tidak asing lagi. Orang-orang berjubel antri membeli tiket di stasiun dan
terminal untuk mudik dan balik lebaran. Ketidaksabaran orang untuk antri
semata-mata karena takut kehabisan tiket.
Untuk menerapkan budaya antri, pelayanan umum seperti rumah sakit dan
bank memang sudah menggunakan tiket antri. Kalau sudah kebagian tiket
antri mau tak mau harus menurutinya. Jika tidak mau antri tidak akan
dilayani.
Budaya antri berkaitan dengan kesabaran dan kesadaran seseorang. Nah,
zaman seperti sekarang ini kesabaran dan kesadaran itu bisa terpinggirkan.
Kesulitan ekonomi dan persoalan-persoalan yang dihadapi sehari-hari boleh
jadi membuat orang tidak sabar. Ketidaksabaran bisa jadi membuat orang
tidak mau antri. Wah, gawat! Jangan heran jika ada yang pingsan ketika ada
pembagian jatah reski, tak mau antri dan saling berdesakan untuk saling
mendahului.
Untuk melatih budaya antri sejak dini dimulai dari lingkungan keluarga.
Orang tua membiasakan anak untuk sabar menunggu giliran. Misalnya,
untuk mandi di rumah tidak mungkin sekaligus karena terbatas kamar
mandi. Disinilah kesempatan untuk mengarahkan anak supaya terbiasa
antri. Jadikanlah keluarga Indonesia tempat untuk memulai budaya antri
sejak awal.