Anda di halaman 1dari 5

Sanksi Tugas Meresume Artikel Tema Biologi

Nama : Naura Sani Aulia


Prodi : Pendidikan Biologi
Kelompok : Brassicales
NIM : 1304623062
Sumber :
https://fikes.upnvj.ac.id/berita-kampus/2019/04/diabetes-melitus.html

Diabetes Mellitus
Diabetes melitus adalah penyakit yang timbul ketika kadar gula darah berada di
atas normal. lebih dikenal sebagai penyakit kencing manis. Kadar gula darah
adalah kadar glukosa dalam darah. Kadar glukosa di dalam darah dikendalikan
oleh insulin, hormon yang dibuat oleh pankreas. Insulin akan mengubah glukosa
menjadi sumber energi. Glukosa yang tersisa akan disimpan dalam bentuk
glikogen dan akan dipecah kembali menjadi glukosa saat gula darah mencapai
kadar yang rendah.
Kerusakan pankreas menyebabkan produksi insulin berkurang sehingga proses
pemecahan glukosa menjadi energi terganggu. Akibatnya kadar glukosa darah
akan meningkat. Kondisi inilah yang disebut diabetes melitus atau penyakit
kencing manis. Selain kerusakan pankreas, gangguan sekresi insulin dan
terjadinya resistensi sel terhadap insulin juga bisa menjadi penyebab Diabetes
Melitus.
Jenis-jenis diabetes melitus
A. Diabetes melitus tipe 1
Diabetes melitus tipe 1 adalah jenis diabetes yang tergantung insulin sehingga
disebut insulin dependent diabetes mellitus (IDDM). Tipe ini terjadi karena
berkurangnya kadar insulin di dalam darah akibat kerusakan sel beta pankreas.
Penyakit ini umumnya bisa terjadi pada usia di bawah 40 tahun, penyakit ini
disebut diabetes remaja. Respon terhadap insulin normal terutama pada
tahap-tahap awal.
B. Diabetes melitus tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 adalah jenis diabetes yang tidak tergantung insulin (non
dependent diabetes melitus). Diabetes tipe ini disebabkan karena kelainan sistem
metabolisme yang disebabkan oleh mutasi gen yang mengekspresikan disfungsi
sel beta, gangguan sekresi hormon insulin dan resistensi sel terhadap insulin.
C. Diabetes gestasional
Diabetes gestasional (GDM) adalah jenis diabetes yang terjadi hanya pada saat
hamil dan akan sembuh setelah melahirkan.
D. Gejala diabetes melitus
Gejala yang umum terjadi adalah sering merasa lelah, sering merasa lapar dan
haus, frekuensi buang air kecil meningkat terutama di malam hari, pandangan
kabur, luka yang lama sembuh, berat badan menurun secara drastis, dan tekanan
darah yang tinggi.
Diagnosis
Dokter akan melakukan tes urin dan tes darah. Jika anda menderita diabetes
melitus, glukosa akan menumpuk di ginjal dan keluar bersama urin. Kandungan
senyawa keton dalam urin juga akan diperiksa. Senyawa ini mengindikasikan
anda menderita diabetes melitus tipe 1. Sampel darah akan diambil dua kali,
pertama pada pagi hari setelah berpuasa selama maksimal 12 jam. Setelah itu anda
akan diminta meminum segelas minuman dengan kadar gula yang sudah
ditetapkan. Dua jam setelahnya, sampel darah yang kedua akan diambil untuk
mengevaluasi aktivitas insulin dalam tubuh.
● Kadar gula darah normal adalah 80-100 mg/dl (saat puasa) dan 80-144
mg/dl (2 jam setelah makan).
● Jika hasil pemeriksaan kadar gula darah berada pada kisaran 108-126
mg/dl (saat puasa) dan 142-198 mg/dl (2 jam setelah makan), maka
anda dikatakan menderita gangguan toleransi glukosa. Pada tahap ini
tindakan yang tepat harus dilakukan.
● Jika kadar gula darah ≥ 126 mg/dl (saat puasa) dan ≥ 198 mg/dl (2 jam
setelah makan), anda didiagnosis menderita diabetes melitus.
Penyebab diabetes melitus dan faktor risikonya
A. Penyebab diabetes melitus tipe 1
Penyakit ini menyebabkan penurunan berat badan penderita dan juga
mengakibatkan ketoasidosis diabetic, suatu kondisi dimana darah menjadi sangat
asam serta terjadi dehidrasi yang membahayakan. Kerusakan pankreas terjadi
karena sistem kekebalan tubuh keliru, mengira pankreas sebagai zat asing dan
membahayakan tubuh sehingga sistem kekebalan tubuh akan menyerang sel- sel
pankreas. Inilah sebabnya diabetes melitus tipe 1 disebut sebagai kondisi
autoimun. Beberapa penelitian menduga hal ini disebabkan faktor keturunan atau
infeksi virus.
Seseorang yang memiliki riwayat penderita diabetes melitus tipe 1 pada ayah, ibu
atau saudara kandung memiliki resiko lebih tinggi mengidap penyakit ini. Faktor
risiko lain yang memperparah kondisi penderita adalah kehamilan.
B. Penyebab diabetes melitus tipe 2
Penyakit ini disebabkan oleh kelainan sistem metabolisme karena mutasi gen yang
mengekspresikan disfungsi sel beta, gangguan sekresi hormon insulin dan
resistensi sel terhadap insulin, riwayat keluarga penderita diabetes, gaya hidup
tidak sehat, usia tua, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, genetik serta ras atau etnis
tertentu adalah faktor resiko terjadinya diabetes melitus tipe 2.
Komplikasi
1. Retinopati
Kadar gula darah yang tinggi bisa menyebabkan pembuluh darah pada retina
tersumbat, bocor atau tumbuh acak sehingga menghalangi cahaya sampai ke
retina. Jika tidak segera ditangani bisa menyebabkan kebutaan.
2. Kerusakan saraf (neuropati)
Gejalanya bisa berupa kesemutan. Kerusakan pembuluh darah menyebabkan
aliran darah ke bagian kaki. Hal ini menyebabkan kaki lebih rentan terkena
infeksi, bahkan luka goresan kecil sekalipun akan sulit sembuh. Kulit kaki juga
akan terasa panas jika disentuh
3. Penyakit jantung dan stroke
Penderita penyakit ini memiliki resiko tinggi mengalami gangguan pada organ
jantung dan otak, misalnya angina, yang terjadi karena aliran darah ke jantung
terhambat. Stroke juga bisa terjadi, karena aliran darah ke otak juga terganggu
akibat penyumbatan pembuluh darah ke otak.
4. Penyakit ginjal
Penyumbatan aliran darah ke ginjal akan menyebabkan kinerja organ ini
terganggu. Jika tidak diwaspadai dan ditangani secara serius bisa menyebabkan
gagal ginjal.
5. Disfungsi seksual
Kerusakan pembuluh darah dan saraf akibat penyakit ini beresiko menyebabkan
disfungsi seksual, misalnya impotensi. Pada wanita, kerusakan saraf akan
menurunkan tingkat kepuasan hubungan intim.
6. Risiko pada wanita hamil dan bayi
Diabetes melitus menyebabkan berat bayi diatas normal, penyakit jantung
bawaan, kelainan sistem saraf pusat, dan cacat otot rangka jika penanganan
penyakit ini tidak dilakukan dengan baik. Sindrom gangguan pernafasan,
hyperbilirubinemia, bahkan kematian bayi dalam kandungan juga bisa terjadi.
Pengobatan diabetes melitus
A. Pengobatan diabetes melitus tipe 1
Cara pengobatan diabetes melitus tipe 1 adalah menggunakan insulin, yaitu :
insulin kerja panjang yang dapat bertahan satu hari, insulin kerja singkat yang
dapat bertahan maksimal delapan jam, dan insulin kerja cepat yang tidak bertahan
lama, tapi bereaksi cepat. Biasanya jenis-jenis insulin itu digunakan secara
kombinasi.
Insulin diberikan dengan cara injeksi (suntikan). Untuk menyuntikkan insulin,
terdapat dua cara, pertama dengan menggunakan jarum dan alat suntik atau pena.
Kedua, dengan menggunakan pompa insulin. Alternatif lain pengobatan diabetes
melitus tipe 1 adalah transplantasi sel-sel pankreas yang memproduksi insulin (sel
islet).
B. Pengobatan diabetes melitus tipe 2
1. Metformin
Metformin adalah obat lini pertama untuk pengobatan diabetes melitus tipe 2.
Metformin bekerja dengan cara mengurangi kadar gula yang disalurkan hati ke
aliran darah dan membuat tubuh lebih responsif terhadap insulin. Kelebihan
metformin adalah tidak menyebabkan kenaikan berat badan. Efek samping ringan
yang ditimbulkan yaitu mual, muntah dan diare. Obat ini juga dikontraindikasikan
untuk penderita yang juga mengalami masalah ginjal.
2. Sulfonilurea
Sulfonilurea bermanfaat untuk meningkatkan produksi insulin dalam pankreas.
Obat-obat jenis ini bisa diberikan secara tunggal atau kombinasi dengan
metformin. Beberapa jenis obat sulfonilurea diantaranya, glimepiride,
glibenclamide, glipizide, gliclazide, dan gliquidone. Efek samping yang dapat
ditimbulkan yaitu meningkatkan resiko terjadinya hipoglikemia.
3. Pioglitazone (thiazolidinedione)
Pioglitazone bermanfaat untuk meningkatkan sensitivitas sel-sel tubuh penderita
terhadap insulin sehingga mengakibatkan gula yang diubah menjadi energi lebih
banyak. Dengan demikian kadar gula dalam darah menjadi menurun. Obat ini
biasanya digunakan dalam kombinasi dengan metformin, obat-obat golongan
sulfonilurea, atau keduanya. Efek samping obat ini adalah meningkatkan resiko
penyakit jantung.
4. Gliptin (dipeptidyl peptidase-4 inhibitor)
Gliptin atau penghambat DPP-4 (misalnya, linagliptin, saxagliptin, sitagliptin,
dan vildagliptin) menghambat pemecahan hormon GLP-1 (glucagon-like
peptide-1), hormon yang terkait dalam produksi insulin. Dengan menghambat
pemecahan hormon GLP-1, gliptin bermanfaat meningkatkan rasio insulin saat
kadar gula naik. Obat ini biasanya diberikan untuk penderita yang tidak bisa
menggunakan metformin atau sulfonilurea, atau dikombinasikan dengan kedua
obat-obat tersebut.
5. Agonis GLP-1
Agonis GLP-1 (misalnya, Exenatide dan liraglutide) adalah obat yang bekerja
dengan mekanisme mirip hormon GLP-1 alami. Kedua obat ini banyak digunakan
untuk mengobati penderita yang menggunakan metformin atau sulfonilurea dan
mengalami obesitas.
6. Acarbose untuk memperlambat pencernaan karbohidrat
Acarbose digunakan untuk penderita yang tidak cocok dengan obat-obat lain.
Acarbose bekerja dengan cara memperlambat pemecahan karbohidrat menjadi
gula dalam tubuh. Dengan demikian, mencegah peningkatan kadar gula darah.
7. Nateglinide dan repaglinide
Obat-obat ini bekerja dengan cara merangsang pankreas melepaskan lebih banyak
insulin ke dalam darah. Dengan demikian glukosa yang diubah menjadi energi
akan lebih banyak sehingga kadar gula tidak akan meningkat.
8. Terapi Insulin
Penderita yang menggunakan obat-obatan yang diberikan secara oral, kadang
membutuhkan terapi tambahan berupa suntikan insulin.

Anda mungkin juga menyukai