Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

FRAKTUR


BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang
disebabkan oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk memperbaiki posisi
fragmen tulang pada fraktur terbuka yang tidak dapat direposisi tapi sulit
dipertahankan dan untuk memberikan hasil yang lebih baik maka perlu dilakukan
tindakan operasi ORIF (Open Rreduktion wityh Internal Fixation).
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus
pergerakan. Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan jaringan
ikat yang menyusun kurang lebih 25 % berat badan dan otot menyusun kurang lebih
50%. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament, dan jaringan-
jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini. (Price,S.A,1995 :175)
Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat lainnya yang
terdiri atas hampir 50 % air dan bagian padat, selebihnya terdiri dari bahan mineral
terutama calsium kurang lebih 67 % dan bahan seluler 33%.
Kecelakaan lalu lintas sering sekali terjadi di negara kita, khususnya di kota ini.
Ratusan orang meninggal dan luka-luka tiap tahun karena peristiwa ini. Memang di
negara ini, kasus kecelakaan lalu lintas sangat tinggi. Kecelakaan lalu-lintas
merupakan pembunuh nomor tiga di Indonesia, setelah penyakit jantung dan stroke.
Menurut data kepolisian Republik Indonesia Tahun 2003, jumlah kecelakaan di jalan
mencapai 13.399 kejadian, dengan kematian mencapai 9.865 orang, 6.142 orang
mengalami luka berat, dan 8.694 mengalami luka ringan. Dengan data itu, rata-rata
setiap hari, terjadi 40 kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan 30 orang meninggal
dunia. Adapun di Sulawesi Selatan, jumlah kecelakaan juga cenderung meningkat di
mana pada tahun 2001 jumlah korban mencapai 1717 orang, tahun selanjutnya 2.277
orang, 2003 sebanyak 2.672 orang. Tahun 2004, jumlah ini meningkat menjadi 3.977
orang. Tahun 2005 dari Januari sampai September, jumlah korban mencapai 3.620
orang dengan korban meninggal 903 orang.
Trauma yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah fraktur
(patah tulang). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan atau rudapaksa. Fraktur dibagi atas
fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit sehingga berhubungan
dengan udara luar, dan fraktur tertutup, yaitu jika fragmen tulang tidak berhubungan
dengan dunia luar. Secara umum, fraktur terbuka bisa diketahui dengan melihat
adanya tulang yang menusuk kulit dari dalam, biasanya disertai perdarahan. Adapun
fraktur tertutup, bisa diketahui dengan melihat bagian yang dicurigai mengalami
pembengkakan, terdapat kelainan bentuk berupa sudut yang bisa mengarah ke
samping, depan, atau belakang.
Selain itu, ditemukan nyeri gerak, nyeri tekan, dan perpendekan tulang. Dalam
kenyataan sehari-hari, fraktur yang sering terjadi adalah fraktur ekstremitas dan
fraktur vertebra. Fraktur ekstremitas mencakup fraktur pada tulang lengan atas, lengan
bawah, tangan, tungkai atas, tungkai bawah, dan kaki. Dari semua jenis fraktur,
fraktur tungkai atas atau lazimnya disebut fraktur femur (tulang paha) memiliki
insiden yang cukup tinggi. Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur 1/3
tengah.
(http://id.wikipedia.org/wiki/fraktur)

II. Rumusan Masalah
a. Apa itu fraktur?
b. Bagaimana penanganan fraktur post orif?
c. Bagaimana merumuskan asuhan keperawatan dan intervensinya?

BAB II
LANDASAN TEORI

1. Pengertian
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan
atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Syamsuhidayat. 2004:
840).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
(Brunner & Suddarth. 2001 : 2357).
Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress
pada tulang yang berlebihan (Luckmann and Sorensens, 1993 : 1915).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak
disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak
lengkap. (Price and Wilson, 1995 : 1183).
Fraktur menurut Rasjad (1998 : 338) adalah hilangnya konstinuitas tulang,
tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang
parsial.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan dari tulang itu sendiri dan jaringan lunak di
sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap, tidak
lengkap. (Arice, 1995 : 1183)
Patah tulang adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan
yang disebabkan oleh kekerasan.(Oswari, 2000 : 144)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. (Mansjoer, 2000 : 42)
Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia
luar. Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana
potensial untuk terjadi infeksi (Sjamsuhidajat, 1999 : 1138).Jadi berdasarkan
pengertian diatas fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan.

2. Etiologi
1. Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan
punter mendadak, kontraksi otot ekstrim.
2. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki
terlalu jauh.
3. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur
patologis.
Menurut Oswari E, (1993) ; Penyebab Fraktur adalah :
1. Kekerasan langsung; Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik
terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan
garis patah melintang atau miring.
2. Kekerasan tidak langsung: Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang
ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah
bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
3. Kekerasan akibat tarikan otot: Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang
terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan
penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.

3. Patofisiologi
Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma (Long,
1996: 356). Baik itu karena trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper
mobil, atau tidak langsung misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak tangan
menyangga. Juga bisa karena trauma akibat tarikan otot misalnya: patah tulang patela
dan olekranon, karena otot trisep dan bisep mendadak berkontraksi. (Oswari, 2000:
147)
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Terbuka bila terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit.
(Mansjoer, 2000: 346).
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan
ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya
mengalami kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-
sel darah putih dan sel mast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran
darahketempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di
tempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-jala
untuk melekatkan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang
baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru
mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati (Corwin, 2000: 299)
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan
dengan pembengkakanyg tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke
ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol
pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total
dapat berakibat anoksia jaringanyg mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun
jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen (Brunner & suddarth,
2002: 2287)

4. Pengobatan
Pengobatan dari fraktur tertutup dapat konservatif maupuan operatif. Terapi
konservatif meliputi proteksi dengan mitela atau bidai. Sedangkan terapi operatif
terdiri dari reposisi terbuka, fiksasi internal, reposisi tertutup dengan kontrol
radiologis diikuti fiksasi interna (Mansjoer, 2000: 348)
Pada pemasangan bidai, gips atau traksi maka dilakukan imobolisasi pada
bagian yang patah. Imobilisasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan otot dan
densitas tulang agak cepat (Price, 1995 : 1192). Pasien yang harus imobilisasi setelah
patah tulang akan menderita komplikasi dari imobilisasi antara lain: adanya rasa tidak
enak, iritasi kulit dan luka akibat penekanan, hilangnya kekuatan otot. (Long, 1996:
378)
Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagin tubuh diimobilisasi dan
mengakibatkan berkurangnya kemampuan perawatan diri (Carpenito, 1996: 346).
Pada reduksi terbuka fiksasi interna (ORIF) fragmen tulang dipertahankan
dengan pin, sekrup, pelat, paku. Namun pembedahan memungkinkan terjadinya
infeksi, pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur
yang sebelumnya tidak mengalami cidera mungkin akan terpotong atau mengalami
kerusakan selama tindakan operasi. (Price, 1995: 1192)
Pembedahan yang dilakukan pada tulang, otot dan sendi dapat mengakibatkan
nyeri yang hebat. (Brunner & Suddarth, 2002: 2304)

5. Klasifikasi
a. Fraktur Tertutup (Simple Fracture). Fraktur tertutup adalah fraktur
yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit sehingga tempat fraktur
tidak tercemar oleh lingkungan / tidak mempunyai hubungan dengan
dunia luar
b. Fraktur Terbuka (Compound Fracture). Fraktur terbuka adalah fraktur
yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit
dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam), atau
from without (dari luar).
c. Fraktur dengan komplikasi (Complicated Fracture). Fraktur dengan
komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi, misalnya
mal-union, delayed union, non-union, dan infeksi tulang

6. Manifestasi Klinis
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk
bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar
fragmen tulang.
b. Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas.
Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan
ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik
karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat
melengketnya obat.
c. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan
dibawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama
lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm
d. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba
adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar
fragmen satu dengan lainnya.
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi
setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.

7. Pemeriksaan Penunjang
Radiologi :
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.
Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi
struktur fraktur yang kompleks.
Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah
akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak
sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah

8. Komplikasi
a. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah
sembuh dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut
atau miring
b. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi
dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal
c. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
d. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan
yang berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan
masif pada suatu tempat.
e. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
Ini biasanya terjadi pada fraktur.
f. Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh
darah. Faktor resiko terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat
pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sam pai 80 fraktur tahun.
g. Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada
individu yang imobiil dalam waktu yang lama karena trauma atau
ketidak mampuan lazimnya komplikasi pada perbedaan ekstremitas
bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada bedah
ortopedil
h. Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.
Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan
masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi
bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin
dan plat
i. Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau
necrosis iskemia.
j. Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif
sistem saraf simpatik abnormal syndroma ini belum banyak
dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan tropik dan vasomotor
instability.

9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan konservatif. Merupakan penatalaksanaan non
pembedahan agar immobilisasi pada patah tulang dapat terpenuhi.
i. Proteksi (tanpa reduksi atau
immobilisasi). Proteksi fraktur terutama untuk mencegah
trauma lebih lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada
anggota gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah.
ii. Imobilisasi degan bidai eksterna (tanpa
reduksi). Biasanya menggunakan plaster of paris (gips) atau
dengan bermacam-macam bidai dari plastic atau metal. Metode
ini digunakan pada fraktur yang perlu dipertahankan posisinya
dalam proses penyembuhan.
iii. Reduksi tertutup dengan manipulasi
dan imobilisasi eksterna yang menggunakan gips. Reduksi
tertutup yang diartikan manipulasi dilakukan dengan
pembiusan umum dan local. Reposisi yang dilakukan melawan
kekuatan terjadinya fraktur.penggunaan gips untuk imobilisasi
merupakan alat utama pada teknik ini.
iv. Reduksi tertutup dengan traksi kontinu
dan counter traksi. Tindakan ini mempunyai dua tujuan utama,
yaitu berupa reduksi yang bertahap dan imobilisasi.
b. Penatalaksanaan pembedahan.
i. Reduksi tertutup dengan fiksasi
eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-Wire (kawat
kirschner), misalnya pada fraktur jari.
ii. Reduksi terbuka dengan fiksasi internal
(ORIF:Open Reduction internal Fixation). Merupakan tindakan
pembedahan dengan melakukan insisi pada derah fraktur,
kemudian melakukan implant pins, screw, wires, rods, plates
dan protesa pada tulang yang patah



Asuhan Keperawatan

Pada pasien Post Orif Femur & Tibia

1. Pengkajian
I. Identitas
Nama : Tn.S
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 27 tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : NAD.Aceh Tenggara. Desa Peseluk Pesimbe Kec. Deleng
Pokhki
Tanggal masuk : 1 Maret 2012
NO. Register : 04062
Ruang/Kamar : RB III /18
Golongan Darah : B
Tanggal Pengkajian : 2 April 2012
Tanggal Operasi : 23 Maret 2012
Dx Medis : Fraktur Open (L) femur + open (L) fibula

Penanggung Jawab
Nama : Ny.S
Hubungan : Istri
Pekerjaan : IRT
Alamat : NAD.Aceh Tenggara. Desa Peseluk Pesimbe Kec. Deleng
Pokhki

II. Keluhan Utama
Nyeri, Susah beraktivitas

III. Riwayat Kesehatan Sekarang
1. Provocative / Palliative
a. Apa penyebabnya
Kecelakaan lalu lintas pada tanggal 28 februari 2012 di
Kutacane
b. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Perawatan medis di RSU Kutacane
2. Quantity / Qualitas
Bagaimana dirasakan : kaki tidak dapat digerakkan, bila
digerakkan nyeri
Bagaimana dilihat : Mobilitas pasien pada kaki belum
berfungsi
3. Region : femur dan fibula tanpa metastasi
4. Severity : sebagian aktivitas terganggu
5. Time : Nyeri timbul 5 hari sejak operasi selesai dan sampai
selesai
IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang pernah dialami : Demam
b. Pengobatan / tindakan yang dilakukan : Minum obat
tradisional
c. Pernah dirawat / dioperasi : tidak pernah
d. Lama rawatan : -
e. Alergi : -
f. Imunisasi : -
V. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Orang Tua : tidak pernah ada
masalah
b. Saudara kandung : -
c. Penyakit keturunan yang ada : -
d. Anggota keluarga yang meninggal : -
e. Penyebab meninggal : -
f. Genogram







VI. Riwayat / Keadaan Psikologis
a. Bahasa yang digunakan : Indonesia
b. Persepsi tentang penyakit : yakin akan
sembuh
c. Konsep diri :
1. Body image : pasien menyukai semua anggota
tubuhnya
2. Ideal diri : pasien ingin segera pulang
3. Harga diri : tetap percaya diri
4. Peran diri : sementara terganggu, tapi pasien yakin
segera dapat menafkahi keluarganya
5. Personal identity: laki laki

d. Keadaan emosi : Stabil
e. Perhatian terhadap orang lain/lawan bicara : focus dan
memperhatikan

VII. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan Umum : lemah
b) Tanda-tanda vital :
Tempat : 36,7
o
C
TD : 120/70 mmHg
TB : 161 cm
BB : 55 Kg
Pols : 73 x/i
RR : 20 x/i
c) Pemeriksaan fisik
1. Mata : Lengkap dan simetris
2. Palpebra : Tidak ada katarak
d) Pemeriksaan muskuloskletal / ekstermitas
a. Kesimetrisan otot : tidak simetris antara ekstermitas
inferior kiri dan kanan
b. Pemeriksaan edema : tidak ada edema
c. Kekuatan otot : Ex.Atas kanan :
55555
Ex.Atas kiri :55555
Ex.Bawah kiri :55555
Ex.Bawah kanan :54421
d. Kelainan pada ekstermitas : tidak ada
e) Pemeriksaan neurologi
a. Tingkat kesadaran : GCS 15, E 4, M6, V5

f) Hasil pemeriksaan penunjang
a. Lab :
i. Tanggal 19 maret
2012:
Hb : 13.50
Trombosit : 586
Eritrosit : 4.46
ALT Hati : 47
ii. Tanggal 20 maret 2012
Hb : 13
Trombosit : 508
Eritrosit : 4.30
iii. Tanggal 23 maret 2012
Hb : 8.70
Eritrosit : 2.95
iv. Tanggal 25 maret 2012
Hb : 10.10
Eritrosit : 4.20
b. Radiologi
i. Foto kontras knee joint
AP/L tanggal 19 maret 2012
Metafisis proximal os tibia sudah terbentuk callus di
fraktur. Displacement fraqmen distal ke posterior.
ii. Tanggal 23 maret 2012
Oblique complet metafisis proximal os fibula dengan
displacement fragmen distal ke medial.
Tidak ada lesi litik dan balstik terpasang fixasi eksternal
di region cruris kiri.
Tidak ada dislokasi
g) Penatalaksanaan dan terapi
a. IVFD RL 20 gtt/i
b. Ranitidine 50 mg/12 jam
c. Keterolac 30mg/8 jam
d. Ceftriaxone 1g/12 jam
e. Trasfusi bila Hb turun.

VIII. Diagnose keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen
tulang, dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas
b. Kerusakan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Kerusakan Rangka
Neusomuskuler Trauma,resiko
3. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang,
dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas

Intervensi Rasional
Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri
Imobilisasi bagian yang sakit
Tinggikan dan dukung ekstremitas
yang terkena
Dorong menggunakan teknik
manajemen relaksasi
Berikan obat analgetik sesuai indikasi
Untuk menentukan tindakan
keperawatan yang tepat
Untuk mempertahankan posisi
fungsional tulang
Untuk memperlancar arus balik
vena
Agar klien rileks
Untuk mengurangi nyeri

2. Kerusakan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Kerusakan Rangka Neusomuskuler
Intervensi Rasional
Ambulasi
Mobilitas Sendi penggunaan
pergerakan tubuh aktif
perubahan posisi memindahkan
pasienatau bagian tubuh
Meningkatkan dan membantu
berjalan untuk mempertahankan atau
memperbaiki fungsi tubuh
untuk mempertahankan atau
memperbaiki fleksibilitas sendi
untuk memberikan kenyamanan,
menurunkan resiko kerusakan kulit
mendukung integritas kulit dan
meningkatkan penyembuhan.





Implementasi :

Hari 1 s/d 3:
Pukul 17.00
Mengkaji keadaan umum pasien : keadaan umum lemah, akelauhan umum nyeri
Pukul 17.20
Mengkaji nyeri : lokasi di daerah sendi femur proksimal sampai daerah gips
Intensitas nyeri : 3
Menganjurkan pasien untuk mendengar musica yang disukai
Pukul 17.40
Hari ketiga
Pasien kehilangan alat music
Menganjurkan pasien menarik nafas dalam (nyeri masih sedikit terasa)
Pukul 18.00
Memberi diet MB pasien
Pukul 19.00
Membantu pasien miki miki

Anda mungkin juga menyukai