Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Singgih Dirgagunarsa mengatakan bahwa psikopatik merupakan
hambatan kejiwaan yang menyebabkan pengidapnya mengalami kesulitan
dalam menyesuaikan diri terhadap norma-norma sosial yang ada yang ada di
lingkungannya. Pengidap psikopatik memperlihatkan sikap egosentris yang
besar, seolah semua patokan untuk semua perbuatannya adalah dirinya sendiri.
Dalam kasus yang kami ambil adalah kasus pembunuhan berantai yang
dilakukan oleh Very Idam Henyansyah alias Ryan. Terkuaknya pembunuhan
yang dilakukan Ryan dimulai dari ditemukannya tujuh potongan tubuh manusia
dalam dua buah tas di belakang Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Selatan, pada
Sabtu pagi 12 Juli 2008.
Pada tahun 2006-2008 di kampong halamannya Jombang, dia telah
membunuh 10 orang karena motif ekonomi dan dikubur dihalaman belakang
rumahnya. Ryan mengaku melakukan pembunuhan itu sendirian di belakang
rumahnya di Jalan Melati, Desa Jatiwates. Rentang pembunuhan dilakukan dari
2006, hingga akhirnya terungkap ada 11 korban jiwa.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan gangguan kepribadian Psikopatik?
1.2.2 Apa saja karakteristik, dan faktor penyebab dari gangguan kepribadian
psikopatik?
1.2.3 Bagaimana kasus gangguan kepribadian psikopatik yang dialami Ryan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi gangguan kepribadian Psikopatik.
1.3.2 Untuk mengetahui karakteristik, dan faktor dari gangguan kepribadian
Psikopatik.
1.3.3 Untuk mengetahui kasus gangguan kepribadian Psikopatik yang dialami
Ryan.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gangguan Kepribadian Psikopatik


2.1.1 Definisi
Emosi dan Psikopati, pada sebuah studi klasik brdasarkan observasi klinis
Cleckley, Lykken(1957) menguji pemikiran bahwa psikopat hanya memiliki
hambatan untuk melakukan tindakan antisosial karena mereka sangat sedikit
mengalami kecemasan. Penelitian Lykken mendukung pemikiran bahwa
psikopat memiliki kadar kecemasan rendah, kemampuan mereka menghindari
kejut lebih rendah dari kelompok control.
Istilah psikopat sebenarnya sudah tidak dipakai dalam diagnosis gangguan
jiwa menurut DSM terakhir yaitu DSM 5 atau ICD 10. Istilah psikopat lebih
merujuk kepada suatu gangguan kepribadian antisosial yang masuk dalam
kode diagnosis F60 di ICD 10. Gangguan kepribadian termasuk gangguan
kejiwaan.

a. Gangguan Kepribadian Antisosial


Individu menunjukkan hambatan perekmbangan moral dan etika,
ketidakmampuan mengikuti model tingkah laku, penuh tipu daya, suka
memanipulasi orang lain dan memiliki sejarah tingkah laku negative
semasa anak. Tampaknya pada mereka tidak tersosialisasikan dan tidak
memiliki loyalitas pada orang lain, kelompok atau nilai sosial, dan
sebagian dari mereka memiliki kecerdasan yang memadai dan daya tarik
sosial yang dimanfaatkannya untuk mendapatkan keuntungan dari orang
lain. Gangguan ini sering disebut pula kepribadian psikopatik atau
sosiopatik.

b. Definisi penunjang
Psikopat berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan pathos yang
berarti penyakit. Psikopat tidak sama dengan skizofrenia karena seorang

2
psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya. Psikopatik merupakan
istilah yang dituju pada penderita gangguan yang dialami oleh para
psikopat. Hare (1993) mendeskripsikan psikopat sebagai predator yang
menggunakan daya tarik, manipulasi, intimidasi, dan kekerasan untuk
mengendalikan seseorang demi memuaskan kebutuhan egois mereka.
Psikopat memiliki kurangnya hati nurani dan perasaan terhadap orang
lain. Mereka berdarah dingin mengambil apa yang mereka inginkan dan
melakukan apa yang mereka harapkan, melanggar norma sosial dan
berekspektasi terhadap sesuatu tanpa adanya rasa menyesal atau
bersalah (Perri & Lichtenwald, 2010:54). Psikopati oleh Hare (1995)
dalam Cooke dll (1998:105) memiliki definisi gangguan kepribadian
yang merusak hubungan secara sosial, dilihat dari hubungan antar
pribadi yang mencakup karakteristik perilaku. Egosentris, manipulatif,
kebohongan, kurangnya rasa empati, rasa bersalah atau penyesalan,
serta kecenderungan untuk melanggar norma dan pernyataan umum
yang legal.
Psikopat adalah suatu gejala kelainan yang sejak dulu dianggap
berbahaya dan mengganggu masyarakat. Psikopat dalam kedokteran
jiwa masuk dalam klasifikasi gangguan kepribadian dissosial. Definisi
Psikopat dapat memiliki kecerdasan verbal yang tinggi, tetapi mereka
umumnya tidak memiliki “kecerdasan emosional”. Psikopat dapat
memiliki hidup teratur dan hubungan normal jangka panjang. Mereka
banyak melakukan perencanaan, khususnya ketika merencanakan untuk
melakukan kejahatan, yang bisa berlangsung bertahun-tahun.

2.1.2 Karakteristik
a. Gambaran Klinis
Biasanya pandai, spontan dan menyenangkan saat pertama. Mereka
penuh tipu daya dan suka memanipulasi, dengan tanpa rasa kasihan
memanfaatkan orang lain untuk mencapai tujuan mereka. Mereka hidup
untuk masa sekarang dan kurang memikirkan masa depan. Mereka

3
menunjukkan sikap permusuhan, menyalurkan impuls tanpa rasa sesal
dan melakukan kekerasan tanpa perasaan.

b. Karakteristik umum
- adanya perkembangan hati nurani yang tidak adekuat
- tingkah laku tak bertanggung jawab dan impilsif
- kemampuan meyakinkan dan mengekploitasi orang lain
- penolakan terhadap otoritas
- ketidakmampuan mempertahankan hubungan yang baik

c. Karakteristik penunjang teori dari psikiatri


Terkait karakteristik psikopat, dalam Jacoubs (2009:7), Hare (1992)
mengutarakan bahwa psikopat fasih dalam berbicara dan memiliki
penampilan yang menarik. Para psikopat cenderung mendominasi orang
lain dan tidak memiliki penyesalan atas kesalahan yang dilakukannya.
Secara umum psikopat memiliki kepribadian yang muluk, egois, dan
memiliki kemampuan dalam melakukan manipulasi. Mereka pandai
dalam berbohong, khusunya memiliki kehidupan layaknya parasit yang
dikarakterisasikan dari kurangnya kepedulian terhadap sesama.
Lainnya, psikopat menunjukkan sikap dingin atau tidak berperasaan
yang ditunjukkan dari terbatasnya kemampuan mereka dalam
memahami perasaan orang lain. Sikap dingin yang dimiliki oleh
psikopat didukung dengan emosi psikopat yang labil dan dangkal.
Selain itu, psikopat juga memiliki kepribadian yang impulsif (berpusat
pada isi hati). Mereka cenderung mencari perhatian orang lain, yang
sering menyebabkan mereka terlibat dalam peradilan pidana.
Dalam Larsen & Buss (2008:631-632), Robert Hare menggolongkan
ciri psikopat dalam psychopathy-checklist diantaranya:
• Anti-sosial
• Egosentris
• Kurangnya kepedulian terhadap sesama

4
• Kurangnya rasa empati
• Berperilaku impulsif
• Kurangnya kemampuan dalam mengontrol diri
• Emosi dangkal
• Tidak adanya rasa takut
• Keinginan memiliki yang tinggi untuk kepuasan pribadi
• Memiliki penampilan luar yang menarik
• Memiliki hubungan sosial yang kejam terhadap sesama
• Adanya permasalahan kronis di masa dini

2.1.3 Faktor Penyebab


Sampai saat ini banyak penelitian yang mendukung berbagai faktor tentang
penyebab kelainan psikopat, antara lain:
1. Kelainan otak
Hubungan antara gejala kelainan psikopat dengan kelainan sistem
serotonin kelainan struktural, dan kelainan fungsional otak. (Pridmore,
Chambers & McArthur, 2005). Sebuah studi di Amerika menemukan bahwa
lebih dari 20 persen narapidana di sebuah penjara menengah setempat
merupakan pengidap psikopati atau psikopat. Untuk mengetahui
penyebabnya, para peneliti menggunakan alat scan MRI untuk mengamati
aktivitas otak para narapidana di Rutan tersebut, ada sekitar 120 tahanan. Dari
jumlah tersebut peneliti mengelompokkan menjadi 3 kategori. Psikopat
rendah, tinggi, dan sedang.
Setelah digolongkan berdasarkan kategori, peneliti menunjukkan
beberapa gambar orang yang sedang kesakitan, seperti tertimpa benda berat
atau terjepit pintu. Mereka disuruh membayangkan jika hal tersebut terjadi
pada orang lain yang mereka kenal. Hasilnya, peneliti menemukan minimnya
aktivitas pada bagian otak utama, termasuk amigdala (bagian otak yang paling
berperan mengatur emosi). Menurut pemimpin penelitian, Prof. Jean Decety
respon yang terhambat pada amigdala dan korteks prevontal ventromedial
terbukti sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya tentang psikopati.

5
2. Lingkungan
Orang yang mengidap psikopat memilik latar belakang masa kecil yang
tidak memberikan peluang untuk mengembangkan masa emosinya secara
maksimal. (Kirkman, 2002)11. Menurut Kartini Kartono, seseorang dapat
menderita psikopat karena kurang atau tidak adanya kasih sayang yang
diterima dari lingkungannya, terutama keluarga. Apabila pada lima tahun
pertama dalam hidupnya dia tidak pernah sayang, hal ini menjadikan individu
tersebut gagal dalam mengembangkan kemampuan untuk menerima dan
memberikan perhatian serta kasih sayang terhadap orang lain.
3. Kepribadian sendiri
Adanya hubungan antara perilaku para pengidap psikopat dengan skor
yang tinggi dalam tes kepribadian Revised NEO Personality Inventory (NEO-
P- I-R,1992). (Miller & Lynam, 2003).13mengalami kelembutan, kemesraan,
dan kasih

6
BAB III
ANALISIS KASUS

3.1 Kasus
Dalam catatan detikcom, Minggu (18/1/2015), kejahatan Ryan bermula dari
penemuan 7 potongan tubuh di Jalan Kebagusan Raya, Jakarta Selatan pada 12
Juli 2008. 7 Potongan tubuh tersebut dibuang di tempat berbeda namun masih
di wilayah Kebagusan. Belakangan diketahui mayat korban mutilasi tersebut
bernama Heri Santoso.
Dari penelusuran polisi, akhirnya diketahui pembunuh Heri ternyata Ryan.
Ryan ditangkap di salah satu rumah di Pesona Khayangan, Depok, Jawa Barat,
15 Juli 2008. Ryan membunuh Heri di Margonda Garden Residence, kamar
309, Jalan Margonda Raya, Depok. Ryan tega membunuh Heri dan
memutilasinya karena cemburu.
Polisi mendapat laporan hilangnya Aril, seorang agen properti berwajah
tampan yang sudah hilang 4 bulan. Sebelum hilang, Aril pamit pergi dengan
Ryan ke Surabaya. Ryan kemudian mengaku telah membunuh Aril dan
mayatnya ditanam di rumahnya di Jombang, Jawa Timur
Polisi lalu membawa Ryan ke rumahnya di Jombang. Mayat Aril yang
sudah ditanam pun dibongkar. Polisi curiga korban Ryan tidak cuma Heri dan
Aril. Ryan terus diperiksa intensif. Hingga akhirnya diketahui ada 10 jasad
korban pembunuhan Ryan yang ditanamnya di belakang rumahnya. Ditambah
Heri Santoso, total Ryan menghabisi 11 orang.
Korban yang ditanam di belakang rumah Ryan adalah Grady, Vincentius
Yudhy Priyono alias Vincent (30), Grendy, Guruh Setyo Pramono alias Guntur,
Agustinus F Setiawan alias Wawan (28), Nanik Hidayati (31) dan putrinya
Sylvia Ramadani Putri (3), Aril Somba Sitanggang (34), Muhammad Akhsoni
alias Soni (29), dan Zaenal Abidin alias Zeki (21).
Akhirnya Ryan disidang di PN Depok, Jawa Barat dan dijatuhi hukuman
mati. Hukuman mati itu dikuatkan di tingkat banding, kasasi dan peninjauan
kembali (PK).

7
3.2. Analisis Kasus
Ketua Asosiasi Psikologi Forensik Seluruh Indonesia, Yusti Prabowo
Rahayu menjelaskan, dalam psikologi forensik tidak ada perbedaan mendasar
antara kelainan jiwa dan sakit jiwa. Para ahli psikologi forensi lazimnya hanya
menggunakan satu terminologi, yakni orang yang bermasalah secara kejiwaan.
Memang, kategorinya macam-macam. Ada yang psikopat, schizofren, dan
neurosis.
Psikopatik merupakan gangguan kepribadian yang termasuk ke Aksis II dari
Gangguan Kepribadian Disosial. Dalam kasus pembunuhan berantai yang
dilakukan oleh Very Idam Henyansyah alias Ryan merupakan pembunuhan
yang sadis, karena Ryan tanpa adanya penyesalan dan perasaan bersalah yang
dirasakannya setelah melakukan pembunuhan tersebut, yang kemudian
korbannya dikuburkan dihalaman belakang rumahnya.
Pada masa kecilnya pelaku dikenal orang yang sopan, berpakaian rapi dan
bersih. Ryan tumbuh dari keluarga yang berkecukupan, yang ayahnya bekerja
sebagai security di Pabrik Gula dan ibunya bekerja sebagai pedagang kebutuhan
rumah tangga. Waktu Sekolah Dasar, kepala sekolahnya bilang bahwa Ryan
merupakan anak yang berprestasi dan jarang bermain hingga berkeringat seperti
teman-temannya, Ryan kecil tergolong orang yang tampan dan disenangi oleh
guru-guru serta teman-teman perempuannya karena baik dan sopan.
Di Sekolah Menengah Pertama Ryan mulai menunjukkan kelainan, gaya
bicara Ryan mulai berubah seperti perempuan dan menyukai kegiatan yang
berhubungan dengan perempuan, sehingga dia mulai mengikuti ekstrakulikuler
seni tari dan hobi berdandan seperti perempuan. Ryan di sekolah lebih banyak
berteman dengan perempuan, Ryan juga sering diejek teman-temannya karena
femininnya. Ryan juga dikenal sebagai seorang yang mudah bergaul dan
cekatan sehingga sampe lulus SMP Ryan selalu mendapat peringkat satu dan
masuk SMA Favorit dengan mudah di Jombang.
Walau Ryan tidak pernah menggubris ejekan teman-temannya tetapi
dirumah dia mulai menujukkan perilaku yang aneh karena kekesalannya,
ibunya mengungkapkan bahwa Ryan pernah melemparkan gelas kearahnya

8
ketika sedang marah. Ryan sering mengungkapkan kemarahannya terhadap ibu
dan ayahnya ataupun menggores dinding tembok menggunakan sendok. Pada
masa SMA nya Ryan sering berpindah-pindah sekolah hingga ke Yogya, namun
yang pada akhirnya dia berhasil menamatkan sekolahnya di Jombang pada
tahun 1990.
Perubahan Ryan yang mulai dirasakan orang tuanya yaitu pada saat
sepulangnya Ryan liburan dengan teman-teman sekelasnya di Yogya nya. Pada
saat duduk dibangku kelas 3 SMP Ryan menemukan sepasang boneka di Pantai
Parangtritis, kakak dan sepupunya pernah melihat boneka perempuan tersebut
yang disimpan oleh Ryan dan boneka laki-lakinya oleh temannya. Setelah
menyimpan boneka itu perilaku Ryan seperti perempuan semakin menjadi-jadi
dan Ryan pun sempat stress yang kemudian dirawat di RS Gatoel selama dua
minggu. Ryan pun mendapat perawatan dari salah satu kyai yang katanya kalau
boneka tersebut dikembalikan ke laut Ryan akan sembuh, namun yang terjadi
Ryan malah marah-marah ketika boneka tersebut dikembalikan.
Setelah lulus SMA Ryan menjadi guru mengaji di Pendidikan Qur’an
Mesjid dekat rumahnya. Ryan sosok yang tidak mudah marah dan pintar seni,
sehingga dia disayang oleh murid-muridnya. Berkat Ryan TPQ ini sering
mendapat penghargaan baik tingkat Desa maupun Kecamatan. Namun, selang
beberapa tahun Ryan kumat dan jarang masuk untuk mengajar. Tidak ada yang
mengetahui selama mengajar di TPQ, Ryan telah membunuh 5 kali dan
menguburkannya di pekarangan rumah orang tuanya.
Maret 2008 Ryan memutuskan meninggalkan kampung halamannya dan
menetap di Jakarta. Karena bagi Ryan Jakarta merupakan tempat yang cocok
dan bersahabat baginya yang kala itu dia mulai menyukai laki-laki. Dia dekat
dengan seorang lelaki yang bernama Naufal Andreas yang tinggal dikawasan
Setiabudi. Selama di Jakarta Ryan masih sering bulak-balik Jakarta-Jombang
dengan alasan menengok orang tua. Namun, lagi-lagi tidak ada yang tahu
dibalik semua itu ada tujuan yang tersembunyi yaitu untuh membunuh. Dalam
sebulan Ryan bias membunuh sebanyak 5 kali dan itu dilakukannya ketika

9
kembali ke Jombang. Setiap korbannya dihabisi di halaman belakang
rumahnya, ketika membunuh Ryan begitu tenang dan tidak ada penyesalan.
Kemudian setelah terungkapnya pembunuhan yang dilakukan oleh Ryan,
maka dilakukan seraingkaian pemeriksaan psikologis, dan ditemukan gangguan
kejiwaan yang berat. Ryan membunuh para korbannya itu dengan sadar dan
paham betul apa dampak yang akan dialaminya nanti. Dalam laporan
psikologis, Ryan melakukan pembunuhan ini dengan tenang karena unsur
kebenciannya yang mendalam terhadap ibunya. Ryan merupakan anak tunggal
dari perkawinan ibunya yang ketiga, dalam rumah tangganya ibunyalah yang
lebih mendominasi dan Ryan pun sering mendapatkan kekerasan oleh ibunya.
Hal tersebutlah yang menyebabkan Ryan remaja mengalami gangguan
kejiwaan, membuat Ryan stress dan melampiaskannya dengan marah-marah
dan melepar barang. Ryan juga kurang perhatian dari orang tuanya karena sibuk
bekerja, dan Ryan kecil juga sering ditinggal dirumah sendirian.
Sebelum kasusnya ini terungkap Ryan pernah mengancam ibunya dengan
mengejarnya sambil membawa pisau ketika Ryan masih duduk dibangku kelas
3 SMP di Jombang Jawa Timur, setelah pulangnya di RS Gatoel yang pada saat
itu Ryan mengalami stress berat. Namun, pada akhirnya setelah kasusnya
terungkap Ryan divonis hukuman mati.

a. Pendapat Psikolog mengenai kasus Ryan


Di Amerika Serikat, penelitian tentang tindak kriminal psikopat
seperti yang dilakukan oleh Ryan jagal Jombang ini sangat minim,
sangat sulit dan hampirmustahil (Heirr, dalam Maramis, 2015).
Alasannya karena pengidap psikopat cenderung manipulatif dan tidak
mudah untuk dideteksi, dalam keseharian bisa tampak seperti orang
yang hangat, cerdas dan pandai berinteraksi. Maka dari itu perlu adanya
asesmen yang baik untuk menetapkan apakah seseorang mengidap
psikopat atau tidak. Senada dengan hal tersebut, para penegak hukum
yang menangani kasus psikopati hendaknya melakukan banyak hal
untuk mengasesmen perilaku dari psikopat tersebut. Seperti yang ada

10
pada kasus Ryan, para penegak hukum yang dibantu oleh reserse
kriminal melakukan wawancara kepada pelaku,saksi dan orang-orang
yang terlibat atau mengenali keseharian Ryan (JPNN.com,2008). Selain
itu, pihak kepolisian, reserse kriminal dan tim forensik juga
mengumpulkan data-data dan berkas terkait riwayat catatan kepolisian
pelakumaupun riwayat korban dan mengumpulkan berkas data orang
hilang di lingkupPolres Jombang dan jajarannya (JPNN.com, 2008).
Para penegak hukum juga melakukan olah TKP dan melakukan
rekonstruksi pembunuhan Ryan terhadap korbannya untuk mengetahui
pola pembunuhan dari Ryan. Perlu keterlibatan psikolog Forensik untuk
mengungkap jati diri pelaku dengan sabar, karena psikopat cenderung
berubah-ubah dan mudah membuat orang lain percaya karena pesona
dan kepercayaan diri ketika menjawab pertanyaan sehingga susah
diketahui titik bersalah dari pelaku.
Seperti yang diketahui dalam kronologis pembunuhan yang
dilakukan oleh Ryan terhadap korbannya, Ryan tidak menunjukkan
penyesalan, yang merupakan ciri seorang psikopat asli. Alasan Ryan
membunuh karena cemburu juga ditengarai sejumlah pakar psikologi
forensik dan kriminolog sebagai motif subsider, artinya motif lain yang
sebetulnya bukan motif utama. Itu hanya alasansaja, tetapi Ryan tidak
sengaja beralasan demi berbohong (Maramis, 2015). Dia jujur
mengatakan dia cemburu, hanya saja, dia tidak mampu membedakan
apa yang sebenarnya mendorongnya untuk membunuh. Keinginan
untuk menjadi kaya terletak di alam bawah sadarnya karena setelah
membunuh Heri, ia menggunakan hartanya untuk bersenang-senang
dengan Novel.
Ryan tidak bisa membedakan emosinya, dan tidak bisa juga
membedakan benar salah. Ryan adalah seorang psikopat dan
kemungkinan dipicu oleh depresi ataupun schizophrenia (paranoid)
dimana kepribadiannya terpecah, Ryan adalah seorang yang mengidap
kelainan jiwa akut.

11
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Dalam pembahasan kasus kali ini, kami membahas mengenai gangguan
kepribadian Psikopatik yang dialami oleh seorang pemuda asal Jombang, Very
Idam Henyansyah alias Ryan. Psikopatik merupakan gangguan kepribadian yang
termasuk ke Aksis II dari Gangguan Kepribadian Disosial. Gangguan kepribadian
psikopatik ini merupakan hambatan pada individu dalam hal perekembangan moral
dan etika, perilaku yang negatif yang dapat merugikan lingkungan sekitarnya,
mereka memiliki daya tarik sosial yang dimanfaatkannya untuk mendapatkan
keuntungan dari orang lain, menyalurkan impuls tanpa rasa sesal, melakukan
kekerasan secara sadar tanpa perasaan atau sama sekali tidak merasa bersalah.
Mereka banyak melakukan perencanaan, khususnya ketika merencanakan untuk
melakukan kejahatan, yang bisa berlangsung bertahun-tahun. Perlu adanya asesmen
yang baik untuk menetapkan apakah seseorang mengidap psikopat atau tidak.
Dalam kasus ini, Ryan melakukan pembunuhan dari tahun 2006-2008, Ryan
tidak merasakan penyesalan karena melakukannya bahkan ia begitu tenang. Yang
menyebabkan dia bisa menjadi seorang psikopat adalah karena kebenciannya yang
mendalam terhadap ibunya, karena sering mendapatkan kekerasan diwaktu
kecilnya. Kekesalannya ia lampiaskan dengan marah-marah dan melempar baran-
barang. Selain itu, Ryan juga kurangnya mendapat perhatian dari orang tuanya
karena sibuk bekerja dan Ryan kecil juga sering ditinggal dirumah sendirian. Akibat
hal tersebut, ia akhirnya melakukan beberapa kali pembunuhan yang sangat kejam
yang dilakukannya secara sadar dan tanpa merasa bersalah atau takut. Pada saat
itu, kasus Ryan ini sangat viral bahkan sampai keluar negri. Setelah akhirnya
pembunuhan yang dilakukan Ryan terungkap semua dan dilakukan beberapa
pemeriksaan oleh ahli, Ryan dinyatakan bersalah dan memiliki gangguan
kepribadian Psikopatik, ia pun diberi hukuman mati.
Pada 17 Oktober 2010, kisah Ryan ini pun ditayangkan dalam bentuk film
documenter oleh sebuah jaringan televisi yang dimiliki Astro All Asia Networks,

12
Crime&Investigation Network. Film documenter tersebut diberi judul “The Smiling
Serial Killer”. Kisah Ryan ini tayang tanggal 17 sampai 31 Oktober 2010.

4.2 Saran
Dari pembahasan diatas, ada beberapa saran yang bisa dilakukan untuk
mencegah terjadinya pembunuhan yang dilakukan oleh Ryan, diantaranya:
1. Tidak melakukan tindak kekerasan baik fisik maupun verbal dalam
mendidik anak.
2. Berikan perhatian dan luangkan waktu yang cukup untuk anak.
3. Ajarkan komunikasi yang baik, seperti tanyakan apa yang dialaminya
oleh anak dan biasakan anak berbagi cerita dengan orang tua.

13
DAFTAR PUSTAKA

Kring, Ann M., Johnson Sheri L., Davidson., Gerald, Neale, John. 2012. Abnormal
Psychology 12th Edition. New York: John Welay & Sons, Inc.
Unandari & Ayu Riana Sari. Diktat Psikologi Abnormal & Psikopatologi. Fakultas
Psikologi Universitas Jenderal Achmad Yani.

14
DAFTAR WEB

https://news.detik.com/berita/d-2806514/ryan-jagal-jombang-pembunuh-berantai-
11-orang-kapan-dieksekusi-mati (Diakses Pada Tanggal 01 Desember 2019 Pukul
10.00 WIB)
http://digilib.uinsby.ac.id/4239/3/Bab%202.pdf (Diakses Pada Tanggal 02
Desember 2019 Pukul 13.30 WIB)
https://id.scribd.com/doc/189407247/36128053-Tentang-psikopat-pdf (Diakses
Pada Tanggal 02 Desember 2019 Pukul 14.00 WIB)

15

Anda mungkin juga menyukai