Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL

DENGAN KETUBAN PECAH DINI

Disusun Oleh :

Nama: Rinda pitriani

Nim: 433131440119047

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KHARISMA KARAWANG

Jl. Pangkal Perjuangan km.1 By Pass Karawang 41361


1. Pengertian

Ketuban pecah dini atau spontaneous/early premature of the membrane


(PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu atau sebelum
terdapat tanda persalinan yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari
3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. Ketuban pecah dini adalah
pecahnya selaput ketuban secara spontan sebelum pembukaan 5 cm.

KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang terjadi


pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya (Nugroho, 2010).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-
tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu.
Sebagian ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37
minggu sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak
(Manuaba, 2009).

Pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartu,


pada pembukaan <4 cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir
kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan.

KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD


yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum
waktunya melahirkan.

KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan


kurang bulan, dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka
kematian perinatal pada bayi yang kurang bulan. Pengelolaan KPD
pada kehamilan kurang dari 34 minggu sangat kommplek, bertujuan
untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya prematuritas dan RDS
(Respiration Dystress Syndrome). (Miranie , Hanifah, dan Desy
Kurniawati. 2009)
2. Etiologi dan factor resiko

Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti.
Beberapa laporan menyebutkan factor- factor yang berhhubungan erat dengan
KPD, namun faktor mana yang lebih berperan sulit di ketahui.

Kemungkinan yang menjadi factor predisposisinya adalah :

- Infeksi : Infeksi yang terjadi secara langsung pad selaput ketuban maupun
senderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya KPD.
- Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curettage).
- Tekanan intra uteri yang meninggi atau meningkat secara berlebih
(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gamelli.
- Trauma yang di dapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karea biasanya disertai
infeksi
- Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membrane bagian bawah.
- Keadaan social ekonomi
- Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak seuai
dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kuit
ketuban.
- Faktor disproporsiantara kepala janin dan panggul ibu.
- Faktor multi gravviditas, merokok dan perdarahan antepartum

Beberapa factor resiko dari KPD :

- Inkompetensi serviks (leher rahimm)


- Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
- Riwayat KPD sebelumnya
- Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
- Kehamilan kembar
- Trauma
- Serviks (leher rahim) yang pendek <25mm pada usia kehamilan 23 minggu.
- Infeksi pada kehamilan seperti bacterial vagosis

3. Tanda dan Gejala

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina,
aroma air ketuban berbau, berwarna pucat, cairan ini tidak akan berhenti atau
kering karena uterus diproduksi sampai kelahiran mendatang. Tetapi, bila duduk
atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal”
atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara. Sementara itu, demam, bercak
vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah capat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Sunarti,2017).

4. Patofisiologi

Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan


menginduksi kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban . Banyak
mikroorganisme servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C yang dapat
meningkatkan konsentrasi secara local asam arakidonat, dan lebih lanjut
menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjutnya menyebabkan
kontraksi miometrium . Pada infeksi juga dihasilkan produk sekresi akibat
aktivitas monosit/makrofag , yaitu sitokrin, interleukin 1 , factor nekrosis tumor
dan interleukin 6. Platelet activating factor yang diproduksi oleh paru-paru janin
dan ginjal janinyang ditemukan dalam cairan amnion , secara sinergis juga
mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin yang masuk kedalam cairan
amnion juga akan merangsang sel-sel disidua untuk memproduksi sitokin dan
kemudian prostaglandin yang menyebabkan dimulainya persalinan.
Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme lain
terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi . Enzim bacterial dan
atau produk host yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat
menyebabkan kelemahan dan rupture kulit ketuban . Banyak flora servikoginal
komensal dan patogenik mempunyai kemampuan memproduksi protease dan
kolagenase yang menurunkan kekuatan tenaga kulit ketuban. Elastase leukosit
polimorfonuklear secara spesifik dapat memecah kolagen tipe III papa manusia,
membuktikan bahwa infiltrasi leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena
kolonisasi bakteri atau infeksi dapat menyebabkan pengurangan kolagen tipe III
dan menyebabkan ketuban pecah dini.

Enzim hidrolitik lain , termasuk katepsin B , katepsin N, kolagenase yang


dihasilkan netrofil dan makrofag , nampaknya melemahkan kulit ketuban . Sel
inflamasi manusia juga menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah
plasminogen menjadi plasmin , potensial , potensial menjasi penyebab ketuban
pecah dini.

5. Phatway

Factor lain infeksi

Pembesaran uterus
Aktifitas Il-1 dan
prostaglandin
Kontraksi uterus
dan peregangan
berulang
Kolagenase jaringan
Gerakan janin

MMP tidak
seimbang Depolimerasi kolagen Ketuban tipis, lemah
pada selaput (rapuh)mudah pecah
korion/amnion spontan
6. Pemeriksaan penunjang

a. Memasukkan Spekulum ke Dalam Vagina

Pemeriksaan penunjang pertama dilakukan dengan menempatkan


spekulum atau yang dikenal dengan sebutan cocor bebek ke dalam
vagina. Gunanya adalah untuk memeriksa genangan air ketuban di
dalamnya. Kemudian, dokter akan mengambil sampel air ketuban,
dan memeriksa ada atau tidaknya infeksi.

b. Melakukan Tes Amnicator

Sampel ketuban yang sudah diambil sebelumnya akan diteliti.


Caranya dengan menambahkan pewarna pendeteksi pH nitrazine
kuning. Jika cairan bukan air ketuban, maka cairan tersebut tidak
akan berubah warna. Sebaliknya, jika cairan tersebut adalah air
ketuban, warna akan berubah dari kuning menjadi biru-kuning atau
biru tua. Kemudian, dokter akan mengambil langkah yang tepat
untuk mengatasi gangguan.

c. Pemeriksaan laboratorium:

- Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna ,


kosentrasi , bau , PH nya
- Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan : air
ketuban , urine atau secret vagina.
- Secret vagina ibu hamil ph : 4-5 , dengan kertas nitrazin
tidak berubah warna , tetap kuning.
- Tes lakmus (tes nitrazin) , jika kertas lakmus jika kertas
lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya
air ketuban (alkalis) . Ph Air ketuban 7-7,5 , darah dan
ineksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.
- Mikroskopik (tes pakis) , dengan meneteskan air ketuban
pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan
mikroskopik menunjukan gambaran daun pakis.

d. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) :

a. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah


cairan ketuban dalam kavum uteri.
b. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang
sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita
oligohidramnion.

7. Penatalaksannan Medis

Penatalaksanaan ketuban pecah dini, yaitu :

- Ketuban pecah dini pada kehamilan aterm atau preterm dengan atau
tanpa komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit.
- Bila janin hidup dan terdapat prolaps di tali pusat, ibu
dirujuk dengan posisi panggul lebih tinggi dari badannya,
bila mungkin dengan posisi bersujud.
- Jika perlu kepala janin didorong ke atas dengan dua jari
agar tali pusat tidak tertekan kepala janin
- Jika Tali pusat di vulva maka di bungkus kain hangat
yang dilapisi plastic
- Jika ada demam atau di khawatirkan terjadi infeksi saat
rujukan atau KPD lebih dari 6 jam, berikan antibiotik.
- Bila keluarga ibu menolak dirujuk, ibu diharuskan
beristirahat dengan posisi berbaring miring, berikan
antibiotik.
- Pada kehamilan kurang dari 32 minggu dilakukan tindakan
konservatif, yaitu tirah baring dan berikan sedatif,
antibiotik dan tokolisis.
- Pada kehamilan 33-35 minggu dilakukan terapi
konservatif selama 24 jam lalu induksi persali

- Pada kehamilan lebih 36 minggu, bila ada his, pimpin


meneran dan akselerasi bila ada inersia uteri.
- Bila tidak ada his, lakukan tindakan induksi persalinan bila
ketuban pecah kurang dari 6 jam dan skor pelvik kurang
dari 5 atau ketuban pecah dini lebih dari 6 jam dan skor
pelvik lebih dari 5.
- Bila terjadi infeksi, akhiri kehamilan. Mengakhiri
kehamilan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

1. Induksi
Induksi adalah proses stimulasi untuk merangsang kontraksi
rahim sebelum kontraksi alami terjadi, dengan tujuan untuk
mempercepat proses persalinan. (Alodokter, 2018).
2. Persalinan secara normal/pervaginam
Persalinan normal adalah proses persalinan melalui kejadian
secara alami dengan adanya kontraksi rahim ibu dan dilalui
dengan pembukaan untuk mengeluarkan bayi (Wikipedia,
2018).
3. Sectio caesarea.
Menurut (Heldayani, 2009), sectio caesarea adalah suatu cara
melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut untuk melahirkan janin
dari dalam
Asuhan keperawatan ibu hamil dengan KPD

1. Pengkajian
Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor
register , dan diagnosa keperawatan.

Keluhan utama

Riwayat kesehatan:

- Riwayat kesehatan dahulu


penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau
abortus.
- Riwayat kesehatan sekarang
riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatkan cairan ketuban
yang keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di
ikuti tanda-tanda persalinan.
- Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung,
DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin
penyakit tersebut diturunkan kepada klien
- Riwayat psikososial
Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara
merawat bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan
membuat harga diri rendah.

Pola-pola fungsi kesehatan

- pola persepsi dan tata leksana hidup sehat


karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah
dini, dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta
kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan
masalah dalam perawatan dirinya
- Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan
karena dari keinginan untuk menyusui bayinya
- Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas
seperti biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak
membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas
didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami
kelemahan dan nyeri.
- Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering
/susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena
terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi
dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena
penderita takut untuk melakukan BAB.
- Pola istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan
tidur karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis
setelah persalinan
- Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain.
- Pola penagulangan stress
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
Pemeriksaan fisik

- Kepala
bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada
benjolan
- Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar
tioroid, karena adanya proses menerang yang salah
- Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata,
konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat
(anemia) karena proses persalinan yang mengalami
perdarahan, sklera kuning
- Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
- Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum
kadang-kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
- Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper
pigmentasi areola mamae dan papila mamae

- Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae


masih terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
- Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban,
bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang
dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya
kelainan letak
- Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena
rupture
- Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena
penyakit jantung atau ginjal.
- Muskulis skeletal
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak
karena adanya luka episiotomy
- Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah
turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

2. Diagnose keperawatan

- Resiko infeksi b.d ketuban pecah dini.


- Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d ketegangan ototrahim.
- Defisit / kurang pengetahuan b.d pengakuan persalinan
premature.
- Kecemasan / ansietas b.d persalinan premature dan neonates
berpotensi lahir premature.

3. Perencanaan
Intervensi
No Diagnose Tujuan dan  Intervensi Rasional
keperawatan criteria hasil
1 Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan  Kaji tanda-  Untuk
tindakan keperawatan tanda infeksi .
ketuban pecah dini mengetahui
selama 3×24 jam  di  Pantau
harapkan pasien tidak keadaan tanda-tanda
menunjukan tanda- umum pasien infeksi yang
tanda infeksi . dengan  Bina
criteria hasil : hubungan muncul.
saling percaya
 Tanda-tanda  Untuk melihat
melalui
infeksi tidak komunikasi perkembangan
tidak ada. therapeutic.
 Tidak ada lagi kesehatan
 Berikan
cairan ketuban pasien.
lingkungan
yang keluar dari yang nyaman  Untuk
pervaginaan. untuk pasien
 DJJ normal memudahkan
 Kolaborasi
 Leukosit pasien dengan dokter
kembali normal perawat
untuk
 Suhu 36-37 memberikan melakukan
obat antiseptik tindakan.
sesuai terapi.
   Agar istirahat
pasien
terpenuhi.
 Untuk proses
penyembuhan
pasien
2 Gangguan rasa Setelah dilakukan  Kaji tanda-  Untuk
nyaman : nyeri b.d tindakan keperawatan tanda Vital mengetahui
ketegangan otot selama 3×24 jam di pasien. keadaan
rahim harapkan nyeri  Kaji skala umum pasien.
berkurang / nyeri hilang nyeri (1-10)  Untuk
dengan criteria hasil :  Ajarkan mengetahui
 Tanda-tanda pasien teknik derajat nyeri
vital dalam batas relaksasi pasien dan
normal.  Atur posisi menentukan
 TD :120/80 mm pasien tindakan yang
Hg  Berikan akan
 N : 60-120 X/ lingkungan dilakukan.
menit. yang nyaman  Untuk
 Pasien tampak dan batasi mengurangi
tenang/rileks. pengunjung. nyeri yang

 Pasien dirasakan

mengatakan pasien.

nyeri pada perut  Untuk


berkurang. memberikan
rasa nyaman.
 Untuk
mengurangi
tingkat stress
pasien dan
pasien dapat
beristirahat.
3 Defisit / kurang Setelah dilakukan  Kaji apa  Untuk
pasien tahu
pengetahuan b.d tindakan keperawatan mengetahui
tentang  tanda-
pengakuan selama 3×24 jam di tanda dan tentang
gejala normal
persalinan harapkan pasien pemahaman
selama
premature memahami kehamilan. pasien untuk
pengetahuan tentang  Ajarkan tindakan
tentang apa
penyakitnya . dengan yang harus selanjutnya.
criteria hasil : dilakukan jika
 Mencegah
tanda KPD
 Pasien terlihat muncul terjadinya hal-
kembali.
tidak bingung hal yang tidak
 Libatkan
lagi. keluarga agar diinginkan
memantau terjadi yang
kondisi pasien
. bisa
membahayakan
ibu-janin
 Untuk
membantu
merencanakan
tindakan
berikutnya
4 Kecemasan / Setelah dilakukan  Kaji tingkat  Mengetahui
ansietas b.d tindakan keperawatan kecemasan tingkatan
persalinan selama 3×24 jam di pasien. kecemasan
premature dan harapkan ansietas  Dorong yang dialami
neonates pasien teratasi. dengan pasien untuk pasien.
berpotensi lahir criteria hasil : istirahat total.  Untuk
premature  Pasien tidak  Berikan mempercepat
cemas lagi suasana yang proses
 Pasien sudah tenang dan penyembuhan
mengetahui ajarkan  Untuk
tentang penyakit keluarga memberikan
untuk rasa nyaman
memberikan dan
dukungan menurunkan
emosional kecemasan
pasien. pasien.

Anda mungkin juga menyukai