Anda di halaman 1dari 7

Nama : Intan Nur Amalia Husna

PKO B 2019
Metode Latihan Fisik

1. Jelaskan kedudukan dari kondisi fisik dalam peningkatan prestasi atlet !


Jawaban :
 Kondisi fisik merupakan salah satu syarat yang dipergunakan untuk mencapai prestasi
yang diinginkan seorang atlet Selama masa persiapan sebelum pertandingan yang akan
sesungguhnya atlet dibina dan ditingkatkan kondisi fisiknya. Sehingga atlet tersebut siap
menghadapi tekanan-tekanan yang ditimbulkan dalam pertandingan baik berupa tekanan
mental maupun tekanan fisik. Sebelum pertandingan seorang atlet harus mencapai tingkat
fitnes yang baik untuk menghadapi stress yang akan dihadapi dalam pertandingan. Oleh
karena itu penting sekali memiliki kondisi fisik yang bagus dalam setiap sesi latihan dan
pertandingan mempertahankan dan meningkatkan kondisi fisik tergantung dari program
latihan dan kesadaran atlet itu sendiri untuk tetap siap menjaga kondisi fisiknya yang
baik, sehingga kondisi fisik memiliki kedudukan yang penting selain mental, teknik dan
taktik.
{PRASETYA AMBARA, A. R. Y. A. (2017). The Relationship between Physical Conditions and
Sanda Wushu Athletes' Achievements at Sasana KIM TIAUW Surabaya. Journal of Sports
Achievement, 1 (1). }
 Tujuan utama kondisi fisik adalah untuk meningkatkan potensi fungsional dan
meningkatkan kesegaran jasmani yang dimiliki oleh individu atlet dan mengembangkan
kemampuan biomotor ke derajat yang paling tinggi. Kondisi fisik adalah suatu kualitas
fisik, kualitas psikis, dan kemampuan fungsional peralatan individu dalam memenuhi
tuntutan prestasi yang optimal pada cabang olahraga tertentu. Dalam latihan kondisi fisik,
teknik, dan mental dan lain-lain dapat diketahui peningkatannya karena adanya suatu
latihan yang terprogram. Kondisi fisik sebagai peranan penting dan merupakan
komponen dasar dalam olahraga, apabila tidak didukung dengan kndisi fisik yang prima
seorang atlet tidak bisa melakukan latihan dengan porsinya, nilai fisik antara lain
dipengaruhi oleh kualitas otot dasar ditentukan oleh tingkat kebugaran energi dan
kebugaran otot, kebugaran energi meliputi sistem aerobik dan anaerobik baik yang laktit
maupun alaktik. (Sukadiyanto,2011:9)
{ LUSI ANGGRAENI, J. U. N. A. E. D. I. (2017). Profile of Physical Condition of UKM Pencak
Silat Unesa (Putra). Journal of Sports Achievement, 1 (1). }
 Kondisi fisik adalah satu prasyarat yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan
prestasi seorang atlet, bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan dasar yang tidak dapat
ditunda atau ditawar-tawar lagi. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kondisi fisik
seseorang atlet adalah penyusunan program latihan yang tepat. Seperti yang banyak
dilakukan atlet, latihan harus diatur dan direncanakan dengan baik sehingga dapat
menjamin tercapainya tujuan dari latihan. Jadi, proses program latihan menunjukan suatu
yang diorganisasi dengan baik, secara metodologis dan menurut prosedur ilmiah sehingga
dapat membantu para atlet untuk mencapai hasil yang lebih baik berdasarkan latihan dan
prestasinya.
{ Afifi, S. N. (2015). Physical Condition of Badminton Athlete Club Djarum Kudus and
Influencing Factors (Exposure Study on Women's Singles Ages 17-21 Year 2014) (Doctoral
dissertation, STATE UNIVERSITY OF SEMARANG). }
 Faktor yang penting dalam peningkatan prestasi seorang atlet adalah kondisi fisik.
Komponen fisik memegang peranan yang sangat penting untuk mempertahankan atau
meningkatkan derajat kesegaran jasmani (Physical fitness). Derajat kesegaran jasmani
seseorang sangat menentukan kemampuan fisiknya dalam melaksanakan tugas sehari-
hari. Kian tinggi derajat kesegaran jasmani seseorang kian tinggi kemampuan kerja
fisiknya. Selain berguna untuk mening-katkan kesegaran jasmani, komponen fisik
merupakan program pokok dalam pembinaan atlet untuk berprestasi dalam suatu cabang
olahraga.
{ Abraham, H. (2014). Analysis of VO2max Levels in Football Athletes in PPLP South Sulawesi.
Competitors, (1), 1-5. }
 Kondisi fisik yang baik diperlukan oleh atlet dalam setiap cabang olahraga guna
menunjang pelaksanaan teknik dan taktik saat berlatih atau bertanding. Kondisi fisik yang
baik merupakan salah satu cara untuk pencapaian prestasi. kondisi fisik adalah satu
prasyarat yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan
dapat dikatakan sebagai keperluan dasar yang tidak dapat ditunda atau ditawar lagi.
kondisi fisik atlet memegang peranan yang sangat penting dalam program latihannya.
Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis dan
ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem
tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang lebih
baik.
{Pradipta, G. D., Setyawan, D. A., Kusumawardhana, B., & Royana, I. F. (2017). ANALYSIS
OF PHYSICAL CONDITIONS OF UPGRIS FUTSAL TEAM PLAYERS. -. }

2. Mengapa pelatih harus memperhatikan intensitas latihan fisik atletnya ?


Jawaban :
 Latihan kondisi fisik memegang peranan yang sangat penting dalam program latihan
atlet. Menurut M. Sajoto (1995:8), kondisi fisik adalah satu kesatuan yang utuh dari
komponen-komponen yang tidak dapat begitu saja dikembangkan, baik peningkatan
maupun pemeliharaanya. Artinya bahwa dalam usaha peningkatan kondisi fisik maka
seluruh komponen tersebut harus dikembangkan. Di sini harus dilakukan dengan sistem
prioritas sesuai dengan keadaan tiap komponen itu dan untuk keperluan apa, juga
keadaan yang dibutuhkan tersebut. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kondisi fisik
seseorang atlet adalah penyusunan program latihan yang tepat. Seperti yang banyak
dilakukan atlet, latihan harus diatur dan direncanakan dengan baik sehingga dapat
menjamin tercapainya tujuan dari latihan. Jadi, proses program latihan menunjukan suatu
yang diorganisasi dengan baik, secara metodologis dan menurut prosedur ilmiah sehingga
dapat membantu para atlet untuk mencapai hasil yang lebih baik berdasarkan latihan dan
prestasinya.
{ Permadi, R. (2016). EVALUATION OF EXERCISE PROGRAMS ON EXERCISE LEVELS
IN PLE SQUASH TRAINING AT PRINCESS IN CENTRAL JAVA PROVINCE IN 2016
(Doctoral dissertation, Semarang State University). }
 Pemeliharaan kondisi fisik diibaratkan sebagai komponen dasar yang mau tidak mau
harus dilakukan oleh seorang atlet sebagai kebutuhan pokok, minimal untuk tetap
menjaga ketahanan fisik dari gangguan-gangguan pada saat pertandingan, dan tentunya
dengan pemeliharaan yang dilakukan secara berkesinambungan akan didapatkan suatu
prestasi yang optimal.
{ Kuswahyudi, K. (2019). ENDURANCE. Indonesian Education, Management and Sports
Anthology. }
 Untuk membantu meningkatkan keterampilan dan prestasi atlet semaksimal mungkin.
Karena pada dasarnya latihan ditujukan untuk mencapai physical fitness (kebugaran
jasmani). Dalam arti yang sederhana, kebugaran jasmani mencerminkan kualitas sistem
tubuh dalam melakukan adaptasi terhadap pembebanan latihan fisik. Latihan fisik tujuan
utamanya ialah untuk meningkatkan prestasi dengan mengembangkan kemampuan
biomotorik ke tingkat yang setinggi- tingginya agar prestasi yang paling tinggi juga bisa
dicapai. Komponenkomponen yang perlu diperhatikan untuk dikembangkan adalah daya
tahan (kardiovaskuler), daya tahan kekuatan, kekuatan otot (stength), kelentukan
(fleksibility), kecepatan (speed), stamina, kelincahan (aqility) dan power.
{AGUNG GUMELAR, R. I. Z. K. I. (2019). COMPARISON OF THE EFFECT OF
UNDERWATER PASSING TRAINING WITH THE UNDERWATER PASSING UNDER THE
WALLS TO THE SKILLS OF UNDERWATER PASSING IN THE GAME OF VOLLEYBALL
(Experiments on Extracurricular Volleyball Students in SMP Negeri 18 Tasikmalaya City
Academic Year 2018/2019) (Doctoral dissertation) }
 Pembentukan kondisi fisik merupakan komponen yang mendasar di samping persiapan
teknik, taktik dan mental dalam berbagai cabang olahraga. Persiapan kondisi fisik, teknik,
taktik dan kejiwaan, merupakan faktor yang saling berhubungan satu dengan yang
lainnya (Bompa, 1990). Dalam berbagai kegiatan olahraga bila persiapan kondisi fisik
kurang sempurna, kemampuan teknik, taktik dan mental akan terpengaruh sehingga
penampilan kurang optimal, dan demikian sebaliknya.
{ Bafirman, B., & Wahyuri, A. S. (2019). Formation of Physical Conditions. }
 Kondisi fisik atlet memegang peranan penting dalam menjalankan program latihannya.
Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik, sitematis dan ditujukan untuk
meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga dapat
menimbulkan atlet mencapai prestasi yang lebih baik sesuai harapan.
{ TRI BAGASWARA, G. A. G. A. S. (2019). COMPARISON OF THE EFFECT OF JUMP TO
BOX TRAINING WITH DEPTH JUMP AGAINST THE MUSCLE POWER AND THEIR
IMPLICATION OF SHOOTING RESULTS IN SEPAK BALL GAMES (Experiments on SSB
Member of Tasik Raya U-15 City of Tasikmalaya) (Doctoral dissertation, Siliwangi University) }

3. Jelaskan cara mengetahui intensitas dalam proses latihan fisik !


Jawaban :
 Melalui perhitungan denyut nadi dengan cara meraba pergelangan tangan
menggunakan tiga jari tengah tangan yang lain. Usia 55 tahun berlatih dalam denyut nadi
115140/menit, usia 56 tahun berlatih dalam denyut nadi 115-139/menit, usia 57 tahun
berlatih dalamdenyut nadi114-138/menit, 58 tahun berlatih dalam denyut nadi
113138/menit, Usia 59 tahun berlatih dalam denyut nadi 113-137/menit, Usia 60 tahun
berlatih dalam denyut nadi 112-136/menit. Sementara itu ada pendapat yang
mengemukakan bahwa latihan dengan intensitas rendah yaitu antara 60% - 75% dengan
rincian usia 50 tahun berlatih dalam denyut nadi 102-127/menit, usia 55 tahun berlatih
dalam denyut nadi 99-123/menit, sedangkan 60 tahun berlatih dalam denyut nadi 96-
120/menit juga memiliki efek yang signifikan bagi pengembangan kebugaran lansia.
(Satriyo,2010).
{ Junaidi, S. (2011). Elderly physical development through sports activities on foot. Indonesian
Sports Science Media, 1 (1). }
 Kondisi perasaan sebelum dan sesudah latihan diukur melalui Skala Latihan
Pengalaman Subjektif (McAuley & Courneya, 1994). Analisis menunjukkan waktu x
kondisi x interaksi kebugaran F (2,21) = 6.07, p <.01 (eta2 = .37, untuk tekanan
psikologis. Analisis univariat tindak lanjut mengungkapkan tidak ada perubahan dalam
50% atau kondisi kontrol, namun, tekanan psikologis meningkat secara signifikan untuk
peserta yang tidak sehat F (1,11) = 4,68, p <0,05 (eta2 = 0,29) sementara tidak ada
perubahan untuk peserta yang sangat sehat F (1,11) = 2,14, p> 0,05 (eta2 = 0,16) dalam
kondisi intensitas 80%. Tidak ada perbedaan kebugaran yang muncul sehubungan dengan
kesejahteraan positif atau kelelahan.
{ Blanchard, C. M., Rodgers, W. M., Spence, J. C., & Courneya, K. S. (2001). Feeling state
responses to acute exercise of high and low intensity. Journal of Science and Medicine in Sport,
4(1), 30-38. }
 Menilai pengaruh latihan fisik intensitas sedang secara teratur (jalan cepat ke jogging
lambat) terhadap agregasi trombosit dalam sampel berbasis populasi dari pria paruh baya,
kelebihan berat badan, dan sedikit hipertensi di Finlandia timur. Dalam studi terkontrol
ini, kami mengevaluasi efek bersih latihan pada agregasi platelet dengan mempelajari
perubahan dalam kepadatan optik dan pelepasan ATP dalam plasma yang kaya platelet.
Penghambatan signifikan agregasi platelet sekunder dari 27% menjadi 36% diamati pada
pria yang melakukan olahraga teratur.
{ Rauramaa, R. A. I. N. E. R., Salonen, J. T., Seppänen, K., Salonen, R. I. I. R. R. A., Venäläinen,
J. M., Ihanainen, M. E. R. J. A., & Rissanen, V. I. L. J. O. (1986). Inhibition of platelet
aggregability by moderate-intensity physical exercise: a randomized clinical trial in overweight
men. Circulation, 74(5), 939-944. }
 Intensitas dipilih berdasarkan model daya kritis. Mekanik (kekuatan, daya puncak,
daya rata-rata, kecepatan dan pekerjaan) dan parameter terkait fisiologis (denyut jantung,
laktat darah, waktu hingga konsentrasi laktat darah puncak (waktu laktat), massa tanpa
lemak, kapasitas anaerob dan aerob) dan skor IPAQ diperoleh selama latihan dan itu
digunakan untuk pembangunan empat model jaringan yang kompleks. Model-model
semacam itu memiliki nilai teoretis dan matematis dan memungkinkan kita untuk
memahami wawasan baru yang melampaui analisis konvensional. Dari ini, kami
peringkat pengaruh masing-masing node pada proses kelelahan. Hasil kami menunjukkan
bahwa node, tautan, dan metrik jaringan adalah sensibilitas sesuai dengan peningkatan
intensitas upaya, menjadi kecepatan faktor kunci untuk melakukan pemeliharaan pada
model / intensitas 1 dan 2 (upaya waktu yang lebih tinggi) dan kekuatan dan daya pada
model 3 dan 4, menyoroti variabel mekanik dalam terjadinya kelelahan dan bahkan
melatih aplikasi resep.
{ Pereira, V. H., Gama, M. C. T., Sousa, F. A. B., Lewis, T. G., Gobatto, C. A., & Manchado-
Gobatto, F. B. (2015). Complex network models reveal correlations among network metrics,
exercise intensity and role of body changes in the fatigue process. Scientific reports, 5, 10489}
 Intensitas latihan adalah penentu respons afektif. Protokol penelitian saat ini gagal
menemukan intensitas di mana semua individu akan mengalami respons afektif positif
ini. Konsekuensinya, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi apakah wanita
yang tidak banyak bergerak dapat mengatur sendiri intensitas latihan mereka selama
latihan menggunakan Hardy and Rejeski Feeling Scale (FS) untuk mengalami keadaan
afektif positif yang spesifik dan untuk memeriksa intensitas spesifik yang dipilih dan
konsistensi mereka terhadap pertarungan olahraga.Peserta berolahraga pada intensitas
yang lebih rendah untuk mencapai keadaan afektif yang baik (FS 3) dibandingkan dengan
yang cukup baik (FS 1). Kedua intensitas ini berada dekat dengan ambang ventilasi
individu. Intensitas yang dipilih konsisten di seluruh percobaan dengan intensitas
meningkat sepanjang waktu untuk mempertahankan keadaan afektif yang diperlukan.
{ Rose, E. A., & Parfitt, G. (2008). Can the feeling scale be used to regulate exercise intensity?.
Medicine & Science in Sports & Exercise, 40(10), 1852-1860. }

4. Mengapa pelatih harus mempertimbangkan prinsip-prinsip latihan dalam perancangan


program latihan kondisi fisik ?
Jawaban :
 Prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa saat ini memandu pelatihan semacam itu
tidak diketahui dan kemungkinan sangat bervariasi. Tujuannya untuk memperkenalkan
lima prinsip pembelajaran orang dewasa dan membahas bagaimana masing-masing dapat
diterapkan dalam menilai kebutuhan peserta pelatihan, merencanakan dan memberikan
pelatihan, dan mengevaluasi proses dan hasil pelatihan. Pelatihan yang dipandu oleh
prinsip-prinsip ini harus memfasilitasi pembelajaran orang dewasa, upaya kolaboratif,
dan saling menghormati antara lembaga, praktisi, dan mitra masyarakat.
{ Bryan, R. L., Kreuter, M. W., & Brownson, R. C. (2009). Integrating adult learning principles
into training for public health practice. Health promotion practice, 10(4), 557-563. }
 Prinsip kembali asal (the principle re versibility) adalah prinsip yang memandang
bahwa peningkatan kualitas fisik akibat dari latihan yang berkualitas, akan kembali
keting-Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia (2013) 3: 41-47kat paling dasar, jika
latihan tidak dilakukan dalam jangka yang panjang dan berkesinambungan. Jika beban
latihan dapat ditingkatkan secara terus menerus, maka akan terjadi peningkatan
komponen kebugaran jasmani dalam taraf tertentu.
{ Bafirman, H. B. "The contribution of sports physiology overcomes risks to optimal
performance." Indonesian Sports Science Media 3.1 (2013) }
 Prinsip kekhususan (the principle of specificity) adalah prinsip latihan untuk
memenuhi sasaran tertentu. Sasaran yang dimaksud adalah spesifik terhadap kelompok
otot tertentu, spesifik terhadap rangkaian pola gerakan, spesifik terhadap sistem energi
predominan dan lain sebagainya.
{ Frank.W.D, 1992. Sport Training Principles. 2nd ED. A&C Block London. }
 Dengan adanya prinsip latihan, latihan akan efektif dalam meningkatkan kinerja atlet, karena
itu dapat diuji dalam latihan atlet sebagai opsi yang berguna untuk meningkatkan komponen
penting dari kinerja fisik atlet.
{ Hammami, M., Gaamouri, N., Aloui, G., Shephard, R. J., & Chelly, M. S. (2019). Effects of
combined plyometric and short sprint with change-of-direction training on athletic performance
of male U15 handball players. The journal of Strength & Conditioning Research, 33(3), 662-675}
 Dalam olahraga prestasi banyak hal yang harus diperhatikan dan dipahami oleh setiap pelatih.
Hal ini tentunya terkait dengan tugas dan fungsi (peran) seorang pelatih. Kita mengetahui bahwa
fungsi seorang pelatih antara lain: sebagai sahabat/teman atlet, sebagai peletak dasar disiplin atlet,
sebagai idola/figur/panutan, sebagai orang tua, sebagai siswa yang harus terus belajar, sebagai
manajer, sebagai intrukstur, sebagai ilmuwan, sebagai analis, sebagai administrator, sebagai agen
promosi, sebagai guru, dan juga sebagai psikolog. Sehingga pelatih dikenal sebagai orang yang
harus senantiasa berlandaskan pada “ART AND SCIENCE”
{ Sidik, D. Z. (2010). Prinsip Prinsip Latihan Dalam Olahraga Prestasi }

5. Jelaskan hubungan antara intensitas latihan dengan prinsip individu !


Jawaban :
 Penelitian tentang selftalk telah menemukan bahwa apa yang dikatakan atlet pada diri
mereka sendiri memengaruhi kinerja mereka dalam pengaturan olahraga, efek utama dari
selftalk secara signifikan memenuhi syarat oleh gerakan kepala.
{ Horjaco, J., Paredes, B., Higuero, G., Brinol, P., & Pretty, R. E. (2019). The Effects og Overt
Head Movements on Physical Performance After Positive Versus Negative Self-Talk. Journal of
Sport and Exercise Psychology, 41(1), 36-45 }
 Persepsi atlet terhadap pertandingan merupakan hal terpenting demi tercapainya suatu
tujuan yang akan dicapai pada seiap diri atlet. Disamping setiap persepsi atlet terhadap
pertandingan, pasti juga akan mengalami suatu kecemasan bertanding. Oleh karena itu
setiap atlet harus memilik persepsi yang positif terhadap suatu pertandingan agar tidak
berakibat pada hasil pertandingan yang akan dicapainya nanti.
{ Juniarta, R W. (2014). HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI ATLET TERHADAP DENGAN
KECEMASAN BERTANDING PADA ATLET CABOR BELADIRI TAEKWONDO GOLD
MAESTRO SURABAYA (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya). }
 Latihan yang digunakan latihan yang sistematis dimana beban hanya dipakai sebagai
alat untuk menambah kekuatan otot guna mencapai tujuan tertentu, seperti memperbaiki
kondisi fisik. Prinsip individual berarti dimana pelatih harus memahami kemampuan
atlet, potensi, dan mempelajari karakteristik dan juga kebutuhan atlet.
{ Bagus Wiguna, Ida. (2017). Teori dan Aplikasi Latihan Kondisi Fisik }
 Perencanaan latihan harus dibuat berdasarkan perbedaan individu atas dasar kemampuan,
kebutuhan, potensi. Tidak ada program latihan yang dapat disalin secara utuh dari satu individu
untuk individu yang lain. Intensitas latihan juga disebut sebagai besar kecilnya atau berat
ringannya usaha yang dikeluarkan oleh seorang atlet dalam satu unit latihan.
{ Dikdik. (2019). Pelatihan Kondisi Fisik }
 Hasil yang mendapat kategori baik seperti kecepatan, kekuatan otot lengan serta kelincahan
perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan lagi. Untuk yang mendapat kategori sedang seperti daya
tahan sangatlah perlu ditingkatkan lagi, karena daya tahan merupakan faktor penting dalam
mencapai sebuah prestasi.
{ PALEVI, S., & SUDIJANDOKO, A. (2019). Analisis Kondisi Fisik Pada Atlet Bolavoli Putri
Club Jelita Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto. Jurnal Kesehatan Olahraga, 7 (2). }

Anda mungkin juga menyukai