1. Jelaskan kedudukan dari kondisi fisik dalam peningkatan prestasi atlet !
Jawaban : Kondisi fisik merupakan salah satu syarat yang dipergunakan untuk mencapai prestasi yang diinginkan seorang atlet Selama masa persiapan sebelum pertandingan yang akan sesungguhnya atlet dibina dan ditingkatkan kondisi fisiknya. Sehingga atlet tersebut siap menghadapi tekanan-tekanan yang ditimbulkan dalam pertandingan baik berupa tekanan mental maupun tekanan fisik. Sebelum pertandingan seorang atlet harus mencapai tingkat fitnes yang baik untuk menghadapi stress yang akan dihadapi dalam pertandingan. Oleh karena itu penting sekali memiliki kondisi fisik yang bagus dalam setiap sesi latihan dan pertandingan mempertahankan dan meningkatkan kondisi fisik tergantung dari program latihan dan kesadaran atlet itu sendiri untuk tetap siap menjaga kondisi fisiknya yang baik, sehingga kondisi fisik memiliki kedudukan yang penting selain mental, teknik dan taktik. {PRASETYA AMBARA, A. R. Y. A. (2017). The Relationship between Physical Conditions and Sanda Wushu Athletes' Achievements at Sasana KIM TIAUW Surabaya. Journal of Sports Achievement, 1 (1). } Tujuan utama kondisi fisik adalah untuk meningkatkan potensi fungsional dan meningkatkan kesegaran jasmani yang dimiliki oleh individu atlet dan mengembangkan kemampuan biomotor ke derajat yang paling tinggi. Kondisi fisik adalah suatu kualitas fisik, kualitas psikis, dan kemampuan fungsional peralatan individu dalam memenuhi tuntutan prestasi yang optimal pada cabang olahraga tertentu. Dalam latihan kondisi fisik, teknik, dan mental dan lain-lain dapat diketahui peningkatannya karena adanya suatu latihan yang terprogram. Kondisi fisik sebagai peranan penting dan merupakan komponen dasar dalam olahraga, apabila tidak didukung dengan kndisi fisik yang prima seorang atlet tidak bisa melakukan latihan dengan porsinya, nilai fisik antara lain dipengaruhi oleh kualitas otot dasar ditentukan oleh tingkat kebugaran energi dan kebugaran otot, kebugaran energi meliputi sistem aerobik dan anaerobik baik yang laktit maupun alaktik. (Sukadiyanto,2011:9) { LUSI ANGGRAENI, J. U. N. A. E. D. I. (2017). Profile of Physical Condition of UKM Pencak Silat Unesa (Putra). Journal of Sports Achievement, 1 (1). } Kondisi fisik adalah satu prasyarat yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan dasar yang tidak dapat ditunda atau ditawar-tawar lagi. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kondisi fisik seseorang atlet adalah penyusunan program latihan yang tepat. Seperti yang banyak dilakukan atlet, latihan harus diatur dan direncanakan dengan baik sehingga dapat menjamin tercapainya tujuan dari latihan. Jadi, proses program latihan menunjukan suatu yang diorganisasi dengan baik, secara metodologis dan menurut prosedur ilmiah sehingga dapat membantu para atlet untuk mencapai hasil yang lebih baik berdasarkan latihan dan prestasinya. { Afifi, S. N. (2015). Physical Condition of Badminton Athlete Club Djarum Kudus and Influencing Factors (Exposure Study on Women's Singles Ages 17-21 Year 2014) (Doctoral dissertation, STATE UNIVERSITY OF SEMARANG). } Faktor yang penting dalam peningkatan prestasi seorang atlet adalah kondisi fisik. Komponen fisik memegang peranan yang sangat penting untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (Physical fitness). Derajat kesegaran jasmani seseorang sangat menentukan kemampuan fisiknya dalam melaksanakan tugas sehari- hari. Kian tinggi derajat kesegaran jasmani seseorang kian tinggi kemampuan kerja fisiknya. Selain berguna untuk mening-katkan kesegaran jasmani, komponen fisik merupakan program pokok dalam pembinaan atlet untuk berprestasi dalam suatu cabang olahraga. { Abraham, H. (2014). Analysis of VO2max Levels in Football Athletes in PPLP South Sulawesi. Competitors, (1), 1-5. } Kondisi fisik yang baik diperlukan oleh atlet dalam setiap cabang olahraga guna menunjang pelaksanaan teknik dan taktik saat berlatih atau bertanding. Kondisi fisik yang baik merupakan salah satu cara untuk pencapaian prestasi. kondisi fisik adalah satu prasyarat yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan dasar yang tidak dapat ditunda atau ditawar lagi. kondisi fisik atlet memegang peranan yang sangat penting dalam program latihannya. Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis dan ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang lebih baik. {Pradipta, G. D., Setyawan, D. A., Kusumawardhana, B., & Royana, I. F. (2017). ANALYSIS OF PHYSICAL CONDITIONS OF UPGRIS FUTSAL TEAM PLAYERS. -. }
2. Mengapa pelatih harus memperhatikan intensitas latihan fisik atletnya ?
Jawaban : Latihan kondisi fisik memegang peranan yang sangat penting dalam program latihan atlet. Menurut M. Sajoto (1995:8), kondisi fisik adalah satu kesatuan yang utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat begitu saja dikembangkan, baik peningkatan maupun pemeliharaanya. Artinya bahwa dalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan. Di sini harus dilakukan dengan sistem prioritas sesuai dengan keadaan tiap komponen itu dan untuk keperluan apa, juga keadaan yang dibutuhkan tersebut. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kondisi fisik seseorang atlet adalah penyusunan program latihan yang tepat. Seperti yang banyak dilakukan atlet, latihan harus diatur dan direncanakan dengan baik sehingga dapat menjamin tercapainya tujuan dari latihan. Jadi, proses program latihan menunjukan suatu yang diorganisasi dengan baik, secara metodologis dan menurut prosedur ilmiah sehingga dapat membantu para atlet untuk mencapai hasil yang lebih baik berdasarkan latihan dan prestasinya. { Permadi, R. (2016). EVALUATION OF EXERCISE PROGRAMS ON EXERCISE LEVELS IN PLE SQUASH TRAINING AT PRINCESS IN CENTRAL JAVA PROVINCE IN 2016 (Doctoral dissertation, Semarang State University). } Pemeliharaan kondisi fisik diibaratkan sebagai komponen dasar yang mau tidak mau harus dilakukan oleh seorang atlet sebagai kebutuhan pokok, minimal untuk tetap menjaga ketahanan fisik dari gangguan-gangguan pada saat pertandingan, dan tentunya dengan pemeliharaan yang dilakukan secara berkesinambungan akan didapatkan suatu prestasi yang optimal. { Kuswahyudi, K. (2019). ENDURANCE. Indonesian Education, Management and Sports Anthology. } Untuk membantu meningkatkan keterampilan dan prestasi atlet semaksimal mungkin. Karena pada dasarnya latihan ditujukan untuk mencapai physical fitness (kebugaran jasmani). Dalam arti yang sederhana, kebugaran jasmani mencerminkan kualitas sistem tubuh dalam melakukan adaptasi terhadap pembebanan latihan fisik. Latihan fisik tujuan utamanya ialah untuk meningkatkan prestasi dengan mengembangkan kemampuan biomotorik ke tingkat yang setinggi- tingginya agar prestasi yang paling tinggi juga bisa dicapai. Komponenkomponen yang perlu diperhatikan untuk dikembangkan adalah daya tahan (kardiovaskuler), daya tahan kekuatan, kekuatan otot (stength), kelentukan (fleksibility), kecepatan (speed), stamina, kelincahan (aqility) dan power. {AGUNG GUMELAR, R. I. Z. K. I. (2019). COMPARISON OF THE EFFECT OF UNDERWATER PASSING TRAINING WITH THE UNDERWATER PASSING UNDER THE WALLS TO THE SKILLS OF UNDERWATER PASSING IN THE GAME OF VOLLEYBALL (Experiments on Extracurricular Volleyball Students in SMP Negeri 18 Tasikmalaya City Academic Year 2018/2019) (Doctoral dissertation) } Pembentukan kondisi fisik merupakan komponen yang mendasar di samping persiapan teknik, taktik dan mental dalam berbagai cabang olahraga. Persiapan kondisi fisik, teknik, taktik dan kejiwaan, merupakan faktor yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya (Bompa, 1990). Dalam berbagai kegiatan olahraga bila persiapan kondisi fisik kurang sempurna, kemampuan teknik, taktik dan mental akan terpengaruh sehingga penampilan kurang optimal, dan demikian sebaliknya. { Bafirman, B., & Wahyuri, A. S. (2019). Formation of Physical Conditions. } Kondisi fisik atlet memegang peranan penting dalam menjalankan program latihannya. Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik, sitematis dan ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga dapat menimbulkan atlet mencapai prestasi yang lebih baik sesuai harapan. { TRI BAGASWARA, G. A. G. A. S. (2019). COMPARISON OF THE EFFECT OF JUMP TO BOX TRAINING WITH DEPTH JUMP AGAINST THE MUSCLE POWER AND THEIR IMPLICATION OF SHOOTING RESULTS IN SEPAK BALL GAMES (Experiments on SSB Member of Tasik Raya U-15 City of Tasikmalaya) (Doctoral dissertation, Siliwangi University) }
3. Jelaskan cara mengetahui intensitas dalam proses latihan fisik !
Jawaban : Melalui perhitungan denyut nadi dengan cara meraba pergelangan tangan menggunakan tiga jari tengah tangan yang lain. Usia 55 tahun berlatih dalam denyut nadi 115140/menit, usia 56 tahun berlatih dalam denyut nadi 115-139/menit, usia 57 tahun berlatih dalamdenyut nadi114-138/menit, 58 tahun berlatih dalam denyut nadi 113138/menit, Usia 59 tahun berlatih dalam denyut nadi 113-137/menit, Usia 60 tahun berlatih dalam denyut nadi 112-136/menit. Sementara itu ada pendapat yang mengemukakan bahwa latihan dengan intensitas rendah yaitu antara 60% - 75% dengan rincian usia 50 tahun berlatih dalam denyut nadi 102-127/menit, usia 55 tahun berlatih dalam denyut nadi 99-123/menit, sedangkan 60 tahun berlatih dalam denyut nadi 96- 120/menit juga memiliki efek yang signifikan bagi pengembangan kebugaran lansia. (Satriyo,2010). { Junaidi, S. (2011). Elderly physical development through sports activities on foot. Indonesian Sports Science Media, 1 (1). } Kondisi perasaan sebelum dan sesudah latihan diukur melalui Skala Latihan Pengalaman Subjektif (McAuley & Courneya, 1994). Analisis menunjukkan waktu x kondisi x interaksi kebugaran F (2,21) = 6.07, p <.01 (eta2 = .37, untuk tekanan psikologis. Analisis univariat tindak lanjut mengungkapkan tidak ada perubahan dalam 50% atau kondisi kontrol, namun, tekanan psikologis meningkat secara signifikan untuk peserta yang tidak sehat F (1,11) = 4,68, p <0,05 (eta2 = 0,29) sementara tidak ada perubahan untuk peserta yang sangat sehat F (1,11) = 2,14, p> 0,05 (eta2 = 0,16) dalam kondisi intensitas 80%. Tidak ada perbedaan kebugaran yang muncul sehubungan dengan kesejahteraan positif atau kelelahan. { Blanchard, C. M., Rodgers, W. M., Spence, J. C., & Courneya, K. S. (2001). Feeling state responses to acute exercise of high and low intensity. Journal of Science and Medicine in Sport, 4(1), 30-38. } Menilai pengaruh latihan fisik intensitas sedang secara teratur (jalan cepat ke jogging lambat) terhadap agregasi trombosit dalam sampel berbasis populasi dari pria paruh baya, kelebihan berat badan, dan sedikit hipertensi di Finlandia timur. Dalam studi terkontrol ini, kami mengevaluasi efek bersih latihan pada agregasi platelet dengan mempelajari perubahan dalam kepadatan optik dan pelepasan ATP dalam plasma yang kaya platelet. Penghambatan signifikan agregasi platelet sekunder dari 27% menjadi 36% diamati pada pria yang melakukan olahraga teratur. { Rauramaa, R. A. I. N. E. R., Salonen, J. T., Seppänen, K., Salonen, R. I. I. R. R. A., Venäläinen, J. M., Ihanainen, M. E. R. J. A., & Rissanen, V. I. L. J. O. (1986). Inhibition of platelet aggregability by moderate-intensity physical exercise: a randomized clinical trial in overweight men. Circulation, 74(5), 939-944. } Intensitas dipilih berdasarkan model daya kritis. Mekanik (kekuatan, daya puncak, daya rata-rata, kecepatan dan pekerjaan) dan parameter terkait fisiologis (denyut jantung, laktat darah, waktu hingga konsentrasi laktat darah puncak (waktu laktat), massa tanpa lemak, kapasitas anaerob dan aerob) dan skor IPAQ diperoleh selama latihan dan itu digunakan untuk pembangunan empat model jaringan yang kompleks. Model-model semacam itu memiliki nilai teoretis dan matematis dan memungkinkan kita untuk memahami wawasan baru yang melampaui analisis konvensional. Dari ini, kami peringkat pengaruh masing-masing node pada proses kelelahan. Hasil kami menunjukkan bahwa node, tautan, dan metrik jaringan adalah sensibilitas sesuai dengan peningkatan intensitas upaya, menjadi kecepatan faktor kunci untuk melakukan pemeliharaan pada model / intensitas 1 dan 2 (upaya waktu yang lebih tinggi) dan kekuatan dan daya pada model 3 dan 4, menyoroti variabel mekanik dalam terjadinya kelelahan dan bahkan melatih aplikasi resep. { Pereira, V. H., Gama, M. C. T., Sousa, F. A. B., Lewis, T. G., Gobatto, C. A., & Manchado- Gobatto, F. B. (2015). Complex network models reveal correlations among network metrics, exercise intensity and role of body changes in the fatigue process. Scientific reports, 5, 10489} Intensitas latihan adalah penentu respons afektif. Protokol penelitian saat ini gagal menemukan intensitas di mana semua individu akan mengalami respons afektif positif ini. Konsekuensinya, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi apakah wanita yang tidak banyak bergerak dapat mengatur sendiri intensitas latihan mereka selama latihan menggunakan Hardy and Rejeski Feeling Scale (FS) untuk mengalami keadaan afektif positif yang spesifik dan untuk memeriksa intensitas spesifik yang dipilih dan konsistensi mereka terhadap pertarungan olahraga.Peserta berolahraga pada intensitas yang lebih rendah untuk mencapai keadaan afektif yang baik (FS 3) dibandingkan dengan yang cukup baik (FS 1). Kedua intensitas ini berada dekat dengan ambang ventilasi individu. Intensitas yang dipilih konsisten di seluruh percobaan dengan intensitas meningkat sepanjang waktu untuk mempertahankan keadaan afektif yang diperlukan. { Rose, E. A., & Parfitt, G. (2008). Can the feeling scale be used to regulate exercise intensity?. Medicine & Science in Sports & Exercise, 40(10), 1852-1860. }
4. Mengapa pelatih harus mempertimbangkan prinsip-prinsip latihan dalam perancangan
program latihan kondisi fisik ? Jawaban : Prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa saat ini memandu pelatihan semacam itu tidak diketahui dan kemungkinan sangat bervariasi. Tujuannya untuk memperkenalkan lima prinsip pembelajaran orang dewasa dan membahas bagaimana masing-masing dapat diterapkan dalam menilai kebutuhan peserta pelatihan, merencanakan dan memberikan pelatihan, dan mengevaluasi proses dan hasil pelatihan. Pelatihan yang dipandu oleh prinsip-prinsip ini harus memfasilitasi pembelajaran orang dewasa, upaya kolaboratif, dan saling menghormati antara lembaga, praktisi, dan mitra masyarakat. { Bryan, R. L., Kreuter, M. W., & Brownson, R. C. (2009). Integrating adult learning principles into training for public health practice. Health promotion practice, 10(4), 557-563. } Prinsip kembali asal (the principle re versibility) adalah prinsip yang memandang bahwa peningkatan kualitas fisik akibat dari latihan yang berkualitas, akan kembali keting-Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia (2013) 3: 41-47kat paling dasar, jika latihan tidak dilakukan dalam jangka yang panjang dan berkesinambungan. Jika beban latihan dapat ditingkatkan secara terus menerus, maka akan terjadi peningkatan komponen kebugaran jasmani dalam taraf tertentu. { Bafirman, H. B. "The contribution of sports physiology overcomes risks to optimal performance." Indonesian Sports Science Media 3.1 (2013) } Prinsip kekhususan (the principle of specificity) adalah prinsip latihan untuk memenuhi sasaran tertentu. Sasaran yang dimaksud adalah spesifik terhadap kelompok otot tertentu, spesifik terhadap rangkaian pola gerakan, spesifik terhadap sistem energi predominan dan lain sebagainya. { Frank.W.D, 1992. Sport Training Principles. 2nd ED. A&C Block London. } Dengan adanya prinsip latihan, latihan akan efektif dalam meningkatkan kinerja atlet, karena itu dapat diuji dalam latihan atlet sebagai opsi yang berguna untuk meningkatkan komponen penting dari kinerja fisik atlet. { Hammami, M., Gaamouri, N., Aloui, G., Shephard, R. J., & Chelly, M. S. (2019). Effects of combined plyometric and short sprint with change-of-direction training on athletic performance of male U15 handball players. The journal of Strength & Conditioning Research, 33(3), 662-675} Dalam olahraga prestasi banyak hal yang harus diperhatikan dan dipahami oleh setiap pelatih. Hal ini tentunya terkait dengan tugas dan fungsi (peran) seorang pelatih. Kita mengetahui bahwa fungsi seorang pelatih antara lain: sebagai sahabat/teman atlet, sebagai peletak dasar disiplin atlet, sebagai idola/figur/panutan, sebagai orang tua, sebagai siswa yang harus terus belajar, sebagai manajer, sebagai intrukstur, sebagai ilmuwan, sebagai analis, sebagai administrator, sebagai agen promosi, sebagai guru, dan juga sebagai psikolog. Sehingga pelatih dikenal sebagai orang yang harus senantiasa berlandaskan pada “ART AND SCIENCE” { Sidik, D. Z. (2010). Prinsip Prinsip Latihan Dalam Olahraga Prestasi }
5. Jelaskan hubungan antara intensitas latihan dengan prinsip individu !
Jawaban : Penelitian tentang selftalk telah menemukan bahwa apa yang dikatakan atlet pada diri mereka sendiri memengaruhi kinerja mereka dalam pengaturan olahraga, efek utama dari selftalk secara signifikan memenuhi syarat oleh gerakan kepala. { Horjaco, J., Paredes, B., Higuero, G., Brinol, P., & Pretty, R. E. (2019). The Effects og Overt Head Movements on Physical Performance After Positive Versus Negative Self-Talk. Journal of Sport and Exercise Psychology, 41(1), 36-45 } Persepsi atlet terhadap pertandingan merupakan hal terpenting demi tercapainya suatu tujuan yang akan dicapai pada seiap diri atlet. Disamping setiap persepsi atlet terhadap pertandingan, pasti juga akan mengalami suatu kecemasan bertanding. Oleh karena itu setiap atlet harus memilik persepsi yang positif terhadap suatu pertandingan agar tidak berakibat pada hasil pertandingan yang akan dicapainya nanti. { Juniarta, R W. (2014). HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI ATLET TERHADAP DENGAN KECEMASAN BERTANDING PADA ATLET CABOR BELADIRI TAEKWONDO GOLD MAESTRO SURABAYA (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya). } Latihan yang digunakan latihan yang sistematis dimana beban hanya dipakai sebagai alat untuk menambah kekuatan otot guna mencapai tujuan tertentu, seperti memperbaiki kondisi fisik. Prinsip individual berarti dimana pelatih harus memahami kemampuan atlet, potensi, dan mempelajari karakteristik dan juga kebutuhan atlet. { Bagus Wiguna, Ida. (2017). Teori dan Aplikasi Latihan Kondisi Fisik } Perencanaan latihan harus dibuat berdasarkan perbedaan individu atas dasar kemampuan, kebutuhan, potensi. Tidak ada program latihan yang dapat disalin secara utuh dari satu individu untuk individu yang lain. Intensitas latihan juga disebut sebagai besar kecilnya atau berat ringannya usaha yang dikeluarkan oleh seorang atlet dalam satu unit latihan. { Dikdik. (2019). Pelatihan Kondisi Fisik } Hasil yang mendapat kategori baik seperti kecepatan, kekuatan otot lengan serta kelincahan perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan lagi. Untuk yang mendapat kategori sedang seperti daya tahan sangatlah perlu ditingkatkan lagi, karena daya tahan merupakan faktor penting dalam mencapai sebuah prestasi. { PALEVI, S., & SUDIJANDOKO, A. (2019). Analisis Kondisi Fisik Pada Atlet Bolavoli Putri Club Jelita Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto. Jurnal Kesehatan Olahraga, 7 (2). }