“INFORMED CONSENT”
DOSEN:
SARIMAN PARDOSI,S.KP,M.SI
DISUSUN OLEH :
KELAS 1A / KELOMPOK 12
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2017
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan……………………………………………....………………….....2
Terapeutik………………………………………………………………...7
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
Bagaimana dengan pasien yang kalau diberitahu toch tidak mengerti apa yang
dimaksud, atau pasien yang sengaja tidak mau tahu tentang keadaan dirinya yang
sebenarnya dan pokoknya dibuat enak badan, masih perlukah mereka diberitahu?
Apakah dokter dan tim medis lainnya wajib memberitahukan kemungkinann resiko
yang akan terjadi dan alternatif pengobatan yang bisa diambil terhadap pasien, atau
hal itu hanya dapat diharapkan berdasarkan kebaikan sang dokter? Itulah beberapa
pertanyaan yang kadang muncul dalam praktek pelayanan medis. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut erat kaitannya dengan apa yang lazim disebut dengan “informed
consent”. Oleh karena itu perlu kiranya kita mengetahui apa itu “informen consent”.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian informed consent ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas yang diberikan pada
mata kuliah Etika Dalam keperawatan, adapun tujuan lainnya yaitu:
PEMBAHASAN
1. Hak pasien (atau subjek manusiawi yang akan dijadikan kelinci percobaanmedis)
untuk dimintai persetujuannya bebasnya oleh dokter (tenaga medis) dalam melakukan
kegiatan medis pada pasien tersebut, khususnya apabila kegiiatan ini memuat
kemungkinan resiko yang akan ditanggung oleh pasien.
2. Kewajiban dokter (tenaga riset medis) untuk menghormati hak tersebut dan
untuk memberikan informasi seperlunya, sehingga persetujuan bebas dan rasional
dapat diberikan kapada pasien.
Dilihat dari hal-hal yang perlu ada agar informed consent dapat diberikan oleh
pasien maka, seperti yang dikemukakan oleh Tom L. Beauchamp dan James F.
Childress, dalam pengertian informed consent terkandung empat unsur, dua
menyangkut pengertian informasi yang perlu diberikan dan dua lainnya menyangkut
perngertian persetujuan yang perlu diminta. Empat unsur itu adalah: pembeberan
informasi, pemahaman informasi, persetujuan bebas, dan kompetensi untuk membuat
perjanjian. Mengenai unsur pertama, pertanyaan pokok yang biasanya muncul adalah
seberapa jauh pembeberan informasi itu perlu dilakukan. Dengan kata lain, seberapa
jauh seorang dokter atau tenaga kesehata lainnya memberikan informasi yang
diperlukan agar persetujuan yang diberikan oleh pasien atau subyek riset medis dapat
disebut suatu persetujuaninformed. Dalam menjawab pertanyaan ini dikemukakan
beberapa standar pembeberan, yakni:
a. Adanya kesepakatan antar pihak, bebas dari paksaan, kekeliruan dan penipuan.
c. Adanya suatu sebab yang halal, yang dibenarkan, dan tidak dilarang oleh peraturan
perundang undangan serta merupakan sebab yang masuk akal untuk dipenuhi.
Setiap orang yang sudah dewasa (21) tahun, atau yang sudah menikah sebelunya,
berhak untuk membuat perjanjian, termasuk suatu kontrak terapeutik. Mereka yang di
bawah pengampunan (onder curatele) harus diwakili oleh walinya (curator)
Di dalam suatu kontrak terapeutik secara yuridis terdapat 2 (dua) kelompok subyek-
subyek yang dinamakan :
Setiap orang yang datang ke rumah sakit untuk menjalani prosedur tindakan
medik tertentu, lazim disebut sebagai “pasien”, walaupun ia sebenarnya
atau mungkin tidak sakit dalam arti umum. Atas dasar penafsiran itu, maka dapat
dibedakan antara :
3.Pasien dalam arti yang benar-benar sakit, sehingga secara yuridis ada perjanjian
terpeutik dengan tim medis/ rumah sakit.
Kesehatan merupakan salah satu modal untuk berlangsungnya kehidupan
manusia. Produktivitas dan aktivitas seseorang dipengaruhi oleh kondisi kesehatan
orang tersebut. Kesehatan memberikan pengaruh dalam semua sektor kehidupan.
Sebagai contoh dalam suatu kegiatan ekonomi jika seorang pegawai pabrik rokok
dalam kondisi kesehatan yang baik, maka dia akan dapat memberikan hasil sebanyak
500 linting rokok, namun jika dalam kondisi kesehatan yang tidak baik, maka
produktivitas orang tersebut akan menurun. Demikian juga dalam sektor pendidikan
seseorang dengan kondisi kesehatan yang baik dapat menerima pelajaran jauh lebih
baik, daripada dia berada dalam kondisi sakit. Contoh-contoh tersebut menunjukkan
bahwa kesehatan memberikan pengaruh yang besar sekaligus penunjang dalam
sektor-sektor kehidupan manusia.
Kesehatan yang dimiliki seseorang tidak hanya ditinjau dari kesehatan fisik
semata. Kesehatan seseorang bersifat menyeluruh, yaitu kesehatan jasmani dan
rohani. Kesehatan juga merupakan salah satu faktor penentu tingkat kesejahteraan
seseorang. Hal tersebut di atas dapat kita lihat pada Undang-undang Dasar 1945
amandemen Pasal 28H ayat (1) yang berbunyi:“setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.”.
Terapeutik
Untuk syarat sahnya perjanjian terapeutik (Nasution : 2005), harus dipenuhi
syarat-syarat sesuai pasal 1320 KUH Perdata :
Syarat 1 dan 2 merupakan syarat subjektif yang harus dipenuhi yaitu para
pihak harus sepakat, dan kesepakatan itu dilakukan oleh pihak-pihak yang cakap
untuk membuat suatu perikatan.
Untuk keabsahan kesepakatan para pihak yang mengikatkan dirinya, maka
kesepakatan ini harus memenuhi kriteria pasal 1321 KUH Perdata yang berbunyi :
" Tiada sepakat yang sah apabila sepakat itu diberikan karena kekhilafan, atau
diperolehnya dengan paksaan atau penipuan".
Agar kesepakatan ini sah menurut hukum, maka didalam kesepakatan ini para
pihak harus sadar (tidak ada kekhilafan), terhadap kesepakatan yang dibuat, tidak
boleh ada paksaan dari salah satu pihak, dan tidak boleh ada penipuan didalamnya.
Untuk itulah diperlukan adanya informed consent atau yang juga dikenal dengan
istilah Persetujuan Tindakan Medik.
Untuk syarat adanya kecakapan untuk membuat perjanjian, diatur dalam pasal
1329 dan 1330 KUH Perdata sebagai berikut :
Pasal 1329 :
"Setiap orang adalah cakap untuk membuat perikatan-perikatan, jika ia oleh undang-
undang tidak dinyatakan tidak cakap".
Pasal 1330 :
3. Orang-orang perempuan, dalam hal yang ditetapkan oleh undang-undang, dan pada
umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat
perjanjian-perjanjian tertentu.
Pihak penerima pelayanan medik yang tidak cakap untuk bertindak (tidak
boleh membuat kesepakatan, atau kesepakatan yang dibuat bisa dianggap tidak sah)
antara lain :
1. Orang dewasa yang tidak cakap untuk bertindak (misalnya : orang gila, pemabuk,
atau tidak sadar), maka diperlukan persetujuan dari pengampunya (yang boleh
membuat perikatan dengan dokter adalah pengampunya).
2. Anak dibawah umur, diperlukan persetujuan dari walinya atau orang tuanya.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hak pasien yang pertama adalah hak atas informasi. Dalam UU No 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan, pasal 53 dengan jelas dikatakan bahwa hak pasien adalah hak atas
informasi dan hak memberikan persetujuan tindakan medik atas dasar informasi
(informed consent). Jadi, informed consent merupakan implementasi dari kedua hak
pasien tersebut. Hak pasien tersebut merupakan bagian dari hak asasi manusia yang
dilindungi Undang-Undang.
Informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang efektif
antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan
apa yang tidak akan dilakukan terhadap pasien. Informed consentdilihat dari aspek
hukum bukanlah sebagai perjanjian antara dua pihak, melainkan lebih ke arah
persetujuan sepihak atas layanan yang ditawarkan pihak lain.
Peran perawat dalam informed consent terutama adalah membantu pasien untuk
mengambil keputusan pada tindakan pelayanan kesehatan sesuai dengan lingkup
kewenangannya setelah diberikan informasi yang cukup oleh tenaga kesehatan. Dasar
filosofi tersebut bertujuan untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
terintegrasi sehingga dapat mewujudkan keadaan sejahtera.
Definisi operasionalnya adalah suatu pernyataan sepihak dari orang yang berhak
(yaitu pasien, keluarga atau walinya) yang isinya berupa izin atau persetujuan kepada
dokter untuk melakukan tindakan medik sesudah orang yang berhak tersebut diberi
informasi secukupnya.
1.Bagi Mahasiswa
2.Bagi Institusi
3.Bagi Masyarakat
Diharapkan lebih mengerti dan memahami tentang pemberian informed consent pada
pasien untuk meningkatkan mutu kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-transaksi-terapeutik.html
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Manurung, Santa dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Doenges, Marilyn.dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Price, Sylvia Anderson. 2005. Petofisiologi: Konsep KLinis Proses-proses
Penyakit. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC
Kowalak, Jenifer P. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
https://gadarbima.wordpress.com/2013/01/31/informed-consent-dalam-
keperawatan/
http://hasyimsoska.blogspot.com/2013/12/informed-consent-dalam-
transaksi.htmla
Isfandyarie, A, 2006, Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi Bagi Dokter Buku
I, Prestasi Pustaka Publisher : Jakarta.