Anda di halaman 1dari 42

Marasmic-

Kwashiorkor
Disusun oleh :
Safira Rosmalinda - 031052110078
Pembimbing :
dr. Lilly Zulkarnain, Sp. A
Latar Belakang
Fonts Malnutrisi  kurangnya asupan makanan dari yang dibutuhkan pada seseorang yang berakibat terjadinya
gangguan biologi dari orang tersebut

Used ernative ources Secara klinis di tandai dengan Marasmus (kurus), Kwashiorkor (edema), dan Marasmic-Kwashiorkor
(campuran keduanya)

Thankssae Malnutrisi berat antropometri BB/PB atau BB/TB <-3SD dapat disertai atau tanpa edema

Colors Masa 1000 hari pertama kehidupan atau Golden Age adalah terjadi pertumbuhan otak yang sangat pesat

Infographic resources Bila terjadi gangguan maka dapat berdampak pada kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak

Customizable icons Anak gizi buruk, otak  kurangnya sel – sel otak  perkembangan intelektual akan menurun dibanding anak
lain
Tinjauan Pustaka
Marasmus Kwahishiorkor
• Istilah marasmus diambil dari • Istilah kwashiorkor berasal dari
negara Yunani yaitu marasmos yang bahasa salah satu suku di Afrika
berarti layu atau urus. yang mempunyai arti “kekurangan
• Manifestasi dari malnutrisi makanan kasih sayang ibu”
berat yang terjadi sebagai akibat dari • Penyakit yang ditandai dengan
kekurangan kalori. malnutrisi protein berat dan edema
ekstremitas bilateral.
Epidemiologi

Gizi Buruk
Riskesdas tahun 2018, angka kejadian
balita dengan status gizi gizi buruk dan
gizi kurang adalah 17,7% dengan gizi
buruk sebesar 3,9%.
Berdasarkan
Riskesdas 2013
Etiologi
• Multifaktorial
• Kekurangan gizi membuat anak rentan terhadap penyakit
terutama penyakit menular
• Ada dua penyebab terkenal yang melibatkan malnutrisi 
infeksi  malnutrisi  diare  malnutrisi
Faktor
Resiko
Patofisiologi
01 Asupan lebih rendah
02 Terjadinya perubahan fisiologi dan

. .
dibandingkan kebutuhan energy metabolic  adaptasi reduksi

03 Cadangan lemak & protein


04  ↓ produksi glukosa & protein oleh
hati

. .
digunakan sebagai sumber energi  ↓ produksi panas tubuh
 ↓ kemampuan ekskresi cairan & Na
oleh ginjal
 Perpindahan kalium ke ekstrasel serta
eksresinya
 ↓ protein dan elektrolit otot
 ↓ replikasi dan perbaikan sel
 ↓ fungsi imunitas tubuh
Manifestasi Klinis Marasmus
• Penyusutan massa otot dan cadangan lemak subkutan
• Kepala mungkin tampak besar tapi umumnya proporsional terhadap panjang
badan
• Kulit tipis dan kering, dan rambut tipis, jarang, mudah dicabut.
• Tampak apatis dan lemah
• Bradikardi dan hipotermi menandakan malnutrisi yang berat dan mengancam
jiwa.
• Atrofi papilla filiformis lidah umum dijumpai, demikian pula dengan stomatitis
moniliasis
• Sangat pucat
• Penampilan wajah seperti orang tua dan cengeng
• Tanda defisiensi vitamin A : Konjungtiva atau kornea yang kering, bercak bitot,
ulkus kornea, keratomalasia, Xerophtalmia
Xerophtalmia

Noma / Stomatitis Gangrainosa


Manifestasi Klinis Kwashiorkor
● Edema pitting perifer
● Ditandai atrofi otot
● Distensi abdomen (dengan/tanpa hepatomegali)
● Wajah bulat / Moon Face
● Kulit tipis, kering, mengelupas dengan area bersisik dan
hiperpigmentasi
● Rambut kering, rontok dan muah dicabut
● Hepatomegali
● Keterlambatan pertumbuhan
● Perubahan psikis (anoreksia, apatis)
● Lesi kulit/dermatitis
● Retensi lemak subkutan dengan lipatan kulit inguinal bagian dalam
yang longgar
Pellagra
Manifestasi Klinis Marasmic-
Kwashiorkor
Campuran manisfestasi klinis marasmus dan kwashiorkor
(kurus tapi edema)
Klasifikasi KEP
• Klasifikasi berdasarkan derajat beratnya KEP

Klasifikasi Gomez  penggolongan berdasarkan gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk.
Untuk baku patokan tetap menggunakan presentil 50 Harvard
• Klasifikasi berdasarkan tipe (klasifikasi kualitatif)

- Welcome Trust
• Klasifikasi berdasarkan tipe (klasifikasi
kualitatif)

-McLaren
Penentuan tipe didasarkan atas jumlah angka yang
dapat dikumpulkan dari tiap penderita:
• 0 – 3 angka = marasmus
• 4– 8 angka = marasmic-kwarshiorkor
• 9 – 15 angka = kwarshiorkor
● Klasifikasi berdasarkan tipe (klasifikasi kualitatif)

- Waterlow

 Bagi tinggi menurut umur :


o Tinggi normal : diatas 85% Harvard persentil 50
o Tinggi kurang : 70 – 84 % Harvard persentil 50
o Tinggi sangat kurang : < 70% Harvard persentil 50
 Bagi berat terhadap tinggi:
o Gizi baik : ≥ 90% Harvard persentil 50
o Gizi kurang dan buruk : < 90% Harvard persentil 50
Diagnosis
Anamnesis
- Kejadian mata cekung yang baru saja muncul  tanda dehidrasi

- Lama dan frekuensi muntah atau diare, serta tampilan dari bahan muntah atau diare  mencari factor
yang memperberat

- Saat terakhir kencing  tanda dehidrasi

- Sejak kapan tangan dan kaki teraba dingin  syok atau hipoglikemia atau hipotermia

- Bila didapatkan tanda diatas mungkin anak mengalami dehidrasi dan/atau syok, harus diatasi segera
Diagnosis Anamnesis
- Lanjutan
Diet (pola makan)/ kebiasaan makan sebelum sakit

- Riwayat pemberian ASI

- Asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi beberapa hari terakhir

- Hilangnya nafsu makan


Diagnosis Anamnesis
- Riwayat kontak dengan pasienLanjutan
campak atau tuberculosis paru

- Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir

- Batuk kronik

- Terinfeksi HIV

- Kejadian dan penyebab kematian saudara kandung

- Berat badan lahir

- Riwayat tumbuh kembang

- Riwayat imunisasi

- Apakah ditimbang setiap bulan

- Lingkungan keluarga
Diagnosis
-
Pemeriksaan Fisik
Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema pada kedua punggung kaki. Tentukan status gizi dengan
menggunakan BB/TB-PB

- Tanda dehidrasi : tampak haus, mata cekung, turgor buruk

- Adakah tanda syok (tanagan dingin, CRT yang lambat, nadi lemah dan cepat), kesadaran menurun

- Demam (suhu aksilar ≥ 37,5 oC) atau hipotermi

- Frekuensi dan tipe pernapasan

- Sangat pucat

- Pembesaran hati dan ikterus. Adakah perut kembung, bising usus melemah/meninggi, tanda asites, atau
adanya suara seperti pukulan pada permukaan air (abdominal splash)

- Terdepat manifestasi klinis dari marasmus, kwashiorkor ataupun marasmic-kwashiorkor


Diagnosis Pemeriksaan
Penunjang
- Pemeriksaan darah

- Pemeriksaan Patologi Anatomi

- Pemeriksaan Radiologi

- Pemeriksaan lainnya seperti mantoux test


Diagnosis Banding
Marasmus Kwashiorkor
Edema
Wasting
Alur Pelayanan Aanak Gizi Buruk
HAL PENTING :
-Jangan berikan Fe sebelum
minggu ke 2
-Jangan berikan cairan IV
kecuali syok atau dehidrasi
berat
-Jangan berikan protein
terlalu tinggi pada fase
stabilisasi
-Jangan berikan diuretic pada
penderita kwashiorkor
10 Tatalaksana Gizi Buruk
 Langkah 1 (Hipoglikemia)
- Mencegah dan mengatasi
hipoglikemia yaitu kadar gula darah
<3 mmol/L atau <54 mg/dL

- Lakukan pemeriksaan gula darah,


bila tidak memungkinkan untuk
dilakukan maka semua anak gizi
buruk dianggap menderita
hipoglikemia dan segera tangani
10 Tatalaksana Gizi Buruk
 Langkah 2 (Hipotermia)  Langkah 3 (Diare dan Dehidrasi)
-Mencegah dan mengatasi - Mencegah dan mengatasi dehidrasi (semua balita gizi buruk dengan diare/
hipotermia (suhu aksilar kurang dari penurunan jumlah urine dianggap mengalami dehidrasi).
36°C yang telah diukur selama 5 - Tatalaksana : Rehidrasi oral, pipa nasogastric, dan cairan Resomal
menit)

-Tatalaksana: Menghangatkan tubuh


balita dengan menutup seluruh
tubuh, termasuk kepala, dengan
pakaian dan selimut
10 Tatalaksana Gizi Buruk
 Langkah 4 (Koreksi
ketidakseimbangan elektrolit)
Hindari pemberian natrium berlebihan pada
anak dengan gizi buruk sebab, anak dengan
gizi buruk relatif mengandung kadar Natrium
lebih tinggi dan Kalium lebih rendah
dibandingkan anak normal. Karena itu,
pemberian cairan tidak boleh yang
mengandung kadar Natrium tinggi dan anak
harus mendapat tambahan Kalium.
10 Tatalaksana Gizi Buruk
 Langkah 5 (Manajemen dan
pencegahan infeksi)
10 Tatalaksana Gizi Buruk
 Langkah 6 (Koreksi defisiensi
mikronutrien)
- Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro,
sebab semua anak gizi buruk mengalami
defisiensi vitamin dan mineral.
- Pemberian zat besi setelah anak
mempunyai nafsu makan dan berat
badannya mulai bertambah (pada fase
rehabilitasi, sekitar minggu kedua) dan
tidak boleh diberikan pada fase awal
(fase stabilisasi dan transisi).
- Zat besi dapat memperberat infeksi bila
diberikan terlalu dini
10 Tatalaksana Gizi Buruk
 Langkah 7 (Mulai menyusui  Langkah 8 (Mencapai tumbuh  Langkah 9 (Stimulasi sensorik dan
dengan hati-hati termasuk kejar) dukungan emosional)
menyusui payudara)
Memberikan makanan untuk tumbuh kejar Memberikan stimulasi untuk tumbuh
Memberikan makanan untuk fase yang disesuaikan dengan setiap fase kembang, yang dilakukan secara
stabilisasi dan transisi tatalaksana terstruktur dan intesif selama 15-30 menit
ciptakan suasanya yang penuh kasih
sayang dan menyenangkan bagi anak
dengan bernyanyi, bermain bersama anak
dan melibatkan anggota keluarga terutama
ibu
10 Tatalaksana Gizi Buruk
 Langkah 10 (Mempersiapkan pemulangan dan menindaklanjutri secara teratur)

- Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah


- Persiapan untuk tindak lanjut di rumah dapat dilakukan sejak anak dirawat inap, misalnya
melibatkan ibu dalam kegiatan merawat anaknya.
- Edukasi pada ibu untuk memberikan makanan dengan porsi yang kecil frekuensi sering yang
disesuaikan dengan usia anak.
- Kontrol teratur pada bulan kesatu sebanyak 1 kali minggu, bulan kedua 1 kali setiap 2 minggu, dan
bulan ketiga dan keempat 1 kali setiap bulannya.
- Pemberian vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan sekali (dosis sesuai umur).
Kriteria Sembuh dari Gizi Buruk

1 2
BB/TB atau BB/PB > -2 SD dan/ atau tidak ada pitting edema bilateral
LiLA ≥ 12,5 cm
Kriteria Pulang
Kegagalan dalam pengobatan
1. Kematian tinggi
2. Penambahan BB yang memburuk

- Pemberian makan yang tidak memadai, terutama makan malam. Dimana teknik pemberian makan yang salah dan
persiapan makan yang salah
- Kekurangan nutrisi spesifik, terutama tidak menyediakan zat seng dan kalium untuk diet. Seng dan kalium sangat
diperlukan selama terjadinya tumbuh kejar terutama tinggi badan, karena otot yang sedang tumbuh membutuhkan
seng dan kalium
- Masalah psikologis dan masalah psikososial yang sering dikaitkan dengan anak-anak KEP. Mereka sering kali
mengalami kekurangan dukungan emosional karena unit keluarga yang difungsional dan keluarga orang tua tunggal
secara fungsional. Maka dari itu, perlakukanlah dengan memberikan perawatan pada anak yang cukup, cinta kasih
sayang dan perhatian yang lebih ekstra.
Prognosis
Prognosis tergantung dengan adanya komorbiditas yang
dialami pasien, kecepatan dalam tatalaksana dan juga
ketepatan serta respon dari anak terhadap tatalaksana yang
diberikan juga mempengaruhi prognosis pasien
Rangkuman
 Secara umum malnutrisi terbagi atas dua bagian yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Gizi kurang dan
gizi buruk terdiri dari marasmus, kwashiorkor, serta marasmus-kwashiorkor, sedangkan gizi lebih
disebut dengan obesitas.
 Perbedaan paling mendasar adalah ada atau tidak adanya edema.
 Tatalaksana yang digunakan adalah dengan menggunakan 10 langkah tatalaksana anak gizi buruk
berat.
 Prognosis tergantung dengan adanya komorbiditas yang dialami pasien, kecepatan dalam
tatalaksana dan juga ketepatan serta respon dari anak terhadap tatalaksana yang diberikan juga
mempengaruhi prognosis pasien.
Saran
 Peran dan kepedulian orang tua, tenaga kesehatan serta pemerintah sangat diperlukan mengingat
pentingnya nutrisi yang cukup dan juga pertumbuhan serta perkembangan yang ideal untuk anak
demi mencapai masa depan anak yang berkualitas dan sehat.
 Pemberian nutrisi yang baik sejak dini dapat menyebabkan penurunan resiko gizi buruk di
kemudian hari
 Pencegahan yang dapat dilakukan :
- KB
- Mendekatkan fasilitas kesehatan ke seluruh pelosok negeri (KIA)
- Penyuluhan pertanian dan peternakan
- Memberikan mesin – mesin untuk pertanian
- Infrastruktur telekomunikasi
Daftar Pustaka
1. Soriano JM, Rubini A, Morales-Suarez-Varela M, Merino-Torres JF, Silvestre D. Aflatoxins in organs and biological samples from
children affected by kwashiorkor, marasmus and marasmic-kwashiorkor: A scoping review. Toxicon. 2020 Oct 15;185:174-
83.Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Direktorat Bina Gizi. Bagan
Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku I Edisi 7. 2013 : 2.
2. Food and Agriculture Organization of the United Nations, International Fund for Agricultural Development, UNICEF, World Food
Programme, World Health Organization. 2021 The State of Food Security And Nutrition And Affordable Healthy Diets For All. Food and
Agriculture Organization of the United Nations. 2021:8-11. ISBN 978-92-5-134325-8.
3. Latuihamallo A, Margawati A, Mexitalia M, Ediati A, Syauqy A. Differences in Development and Diet of Stunting and Non-Stunting
Children in the Rowosari Health Center Work Area, Semarang, Indonesia. Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition).
2022 Jun;10(2):161-7.
4. Saavedra JM, Dattilo AM. Nutrition in the first 1000 days of life: society’s greatest opportunity. InEarly Nutrition and Long-Term Health
2022:p. 3-25.
5. Dhirah UH, Rosdiana E, Anwat C, et al. Hubungan Perilaku Ibu Tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan Dengan Status Gizi Baduta Di
Gampong Mibo Kecamatan Banda Raya Banda Aceh. Journal of Healthcare Technology and Medicine. 2020;6(1):549-52.
6. Titi-Lartey OA, Gupta V. Marasmus. InStatPearls [Internet] 2022 May 2. StatPearls Publishing. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559224/
7. Benjamin O, Lappin SL. Kwashiorkor. InStatPearls [Internet] 2021 Jul 22. StatPearls Publishing. Available from :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507876/
Daftar Pustaka
8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Hasil Utama RISKESDAS 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2018.
9. Kanan So, Swar Mo. Prevalence And Outcome Of Severe Malnutrition In Children Less Than Five-Year-Old In Omduran Pediatric Hospital, Sudan.
Sudanese Journal Of Pediatrics.2016;16(1):23.
10. Ahmed T, Hossain Mi, Islam M, and et all. Protein-Energy Malnutrition In Children. Inhunter’s Tropical Medicine And Emerging Infectious Disease.
Elsevier. 2020;p. 1034-41.
11. Shakur Salim, Afroze Sharmin, Shakur Salomee. Marasmus : An Update and Review of Literature. JSM Nutr Disord. 2018;2(1):1008.
12. Buku Saku Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita di Layanan Rawat Jalan. Tenaga Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2020.
13. Ashworth A. Nutrition, food security and health. Nelson textbook of paediatrics edisi ke-20 Philadelphia: Elsevier. 2016:1833-65.
14. Shashidhar, HR. Malnutrition. Medscape. 2017. Available at : https://emedicine.medscape.com/article/985140-overview#a1
15. Mahmood Jassim Dr, Adeeba. Protein-Energy Malnutrition During The First Year of Life. International Journal of Development Research (IJDR).
2019;9(5):27835-44. ISSN : 2230-9926.
16. Benjamin, Onecia, Lappin, Sarah L. Kwashiorkor. In Statpearls [Internet]. Statpearls Publishing.2020.
17. Pudjiadi S. Penyakit KEP (kurang Energi dan Protein) dari Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia. Jakarta.
2005:95-140.
18. Pudjiadi HA, Hegar B, Handryastuti, Idris NS. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2009:183-92.
19. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Direktorat Bina Gizi. Bagan tatalaksana anak gizi
buruk Buku. IDAI. 2011.
20. 10 Langkah Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Departemen Kesehatan RI. 2010.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai