dari 8

APLIKASI PSIKOLOGI DALAM OLAHRAGA

Disusun guna memenuhi sebagian tugas mata kuliah Psikologi Olahraga


Dosen Pengampu: Ridwan Budi Pramono, S.Psi., M.A.

Disusun Oleh:

KELOMPOK 3

1. Oktafiani Farida P. (202060005)


2. Rizki Hikmatul Fadhillah (202060009)
3. Salsha Bella Y.V. (202060016)
4. Tamara Tiastika (202060039)
5. Musta’in (202060045)
6. Rindifa Amilatul Fitri (202060048)
7. Durrotun Nasihah (202060049)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2020/2021
APLIKASI PSIKOLOGI DALAM OLAHRAGA

1.1. Pengertian Psikologi Olahraga


Karageorghis & Terry (2011) mengatakan dalam bukunya “Inside Sport
Psychology” bahwa psikologi olahraga terapan adalah tentang memberdayakan atlet
untuk meningkatkan kemampuan mereka. Hal ini dikuatkan dalam jurnal penelitian
yang dilakukan oleh Effendi (2016), Effendi menyatakan bahwa psikologi olahraga
pada hakikatnya adalah psikologi yang diterapkan dalam bidang olahraga, meliputi
faktor-faktor yang berpengaruh secara langsung terhadap atlet dan faktor-faktor di
luar atlet yang dapat mempengaruhi penampilan (performance) atlet tersebut.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa psikologi olahraga
merupakan ilmu-ilmu mental yang diterapkan kepada atlet untuk meningkatkan
performa atlet tersebut.
1.2. Sejarah Psikologi Olahraga
Norman Triplett dari Indiana University menulis salah satu publikasi jurnal
pertama yang berkaitan dengan psikologi olahraga pada tahun 1898. Ia membahas
faktor psikologis dalam balap sepeda. Norman menemukan bahwa kehadiran
kontestan lain “berfungsi untuk membebaskan energi laten yang biasanya tidak
tersedia.” Triplett menyatakan bahwa atlet balap sepeda akan mengendarai lebih
cepat saat berkelompok. Triplett pun menyimpulkan keadaan ini merupakan pengaruh
psikologis yang disebut faktor keberadaan orang lain (Karageorghis & Terry, 2011).
Sedangkan di Indonesia, pada tahun 1967 psikolog Singgih D. Gunarsa
bersama psikolog Sudirgo Wibowo telah mempelopori kegiatan psikologi olahraga
dalam cabang bulu tangkis. Sejak saat itu peran psikologi olahraga dibutuhkan para
atlet nasional untuk mencapai prestasi puncak mereka (Gunarsa, 2004).
1.3 Komponen Kinerja Atlet
Karageorghis dan Terry (2011) menyatakan performa dalam olahraga
ditentukan oleh kombinasi tiga elemen utama: pengkondisian fisik untuk kompetisi,
tingkat keterampilan, dan kesiapan psikologis untuk bersaing.
• Pengkondisian Fisik
Karageorghis dan Terry (2011) mengatakan bahwa kondisi fisik mengacu
pada seberapa baik persiapan tubuh atlet untuk tuntutan yang akan atlet berikan saat
pertandingan. Hal ini dikuatkan dalam penelitian Indrayana & Yuliawan (2019)
dikatakan bahwa kondisi fisik adalah keadaan fisik dan psikis serta kesiapan seorang
atlet terhadap tuntutan-tuntutan khusus suatu cabang olahraga. Dapat kita simpulkan
bahwa kondisi fisik ialah latihan fisik rutin yang dilakukan oleh atlet untuk
menghasilkan kondisi fisik yang optimal.
Contohnya; seorang atlet lari melakukan sprint 100 meter setiap hari. Hal ini
lebih efektif untuk meningkatkan performanya dibandingkan seorang atlet yang
melakukan sprint 800 meter hanya dalam waktu sekali saja.
• Kesiapan Psikologis
Karageorghis dan Terry (2011) menyatakan bahwa atlet yang bisa
mengendalikan kepercayaan diri, kecemasan, konsentrasi, dan motivasi dapat
mengontrol kinerja selama pertandingan. Hal ini juga didukung dengan penelitian
Juriana, Tahki dan Zulfiantro (2018) bahwa persiapan psikologis seorang atlet
seharusnya dilakukan sejak latihan rutin berlangsung. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa kesiapan psikologis ialah persiapan mental yang dilakukan oleh atlet agar
dapat menujukkan performa yang lebih optimal ketika bertanding.
• Tingkat Keahlian
Karageorghis dan Terry (2011) menyatakan bahwa keterampilan tidak
berwujud, dan istilahnya mengacu pada kapasitas untuk menghasilkan hasil yang
diinginkan secara konsisten dan dengan efisiensi waktu dan usaha. Hal tersebut
dikuatkan dalam penelitian Hardika (2015) menyatakan bahwa keterampilan yang
dipelajari dengan baik akan berkembang menjadi kebiasaan. Keterampilan atlet tidak
akan berkembang tanpa adanya kematangan. Dapat disimpulkan bahwa tingkat
keahlian ialah keterampilan yang diasah terus-menerus akan menghasilkan
keterampilan yang matang.
1.4. Peran Psikologi Olahraga
Psikolog olahraga berperan penting dalam memberdayakan dan merecovery
mental atlet. Tidak hanya pelatihan mental, psikolog olahraga juga membantu dalam
bagaimana atlet berlatih. Karageorghis dan Terry (2011) menyatakan bahwa Jadwal
latihan dapat diatur untuk mengoptimalkan kinerja atletik dalam beberapa cara, yaitu;
• Blocked Practice versus Random Practice
Karageorghis dan Terry (2011) menyatakan Blocked practice memungkinkan
atlet untuk fokus pada satu keterampilan pada satu waktu. Sedangkan random
practice memungkinkan atlet untuk mengerjakan keempat keterampilan di setiap sesi,
tetapi secara acak, Hal ini dikuatkan dalam penelitian Wati, Sugihartono, dan
Sugiyanto (2018), bahwa latihan terpusat yaitu menyelesaikan satu keterampilan
terlebih dahulu sebelum berpindah ke keterampilan lainnya. Sedangkan latihan acak
merupakan latihan yang melakukan berbagai bagian keterampilan dalam waktu
bersamaan, tanpa di pisahkan oleh jenis keterampilan.
• Part Learning versus Whole Learning
Karageorghis dan Terry (2011) menyatakan Metode part learning bekerja
dengan baik pada bagian keterampilan yang menimbulkan kesulitan tertentu selama
kompetisi. Melalui Whole Learning, transfer ke situasi persaingan lebih alami
dikarenakan lebih sedikit dalam memikirkan skill-skill yang akan ditampilkan. Hal
ini dikuatkan dalam penelitian Darmawan, Winarno dan Kurniawan (2017) bahwa
part-whole adalah suatu cara mengajar keterampilan gerak yang dimulai dengan cara
mengajarkan bagian-bagian terkecil dari suatu keterampilan gerak, kemudian bagian-
bagian tersebut digabungkan menjadi keterampilan gerak yang utuh.
• Nature versus Nurture
Nature menyangkut sejauh mana karakteristik individu atlet, termasuk
kemampuan merupakan produk dari susunan genetik kita yang disebut dengan nature
atau bakat dan sejauh mana mereka dihasilkan dari pengalaman lingkungan (nurture)
(Jarvis 2006). Hal ini diperkuat dalam penelitian Firdaus (2012) yang menyatakan
Istilah nature merajuk pada pengertian bahwa prestasi seseorang ditentukan oleh
faktor bakat, dan istilah nuture merajuk pada faktor lingkungan yang artinya prestasi
seseorang ditentukan oleh lingkungan di mana orang tersebut berada. Jarvis (2006)
menyatakan ada perdebatan yang sehat dalam psikologi olahraga mengenai bakat dan
faktor lingkungan dalam pengembangan keunggulan olahraga, dan dalam dekade
terakhir keseimbangan telah bergeser jauh dari posisi bakat menuju penekanan pada
pelatihan yang efektif.
Behnke, Tomczak, Kaczmarek, Komar, dan Gracz (2019), mengatakan
bahwa latihan mental sangat penting dalam pengembangan kepercayaan diri atlet. Hal
ini dikuatkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Adi (2016) bahwa latihan mental
memiliki dampak terhadap performa dan kinerja atlet dalam mengikuti kompetisi atau
ajang kejuaraan olahraga (Prawitama & Aulia, 2020). Hal ini dapat kita simpulkan
bahwa psikolog memiliki peran penting dalam membina mental atlet agar atlet
memiliki mental yang maksimal saat bertanding.
Bagian ini mencakup beberapa keterampilan psikologis ''dasar'' yang
digunakan dengan pelatihan mental dan peningkatan kinerja (Carr, 2006).
• Penetapan Tujuan (Goal Setting)
Efendi, Juriana dan Sujiono (2019) menyatakan bahwa, Goal setting
merupakan salah satu fondasi yang baik untuk mencapai sukses dalam program
latihan keterampilan mental karena, goal setting merupakan kemampuan merancang
atau menetapkan tujuan yang hendak dicapai. Carr (2006) juga mengatakan dalam
bukunya bahwa, tidak terlalu sulit untuk membuat atlet mengidentifikasi tujuan,
kesulitan ada ketika mencoba untuk membantu atlet menetapkan jenis tujuan yang
tepat. Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan latihan goal
setting dapat meningkatkan motivasi atlet (Efendi, Juriana & Sujiono, 2019).
• Menetapkan Tujuan yang Spesifik (Set Specific Goals)
Penelitian menggambarkan bahwa menetapkan tujuan tertentu menghasilkan
tingkat kinerja daripada tidak merencanakan tujuan sama sekali atau tujuan yang
terlalu luas. Alih-alih seorang atlet menetapkan tujuannya untuk ''menjadi lebih baik,''
psikolog dapat membantu para atlet untuk menetapkan tujuan yang lebih tepat, seperti
''meningkatkan skill berlari dalam 2 pekan kedepan”. Jadi menetapkan tujuan yang
jelas lebih meningkatkan kinerja daripada tujuan yang umum (Carr, 2006).
• Konsentrasi dan fokus keterampilan (Concentration And Focus Skills)
Mengetahui apa yang harus difokuskan dan kapan harus fokus pada suatu hal,
itu sangat penting untuk kinerja atletik yang optimal (Carr, 2006). Dalam
penelitiannya, Gustian (2016) juga menyatakan bahwa dalam kondisi penting,
kehilangan fokus sedikit saja bisa berpengaruh pada penampilan atlet dan hasil
pertandingan tersebut, hal ini disebabkan karena fokus perhatian secara signifikan
mempengaruhi penampilan atlet saat bertanding.
• Memvisualisasikan (Imagery)
Visualisasi merupakan salah satu bentuk latihan mental. Visualisasi adalah
latihan jangka panjang yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan untuk
membentuk dan mengembangkan keterampilan mental tertentu (Efendi, Juriana dan
Sujiono, 2019).
• Strategi Kognitif (Cognitive Stategies)
Self-talk adalah salah satu dari beberapa strategi kognitif dalam olahraga. Self
-talk memiliki dampak langsung pada pengalaman emosional kita. Jika self-talk
negatif, keadaan emosional ini dapat menciptakan hilangnya konsentrasi dan fokus
pada atlet (Carr, 2006). Namun, jika self-talk seorang atlet positif, pengalaman
emosional yang dihasilkan adalah salah satu relaksasi, ketenangan, dan keterpusatan;
Akibatnya, peluang kinerja yang baik meningkat secara dramatis (Carr, 2006).
1.5. Manfaat Psikologi Olahraga dalam Prestasi Atlet
Soedibyo (Effendi, 2016) menjelaskan manfaat psikologi olahraga dalam bidang
prestasi atlet sebagai berikut:
1. Menjelaskan dan memahami tingkahlaku atlet dan gejala-gejala psikologik
yang terjadi dalam olahraga pada umumnya.
2. Meramalkan atau membuat prediksi dengan tepat kemungkinan-kemungkinan
yang dapat terjadi pada atlet, berkaitan dengan masalah psikologik. Dengan
membuat prediksi tersebut dapat ditentukan program-program dan target
sesuai keadaan dan kemampuan atlet yang bersangkutan.
3. Dapat mengontrol dan mengendalikan gejala tingkah laku dalam olahraga;
dengan perlakuan-perlakuan untuk menanggulangi hal-hal yang kurang
menguntungkan, juga dapat memberi perlakuan untuk mengembangkan
kemampuan dari segi positif yang dimiliki atlet.
DAFTAR PUSTAKA

Carr M. Christopher. (2006). Sport Psychology: Psychologic Issues and Applications.


Indianapolis: Elsevier Saunders.
Darmawan, I., Winarno, M.E., & Kurniawan A. (2017). Penerapan metode part-
whole untuk meningkatkan ketrampilan senam ketangkasan gerakan round-off
pada siswa kelas XI RPL-3 SMK Negeri 5 Malang. BRILLIANT: Jurnal Riset
dan Konseptual. 2(3), 247-259.

Efendi, D.O., Juriana & Sujiono, B. (2019). Penerapan latihan goal setting dan
visualisasi terhadap peningkatan motivasi pemain daksina futsal academy.
Jurnal Ilmiah Sport Coaching and Education. 3, 133-139.
Effendi, H. (2016). Peranan psikologi olahraga dalam meningkatkan prestasi atlet.
Nusantara (Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial). 1, 22-30.

Firdaus, K. (2012). Psikologi olahraga teori dan aplikasi. Fakultas Ilmu


Keolahragaan Universitas Negeri Padang Press
Gunarsa, Singgih D. (2004). Psikologi Olahraga Prestasi. PT. BPK Gunung Mulia.

Gustian, Uray. (2016). Pentingnya perhatian dan konsentrasi dalam menunjang


penampilan atlet. Jurnal Performa Olahraga. 1(1), 89-102.
Hardika, Nevi. (2015). Profil tingkat kemampuan fisik dan Keterampilan pada atlet
kempo Prapon kota Pontianak. Jurnal Pendidikan Olahraga. 4(1), 80-87.
Indrayana B. & Yuliawan E. (2019). Penyuluhan pentingnya peningkatan vo2max
guna meningkatkan kondisi fisik pemain sepakbola fortuna fc Kecamatan
rantau rasau. Jurnal Ilmiah Sport Coaching And Education. 1, 41-50.
Juriana, Tahki K., & Zulfitranto G. (2018). Pengetahuan psikologi olahraga pada
pelatih renang Indonesia. Jurnal Ilmiah Sport Coaching And Education. 2, 31-
38.

Karageorghis C.I. & Terry P.C. (2011). Inside Sport Psychology. Human Kinetics.

Matt, J. (2006). Sport psychology a student’s handbook. Routledge


Prawitama R.M. & Aulia Prima. (2020). Pengaruh latihan mental terhadap
kepercayaan diri atlet sepakbola akademi persegat padang pariaman. Jurnal
Pendidikan Tambusai. 4(3), 3395-3402.

Wati, S., Sugihartono, T., & Sugiyanto. (2018). Pengaruh latihan pusat dan latihan
acak terhadap hasil penguasaan teknik dasar bola basket. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Jasmani. 2(1), 36-43.

Anda mungkin juga menyukai