Anda di halaman 1dari 11

Karies

Karies merupakan daerah yang mengalami pembusukan di dalam gigi akibat


destruksi enamel secara bertahap dan meluas ke bagian dalam gigi. Karies gigi
merupakan proses demineralisasi struktur gigi oleh asam yang dihasilkan oleh mikro-
organisme dan ditandai dengan terbentuknya kavitas pada permukaan email, dentin
atau sementum (Cawson, 2008). Karies bersifat kronis, tidak dapat sembuh sendiri,
dan dapat mengakibatkan kehilangan gigi apabila tidak dilakukan perawatan
(Walmsley, 2007).
A. Etiologi karies
Karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial dengan beberapa faktor
yang menjadi penyebab terbentuknya karies (Chemiawan et. al, 2004). Tiga faktor
utama yang menyebabkan karies yaitu faktor host, agent atau mikroorganisme,
substrat atau diet dan disertai faktor waktu. Karies akan terjadi apabila kondisi setiap
faktor tersebut memenuhi keadaan karies yaitu host yang rentan, mikroorganisme
kariogenik yang muncul, substrat yang menempel dan waktu paparan yang lama
(Chemiawan et. al, 2004).
1. Host
Faktor Host merupakan gigi sebagai tempat adanya karies yaitu faktor
morfologi gigi, struktur email, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada
gigi posterior yang dalam, sangat rentan terhadap karies karena sisa makanan
dapat mudah terakumulasi pada daerah tersebut. Permukaan gigi yang kasar juga
dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies
gigi.
2. Faktor Agent/Mikroorganisme
Plak gigi merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya karies. Plak adalah
suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang
biak di atas suatu matriks dimana matriks tersebut terbentuk dan melekat pada
permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Mikroorganisme yang menyebabkan
karies gigi adalah kokus gram positif, merupakan jenis yang paling banyak
dijumpai seperti Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus
mitis dan Streptococcus salivarius serta strain lainnya.
3. Faktor Substrat
Faktor substrat dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu
mengakomodasi perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang pada
permukaan email. Selain itu, substrat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam
plak dengan menyediakan material yang diperlukan untuk memproduksi asam dan
bahan aktif lain yang menyebabkan timbulnya karies.
4. Waktu
Karies di klasifikasikan sebagai penyakit kronis pada manusia yang
berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Waktu yang dibutuhkan
karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi namun
diperkirakan waktu yang diperlukan adalah 6 hingga 48 bulan.
B. Patofisiologis Karies
Karies gigi disebabkan oleh kandungan sukrosa (gula) sisa makanan dan
bakteri yang menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang
akan menurunkan pH mulut menjadi 5,5 dan menyebabkan demineralisasi email yang
berlanjut menjadi karies gigi. Secara perlahan demineralisasi email akan meluas ke
arah dentin namun belum terjadi adanya pembentukan lubang (kavitas). Kavitas akan
muncul apabila dentin mulai mengalami demineralisasi (Cruz, 2013).
C. Klasifikasi Karies
Karies dapat diketahui melalui kedalaman dan lokasinya. Klasifikasi karies
berdasarkan kedalamannya dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu:
Karies Superfisial adalah karies yang hanya mengenai bagian email saja
Karies Media adalah karies yang mencapai dentin, namun belum melebihi setengah
dentin.
Karies Profunda adalah karies yang sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan
terkadang sudah mencapai pulpa.

Gambar 1. Klasifikasi karies berdasarkan kedalaman

Klasifikasi karies berdasarkan lokasinya dikemukakan oleh G.V. Black terdiri atas 6
yaitu:
Kelas I adalah karies yang terdapat pada bagian oklusal (pit dan fissure) dari gigi
premolar dan molar (gigi posterior) dapat juga terdapat pada gigi anterior di foramen
caecum.
Kelas II adalah karies yang terdapat pada bagian proksimal gigi – gigi molar atau
premolar, yang umumnya meluas hingga bagian oklusal.
Kelas III adalah karies yang terdapat pada bagian proksimal dari gigi anterior, tetapi
belum mencapai sepertiga insisal gigi.
Kelas IV adalah karies yang terdapat pada bagian proksimal dari gigi anterior yang
meluas hingga sepertiga insisal gigi.
Kelas V adalah karies yang terdapat pada bagian servikal dari gigi anterior maupun
posterior pada permukaan labial, lingual, palatal ataupun bukal gigi.
kelas VI adalah karies yang terdapat pada incisal edge dan cusp oklusal pada gigi
posterior yang disebabkan oleh abrasi, atrisi, atau erosi.

Gambar 2. Klasifikasi karies menurut G.V. Black


D. Cara Diagnosis
Perawatan karies yang baik dimulai dengan penegakan diagnosis yang tepat.
Diagnosis yang tepat dilakukan melalui beberapa tahap pemeriksaan, yaitu
pemeriksaan subjektif, objektif, dan penunjung. Pemeriksaan tersebut akan
menghasilkan informasi diagnosis yang dapat menjadi pertimbangan interpretasi
informasi, sehingga menghasilkan diagnosis yang tepat dan rencana perawatan yang
sesuai dengan kebutuhan pasien.
1. Pemeriksaan Subjektif
Pemeriksaan subjektif adalah pemeriksaan mendasar untuk
mendapatkan informasi dari pasien melalui riwayat penyakit pasien yang
meliputi gejala dan intensitas penyakit. Pemeriksaan subjektif umumnya
dilakukan melalui anamnesis. Anamnesis merupakan wawancara atau
komunikasi antara dokter dengan pasien mengenai riwayat penyakit.
2. Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan objektif merupakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap
pasien, diantaranya adalah:
a) Pemeriksaan Ekstraoral
Pemeriksaan bagian tubuh penderita di luar mulut yaitu pada
daerah muka, kepala, dan leher. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
membandingkan kesimetrisan wajah, memeriksa pembengkakan
dengan palpasi dan inspeksi keadaan umum pasien.
b) Pemeriksaan Intraoral
Pemeriksaan dilakukan di dalam rongga mulut pasien untuk
mengetahui keadaan jaringan keras maupun jaringan lunak area rongga
mulut, pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu:
 Palpasi : bertujuan untuk mengetahui status struktur jaringan keras
maupun lunak melalui indra peraba
 Perkusi : pemeriksaan yang dilakukan menggunakan instrument
yang di ketukkan dengan frekuensi dan intensitas yang rendah,
untuk mengetahui status periodontal atau rangsangan terhadap
jaringan periodontal.
 Mobilitas gigi : pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui
tingkat kegoyahan gigi. Kegoyahan gigi dibagi menjadi 4 tingkat
yaitu :
Grade 0 : tidak terjadi kegoyahan
Grade 1 : hanya pasien yang dapat merasakan kegoyahan gigi
Grade 2 : terdapat kegoyahan gigi secara horizontal < 1 mm
Grade 3 : terdapat kegoyahan gigi secara horizontal dan terdapat
kegoyahan secara vertikal
 Vitalitas gigi : bertujuan untuk mengetahui keadaan vitalitas gigi.
Teknik yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan vitalitas gigi,
yaitu:
Tes thermal : dapat digunakan rangsangan panas dan dingin untuk
menentukan sensitivitas gigi terhadap perubahan thermal.
Pemeriksaan rangsangan panas dapat dilakukan menggunakan
gutta percha atau instrument yang dipanaskan dan ditempelkan
pada permukaan sepertiga bukal mahkota. Pemeriksaan
rangsangan dingin dapat menggunakan chlor ethyl yang
ditempelkan pada gigi.
Tes elektrik : Pemeriksaan yang menggunakan alat EPT (Electrical
Pulp Test)
Tes kavitas : Pemeriksaan yang dilakukan apabila pemeriksaan
thermal tidak meyakinkan. Tes ini dapat dilakukan menggunakan
bur.
Tes jarum miller : Tes yang dilakukan apabila terdapat perforasi
gigi dan dilakukan dengan cara memasukan jarum miller hingga
saluran akar. Pasien yang tidak merespon apabila di periksan
menggunakan tes ini maka gigi pasien dalam keadaan non vital
Inspeksi : Pemeriksaan visual yang dilakukan dengan melihat
tanda awal karies yaitu lesi pada permukaan gigi, hilangnya kontur
permukaan gigi dan terbukanya dentin atau hingga pulpa.
Sondasi : Pemeriksaan menggunakan sonde pada permukaan gigi
yang dirasa terkena karies.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat digunakan menggunakan pemeriksaan
radiografi.

Pulpitis
Penyakit pada jaringan pulpa dan periapikal bersifat dinamis dan progresif
karena tanda dan gejalanya yang bervariasi tergantung pada stadium penyakit
dan status pasien. Pemberian perawatan yang tepat untuk penyakit pulpa yaitu
dengan diagnosis lengkap endodontik berdasarkan : tanda dan gejala,
pemeriksaan klinis secara menyeluruh dan pemeriksaan radiograf terperinci
(Ali dan Mulay, 2015). b.
Klasifikasi Menurut Walton dan Torabinejad (2008) terdapat beberapa
klasifikasi dari penyakit pulpa diantaranya adalah pulpitis reversibel, pulpitis
ireversibel, pulpitis hiperplastik dan nekrosis pulpa.
1) Pulpitis Reversibel adalah radang pulpa yang ringan, jika penyebab
radang dihilangkan maka pulpa akan kembali normal. Faktor-faktor
yang menyebabkan pulpitis reversibel adalah erosi servikal, stimulus
ringan atau sebentar contohnya karies insipien, atrisi oklusal, kesalahan
dalam prosedur operatif, kuretase perodontium yang dalam, dan fraktur
email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka (Walton &
Torabinejad, 2008). Gejala-gejala pulpitis reversibel diantaranya rasa
sakit hilang saat stimulus dihilangkan, rasa sakit sulit terlokalisir,
radiografik periradikuler terlihat 3 normal, dan gigi masih normal saat
diperkusi, kecuali jika terdapat trauma pada bagian oklusal (Heasman,
2006).
2) Pulpitis ireversibel adalah radang pada pulpa yang disebabkan oleh
inflamasi jaringan keras, sehingga sistem pertahanan jaringan pulpa
tidak dapat memperbaiki dan pulpa tidak dapat pulih kembali (Rukmo,
2011). Gejala dari pulpitis ireversibel diantaranya adalah nyeri spontan
yang terus menerus tanpa adanya penyebab dari luar, nyeri tidak
terlokalisir, dan nyeri berkepanjangan jika terdapat stimulus panas atau
dingin (Walton & Torabinejad, 2008). 3)
3) Nekrosis Pulpa adalah keadaan pulpa yang sudah mati, aliran
pembuluh darah sudah tidak ada, dan syaraf pulpa sudah tidak
berfungsi kembali. Pulpa yang sepenuhnya nekrosis, menunjukkan
gejala asimtomatik hingga gejala-gejala timbul sebagai hasil dari
perkembangan proses penyakit ke dalam jaringan periradikuler (Cohen
dan Hargreaves, 2011). Secara radiografis, jika pulpa yang nekrosis
belum sepenuhnya terinfeksi, jaringan periapikalnya akan terlihat
normal. Secara klinis, pada gigi yang berakar tunggal biasanya tidak
merespon pada tes sensitivitas, namun pada gigi yang berakar jamak
pada tes sensitivitas terkadang masih mendapatkan hasil positif atau
negatif tergantung syaraf yang berdekatan pada permukaan gigi yang
diuji (Harty, 2010).
GIC
INDIKASI GIC
• Restorasi pada lesi erosi/abrasi tanpa prevarasi kavitas.
• Penutupan / penumpatan pit dan fisura oklusal.
• Restorasi gigi decidiu.
• Restorasi lesi karies kelas V.
• Restorasi lesi karies kelas III, diutamakan yang pembukaannya dari lingual atau palatinal
belum melibatkan bagian labial.
KONTRA INDIKASI
Kavitas –kavitas yang ketebalannya kurang
Kavitas-kavitas yang terletak pada daerah yang menerima tekanan tinggi
Lesi karies klas IV atau fraktur insisal
Lesi yang melibatkan area luas pada email labial yang mengutamakan factor estetika

BAHAN GIC
Klasifikasi/tipe Glass ionomer cement
Tipe 1: Luting
Fuji 1 aman digunakan dan efektif untuk segala prosedur luting cement.
Isi murni Glass Ionomer

Tipe I: Luting

Sifat dan Manfaat:


Melekatkan restorasi indirect (crown, inlay), Paling baik untuk merekatkan restorasi
berbahan dasar logam pada permukaan dalam, Beradaptasi terhadap pulpa dan jaringan gigi,
sehingga mengurangi risiko sensitis setelah pengerjaan, perlekatan sempurna dan member
penutupan tepi yang sempurna, Waktu pengerjaan panjang, hasil pencampuran yang
memudahkan dalam aplikasi sehingga dapat melekatkan sekaligus banyak crown, Ukuran
partikel kecil, Mudah ditempatkan pada restorasi, Cepat mengeras/setting cepat, Radiopasitas
sempurna, Melepaskan fluoride dalam jangka lama, sehingga gigi tidak linu dan tahan
terhadap karies.
Tipe 2: Restorasi

Bahan Glass Ionomer Cement

Fuji II memberikan semua keuntungan yang dimiliki oleh glass ionomer, sehingga
menjadikan ideal untuk restorasi kelas III dan V, karies karena erosi dan basis kavitas.
Strontium based glass ionomer memberikan keuntungan lain seperti memudahkan
pengadukan memungkinkan terjadinya remineralisasi internal dan memperkuat permukaan.

Sifat dan manfaat:


Dapat mentoleransi kelembaban sehingga pemolesan dapat dilakukan dengan menggunakan
water spray, 20 menit sesudah pengadukan, radiopak memudahkan diagnose post operative.,
Mudah handling-nya sehingga pengadukan lebih mudah. Translusen sehingga warna
mendekati warna gigi asli. Dalam Pabrikan biasanya ada bentuk kapsul dan adukan manual.
Kelarutan rendah menjadikan restorasi lebih kuat dan tahan lebih lama, Sudah dilakukan uji
klinis jangka panjang yang menjamin kesuksesan sebuah restorasi,

Catatan:
Gunakan matriks selama setting dan aplikasikan GC Fuji Varnish atau Fuji Coat LC untuk
menambah daya tahan restorasi GC Fuji II

Tipe 3: Lining/base
Tipe 4: Fissure sealent

Bahan fissure sealant

Diaplikasikan pada permukaan oklusal gigi untuk menutup pit dan fissure.
Sebagai sealant yang bertindak sebagai agen kimia dan mekanis yang melepaskan fluor
sehingga dapat berfungsi sebagai perawatan profilaksis dan mencegah karies gigi.
Polimerisasi dengan sinar.

Komposisi :
Bisphenol A Glycidyl methacrylate 35,6%, methacrylate groups, B.H.T, silicium dioxide,
sodium fluoride, calcium fluoride, catalyst.

Keuntungan :
Mengandung fluor dalam bentuk sodium fluoride 2,43%=1,09% ion fluor dan bentuk calcium
fluoride0,40%=0,19% ion fluoride., Konsentrasi sodium fluoride menyebabkan aksi awal
yang cepat dan calcium fluoride memberikan aksi yang lebih lama dan dalam polimerisasi
sinar, Tingkat perlekatan tinggi Mudah mengalir sehingga dapat menutup pit dan fissure,
Mengandung fluor sehingga mencegah karies, Sebagai bahan sealant.
Tipe 5: Orthodontic cement
Tipe 6: Core build up
Tipe 7: Flouride release
Tipe 8: ART

Gambar 6:
Bahan ART
Fuji IX merupakan bahan tambal glass ionomer yang dikembangkan secara khusus untuk
mengembangkan teknik ART dengan kekuatan tekan yang lebih besar dan ketahanan
pemakaian lebih baik yang memungkinkan dipakai pada gigi belakang. Paket terpadu
meliputi cairan multifungsi yang digunakan sebagai kondisioner dan powder untuk
membentuk semen

Tipe 9: Decidiu restoration

Sifat mekanis:
Compressive strength lebih rendah dari silikat
Tensile strength lebih tinggi dari silikat
Hardness, lebih lunak dari silikat
Fracture Toughness, beban yang kuat, dapat terjadi fraktur.

Sifat Kimia:
Semen Ionomer Kaca melekat dengan baik ke enamel dan dentin, perlekatan ini berupa
ikatan kimia antara ion kalsium dari jaringan gigi dan ion COOH dari Semen Ionomer Kaca.
Sifat Biologi:
Semen Ionomer Kaca memiliki sifat biokompabilitas yang cukup baik artinya tidak
mengiritasi jaringan pulpa sejauh ketebalan sisa dentin kea rah pulpa tidak kurang dari 0,5
mm.

Kelebihan:
Adhesi/Dapat berikatan secara kimiawi dengan gigi, dapat berikatan pula dengan email dan
dentin, Dapat melepaskan fluoride sehingga dapat mencegah karies lebih lanjut, Tidak iritasi,
Mempunyai sifat biokompatibilitas yaitu mempunyai efek biologis yang baik terhadap
struktur jaringan gigi dan pulpa, sifat penyebaran panas sedikit, daya larut yang rendah,
bersifat translucent atau tembus cahaya, perlekatan bahan secara fisika dan kimiawi terhadap
jaringan dentin dan enamel, mempunyai sifat anti bakteri terutama terhadap koloni
streptococcus mutant,

Kekurangan
Mudah terpengaruh oleh air, mudah terjadi dehidrasi, kurang kuat melekat pada porselein dan
emas murni, manipulasi dan teknik memasukkan ke dalam cavitas cukup sulit, Perbandingan
ukuran bubuk dan cairan kurang tepat, Warna kurang stabil atau tidak persis sama dengan
gigi, mudah berubah bentuk,

Mekanisme perlekatan GIC pada struktur Gigi


Retensi semen ionomer kaca terhadap jaringan gigi berupa ikatan fisiko kimia tanpa
menggunakan teknik etsa asam. Ikatan kimia berupa ikatan ion kalsium yang berasal dari
jaringan gigi dengan gugus COOH (karboksil). Gugus Karboksil multiple membentuk
ikatan hydrogen yang kuat. Dan memungkinkan pasta semen untuk membasahi, adaptasi dan
melekat pada permukaan email. Air memegang peran penting selama proses pengerasan dan
apabila terjadi penyerapan air maka akan mengubah sifat fisik GIC. Kontaminasi dengan
saliva akan menyebabkan GIC mengalami pelarutan dan daya adhesinya terhadap gigi akan
menurun dan juga rentan terhadap kehilangan air beberapa waktu setelah penumpatan.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimum , maka selama proses pengerasan GIC perlu
dilakukan perlindungan agar tidak terjadi kontaminasi dengan saliva dan udara dengan isolasi
dan bahan yang kedap air.
Manipulasi
Dilakukan pada glass plat yang dilapisi paperpad menggunakan agaat spatel, Perbandingan
bubuk dengan cairan = 3: 1 (sesuai aturan pabrik)., waktu meneteskan cairan posisi botol
vertical, agar udara ke luar, kemudian dicampur dan diaduk dengan cepat , posisi melipat,
selesai dalam waktu 30- 40 detik.

Konsistensi Adonan
Terlihat kental dan berkilat di permukaan/seperti permen karet, asam poliakrilat masih basah
dan dapat melekat ke struktur gigi.

Anda mungkin juga menyukai